Anda di halaman 1dari 8

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PAUD

BERBASIS KEBUTUHAN MASYARAKAT

Oleh:
Kadek Aria Prima Dewi PF
Fakultas Dharma Acarya
Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
E-mail: primadewipf@gmail.com; primadewipf@ihdn.ac.id

Abstrak

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan strategi alternative


pengembangan bahan ajar PAUD berbasis kebutuhan
masyarakat pada Kelurahan Padangsambian. Pengembangan
bahan ajar berbasis kebutuhan masyarakat disosialisasilan
melalui program Bunda Paud Padangsambian, dengan
pendekatan kualitatif. Kebutuhan masyarakat dianalisis dengan
memperhatikan berbagai masalah yang terjadi seperti masalah
lingkungan, pola asuh dan patologi sosial. Padatahun
2016/2017 pengembangan bahan ajar ditekankan pada usaha
pengendalian kerusakan lingkungan akibat dari pengelolaan
sampah yang tidak tepat.

Kata Kunci: Bahan Ajar PAUD, Kebutuhan Masyarakat.

I. Pendahuluan

Indonesia mengalami krisis dalam berbagai bidang seperti


dalam bidang pendidikan, ekonomi, lingkungan, sosial dan
budaya. Kecintaan dan pengabdian terhadap bangsa terkikis
karena pengaruh dari gaya hidup luar. Krisis ini kuncinya
terletak pada sumber daya manusia. Untuk itu perlu
peningkatan kualitas SDM melalui pembentukan karakter
bangsa. Hal ini terjadi karena kemajuan bangsa terletak pada
karakter bangsa tersebut (Santoso, 2014: 1). Oleh karena itu
dilakukanlah perubahan kurikulum pendidikan pada tahun
2013 yang juga didasari oleh beberapa alasan yakni (1) persepsi
masyarakat yang menganggap praktek pendidikan terlalu
menitik beratkan pada aspek kognitif, beban siswa terlalu berat,
serta kurang bermuatan karakter. (2) perkembangan
pengetahuan dan pedagogie yang menekankan kepada
neurologi, pikologi, observatiom based (discovery dan
collaborative learning, serta (3) fenomena negative yang
mengemuka seperti perkelahian pelajar, narkoba, korupsi,
27
palgiarisme dan gejolak masyarakat (Kemendikbud, 2014).
Karakter perlu dibentuk dan dibina sedini mungkin agar
menghasilkan kualitas bangsa yang berkarakter. Erikson (dalam
Papalia, 2008:370) dan Brewer (2007:20) mengatakan bahwa

SEMADI 2 | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 29 MEI 2017


kesuksesan anak mengatasi konflik pada usia dini menentukan
kesuksesan anak dalam kehidupan sosial dimasa dewasa kelak.
Dengan demikian, pendidikan karakter potensial untuk
dibentuk sejak usia dini terkait masa keemasan. Menurut Ramli
(2003), Pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang
sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuan
dari pendidikan tersebut adalah membentuk pribadi anak,
supaya menjadi manusia yang baik, masyarakat, dan warga
negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga
masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu
masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai – nilai
sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya
masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari
pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia
adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai – nilai luhur
yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam
rangka membina kepribadian generasi muda.
Untuk mewujudkan kepribadian generasi muda yang baik
maka harus diterapkan pendidikan karakter sedini mungkin,
salah satunya melalui pendidikan anak usia dini. Pendidikan
anak usia dini merupakan pendidikan awal pembentukan
manusia. Pada usia ini otak berkembang 80 persen sampai usia
8 tahun. Penelitian menunjukkan bahwa anak lahir dengan 100
milyar sel otak. Ketika memasuki usia dini, koneksi tersebut
berkembang sampai beberapa kali lipat dari koneksi awal yaitu
sekitar 20.000 koneksi (Jalongo, 2007:77). Hal ini yang
menyebabkan anak mampu menyerap segala sesuatu dari
lingkungannya dengan sangat luar biasa. Lingkungan yang
diserap dapat positif atau negatif. Jika anak berada dalam
lingkungan yang positif maka anak terbentuk positif demikian
pula sebaliknya. Usia dini merupakan masa kritis bagi
pembentukan karakter seseorang, penanaman moral melalui
pendidikan karakter sedini mungkin kepada anak – anak adalah
kunci utama membangun bangsa. Apabila pada usia dini anak
tidak diberi pendidikan, pengasuhan, stimulasi yang baik maka
akan berpengaruh terhadap struktur perkembangan otak anak
tersebut. Pada usia dini anak – anak cenderung meniru atau
mencontoh hal – hal yang ada di lingkungan mereka, dimana
pada anak usia dini proses inilah yang pertama mereka lakukan
dalam memenuhi rasa ingin tahu dan merespon stimulasi
lingkungan. Anak akan meniru semua yang mereka lihat,
dengar dan rasakan dari lingkungan. Proses selanjutnya anak
akan belajar mengenali semua perilaku yang ditirunya dan
mulai biasa membedakan mana perilaku yang dapat diterima
28 dan memberikan dampak positif serta mana perilaku yang
tidak bisa diterima dan memberikan dampak negatif. Setelah
mereka dapat membedakan mana yang baik, dan mana yang

SEMADI 2 | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 29 MEI 2017


kurang baik kemudian anak mulai membiasakan perilaku –
perilaku yang baik dan diberi penguatan sesuai dengan nilai –
nilai dan norma yang berlaku. Dari sinilah kemudian
membentuk pemahaman anak dan fondasi kepribadian anak
secara utuh.
Ini berarti lingkungan merupakan sumber belajar bagi
anak, baik buruknya pendidikan amat tergantung pada
lingkungan tempat anak bertumbuh. Segala sesuatu yang
dipelajari pada lembaga pendidian idealnya dapat bermanfaat
bagi lingkungan, demikian juga lingkungan dapat mendukung
proses pembelajaran. Jika kembali pada latar belakang
perubahan kurikulum yang terjadi pada tahun 2013, mengenai
tantangan masa depan yang harus dihadapi oleh manusia yang
salah satunya adalah masalah lingkungan hidup. Maka kondisi
ini dapat dijadikan sebagai sumber belajar guna
mengembangkan kemampuan anak menjadi warga Negara yang
bertanggung jawab.
Krisis lingkungan yang terjadi di wilayah perkotaan
berkaitan dengan tingginya produksi sampah, tanpa diimbiangi
oleh kecerdasan masyarakat dalam mengendalikan jumlah
sampah. Kelurahan Padangsambian merupakan kelurahan yang
berada di daerah perkotaan, sehingga masalah pengendalian
sampah menjadi masalah utama bagi kelestarian lingkungan.
Untuk itu, Bunda PAUD Kelurahan Padangsambian berupaya
mengembangan bahan ajar yang berbasis kebutuhan
masyarakat yakni menjaga lingkungan tetap bersih dan sehat
sebagai jawaban atas isu krisis lingkungan yang terjadi.

II. Pembahasan

2.1 Bahan Ajar


Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang
diperlukan guru/ instruktur untuk perencanaan dan
penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah
segala bentuk bahan yang digunakan guru/ instruktur dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang
dimaksud dapat berupa bahan tertulis maupun tidak
tertulis (National Center for Vocational Education Research Ltd/
National Center for Competency Based Training) (dalam Majid,
2007:174).
Bahan ajar merupakan seperangkat materi/substansi
pembelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis,
menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran”. Hal senada 29
dikemukakan Salam (2007: 2-3) Bahan ajar merupakan
seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis
maupun tidak sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang

SEMADI 2 | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 29 MEI 2017


memungkinkan peserta didik untuk belajar. Kemudian, Wright
(1987:169) menambahkan bahwa bahan ajar dapat membantu
ketercapaian tujuan silabus, dan membantu peran guru dan
peserta didik dalam proses belajar-mengajar (dalam Trianto,
2005:9). Tomlinson (1998:2) mengatakan, bahan ajar adalah
sesuatu yang digunakan guru atau peserta didik untuk
memudahkan belajar bahasa, meningkatkan pengetahuan dan
pengalaman berbahasa. bahan ajar menampilkan sosok utuh
dari kompetensi yangakan dikuasai peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran. Selanjutnya, bahan ajar
merupakan unsur penting dari kurikulum. Jika silabus
ditentukan arah dan tujuan suatu isi dan pengalaman belajar
bahasa sebagai kerangka, maka bahan ajar merupakan daging
yang mengisi kerangka tersebut (Trianto, 2005:8). Peran bahan
ajar dalam pembelajar menurut Cunningsworth adalah
penyajian bahan belajar, sumber kegiatan bagi peserta
didik untuk berlatih berkomunikasi secara interaktif, rujukan
informasi kebahasaan, sumber stimulant, gagasan suatu
kegiatan kelas, silabus, dan bantuan bagi guru yang kurang
berpengalaman untuk menumbuhkan keparcayaan diri
(Cunningsworth, 1995:7).
Kemendiknas (2008:21) memberikan pengertian beberapa
definisi bahan ajar sebagai berikut:
1. Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang
diperlukan guru/ instruktur untuk perencanaan dan
penelaahan implementasi pembelajaran.
2. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan
untuk membantu guru/ instruktur dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar di kelas.
3. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun
bahan tidak tertulis. (National Center for Vocational
Education Research Ltd/National Center for Competency
Based Training).
4. Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara
sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta
lingkungan/ suasana yang memungkinkan peserta
didik untuk belajar.

2.2 Tujuan dan Manfaat Bahan Ajar


Menurut Depdiknas (2008:10), tujuan penyusunan bahan
ajar, yakni: (1) menyediakan bahan ajar yang seseuai dengan
tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan
peserta didik, sekolah, dan daerah; (2) membantu peserta didik
dalam memperoleh alternatif bahan ajar; dan (3) memudahkan
30 guru dalam melaksanakan pembelajaran. Penulisan bahan ajar
bermanfaat untuk: (1) membantu guru dalam proses
pembelajaran; (2) memudahkan penyajian materi di kelas; (3)

SEMADI 2 | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 29 MEI 2017


membimbing peserta didik belajar dalam waktu yang lebih
banyak; (4) peserta didik tidak tergantung kepada guru sebagai
satu-satunya sumber informasi; dan (5) dapat menumbuhkan
motivasi peserta didik untuk mengembangkan diri dalam
mencerna dan memahami pelajaran.
Selanjutnya apabila guru mengembangkan bahan ajar
sendiri, manfaat yang dapat diperoleh: (1) diperoleh bahan ajar
yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dan sesuai dengan
kebutuhan belajar peserta didik, sekolah dan daerah; (2) tidak
perlu tergantung pada buku teks; (3) bahan ajar menjadi lebih
kaya karena dikembangkan dengan berbagai referensi; (4)
menambah khasanah guru dalam menulis; (5) membangun
komunikasi pembelajaran efektif antara guru dan peserta didik;
dan (6) peserta didik lebih percaya pada gurunya serta kegiatan
belajar mengajar akan lebih menarik. Perlunya pengembangan
bahan ajar, agar ketersediaan bahan ajar sesuai dengan
kebutuhan peserta didik, tuntutan kurikulum, karakteristik
sasaran, dan tuntutan pemecahan masalah belajar.

2.3 Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kebutuhan


Masyarakat
Pendidikan diselenggarakan dalam sebuah lingkungan
sosial oleh masyarakat dan untuk kepentingan masyarakat yang
lebih luas (Adiwikarta, 2016: 95). Berkenaan dengan posisi
individu dan masyarakat ditentukan bahwa (1) masyarakat
merupakan factor penentu bagi individu yang menjadi
warganya, (2) individu merupakan komponen masyarakat
terpenting dan (3) individu dan masyarakat memiliki posisi yang
seimbang. Individu adalah manusia yang merdekatapi terbatas.
Secara umum pendidikan memiliki fungsi mencerdaskan warga
masyarakat, karena sebagai kunci terpenting dalam
menentukan keberhasilan seseorang dalam membangun
kehidupan. Pendidikan harus memiliki relevansi dengan
pengembangan sistem ekonomi dan demikian juga relevansinya
dengan upaya membantu mengintegrasikan masyarakat.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal secara khusus
memiliki fungsi (1) Mempersiapkan anak untuk suatu
pekerjaan, (2) Memberikan keterampilan dasar, (3) Membuka
kesempatan memperbaiki nasib, (4) Menyediakan tenaga
pembangunan, (5) Membantu memecahkan masalah-masalah
sosial, (6) Mentransmisi kebudayaan, (7) Membentuk manusia
yang sosial, (8) Alat mentransformasi kebudayaan, (9) Fungsi
lainnya (menitipkan anak,mendapat jodoh) (Nasution, 2008).
Belakangan ini pendidikan mengalami perubahan yang luar 31
biasa, Olive Bank (1971: 13) menyebutkan bahwa dewasa ini
sejalan dengan ledakan pada segi kehidupan lain, dalam dunia
pendidikan terjadi sebuah ledakan yakni perubahan besar yang

SEMADI 2 | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 29 MEI 2017


berlangsung dengan kecepatan tinggi. Oleh sebab itu
pendidikan harus mengembangkan strategi yang berorientasi
padamasa depan (future oriented) seperti:
1. Guru sebagai pemegang peran kunci dalam pendidikan,
selain harus memenuhi persyaratan professional, guru
harus memiliki sifat progresif, berorientasi kepada
kemajuan/ pembaharuan, selalu mengikuti perkembangan
dan gemar belajar.
2. Peserta didik dalam posisi selaku khalayak sasaran
pendidikan , menghadapi masa depan yang berlainan,
sehinga dituntut mampuu belajar mandiri, menemukan
jalan sendiri untuk menghadapi tantangan hidup.
3. Menyediakan model pembelajaran yang bersifat progresif
dan antisifatif (Adiwikarta, 2016: 119)
Misalnya di daerah yang belum ada penerangan listrik tapi telah
direncanakan bahwa peneranganlistrik diselenggarakan mulai
dua atau tuga tahun mendatang. Maka pembelajaran tenteng
kelistrikan telah bisa diajarkan pada tahun tersebut. Misalnya
di sebuah desa dikembangkan peternakan sapi perah, maka di
sekolah diajarkan tentang pengolahan susu, yogurt, mentega
dan produk susu lainnya.
Kelurahan Padangsambian merupakan wilayah peralihan
dari masyarakat agraris ke masyarakat industry pariwisata,
sehingga keterampilan dasar masyarakatnya dalam
pengembangan mata pencaharian akan berubah drastis.
Perubahan juga nampak dari gaya hidup masyarakatnya yang
konsumtif, secara umum masuknya budaya material tidak
diimbangi oleh budaya nonmaterial. Sehingga terjadilah
masalah-masalah yang harus segera diselesaikan, dan sekolah
ataupun guru harus responsive terhadap masalah tersebut.
Secara umum, masalah yang terjadi pada wilayah
Kelurahan Padangsambian yang kemudian dapat dibantu oleh
sekolah untuk dapat diselesaikan adalah:
1. Minimnya pengetahuan masyarakat tentang cara mengelola
sampah yang baik, sehingga berdampak kepada perusakan
lingkungan.
2. Menurunnya jumlah lahan hijau
3. Menurunnya air tanah, diakibatkan meningkatnya
penggunaan sumur bor, sehingga beberapa tahun kedepan
ditenggarai Kelurahan Padangsambian mengalami krisis air
bersih.
4. Berkembangnya arena judi tradisional,sehingga sebagian
energy dan perputaran ekonomi anggota masyarakatnya
berputar pada sector tersebut.
32 5. Berkembangnya café remang-remang yang mengganggu
ketentraman warga masyarakat.

SEMADI 2 | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 29 MEI 2017


6. Meningkatnya jumlah keluarga miskin, yang berdampak
pada menurunnya kesejahteraan keluarga dan rendahnya
akses pendidikan.
7. Pola pengasuhan anak pada keluarga yang kurang baik.
8. Pemanfaatan teknologi dan infromasi yang tidak
memberdayakan.
PAUD sebagai lembaga pendidikan, hendaknya dapat
merespon masalah tersebut dengan mengembangkan kapasitas
peserta didik, salah satunya dengan pengembangan bahan ajar.
Identifikasi seperti ini penting dilakukan, mengingat pendidikan
yang baik adalah pendidikan yang bermanfaat bagi kebutuhan
masyarakat, bauk itu masyarakat local untuk menyosong
kebutuhan masyarakat global. Dewasa ini Kelurahan
Padangsambian melalui program Bunda PAUD menekankan
untuk pengembangan program ataupun bahan ajar yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat. Program yang sedang
dikembangkan dewasa ini adalah program pembiayan berbasis
sampah bagi siswa dari keluarga miskin (RTM).
Berkaitan dengan bahan ajar, maka guru-guru PAUD pada
Kelurahan Padangsambian, ditekankan untuk mengembangkan
bahan ajar yang berkaitan dengan kelestarian lingkungan.
Sosialisasi ini dilaksanakan pada pertemuan rutin melalui
gugus yang difasilitasi oleh pengawas PAUD di wilayah
Kelurahan Padangsambian. Berkaitan dengan perbaikan pola
pengasuhan, dilakukan edukasi kepada orang tua siswa melalui
program parenting di masing-masing banjar.

III. Penutup
PAUD sebagai lembaga pendidikan formal pertama,
hendaknya dapat merespon berbagai masalah yang terjadi
dalam masyarakat. Karena masalah tersebut akan berkaitan
dengan usaha mengembangkan kapasitas peserta didik, sesuai
kebutuhan masyarakat. Salah satu hal yang dapat dilakukan
adalah dengan mengembangkan bahan ajar sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Identifikasi seperti ini penting
dilakukan, mengingat pendidikan yang baik adalah pendidikan
yang bermanfaat bagi kebutuhan masyarakat, bauk itu
masyarakat local untuk menyosong kebutuhan masyarakat
global. Dewasa ini Kelurahan Padangsambian melalui program
Bunda PAUD menekankan untuk pengembangan program
ataupun bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Program yang sedang dikembangkan dewasa ini
adalah program pembiayan berbasis sampah bagi siswa dari
keluarga miskin (RTM). Kemudian untuk pengembangan bahan 33
ajar pada tahun 2016-2017 menekankan pada topic kelestarian
lingkungan, mengingat masalah lingkungan menjadi masalah
krusial yang harus segera diatasi di Padangsambian.

SEMADI 2 | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 29 MEI 2017


Referensi

Adiwikarta, Sudardja, 2016. Sosiologi pendidikan. Bandung:


Rosdakarya.
Olive Banks. 1971. The Sociology of Education. Published by
Batsford, London, . Used Condition: Good Soft .
Brewer, B.W. (2007). Psychology of Sport Injury Rehabilitation.
In G. Tenenbaum, & R. Eklund (Eds.), Handbook of Sport
Psychology (pp. 404-424). Hoboken, NJ: Wiley & sons.
Cunningsworth, Alan. 1995. Choosing Your Coursebook. Oxford:
Macmillan Heinemann.
Depdiknas 2008 kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jakarta:
Dikmenum, Depdiknas
Majid, Abdul. 2007. Perencaaan Pembelajaran: Mengembangkan
Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Papalia, Diane E, Etc. 2008. Human Development (Psikologi
Perkembangan, terjemahan A. K. Anwar). Jakarta: Kencana
Prenada Media Grup
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif
Progresip. Jakarta:
Tolimson. 1998. Material Development Teaching. Cambridge
Uneversity Press

34

SEMADI 2 | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 29 MEI 2017

Anda mungkin juga menyukai