Anda di halaman 1dari 6

BAJA KARBON

Posted: 10 May 2010 in Baja Karbon


0
Yang dimaksud dengan baja karbon adalah baja yang hanya terdiri dari besi ( Fe ) dan karbon ( C ) saja tanpa

adanya bahan pemadu dan unsure lain yang kadang terdapat pada baja karbon seperti Si, Mn, P, P hanyalah

dengan prosentase yang sangat kecil yang biasa dinamakan impurities.

Pengaruh dari unsure diatas adalah sebagai berikut :

1. Si dan Mn

Biasanya kandungan paling banyak untuk Si adalah 0.4 % dan untuk Mn adalah 0.5 – 0.8 %.

Kedua unsur ini tidak banyak berarti pengaruhnya terhadap sifat mekanik dari baja. Mn dipakai untuk

mengurangi sifat rapuh panas dan mampu menghilangkan lubang-lubang pada saat proses

penuangan/pembuatan baja.

2. Phosphor

Phosphor dalam baja karbon akan mengakibatkan kerapuhan dalam keadaan dingin. Semakin besar prosentase

phosphor semakin tinggi batas tegangan tariknya, tetapi impact strength dan ductility nya turun. Prosentase

phosphor pada baja paling tinggi 0.08 %, tetapi pada baja karbon rendah prosentasenya 0.15 – 0.20 % untuk

memperbaiki sifat mach inability nya yaitu supaya chips/tatal yang terjadi tidak sambung-menyambung

melainkan dapat putus-putus.

3. Sulfur

Prosentasi sulfur pada baja karbon 0.04 %. Sulfur dapat mempengaruhi sifat rapuh – panas.

Baja Karbon berdasarkan prosentase kadar karbonnya dikelompokkan menjadi 3 Macam.

a. Baja Karbon Rendah.

Kandungan karbon pada baja ini antara 0.10 sampai 0.25 % .

Karena kadar karbon yang sangat rendah maka baja ini lunak dan tentu saja tidak dapat dikeraskan, dapat

ditempa, dituang, mudah dilas dan dapat dikeraskan permukaannya ( case hardening )

Baja dengan prosentase karbon dibawah 0.15 % memiliki sifat mach ability yang rendah dan biasanya

digunakan untuk konstruksi jembatan, bangunan, dan lainnya.

b. Baja Karbon Menengah

Kandungan karbon pada baja ini antara 0.25 sampai 0.55 % .

Baja jenis ini dapat dikeraskan dan di tempering, dapat dilas dan mudah dikerjakan pada mesin dengan baik.

Penggunaan baja karbon menengah ini biasanya digunakan untuk poros / as, engkol dan sparepart llainnya.
c. Baja Karbon Tinggi.

Kandungan karbon pada baja ini antara 0.55 sampai 0.70 % .

Karena kadar karbon yang tinggi maka baja ini lebih mudah dan cepat dikeraskan dari pada yang lainnya dan

memiliki kekerasan yang baik, tetapi susah dai bentuk pada mesin dan sangat susah untuk dilas. Penggunaan

baja ini untuk pegas/per, dan alat-alat pertanian.

Hukum Hooke (Hooke’s Law)


Untuk hampir semua logam, pada tahap sangat awal dari uji tarik, hubungan antara
beban atau gaya yang diberikan berbanding lurus dengan perubahan panjang bahan
tersebut. Ini disebut daerah linier atau linear zone. Di daerah ini, kurva pertambahan
panjang vs beban mengikuti aturan Hooke sebagai berikut:
rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan

Stress: σ = F/A F: gaya tarikan, A: luas penampang

Strain: ε = ΔL/L ΔL: pertambahan panjang, L: panjang awal

Hubungan antara stress dan strain dirumuskan:

E=σ/ε

Selanjutnya kita dapatkan Gambar, yang merupakan kurva standar ketika melakukan
eksperimen uji tarik. E adalah gradien kurva dalam daerah linier, di mana perbandingan
tegangan (σ) dan regangan (ε) selalu tetap. E diberi nama “Modulus
Elastisitas” atau “Young Modulus”. Kurva yang menyatakan hubungan
antara strain dan stress seperti ini kerap disingkat kurva SS (SS curve).

Gbr 3.Kurva tegangan-regangan

Bentuk bahan yang diuji, untuk logam biasanya dibuat spesimen dengan dimensi seperti
pada gambar di bawah ini.

Gbr 4. Standar specimen yang digunakan

Perubahan panjang dari spesimen dideteksi lewat pengukur regangan (strain gage) yang
ditempelkan pada spesimen seperti diilustrasikan pada gambar di atas. Bila pengukur
regangan ini mengalami perubahan panjang dan penampang, terjadi perubahan nilai
hambatan listrik yang dibaca oleh detektor dan kemudian dikonversi menjadi perubahan
regangan.

Gbr 5. Ilustrasi pengukur regangan pada spesimen

2. Detail profil uji tarik dan sifat mekanik logam

Sekarang akan kita bahas profil data dari tensile test secara lebih detail. Untuk
keperluan kebanyakan analisa teknik, data yang didapatkan dari uji tarik dapat
digeneralisasi seperti pada Gbr.6.

Gbr.6 Profil data hasil uji tarik

Kita akan membahas istilah mengenai sifat-sifat mekanik bahan dengan berpedoman
pada hasil uji tarik seperti pada Gbr.6. Asumsikan bahwa kita melakukan uji tarik mulai
dari titik O sampai D sesuai dengan arah panah dalam gambar.

Deformasi plastis (plastic deformation)


Yaitu perubahan bentuk yang tidak kembali ke keadaan semula. Pada Gbr.6 yaitu bila
bahan ditarik sampai melewati batas proporsional dan mencapai daerah landing.
Tegangan luluh atas σuy (upper yield stress)
Tegangan maksimum sebelum bahan memasuki fase daerah landing peralihan deformasi
elastis ke plastis.
Tegangan luluh bawah σly (lower yield stress)
Tegangan rata-rata daerah landing sebelum benar-benar memasuki fase deformasi
plastis. Bila hanya disebutkan tegangan luluh (yield stress), maka yang dimaksud adalah
tegangan ini.
Regangan luluh εy (yield strain)
Regangan permanen saat bahan akan memasuki fase deformasi plastis.
Regangan elastis εe (elastic strain)
Regangan yang diakibatkan perubahan elastis bahan. Pada saat beban dilepaskan
regangan ini akan kembali ke posisi semula.
Regangan plastis εp (plastic strain)
Regangan yang diakibatkan perubahan plastis. Pada saat beban dilepaskan regangan ini
tetap tinggal sebagai perubahan permanen bahan.
Regangan total (total strain)
Merupakan gabungan regangan plastis dan regangan elastis, ε T = εe+εp.Perhatikan
beban dengan arah OABE. Pada titik B, regangan yang ada adalah regangan total. Ketika
beban dilepaskan, posisi regangan ada pada titik E dan besar regangan yang tinggal
(OE) adalah regangan plastis.
Tegangan tarik maksimum TTM (UTS, ultimate tensile strength)
Pada Gbr.6 ditunjukkan dengan titik C (σ β), merupakan besar tegangan maksimum yang
didapatkan dalam uji tarik.
Kekuatan patah (fracture strength)
Pada Gbr.6 ditunjukkan dengan titik D, merupakan besar tegangan di mana bahan yang
diuji putus atau patah.
Tegangan luluh pada data tanpa batas jelas antara perubahan elastis dan
plastis
Untuk hasil uji tarik yang tidak memiliki daerah linier dan landing yang jelas, tegangan
luluh biasanya didefinisikan sebagai tegangan yang menghasilkan regangan permanen
sebesar 0.2%, regangan ini disebut offset-strain (Gbr.7).

Gbr.7 Penentuan tegangan luluh (yield stress) untuk kurva tanpa daerah linier

Perlu untuk diingat bahwa satuan SI untuk tegangan (stress) adalah Pa (Pascal, N/m2)
dan strain adalah besaran tanpa satuan.

Pengertian dan Definisi. Share : Pengertian dan definisi Analisa atau


Analisis.Analisa atau analisis atau Analysis adalah suatu usaha untuk
mengamati secara detail sesuatu hal atau benda dengan cara
menguraikan komponen-komponen pembentuknya atau penyusunnya
untuk di kaji lebih lanjut.
ASTM A36 STEEL PLATE

CHARACTERISTICS
ASTM A36 plate is a low carbon steel that exhibits good strength coupled with formability. It is easy
to machine and fabricate and can be securely welded. A36 is a common structural steel plate that
can be galvanized to provide increased corrosion resistance.

APPLICATIONS
A36 plate can be used for a wide range of applications, depending on the thickness and corrosion
resistance of the alloy. Some of the products manufactured using A36 structural steel plate are:

 Buildings, including pre-fabricated buildings, warehouses, industrial and commercial structures


 Cabinets, enclosures and housings
 Pipe and tubing

A36 STEEL PLATE SIZES


3/16” – 28”

TYPICAL CHEMICAL PROPERTIES

Carbon, Max % 0.026

Manganese, Max % 0

Phosphorus, Max % 0.04


Sulphur, Max % 0.05

Silicon, Max % 0.4

Copper, Max % 0.20

TYPICAL MECHANICAL PROPERTIES

Tensile Strength ksi 58-80

Yield 2% Offset ksi 36

Plates and Bars: D,E

Elongation in 8in (min) 20%

Elongation in 2in (min) 23%

Shapes:

Elongation in 8in (min) 20%

Elongation in 2in (min) 21%

Anda mungkin juga menyukai