Anda di halaman 1dari 16

KELOMPOK 5

Nama Anggota: 1. Dewi Apriliani (108116041)

2. Nurul Abibah (108116048)

3. Hendrawan (1081160454)

4. Desy Nur Annisa (1081160454

Prodi : S1 Keperawatan 3B
Mata Kuliah : Keperawatan Komunitas II
Dosen : Widyoningsih, M. Kep., Sp.Kep.Kom

KONSEP DASAR PENYAKIT TBC

A. DEFINISI
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi menahun menular yang
disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Kuman tersebut
biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara (pernapasan) ke dalam
paru-paru, kemudian menyebar dari paru-paru ke organ tubuh yang lain melalui
peredaran darah, yaitu: kelenjar limfe, saluran pernafasan atau penyebaran
langsung ke organ tubuh lain (Depkes RI, 2011).
Tuberkulosis adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim
paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya termasuk
meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe (Smeltzer 2001).

B. ETIOLOGI
Penyebab tuberculosis adalah Mycobacterium Tuberkulosis. Kuman
Mycobacterium Tuberkulosis adalah kuman berbentuk batang aerobik tahan
asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitive terhadap panas dan sinar
ultraviolet (Smelzer, 2001: 5584).
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang
membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan
kimia dan fisik. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam
keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi
karena kuman berada dalam sifat dormant.Dari sifat dormant ini kuman dapat
bangkit kembali dan menjadikan tuberculosis aktif lagi (Bahar, 1999: 715).
Sifat lain kuman ini adalah kuman aerob, sifat ini menunjukkan bahwa
kuman lebih menyenani jaringan yang lebih tinggi kandungan oksigennya.
Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi daripada
bagian lain, sehingga bagian apikal inimerupakan tempat prediksi penyakit
tuberculosis.
Kuman TBC menyebar melalui udara (batuk,tertawa dan bersin) dan
melepaskan droplet. Sinar matahari langsung dapat mematikan kuman, akan
tetapi kuman dapat hidup beberapa jam dalam suhu kamar (Dep Kes RI 2002).

C. INSIDEN
Penyakit tuberkulosis adalah penyakit yang sangat epidemik karena kuman
mikrobakterium tuberkulosa telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia.
Program penaggulangan secara terpadu baru dilakkan pada tahun 1995 melalui
strategi DOTS (directly observed treatment shortcourse chemoterapy), meskipun
sejak tahun 1993 telah dicanangkan kedaruratan global penyakit tuberkulosis.
Kegelisahan global ini didasarkan pada fakta bahwa pada sebagian besar negara
di dunia, penyakit tuberkulosis tidak terkendali, hal ini disebabkan banyak
penderita yang tidak berhasil disembuhkan, terutama penderita menular (BTA
positif).
Pada tahun 1995, diperkirakan setiap tahun terjadi sekitar sembilan juta
penderita dengan kematian tiga juta orang (WHO, 1997). Di negara-negara
berkembang kematian karena penyakit ini merupakan 25 % dari seluruh
kematian, yang sebenarnya dapat dicegah. Diperkirakan 95 % penyakit
tuberkulosis berada di negara berkembang, 75 % adalah kelompok usia produktif
(15-50 tahun). Tuberkulosis juga telah menyebabkan kematian lebih banyak
terhadap wanita dibandingkan dengan kasus kematian karena kehamilan,
persalinan dan nifas.
Di indonesia pada tahun yang sama, hasil survey kesehatan rumah tangga
(SKRT) menunjukkan bahwa penyakit tuberkulosis merupakan penyebab
kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit infeksi saluran
pernapasan pada semua kelompok usia, dan nomor satu dari golongan penyakit
infeksi. WHO memperkirakan setiap tahun menjadi 583.000 kasus baru
tuberkulosis dengan kematian sekitar 140.000. secara kasar diperkirakan setiap
100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru tuberkulosis dengan
BTA positif.

D. PATOFISIOLOGI
Tempat masuk kuman M. Tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis (TBC)
terjadi melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-
kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas
dengan melakukan reaksi inflamasi Bakteri dipindahkan melalui jalan nafas
,basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai
suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil ; gumpalan yang lebih besar
cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkhus dan tidak
menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus, basil tuberkel ini
membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada
tempat tersebut dan memfagosit bakteri namun tidak membunuh organisme
tersebut. Setelah hari-hari pertama leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang
terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa
yang tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit
atau berkembang-biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening
menuju ke kelenjar getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi
menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel
epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini membutuhkan waktu 10 – 20
hari .
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan
seperti keju, isi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Bagian ini disebut dengan
lesi primer. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di
sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon
yang berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan
parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Ghon dan gabungan terserangnya
kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon.
Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana
bahan cair lepas kedalam bronkhus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular
yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk kedalam percabangan
trakheobronkial. Proses ini dapat terulang kembali di bagian lain di paru-paru,
atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah, atau usus. Lesi primer
menjadi rongga-rongga serta jaringan nekrotik yang sesudah mencair keluar
bersama batuk. Bila lesi ini sampai menembus pleura maka akan terjadi efusi
pleura tuberkulosa.
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan mening
galkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkhus dapat
menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan
rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir
melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan,
dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini dapat
menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan
bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.
Organisme yang lolos melalui kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah
dalam jumlah kecil, yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai
organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfohematogen,
yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu
fenomena akut yang biasanya menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi
apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme
masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh.
Komplikasi yang dapat timbul akibat tuberkulosis terjadi pada sistem
pernafasan dan di luar sistem pernafasan. Pada sistem pernafasan antara lain
menimbulkan pneumothoraks, efusi pleural, dan gagal nafas, sedang diluar
sistem pernafasan menimbulkan tuberkulosis usus, meningitis serosa, dan
tuberkulosis milier.
E. PATHWAYS
F. MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala yang sering terjadi pada tuberkulosis adalah batuk yang
tidak spesifik tetapi progresif. Biasanya tiga minggu atau lebih dan ada dahak.
Selain tanda-tanda tersebut diatas, penyakit TBC biasanya tidak tampak adanya
tanda dan gejala yang khas. Biasanya keluhan yang muncul adalah :
1. Demam : terjadi lebih dari satu bulan, biasanya pada pagi hari.
2. Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini
membuang mengeluarkan produksi radang, dimulai dari
batuk kering sampai batuk purulent menghasilkan sputum ).
3. Sesak nafas : terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai
setengah paru.
4. Nyeri dada : ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
5. Malaise : ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit
kepala, nyeri otot dan keringat di waktu di malam hari.

G. KLASIFIKASI
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk
menetapkan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang sesuai dan dilakukan
sebelum pengobatan dimulai.
1. Tuberculosis Paru
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TBC Paru dibagi dalam
a. Tuberkulosis Paru BTA (+)
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (+).
1 spesimen dahak SPS hasilnya (+) dan foto rontgen dada menunjukan
gambaran tuberculosis aktif.
b. Tuberkulosis Paru BTA (-)
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (-) dan foto
rontgen dada menunjukan gambaran tuberculosis aktif. TBC Paru BTA
(-), rontgen (+) dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya,
yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto rontgan
dada memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas
2. Tuberculosis Ekstra Paru
TBC ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya,
yaitu :
a. TBC ekstra-paru ringan
Misalnya : TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang
(kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
b. TBC ekstra-paru berat
Misalnya : meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis
eksudativa duplex, TBC tulang belakang, TBC usus, TBC
saluran kencing dan alat kelamin.
Tipe penderita
Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya,ada beberapa tipe penderita yaitu :
a. Kasus Baru
Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).
b. Kambuh (Relaps)
Adalah penderita tuberculosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat
denga hasil pemeriksaan dahak BTA (+).
c. Pindahan (Transfer In)
Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain
dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahhhan tersebut
harus membawa surat rujukan/pindah (Form TB.09).
d. Setelah Lalai (Pengobatan setelah default/drop out)
Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2
bulan atau lebih, kemudian dating kembali dengan hasil pemeriksaan dahak
BTA (+).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Diagnostik.
a. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum sangat penting karena dengan di ketemukannya
kuman BTA diagnosis tuberculosis sudah dapat di pastikan. Pemeriksaan
dahak dilakukan 3 kali yaitu: dahak sewaktu datang, dahak pagi dan
dahak sewaktu kunjungan kedua. Bila didapatkan hasil dua kali positif
maka dikatakan mikroskopik BTA positif. Bila satu positif, dua kali
negatif maka pemeriksaan perlu diulang kembali. Pada pemeriksaan ulang
akan didapatkan satu kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA
negatif. Untuk memastikan jenis kuman mengidentifikasi perlu dilakukan
pemeriksaan biakan/kultur kuman dari dahak yang diambil (Depkes RI,
2002).
Ziehl-Neelsen (pewarnaan terhadap sputum)
Positif jika ditemukan bakteri tahan asam.
Skin test (PPD, Mantoux)
Hasil tes mantoux dibagi menjadi dalam;
Indurasi 0-5 mm (diameternya) : mantoux negatif
Indurasi 6-9 mm : hasil meragukan
Indurasi 10-15 mm : hasil mantoux positif
Indurasi lebih dari 16 mm : hasil mantouk positif kuat
Reaksi timbul 48 – 72 jam setelah injeksi antigen intra kutan,berupa
indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni
persenyawaan antara antibody dan antigen tuberculin.
Rontgen dada menunjukkan adanya infiltrasi lesi pada paru-paru
bagian atas, timbunan kalsium dari lesi primer atau penumpukan cairan.
Perubahan yang menunjukkan perkembangan tuberkulosis meliputi
adanya kavitas dan area fibrosa.

b. Pemeriksaan histologi/kultur jaringan


Positif bila terdapat mikobakterium tuberkulosis.
Biopsi jaringan paru
Menampakkan adanya sel-sel yang besar yang mengindikasikan
terjadinya nekrosis.
c. Pemeriksaan elektrolit
Mungkin abnormal tergantung lokasi dan beratnya infeksi, misalnya
hipernatremia yang disebabkan retensi air mungkin ditemukan pada
penyakit tuberkulosis kronis.
d. Analisa gas darah (BGA)
Mungkin abnormal tergantung lokasi, berat, dan adanya sisa kerusakan
jaringan paru.
e. Pemeriksaan fungsi paru
Turunnya kapasitas vital, meningkatnya ruang rugi, meningkatnya rasio
residu udara pada kapasitas total paru, dan menurunnya saturasi oksigen
sebagai akibat infiltrasi parenkim/fibrosa, hilangnya jaringan paru, dan
kelainan pleura (akibat dari tuberkulosis kronis).
H. PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan TBC Paru
Tujuan pemberian obat pada penderita tuberculosis adalah:
menyembuhkan, mencegah kematian,dan kekambuhan, menurunkan tingkat
penularan (Depkes RI. 2002).
Sejak ditemukannya obat-obat anti TB dan dimulainya dengan
monotherapi, kemudian mulai timbul masalah resistensi terhadap obat-obat
tersebut, maka pengobatan secara paduan beberapa obat ternyata dapat
mencapai tingkat kesembuhan yang tinggi dan memperkecil jumlah
kekambuhan.
Paduan obat jangka pendek 6 – 9 bulan yang selama ini dipakai di
Indonesia dan dianjurkan juga oleh WHO adalah 2 RHZ/4RH dan variasi lain
adalah 2 RHE/4RH, 2 RHS/4RH, 2 RHZ/4R3H3/ 2RHS/4R2H2, dan lain-
lain. Untuk TB paru yang berat ( milier ) dan TB Ekstra Paru, therapi tahap
lanjutan diperpanjang jadi 7 bulan yakni 2RHZ / 7RH. Departemen Kesehatan
RI selama ini menjalankan program pemberantasan TB Paru dengan panduan
1RHE / 5R2H2.
Bila pasien alergi/hipersensitif terhadap Rifampisin, maka paduan obat
jangka panjang 12–18 bulan dipakai kembali yakni SHZ, SHE, SHT, dan lain-
lain.
Beberapa obat anti TB yang dipakai saat ini adalah :
a. Obat anti TB tingkat satu
Rifampisin (R), Isoniazid (I), Pirazinamid (P), Etambutol (E), Sterptomisin
( S ).
b. Obat anti TB tingkat dua
Kanamisin ( K ), Para-Amino-Salicylic Acid ( P ),Tiasetazon ( T ),
Etionamide, Sikloserin, Kapreomisin, Viomisin, Amikasin, Ofloksasin,
Sifrofloksasin, Norfloksasin, Klofazimin dan lain-lain.
Obat anti TB tingkat dua ini daya terapeutiknya tidak sekuat yang
tingkat satu dan beberapa macam yang teakhir yaitu golongan
aminoglikosid dan quinolon masih dalam tahap eksperimental.

I. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin muncul akibat TBC antara lain :
1. Hemoptisis
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial
3. Bronkiestasis
4. Pneumotorak
5. Infusiensi cardio pulmoner
6. Gagal napas
7. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak dan tulang
8. Pleuritis
9. Efusi pleura
10. Emfisema
11. Laringitis tuberculosis
12. Amiloidosis
13. SOPT (Sindrom obstruksi pasca tuberkulosis)

J. Masalah Keperawatan Komunitas yang sering muncul


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Perilaku kesehatan cenderung beresiko
4. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, A.H, Hardi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi. Yogyakarta: Media Action
Publishing
Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
Jakarta: EGC
Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
https://www.scribd.com/document/145177000/Konsep-Asuhan-Keperawatan-
Keluarga-Dengan-Tb-Paru
https://www.scribd.com/doc/309550819/Askep-Keluarga-Dengan-TB-Paru
Sumber data Keterangan
Data primer Hasil interview Hasil Data
No Fokus pengkajian
observasi sekunder
Kuisioner Hasil Auto Allo
pemeriksaan anamnesa anamnesa
1. Data karakteristik penderita
a. Status social dan ekonomi  
b. Jenis kelamin 
c. Pekerjaan 
d. Perokok  
e. Status Gizi 
f. Riwayat Diabetes  
g. Riwayat HIV-AIDS 
h. Umur  
i. status imunisasi 
2. Keluhan/tanda dan gejala
a. Frekuensi batuk  
b. Demam  
c. Berat badan menurun   
d. Sesak nafas   
e. Nyeri dada   
f. Nafsu makan menurun   
g. Keringat malam  
h. sakit kepala  
i. nyeri otot  
3. Hasil pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan sputum (BTA) 
b. Rontgen dada 
c.Pemeriksaan histologi/kultur 
jaringan
d. Pemeriksaan elektrolit 
e. Analisa gas darah (BGA) 
f. Pemeriksaan fungsi paru 
4. Lingkungan atau kondisi rumah
a. Kelembapan 
b. Cahaya 
c. Kepadatan rumah 
d. Ventilasi dan keadaan jendela 

Anda mungkin juga menyukai