Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkatlimpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang Dinamika dan Kinematika Partikel.Dalam
penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatanakan tetapi
dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi.
Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa Makalah Dinamika dan Kinematika Partikel ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari
pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.Akhir kata
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Menggala, 20 Oktober 2014

SAHRODI

PEBAHASAN
1
I. DINAMIKA PARTIKEL

1. HUKUM-HUKUM GERAK.

1.1 Apa yang membuat benda bergerak ?

 Aristotle (384-322 B.C) :


gaya, tarik atau dorong, diperlukan untuk menjaga sesuatu bergerak.

 Galileo Galilei (awal 1600-an) :


benda bergerak mempunyai “kuantitas gerak” secara intrinsik.

 Issac Newton (1665 - 1666) :


Hukum Newton mengandung 3 konsep : massa, gaya, momentum
massa : mengukur kuantitas bahan dari suatu benda.
gaya : tarikan atau dorongan.
momentum : kuantitas gerak

“Kuantitas gerak” atau momentum diukur dari perkalian massa benda dengan
kecepatannya :

p=mv

Hukum I : Benda yang bergerak cenderung untuk tetap bergerak, atau


tetap diam jika diam.

Hukum II : Laju perubahan momentum suatu benda sama dengan gaya total
yang bekerja pada benda tersebut.

F = dp/dt

bila massa m konstan,

F = d(mv)/dt
m dv/dt

karena dv/dt = a (percepatan), maka

F = ma

Hukum III : Untuk setiap aksi selalu terdapat rekasi yang sama besar dan
berlawanan.

1.2. Hukum pertama Newton dan Inersia.

2
Hukum pertama Newton lebih presisi dibanding dengan apa yang diusulkan Galileo. Tanpa
adanya gaya luar, sebuah benda yang bergerak akan tetap terjaga bergerak. Dengan kata lain
kecepatannya tidak akan berubah baik besar maupun arah. Ketahanan sebuah benda untuk
merubah gerakan disebut inersia. Hukum pertama Newton ekivalen dengan mengatakan
sebuah benda mempunyai inersia.

1.3. Hukum kedua Newton.

Persamaan F = ma dapat diterjemahkan dalam 2 pernyataan.

 Bila sebuah benda dengan massa m mendapat percepatan a, maka gaya sebesar ma bekerja
pada benda tersebut.

 Bila sebuah benda bermassa m mendapat gaya F, maka benda tersebut akan dipercepat
sebesar F/m

1.4. Gaya gravitasi : massa dan berat.

Dari hukum kedua Newton bahwa massa mengukur ketahanan benda untuk berubah
gerakannya, yaitu inersianya. Massa adalah sifat intrinsik dari suatu benda, tidak tergantung
ketinggian maupun keadaan yang lain.

Berat merupakan gaya yang diperlukan benda untuk melakukan gerak jatuh bebas. Untuk
gerak jatuh bebas a = g = percepatan gravitasi setempat.
F =ma
w=mg
Berat tergantung pada lokasi terhadap bumi.

1.5. Hukum ketiga Newton.

Hukum ketiga Newton menyatakan adanya pasangan gaya aksi-reaksi.


Pasangan gaya aksi-rekasi :
 terjadi serentak
 bekerja pada benda yang berbeda
 sama besar
 berlawanan arah

Fdt : gaya oleh dinding pada tali

Ftd : gaya oleh tali pada dinding

3
wt : gaya tarik bumi pada tali

Ftb : gaya oleh tali pada balok

Fbt : gaya oleh balok pada tali

w : gaya tarik bumi pada balok

w’ : gaya tarik balok pada bumi

w’ : gaya tarik tali pada bumi

Merupakan pasangan gaya aksi - reaksi :


w dan w’, wt dan wt’, Fbt dan Ftb, Fdt dan Ftd.

2. PEMAKAIAN HUKUM NEWTON

Hukum kedua Newton , F = m a, merupakan bagian yang penting di dalam menyelesaikan


masalah-masalah mekanika. Ada beberapa langkah yang berguna untuk membantu
menyelesaikan masalah-masalah mekanika.
a. Identifikasi obyek/benda yang menjadi pusat perhatian.

yang menjadi pusat perhatian : balok



m

lantai licin

b. Gambar gaya-gaya yang bekerja pada obyek/benda tersebut secara vektor.


N
F

4
c. Pilih sistem koordinat pada obyek/benda tersebut dan proyeksikan gaya-
gaya yang bekerja pada sumbu koordinat.
y
N
F sin  F

F cos  x

w = mg

d. Tulis hukum keduan Newton dalam F = ma, dan jumlahkan F total yang bekerja
pada obyek/benda tersebut secara vektor.

 komponen x
Fx = m ax
F cos  = m ax
 Komponen y
Fy = m ay
F sin  + N - mg = m ay

e. Selesaikan permasalahannya secara simbolik (dengan notasi simbol, misal m, a, F dsb).

Dari dua persamaan dalam komponen x dan komponen y tersebut variabel yang
ditanyakan dapat dicari.

f. Masukkan nilai tiap-tiap variabel ke dalam persamaan yang sudah diperoleh.

3. GESEKAN
Gaya gesek adalah gaya yang terjadi antara 2 permukaan yang bergerak relatif
berlawanan.

adhesi
permukaan

5
Tinjau sebuah balok yang terletak pada bidang datar yang kasar.

diam F=0

F1 diam F=0
fs F1 fs = F1

F2 diam F=0
fs F1 fs = F2

F3 diam F=0
fs F1 fs = F3

Gaya gesek yang terjadi selama benda diam disebut gaya gesek statik. Gaya gesek statik
maksimum adalah gaya terkecil yang dibutuhkan agar benda mulai bergerak. Gaya gesek
statik maksimum :
a. Tidak tergantung luas daerah kontak.
b. sebanding dengan gaya normal. Gaya normal muncul akibat deformasi elastik benda-
benda yang bersinggungan.

fs  s N
s = koefisien gesek statis
Bila F3 diperbesar sedikit saja, benda akan bergerak.

mulai bergerak F=ma


F1 F4 fk < F4
fk

Gaya gesek yang terjadi selama benda sedang bergerak disebut gaya gesek kinetik.

fk = k N
k = koefisien gesek kinetik

6
3. DINAMIKA GERAK MELINGKAR

Suatu partikel yang bergerak melingkar dengan besar kecepatan konstan, partikel tersebut
mengalami percepatan (centripetal) sebesar
a = v2/r
yang arahnya menuju ke pusat lingkaran (kelengkungan).

Dari hukum ke-2 Newton, bahwa apabila sebuah benda bergerak dipercepat maka pada
benda tersebut bekerja gaya. Maka pada kasus benda bergerak melingkar, pada benda
tersebut bekerja gaya yang arahnya juga ke pusat. Gaya-gaya tersebut disebut gaya
centripetal.

Contoh : sebuah balok yang diputar vertikal dengan tali.

pada posisi di A gaya yang menuju ke pusat adalah tegangan tali T dan berat balok w, jadi Fc
=T+w

T
w

w
Pada posisi di bawah, gaya yang menuju ke pusat adalah tegangan tali T dan berat balok w
(arah menjauhi pusat). Jadi Fc = T - w

Bagaimana gaya cintripetalnya bila balok balok berapa pada posisi di samping.

CONTOH SOAL.

1. Perhatikan gambar di samping! Massa balok masing-masing m1 = 2 kg dan m2 = 3 kg serta


massa katrol diabaikan. Jika permukaan bidang licin dan g = 10 m.s−2, maka percepatan

7
sistem adalah ….

A. 0,5 m.s−2
B. 2,0 m.s−2
C. 2,5 m.s−2
D. 4,0 m.s−2
E. 6,0 m.s−2
Pembahasan
Diketahui :
m1 = 2 kg, m2 = 3 kg, g = 10 m.s−2
w2 = m2 g = (3)(10) = 30 kg m/s2 atau 30 Newton
Ditanya : Percepatan sistem (a) ?
Jawab :

2. Benda bermassa dan dihubungkan dengan tali melalui katrol licin seperti gambar. Jika m1 =
2 kg, m2 = 3 kg dan g = 10 ms-2, maka besar gaya tegangan tali T adalah…

A. 10,2 N
8
B. 13,3 N
C. 15,5 N
D. 18,3 N
E. 24,0 N
Pembahasan
Diketahui :
m1 = 2 kg, m2 = 3 kg, g = 10 ms-2
w1 = (2)(10) = 20 Newton
w2 = (3)(10) = 30 Newton
Ditanya : besar gaya tegangan tali (T) ?
Jawab :
w2 = 30 Newton lebih besar dari w1 = 20 Newton karenanya m2 bergerak ke bawah, m1
bergerak ke atas.
Rumus hukum II Newton :

Gaya tegangan tali ?


Sesuai dengan arah gerakan sistem atau arah percepatan sistem, arah gaya berat m2 ke
bawah, arah gaya tegangan tali pada m2 ke atas :
w2 – T2 = m2 a
30 – T2 = (3)(2)
30 – T2 = 6
T2 = 30 – 6
T2 = 24 Newton

Arah gaya berat m1 ke bawah, arah gaya tegangan tali pada m1 ke atas :
T1 – w1 = (m1)(a)
T1 – 20 = (2)(2)
T1 – 20 = 4
T1 = 4 + 20
T1 = 24 Newton
Gaya tegangan tali (T) = T1 = T2 = 24 Newton.
3. Dua balok yang masing-masing bermassa 4 kg, dihubungkan dengan tali dan katrol seperti
pada gambar. Bidang permukaan dan katrol licin. Jika balok B ditarik dengan gaya mendatar

9
50 N, percepatan balok adalah… (g = 10 m/s2)

A. 1,25 m/s2
2
B. 7,5 m/s
C. 10 m/s2
D. 12,5 m/s2
E. 15 m/s2
Pembahasan
Diketahui :
mA = 4 kg, mB = 4 kg, g = 10 m/s2
wA = (mA)(g) = 4)(10) = 40 Newton
F = 50 Newton
Ditanya : percepatan sistem ?
Jawab :
Rumus hukum II Newton :

II. KINEMATIKA PARTIKEL


Kinematika adalah bagian dari mekanika yang mempelajari tentang gerak tanpa
memperhatikan apa/siapa yang menggerakkan benda tersebut. Bila gaya penggerak ikut
diperhatikan maka apa yang dipelajari merupakan bagian dari dinamika.
Partikel adalah benda dengan ukuran yang sangat kecil. Partikel merupakan suatu
pendekatan/model dari benda yang diamati. Pendekatan benda sebagai partikel dapat
dilakukan bila benda melakukan gerak translasi murni.

10
Gerak disebut gerak translasi bila selama bergerak sumbu kerangka acuan yang
melekat pada benda (x’,y’,z’) selalu sejajar dengan keranggka acuannya sendiri (x,y,z).
y

1. PERGESERAN, KECEPATAN dan PERCEPATAN

1.1. Pergeseran
Posisi dari suatu partikel di dalam suatu sistem koordinat dapat dinyatakan dengan vektor
posisi r = x i + y j.

y
(x,y)

r=xi+yj
x

Partikel bergerak dari pisisi pertama r1 ke posisi kedua r2 melalui lintasan sembarang (tidak
harus lurus). Pergeseran merupakan suatu vektor yang menyatakan perpindahan partikel dari
posisi pertama ke posisi kedua melalui garis lurus. Pergeseran didefinisikan :
r = r2 - r1
y
A
r
r1 B
r2
x

1.2. Kecepatan
Pertikel bergerak dengan suatu lintasan tertentu. Pada sat t 1 partikel pada posisi r1 dan pada
t1 partikel pada posisi r1. Kecepatan adalah pergeseran partikel per satuan waktu.
1.2.1. Kecepatan rata-rata.
rata-rata r2 - r1
v =
t -t
2 1

1.2.2. Kecepatan sesaat.


Bila selang waktu pengukuran t mendekati harga nol maka diperoleh kecepatan
sesaat.
11
vs = lim x/t
t  0
vs = dr/dt

Dalam 2 dimensi r dapat dinyatakan sebagai r = x i + y j maka diperoleh kecepatan


v = dr/dt
v = dx/dt i + dy/dt j
= vx i + vy j

Dalam 1 dimensi dimana gerak dari pertikel hanya dalam satu arah saja (misal- kan
dalam arah sumbu x) maka vy = 0.
Maka percepatan partikel dalam 1 dimensi (sumbu x) adalah
v = vx i

1.3. Percepatan
Selama pergeseran tersebut kecepatan pertakel dapat mengalami perubahan. Perubahan
kecepatan per satuan waktu disebut percepatan.

1.3.1. Percepatan rata-rata


Percepatan rata-rata adalah perubahan kecepatan dalam selang waktu t.

ar = v v2 - v1
t t2 - t1

1.3.2. Percepatan sesaat


Bila selang waktu t mendekati nol maka diperoleh harga sesaat dari percepatan.

as = lim v/t
t  0

as = dv/dt.

Dalam 2 dimensi v dapat dinyatakan sebagai v = vx i + vy j maka diperoleh percepatan


a = dv/dt

= dvx/dt i + dvy/dt j

= a x i + ay j

Dalam 1 dimensi dimana gerak dari pertikel hanya dalam satu arah saja (misal- kan
dalam arah sumbu x) maka ay = 0.
Maka percepatan partikel dalam 1 dimensi (sumbu x) adalah
a = ax i
Apabila partikel bergerak dengan percepatan konstan, maka ar = as = a.

12
2. GERAK DALAM SATU DIMENSI dengan PERCEPATAN KONSTAN

2.1. Gerak dalam arah sumbu x.


Gerak satu dimensi berarti partikel bergerak dalam satu arah saja, misalkan dalam arah
sumbu x.
pergeseran :r=xi
kecepatan : v = vx i
percepatan : a = ax I
Karena arah gerak sudah ditentukan maka dalam perumusan tentang gerak partikel hanya
menyangkut tentang besarnya saja.

 Percepatan konstan : ar = as = a.
a = v2 - v1
t2 - t1
a = vx - vo
t
Diperoleh persamaan vx = vo + at (*)

at menyatakan pertambahan kecepatan pada selang waktu tersebut.

 Percepatan konstan = perubahan v konstan.


Dari statistik dapat diperoleh vr = (vo + v )/2.
Bila vr t menyatakan pertambahan posisi dalam selang waktu t, maka posisi partikel
menjadi
x = xo + vr t
Dengan mensubstitusikan vr = (vo + v )/2 diperoleh
x = xo + 1/2 (vo + v ) t (**)

Bila persamaan (*) disubstitusikan ke (**) diperoleh :


x = xo + 1/2 (vo + vo + at) t

x = xo + vo t +1/2 at2 (***)


dan bila t = (vx - vo )/a yang disubstitusikan diperoleh
x = xo + 1/2 (vo + vx )t
x = xo + 1/2 (vo + vx ) (vx - vo )/a

vx 2 = vo2 + 2a (x - xo ) (****)
Dari pembahasan di atas diperoleh 4 buah persamaan yang menghubungkan 4 buah
variabel dari kinematika (x, v, a, t). Sehingga permasalahan tentang gerak partikel dapat
diselesaikan dengan menggunakan 4 buah persamaan berikut :

(1) vx = vo + at tanpa : x
(2) x = xo + 1/2 (vo + v ) t tanpa : a
(3) x = xo + vo t +1/2 at2 tanpa : v
2 2
(4) vx = vo + 2a (x - xo ) tanpa : t

13
2.2. Gerak dalam arah sumbu y.
Gerak dalam arah sumbu y dapat diperoleh langsung dengan mengambil persamaan yang
sudah diperoleh pada 2.a.

(1) vy = vo + ayt
(2) y = yo + 1/2 (vo + vy) t
(3) y = yo + vo t +1/2 ayt2
(4) vy 2 = vo2 + 2ay (y - yo )

 Gerak jatuh bebas


Gerak jatuh bebas adalah kondisi khusus dari gerak dalam arah sumbu y.
vo = 0, yo = 0 dan ay = g. (karena arah gerak selalu ke bawah, maka arah ke bawah diberi
tanda positip) diperoleh persamaan :

(1) vy = gt
(2) y = 1/2 vy t
(3) y = 1/2 gt2
(4) vy 2 = 2gy

3. GERAK DUA DIMENSI


Gerak dua dimensi dapat diuraikan ke komponen geraknya dalam sumbu x dan sumbu y.
komponen gerak dalam sumbu x komponen gerak dalam sumbu y
(1x) vx = vxo + at (1y) vy = vy o + ayt
(2x) x = xo + 1/2 (vxo + v ) t (2y) y = yo + 1/2 (vy o + vy) t
2
(3x) x = xo + vxo t +1/2 at (3y) y = yo + vy o t +1/2 ayt2
(4x) vx 2 = vo2 + 2a (x - xo ) (4y) vy 2 = vo2 + 2ay (y - yo )

3.1. Gerak Peluru


Gerak peluru merupakan gerak dalam 2 dimensi (bidang).

y
vy v

vx
vy0 v0

vx0 x

Posisi awal peluru terletak di pusat koordinat, jadi x0 = 0 dan y0 = 0.

14
Peluru mempunyai kecepatan awal v0. Kecepatan awal peluru ini dapat diuraikan menjadi
komponen-komponennya :

vx0 = v0 cos 
vy0 = v0 sin 

Setelah peluru melayang diudara, pada peluru hanya bekerja percepatan gravitasi yang
arahnya ke bawah ,
ay = -g
ax = 0
Sehingga untuk gerak peluru persamaan geraknya :

komponen gerak dalam sumbu x komponen gerak dalam sumbu y


(1x) vx = v0 cos  (1y) vy = v0 sin  - gt
(2y) y = 1/2 (v0 sin  + vy) t
(3x) x = v0 cos  t (3y) y = v0 sin  t +1/2 ayt2
(4y) vy 2 = (v0 sin )2 + 2gy

Besar kecepatan partikel pada saat t adalah :


_________
v = vx 2 + vy 2
Arah kecepatan terhadap sumbu x : tg  = vy / vx

Dengan mensubstitusikan t dari persemaan (3x) ke persamaan (3y) akan diperoleh :


y = v0 sin  t - 1/2 gt2
y = (tg ) x - [g/(2 v02cos2)] x2
y = Ax - Bx2
Dari persamaan tersebut tampak bahwa lintasan peluru berupa lintasan parabolik.
3.2. Gerak Melingkar

Pada gerak melingkar beraturan partikel bergerak dengan besar kecepatan konstan, tetapi
arah percepatan tidak konstan. Partikel akan bergerak dipercepat.

P
r v v
c v v
r
P’

v’
Pada saat t partikel di P dan pada saat t + t di P’. Kecepatan di P adalah v dan kecepatan di
P’ adalah v’ yang besarnya sama dengan v tetapi rahnya berbeda. Panjang lintasan yang
ditempuh dalam waktu t adalah busur PP’ yang sama dengan v t.

15
 CPP’ sebangun dengan OQQ’. Bila dibuat pendekatan panjang tali busur PP’ sama
dengan panjang busur PP’ maka,

v v t
v r

v v2
t r

Untuk t  0 diperoleh harga eksak


a = lim v/t = v2/r
t  0
yang merupakan besar kecepatan yang dialami oleh partikel.
Sedang arahnya sama dengan arah v, yaitu menuju ke pusat kelengkungan. Karena menuju
ke pusat, percepatan ini disebut percepatan centripetal.
u y = r sin 
x = r cos 
ur
y r

x

u dan ur adalah vektor satuan dalam arah tangensial dan radial.


Kecepatan partikel v dapat dinyatakan dalam koordinat polar sebagai
v = v u
Bila besar dan arah v berubah maka dv/dt adalah :

dv/dt = a = v du/dt + u dv/dt


a = aT u - aR ur

aR : percepatan radial = percepatan centripetal = v2/r


aT : percepatan tangensial

4. KECEPATAN DAN PERCEPATAN RELATIF

16
Bila suatu partikel bergerak dalam suatu kerangka (S’) dan kerangka tersebut juga bergerak
terhadap kerangka diam (S) yang lain, maka partikel tersebut kecepatan dan percepatannya
tergantung pada kerangka mana dilihat.

y y’

S’ A=A’
x’
S t=0
x
y y’

r u
r’
A ut A’
x’
S t=t
x

Pada saat t =0 partikel di titik A menurut kerangka S dan dititik A’ menurut kerangka S’,
dimana kedua titik tersebut berimpit. Bila kerangka S’ bergerak dengan kecepatan konstan u
sejajar sumbu x maka pada saat t = t titik A bergeser sejauh ut. Dan apabila titik A’ bergerak
dalam kerangka S’ sejauh r’ maka posisi partikel dilihat oleh kerangka S adalah r, dimana
r = r’ + ut
maka
dr/dt = dr’/dt + u
v = v’ + u
Jadi kecepatan partikel relatif terhadap kerangka S, yaitu v, merupakan jumlah vektor
kecepatan v’ yaitu kecepatan partikel terhadap kerangka S’ dan u yaitu kecepatan kerangka
S’ terhadap S.
Karena u konstan maka dv/dt = dv’/dt atau a = a’, dalam kerangka yang bergerak relatif
terhadap kerangka lain dengan kecepatan konstan, percepatannya akan nampak sama.

CONTOH SOAL :

Soal No. 1
Sebuah partikel bergerak dengan persamaan posisi terhadap waktu :

17
r(t) = 3t2− 2t + 1
dengan t dalam sekon dan rdalam meter.
Tentukan:
a. Kecepatan partikel saat t = 2 sekon
b. Kecepatan rata-rata partikel antara t = 0 sekon hingga t= 2 sekon
Pembahasan
a. Kecepatan partikel saat t = 2 sekon (kecepatan sesaat)

b. Kecepatan rata-rata partikel saat t = 0 sekon hingga t = 2 sekon

Soal No. 2
Sebuah benda bergerak lurus dengan persamaan kecepatan :

Jika posisi benda mula-mula di pusat koordinat, maka perpindahan benda selama 3 sekon
adalah...
A. 10 m
B. 20 m
C. 30 m
D. 40 m
E. 50 m
(Sumber soal: Marthen Kanginan 2A, Kinematika dengan Analisis Vektor)

Pembahasan
Jika diketahui persamaan kecepatan, untuk mencari persamaan posisi integralkan persamaan
kecepatan tersebut terlebih dahulu, di pusat koordinat artinya posisi awalnya diisi angka nol
(xo = 0 meter).

18
Masukkan waktu yang diminta

Masih dalam bentuk i dan j, cari besarnya (modulusnya) dan perpindahannya

KINEMATIKA GERAK MELINGKAR


Persamaan posisi sudut suatu benda yang bergerak melingkar dinyatakan sebagai berikut:
Tentukan:
a) Posisi awal
b) Posisi saat t=2 sekon
c) Kecepatan sudut rata-rata dari t = 1 sekon hingga t = 2 sekon
d) Kecepatan sudut awal
e) Kecepatan sudut saat t = 1 sekon
f) Waktu saat partikel berhenti bergerak
g) Percepatan sudut rata-rata antara t = 1 sekon hingga t = 2 sekon
h) Percepatan sudut awal
i) Percepatan sudut saat t = 1 sekon
Pembahasan
a) Posisi awal adalah posisi saat t = 0 sekon, masukkan ke persamaan posisi

b) Posisi saat t = 2 sekon

c) Kecepatan sudut rata-rata dari t = 1 sekon hingga t = 2 sekon

d) Kecepatan sudut awal


Kecepatan sudut awal masukkan t = 0 sekon pada persamaan kecepatan sudut. Karena belum
diketahui turunkan persamaan posisi sudut untuk mendapatkan persamaan kecepatan sudut.

19
e) Kecepatan sudut saat t = 1 sekon

f) Waktu saat partikel berhenti bergerak


Berhenti berarti kecepatan sudutnya NOL.

g) Percepatan sudut rata-rata antara t = 1 sekon hingga t = 2 sekon

h) Percepatan sudut awal


Turunkan persamaan kecepatan sudut untuk mendapatkan persamaan percepatan sudut.

i) Percepatan sudut saat t = 1 sekon

KESIMPULAN

Gaya, tarik atau dorong, diperlukan untuk menjaga sesuatu bergerak.benda bergerak
mempunyai “kuantitas gerak” secara intrinsik.
Hukum Newton mengandung 3 konsep : massa, gaya, momentum “Kuantitas gerak” atau
momentum diukur dari perkalian massa benda dengan kecepatannya : p = m v

Hukum I : Benda yang bergerak cenderung untuk tetap bergerak, atau


tetap diam jika diam.

Hukum II : Laju perubahan momentum suatu benda sama dengan gaya total
yang bekerja pada benda tersebut.

F = dp/dt

20
bila massa m konstan,

F = d(mv)/dt
m dv/dt

karena dv/dt = a (percepatan), maka

F = ma

Hukum III : Untuk setiap aksi selalu terdapat rekasi yang sama besar dan
berlawanan.

Kinematika adalah bagian dari mekanika yang mempelajari tentang gerak tanpa
memperhatikan apa/siapa yang menggerakkan benda tersebut. Bila gaya penggerak ikut
diperhatikan maka apa yang dipelajari merupakan bagian dari dinamika.
Partikel adalah benda dengan ukuran yang sangat kecil. Partikel merupakan suatu
pendekatan/model dari benda yang diamati. Pendekatan benda sebagai partikel dapat
dilakukan bila benda melakukan gerak translasi murni.

MAKALAH
FISIKA DASAR
DINAMIKA dan KINEMATIKA PARTIKEL

21
Disusun Oleh :
NAMA : TEGUH YULIANTO
NPM : 14051119

FAKULTAS MIPA TEHNIK INFORMATIKA


UNIVERSITAS MEGOW PAK TULANG BAWANG
2014

22

Anda mungkin juga menyukai