Anda di halaman 1dari 11

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

ANALISIS PELAYANAN RUJUKAN PASIEN BPJS DI RSUD CHATIB


QUZWAIN KABUPATEN SAROLANGUN PROVINSI JAMBI

Hartini, Septo Pawelas Arso, Ayun Sriatmi


Peminatan Administrasi Kebijakan Kesehatan
Universitas Diponegoro
Email: harahaphartini@gmail.com

Abstrak: Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh Badan


Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)bidang kesehatan dengan konsep
Universal Health Coverage yang mengharuskan pesertanya mengikuti sistem
rujukan berjenjang yangmengarahkan proses pelayanan rujukan lebih
berkualitas, memuaskan secara efektif dan efisien. Belum optimalnya pelayanan
sistem rujukan, berdampak pada penumpukan pasien di fasilitas kesehatan
tingkat lanjutan dan menurunnya mutu pelayanan kesehatan. Penelitian ini
merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kulitatif,
bertujuan untuk menganalisis pelayanan rujukan pasien BPJS ditinjau dari lima
karakteristik rujukan di RSUD Chatib Quzwain Kabupaten Sarolangun. Informan
utama dalam penelitian ini berjumlah lima orang dan informan triangulasi
sebanyak tujuh orang. Hasil penelitian diketahui bahwa pelayanan rujukan
ditinjau darilima karakteristik rujukan,tiga di antaranya sudah dilaksanakan
memenuhi karakteristik rujukan sesuai Pedomanan Sistem Rujukan Nasional,
yaitu aspek kelengkapan formulir rujukan,kepatuhan petugas kesehatan
terhadap SOP rujukan dan pelaksanaan rujuk balik. Sedangkan dua aspek yang
belum dilaksanakan yaitu komunikasi antar fasilitas kesehatan perujuk dan
penerima rujukan, pencatatan dan pelaporan sistem rujukan. Dibutuhkan kerja
sama dan koordinasi yang baik antara semua pihak terkait dalam upaya
mengoptimalkan pelayanan rujukan.Sangat diharapkan hasil penelitian ini dapat
menjadi salah satu masukan bagi pihak rumah sakit dan instansi terkait dalam
memperbaiki berbagai aspek yang terkait dengan pelayanan rujukan agar dapat
berjalan secara optimal.

Kata kunci : JKN, Sistem rujukan, Pelayanan rujukan, BPJS.


Kepustakaan :6, (2011-2015)

Pendahuluan
Latar Belakang
Pelaksanaan JKN memerlukan Sarana pelayanan kesehatan yang
suatu badan penyelenggara jaminan akan menjadi provider dalam
sosial bersifat wajib yang penduduk penyelenggaraan BPJS, haruslah
(universal coverage) diatur dalam memiliki standar kualitas pelayanan
Undang-Undang Nomor 24 Tahun yang tinggi, terjangkau dalam hal
2011 tentang Badan Penyelenggara biaya, mudah diakses, dan juga
Jaminan Sosial (BPJS).Dalam menerapkan sistem pelayanan
(2)
rangka mewujudkan Universal kesehatan yang efisien. Sistem
Health Coverage (UHC) pada tahun Rujukan Nasionalmerupakan
2019.(1) penjabaran lebih lanjut dari

49
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Peraturan Menteri Kesehatan tetapi juga ditemukan


No.001Tahun 2012 tentang Sistem ketidaklengkapan pengisian formulir.
Rujukan Pelayanan Kesehatan Komunikasi pra rujukan yang tidak
Perorangan.(3) kalah pentingnya juga belum optimal
Menurut World Health dilaksanakan. Idealnya hanya 15%
Organization (WHO) karakteristik pasien yang dirujuk ke pelayanan
rujukan medis adalah adanya kerja sekunder dari 155 diagnosa
sama antara fasilitas pelayanan penyakit, namun sampai saat ini
kesehatan, kepatuhan terhadap jumlah rujukan ke pelayanan
standar operasional prosedur(SOP) sekunder mencapai 15,3%.(5)
rujukan, kelengkapan sumberdaya Rumah Sakit Umum
pendukungtermasuk transportasi DaerahChatib QuzwainSarolangun
dan komunikasi, kelengkapan merupakan satu-satunya rumah
formulir rujukan, komunikasi antar sakit rujukan dari 15 puskesmas dan
fasilitas kesehatan perujuk dan 13 praktik dokter keluarga yang
penerima rujukanserta pelaksanaan berada di sepuluh kecamatan
rujukan balik.(4)Menurut Permenkes sekabupaten Sarolangun.
Nomor 001 tahun 2012 tentang Berdasarkan data dari rekam
sistem rujukan pelayanan kesehatan medisRSUD Chatib
perorangan,dalam pedoman sistem QuzwainSarolangun, jumlah
rujukan nasional karakteristik kunjungan pasien tahun 2014
rujukan sebesar 20.694 pasien, dengan
meliputirujukanberdasarkanindikasi, jumlah rujukan pasien BPJS sebesar
prosedur rujukan pada kasus 11.384 (55,01%). Pada tahun 2015
kegawatan, melakukan rujukan balik jumlah kunjungan pasien sebesar
kefasilitas perujuk,keterjangkauan 28.092 pasien, dengan jumlah
fasilitas rujukan dan rujukan pertama rujukan pasien BPJS sebesar
dari fasilitas primer.(2) 15.948 (56,7%).(6)
Data BPJS Kesehatan secara Masalah dalam sistem rujukan
nasional diketahui bahwa, pada berjenjang tidak hanya terjadi di era
triwulan pertama tahun 2015 JKN saja, tetapi masalah ini juga
terdapat 14.619.528 kunjungan di telah menjadi
fasilitas kesehatan tingkat pertama. masalahsejakASKESterdahulu.
Dari data tersebut sebanyak Seperti yang telah diteliti oleh
2.236.379 kunjungan dirujuk dari Zuhrawardi (2008)terkait analisis
pelayanan primer ketingkat pelaksanaan rujukan rawat jalan
pelayanan sekunder dan 214.706 tingkat pertama peserta wajibASKES
kunjungan diantaranya merupakan pada tiga puskesmas diKota
rujukan nonspesialistik yang berarti Aceh.Sekitar 30-75% rujukan adalah
seharusnya tak perlu dirujuk dan rujukan rawat jalan tingkat
bisadiselesaikan di fasilitas pertama,rujukan diberikan atas
kesehatan tingkat pertama. permintaan sendiri dan bukan atas
Permasalahan sistem rujukan bukan indikasi medis.(8)
hanya pada rujukan non spesialis

50
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

A. Rumusan Masalah a. Kelengkapan syarat


Belum optimalnya pelayanan administrasi rujukan.
rujukan tersebut menjadi Prosedur standar merujuk pasien
permasalahan dalam pelayanan salah satunya adalah prosedur
rujukan selama 2 tahun administrasi rujukan.(3) Menurut
keberlangsungan BPJS Kesehatan. verifikator BPJS Center RSUD
Untuk melihat permasalahan Chatib Quzwain kelengkapan
tersebut dilapangan, peneliti syarat administrasi rujukan dilihat
memilih RSUDProf.Dr.H.M. Chatib dari kunjungan pasien BPJS yang
Quzwain Kabupaten Sarolangun dirujuk ke RSUD Chatib Quzwain
sebagai tempat penelitian karena Sarolangun, pasien BPJS sebagian
merupakan rumah sakit pemerintah besar sudah mengerti tentang
yang menjadi satu-satunya pusat kelengkapan syarat administrasi
rujukan utama seluruh puskesmas rujukan. Pasien yang datang ke
di Kabupaten Sarolangun dan sejak rumah sakit sudah membawa kartu
berjalannya BPJS jumlah kunjungan BPJS, KTP, KK dan yang
RSUD mengalamipeningkatan terpenting adalah surat rujukan
setiap tahunnya, serta belum yang berasal dari FKTP tempat
diketahuinya pelayanan rujukan pasien mendapatkan layanan
yang telah diberikan pada pasien kesehatan pertama kali.Sesuai
BPJS sehingga rumusan masalah dengan Permenkes No 001 Tahun
dalam penelitian ini adalah 2012 pasal 4 ayat 2menyatakan
“bagaimanakah pelayanan rujukan bahwa pelayanan kesehatan
pasien BPJS di RSUD Prof. Dr. H. tingkat kedua hanya dapat
M. Chatib Quzwain Sarolangun?” diberikan atas rujukan dari
pelayanan kesehatan tingkat
B. Tujuan Penelitian pertama.Walaupun sebagian besar
Untuk menganalisis Pelayanan masyarakat telah mengerti hal
Rujukan Pasien BPJS ditinjau dari tersebut masih dijumpai sebagian
lima karakteristik rujukan di RSUD kecil masyarakat peserta KIS yang
Chatib Quzwain Kabupaten tinggal dipedalaman tidak mengerti
Sarolangun. tentang kelengkapan syarat
administrasi rujukan bila ingin
C. Metode Penelitian mendapatkan pelayanan di rumah
Penelitian ini merupakan penelitian sakit, hal ini disebabkan oleh
yang bersifat deskriptif dengan kurangnya penyebaran informasi
pendekatan kualitatif.(9) yang diterima oleh masyarakat
tersebut.
D. Hasil dan Pembahasan
1. Kelengkapan Formulir b. Kesesuaian diagnosa rujukan
Rujukan. Untuk diagnosa penyakit yang
dirujuk haruslah penyakit-penyakit
yang tidak dapat ditangani di FKTP
dimana kasus tersebut harus

51
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

ditangani oleh speasialistik, atau c. Kelengkapan pengisian kolom


keterbatasan sumber daya manusia, rujukan dengan penulisan yang
alat dan obat di FKTP..(10) Terkecuali jelas.
untuk keadaan emergensi atau Berdasarkan Peraturan Menteri
kedaruratan yang terjadi terhadap Kesehatan Nomor 001 Tahun 2012
pasien tersebut. Sebagaimana yang Tentang Sistem Rujukan Pelayanan
terdapat dalam Pedoman Sistem Kesehatan Perorangan, pada pasal
Rujukan Nasional bahwa pasien 15 di sebutkan bahwa “Surat
dengan indikasi rujukan untuk pengantar rujukan sekurang-
penyakit yang ditemukan dan tidak kurangnya memuat identitas pasien,
mampu ditangani di fasyankes hasil pemeriksaan (anamnesis,
karena berbagai keterbatasan, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
dipersiapkan untuk dirujuk ke penunjang) yang telah dilakukan,
fasyankes yang lebih mampu. diagnosis kerja, terapi dan/ atau
Berdasarkan Peraturan Menteri tindakan yang telah diberikan, tujuan
Kesehatan No 5 Tahun 2014 rujukan, dan nama serta tanda
Tentang Panduan Praktek Klinis tangan tenaga kesehatan yang
Dokter di Fasilitas Pelayanan memberikan pelayanan.(2)
Primer, yang menjadi dasar aturan Berdasarkan hasil penelitian dan
atas 155 diagnosa penyakit yang observasi di lapangan bahwa untuk
dapat ditangani di kelengkapan pengisian surat rujukan
FKTP.Berdasarkan aturan tersebut dengan penulisan yang jelas dan
maka dalam syarat rujukan dari dapat dibaca dalam pelayanan
FKTP ke rumah sakit untuk diagnosa rujukan pasien BPJS di RSUD
rujukan pasien BPJS harus diluar Chatib Quzwain Sarolanguntelah
155 diagnosa penyakit tersebut.(11) memenuhi syarat sebagaimana
Menurut verifikator BPJS Center peraturan yang telah ditetapkan,
RSUD Chatib Quzwain Sarolangun tetapi walaupun demikian masih
untuk diagnosa rujukan pasien BPJS ditemukan satu atau dua pengisian
dari FKTP secara umumboleh kolom dalam rujukan yang kurang
dikatakan sudah sesuai dan dapat lengkap.Idealnya kelengkapan
dilayani di rumah sakit..Selanjutnya pengisian kolom surat rujukan
dijelaskan pula bahwa pada bulan dengan penulisan yang jelas
Mei 2016 dari total 2000 rujukan merupakan salah satu syarat dalam
pasien BPJS ada 70 diagnosa yang proses rujukan agar dapat
masuk dalam 155 penyakit yang memberikan informasi yang optimal
dapat ditangani di FKTP, setelah guna penanganan pasien yang
dikonfirmasi oleh verifikator BPJS optimal pula.(12)
tersebut hal ini disebabkan oleh
kesalahan dalam pengkodean oleh 2. Komunikasi Antara Faskes
dokter di FKTP. Perujuk dan Penerima
Rujukan.
a. Intensitas Komunikasi

52
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Intensitas komunikasi yang terjadi health. Dengan memanfaatkan


dalam proses rujukan pasien BPJS teknologi tersebut memberi
di Rumah Sakit Chatib Quzwain kemudahan bagi banyak pihak serta
sebagai penerima rujukan sangat mendukung kelancaran proses
jarang. Informasi yang didapatkan rujukan termasuk dalam mengatasi
dan hasil observasi di lapangan, kendala geografis dan kesulitan
pasien rujukan baik dalam keadaan lainnya yang tidak memungkinkan
emergensi atau non emergensi pasien dapat dirujuk atau dalam
datang secara langsung tanpa ada kondisi tidak transportable.(3)
komunikasi terlebih dahulu dari Informasi yang didapatkan dari
petugas perujuk FKTP, terkecuali Kepala Instalasi Gawat Darurat
ada petugas perujuk menyimpan (IGD) bahwa sampai saat ini rumah
nomor handpone petugas rumah sakit belum mempunyai perangkat
sakit. Komunikasi rujukan terjadi komunikasi untuk penerimaan
apabila nomor tersebut dihubungi rujukan. Hal yang sama juga
oleh petugas pendamping yang akan disampaikan oleh Kepala Bidang
merujuk pasien ke rumah sakit. Pelayanan Medik RSUD Chatib
Dalam proses rujukan, Quzwain menyatakan bahwa rumah
intensitas komunikasi antar fasilitas sakit memang belum mempunyai
kesehatan perujuk dan penerima perangkat komunikasi untuk sistem
rujukan merupakan hal yang sangat rujukan.
penting dilakukan, karena dengan
kondisi pasien yang emergensi perlu c. Hambatan komunikasi
mendapatkan informasi tentang Hasil penelitian dan observasi
kesiapan rumah sakit dalam dilapangan mengenai hambatan
menerima rujukan. Intensitas dalam proses komunikasi rujukan
komunikasi yang baik sangat beragam, mulai dari masalah
membantu banyak pihak dalam jaringan yang sulit, dana yang belum
mempercepat terlaksanaya sebuah tersedia, tidak tersedianya perangkat
proses rujukan yang baik pula. komunikasi sampai belum adanya
nomor khusus yang dapat diakses
b. Perangkat Komunkasi 24 jam.
Berdasarkan Pedoman Sistem Menurut Sektretaris Tim BPJS
Rujukan Nasional menjelaskan RSUD Chatib Quzwain hambatan
bahwa komunikasi antar fasilitas dalam komunikasi proses rujukan di
kesehatan memerlukan teknologi rumah sakit antara lain adalah belum
media komunikasi yang memadai tersedianya perangkat komunikasi
seperti telepon dengan nomor seperti telepon dan juga nomor
khusus yang dapat diakses 24 jam layanan khusus (call center) yang
(call center), radio medik, internet, dapat diakses 24 jam. Menurut
Teknologi Komunikasi Informasi Kabid Pelayanan Medik RSUD
(TIK) atau Information Chatib Quzwain menyatakan bahwa
Communication Technology (ICT) selain masalah jaringan yang sulit,
seperti telemedicine, e-health, u- juga masalah dana yang belum

53
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

tersedia sebab untuk membangun yang terpisah belumtersedia.


jaringan komunikasi membutuhkan Pedoman Sistem Rujukan Nasional
dana yang cukup besar. Oleh karena yang menjadi acuan dalam
itu untuk mengatasi hal tersebut pelayanan rujukan.
pihak rumah sakit telah mengajukan
anggaran kepada DPRD Kabupaten b. Implementasi SOP Rujukan.
Sarolangun.Hambatan dalam Berdasarkan hasil penelitian
komunikasi pelayanan rujukanpasien mengenai implementasi SOP
seharusnya dapat segera diatasi rujukan di RSUD Chatib Quzwain
oleh pihak manajemen rumah sakit diketahui bahwa semua staf bekerja
sehingga pelayanan rujukan pasien sesuai SOP yang tersedia di rumah
dapat diberikan dengan efisien dan sakit baik SOP rujukan maupun SOP
efektif. lainnya. Menurut Sekretaris Tim
BPJS RSUD Chatib Quzwain dalam
3. Kepatuhan Petugas Terhadap pelayanan rujukan yang telah
SOP Rujukan. berjalan implementasi atau
a. Ketersediaan SOP rujukan. pelaksanaan SOP telah berjalan
Hasil penelitian dan observasi di dengan baik, dimana semua petugas
lapangan diketahui bahwa SOP di RSUD Chatib Quzwain dalam
sistem rujukan sudah tersedia dan bekerja harus sesuai dengan SOP.
isinya adalah SOP untuk merujuk ke Lebih lanjut dikatakan bahwa hasil
rumah sakit lain.Pelayanan rujukan monitoring dan evaluasi terhadap
pasien BPJS yang berjalan hanya implementasi SOP menghasilkan
tersedia SOP sistem rujukan yang nilai 80% bahkan ada yang lebih.
artinya proses rujukan pasien dari Aspek implementasi/pelaksanaan
rumah sakit sebagai perujuk menuju SOP merupakankeharusan bagi
rumah sakit lain baik vertikal semua petugas yang terlibat dalam
maupun horizontal dengan pelayanan pasien rujukan BPJS.
menggunakan SOP sistem rujukan, Upaya untuk menjaga keselamatan
sedangkan SOP dalam menerima pasien salah satunya ialah dengan
rujukan, SOP merujuk balik dan menerapkan SOP dalam setiap
SOP menerima rujuk balik belum tindakan petugas kesehatan
tersedia. sehingga mutu pelayanan
Informasi yang didapatkan dari meningkat dan terhindar dari
(13)
Kepala Instalasi Gawat Darurat tuntutan malpraktik.
(IGD) bahwa ketersediaan SOP
rujukan sudah ada, tetapi untuk SOP c. Reward/Punishment SOP.
menerima rujukan ,merujuk balik dan Berdasarkan hasil penelitian
menerima rujuk balik belum ada. Hal mengenai reward/punishment SOP
serupa disampaikan oleh Kabid rujukan di RSUD Chatib Quzwain
Pelayanan Medik RSUD Chatib Sarolangun dapat diketahui bahwa
Quzwain yang menyatakan untuk reward/punishment ada, dilakukan
SOP sistem rujukan sudah tersedia secara bertahap mulai dari
namun untuk SOP sistem rujukan pemberitahuan, teguran sampai

54
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

pembinaan di komite masing-masing perawatannya dengan kasus


bagian. Dalam proses penyakit yang dominan di RSUD
reward/punishment SOP rujukan Chatib Quzwain adalah diabetes dan
yang bertanggung jawab dalam hipertesi.Menurut Dokter spesialis
pengawasan adalah kepala ruangan penyakit dalam pelaksanaan rujuk
masing-masing bagian. balik dapat mengurangi antrian
Kepala Instalasi Gawat Darurat panjang pasien di rumah sakit,
menjelaskan bahwa, apabila sehingga ke depannya program
terdapat petugas yang tidak rujuk balik ini dapat ditingkatkan
melaksanakan SOP secara baik dan dengan menambah diagnosa
benar maka akan ada tindakan penyakit yang pengobatannya dapat
bertahap dari kepala dilanjutkan di FKTP. Beliau juga
ruangan.Kepala ruangan menegaskan bahwa pasien yang
berkewajiban memberitahu yang dapat dirujuk balik adalah pasien
selanjutnya menegur, sampai pada dengan kondisi yang stabil dan
tahap menyerahkan urusan terkontrol serta terapi yang
pembinaan terhadap petugas ke dilanjutkan di FKTP adalah yang
komite medik atau komite dianjurkan oleh dokter spesialis dari
keperawatan. rumah sakit.

4. Pelaksanaan Rujuk Balik. b. Informasi kepada faskes


a. Informasi rujuk balik kepada perujuk.
pasien. Aspek informasi kepada FKTP
Informasi rujuk balik yang terkait adanya rencana rujuk balik
diberikan kepada pasien, oleh dokter pasien BPJS di RSUD Chatib
yang merencanakan merujuk balik Quzwain, tidak ada penyampaian
pasien memberikan informasi informasi melalui media komunikasi
terlebih dahulu kepada pasien sebelumnya, sehingga yang menjadi
tentang kondisi penyakit saat ini, sarana informasi antara dokter di
obat-obat yang masih dilanjutkan, FKTP dan dokter dari rumah sakit
hal-hal yang boleh dan tidak boleh adalah melalui surat rujuk balik yang
dilakukan, tindak lanjut yang masih di bawa oleh pasien atau keluarga
diperlukan baik di FKTP ataupun ke FKTP bersangkutan.Dari
untuk konsultasi ulang ke rumah informasi yang didapatkan bahwa
sakit, dan bila dinilai telah stabil, informasi terkait program rujuk balik
terkontrol sehingga terapi dulu telah di sosialisasikan BPJS
selanjutnya dapat dilanjutkan di dan dokter spesialis rumah sakit
fasiitas kesehatan tingkat pertama.(3) kepada terutama semua dokter di
Program Rujuk Balik (PRB) dari FKTP.
BPJS telah berjalan lebih dua tahun Hal ini juga ditegaskan dalam
di RSUD Chatib Quzwain. Program pedoman sistem rujukan nasional
Rujuk Balik (PRB) terutama untuk tahun 2012 dan BPJS kesehatan
pasien rawat jalan atau pasien rawat tahun 2014, dimana semua kasus
inap yang telah selesai kesehatan yang telah ditangani di

55
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

rumah sakit rujukan harus dilakukan sistem rujukan nasional yang


rujuk balik. Sejauh ini informasi rujuk menegaskan bahwa tanpa
balik kepada fasilitas kesehatan membedakan tingkat fasilitas
perujuk di RSUD Chatib Quzwain pelayanan kesehatan (Tingkat
belum optimal. Pertama, Tingkat Dua, Tingkat Tiga)
yang melayani pasien rujukan, maka
c. Kelengkapan pengisian register rujukan akan terdiri atas; 1)
kolomrujuk balik dengan Register Pengiriman Rujukan
penulisan yang jelas. Pasien, 2) Register Penerimaan
Kelengkapan pengisian kolom Rujukan Pasien, 3) Register
rujukan balik dengan penulisan yang Pengriman Rujukan Balik Pasien, 4)
jelas telah dilakukan oleh dokter Register Penerimaan Rujukan Balik
yang memberikan pelayanan Pasien.
langsung kepada pasien, sehingga
informasi tentang kondisi pasien b. Periode waktu pelaporan.
cukup terwakili dalam surat rujukan Pelaporan secara rutin per tri wulan
tersebut, terutama terapi/obat yang setiap fasilitas kesehatan
akan dilanjutkan di FKTP. Hal melaporkan kasus rujukan kepada
tersebut menjadi sangat penting Dinas Kesehatan sesuai dengan
dilakukan karena dengan penulisan stratanya. Selain itu fasilitas
yang jelas memudahkan dokter di kesehatan juga diharapkan
FKTP memberikan terapi lanjutan melaporkan pelaksanaan kegiatan,
yang disarankan oleh dokter hasil-hasil kegiatan, masalah dan
spesialis yang menangani pasien. hambatan yang dihadapi dalam
Berdasarkan hasil penelitian dan sistem rujukan.(3)
observasi di lapangan mengenai Berdasarkan hasil penelitian
kelengkapan pengisian kolom mengenai periode waktu pelaporan
rujukan balik dengan penulisan yang dapat diketahui bahwa tidak terdapat
jelas dan dapat dibaca diketahui periode pelaporan karena memang
bahwa surat rujukan balik sudah tidak ada pelaporan ke dinas
lengkap dalam pengisian kolomnya kesehatan kabupaten.Menurut
dan tulisannyapun dapat dibaca. Sekretaris Tim BPJS RSUD Chatib
Quzwain antara rumah sakit dan
5. Pencatatan dan Pelaporan. dinas kesehatan merupakan dua
a. Proses pencatatan instansi yang berbeda jadi memang
Berdasarkan hasil penelitan tidak ada kewajiban untuk
mengenai proses pencatatan data memberikan pelaporan masalah
rujukan pasien BPJS di RSUD rujukan ke dinas kesehatan.
Chatib Quzwain Sarolangun dapat
diketahui bahwa sudah dilakukan c. Umpan balik pelaporan
pencatatan data pasien tetapi masih Berdasarkan hasil penelitian
dalam register kunjungan pasien diketahui bahwa umpan balik
bukan register rujukan pasien BPJS. pelaporan rujukan belum pernah ada
Hal ini tidak sesuai dengan pedoman oleh karena tidak berjalannya sistem

56
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

pelaporan dari RSUD Chatib Kepatuhan petugas kesehatan


Quzwain ke Dinas Kesehatan terhadap SOP rujukan secara umum
Kabupaten Sarolangun. Pernyataan telah dilaksanakan.
dari Sekretaris Tim BPJS Dinas d. Aspek pelaksanaan Rujuk
Kesehatan Kabupaten sarolangun Balik.
bahwa rumah sakit tidak mempunyai Pelaksanaan rujuk balik sudah
kewajiban dalam pelaporan rujukan dilaksanakan dengan cukup baik.
pasien BPJS ke dinas kesehatan e. Aspek Pencatatan dan
karena rumah sakit bukan Pelaporan.
merupakan UPTD dinas kesehatan. Pencatatan dan pelaporan sistem
Pedoman Sistem Rujukan rujukan belum dilaksanakan
Nasional dijelaskan bahwa Dinas sebagaimana yang terdapat dalam
Kesehatan Kabupaten/ kota harus pedoman sistem rujukan nasional.
mempunyai data pelayanan dan 2. Saran
penyakit dari pasien rujukan yang a. Bagi Rumah Sakit Umum
dilayani di fasilitas kesehatan tingkat Daerah Chatib Quzwain
pertama dan faslitas kesehatan 1) Diharapkan pada staf dan
tingkat kedua. Data diharapkan manajemen rumah sakit
ditindaklanjuti, diolah dan melaksanakanpelayanan rujukan
dianalisislebih lanjut antara lain sesuai dangan Permenkes No
berupa data pemeriksaan dan 001 Tahun 2012 Tentang Sistem
pelayanan/ tindakan terhadap Rujukan Pelayanan Kesehatan
pasien-pasien rujukan.(3) Perorangan dan Pedoman Sistem
Rujukan Nasional sebagai
E. Kesimpulan dan Saran. petunjuk teknisnya.
1. Kesimpulan. 2) Perlu untuk melengkapi
a. Aspek Kelengkapan Formulir perangkat komunikasi dalam
Rujukan sistem rujukan, menyediakan
Kelengkapan formulir rujukan sudah nomor khusus yang dapat
dilaksanakan memenuhi karakteristik diakses 24 jam (call center),
sebuah rujukan sesuai dengan petugas operator dengan
Permenkes No 001 Tahun 2012 dan pembagian jadwal tugas pagi,
Pedoman Sistem Rujukan Nasional.. siang malam sehingga proses
b. Aspek Komunikasi Antar komunikasi dapat dilayani 24 jam.
Faskes Perujuk dan Penerima 3) Perlu melengkapi SOP sistem
Rujukan. rujukan baik SOP menerima
Komunikasi antar fasilitas kesehatan pasien rujukan, merujuk balik dan
perujuk dan penerima rujukan belum menerima rujuk balik.
dilaksanakan sebagaimana yang 4) Perlu melakukan pencatatan data
terdapat dalam pedoman sistem pasien rujukan baik ke dalam
rujukan nasional. register yang berbeda.
c. Aspek Kepatuhan Petugas 5) Perlu melakukan pelaporansistem
Kesehatan Terhadap SOP rujukan per triwulan kepada Dinas
Rujukan. Kesehatan Kabupaten, sehingga

57
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

umpan balik pelaporan tersebut mendapatkan pelayanan saat


dapat dijadikan untuk monitoring pertama kalidatang ke rumah
dan evaluasi agar permasalahan sakit.
yang terjadi dalam pelayanan 2) Perlu adanya koordinasi kepada
rujukan dapat dipecahkan dokter di fasilitas kesehatan
bersama. perujuk untuk selalu melengkapi
b. Bagi Badan Penyelenggara pengisian kolom surat rujukan.
Jaminan Sosial (BPJS) 3) Dalam rapat per tri wulan yang
1) Perlu adanya sosialisasi tentang diadakan oleh BPJS perlu ada
peraturan BPJS melalui pembahasan tentang sistem
puskesmas-puskesmas rujukan secara khusus,
khususnya kelengkapan syarat bagaimana koordinasi antara
administrasi rujukanterutama fasilitas kesehatan tingkat
untuk peserta KIS yang tinggal pertama (FKTP) dan fasilitas
jauh dipedalaman, sehingga kesehatan tingkat kedua (FKTL II)
peserta KIS mengerti dan dan Dinas Kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Peta Jalan 5. BPJS Kesehatan. BPJS
Menuju Jaminan Kesehatan Kesehatan Diperkirahkan Defisit
Nasional Tahun 2012-2019. Enam Triliun. Jakarta. 2015.
Jakarta. 2012. http://www.beritasatu.com/kese
hatan/295353-tahun-ini-bpjs-
2. Kementerian Kesehatan kesehatan-diperkirakan-defisit-
Republik Indonesia. Peraturan rp-6-triliun.html. Diunduh 30
Menteri Kesehatan Republik Maret 2016.
Indonesia, No. 001 Tahun 2012
tentang Sistem Rujukan 6. Kunjungan Pasien BPJS di
Pelayanan Kesehatan Fasilitas Kesehatan Tingkat
Perorangan. Jakarta. 2012. Pertama di Kabupaten
Sarolangun. Kabupaten
3. Kementerian Kesehatan Sarolangun. 2015.
Republik Indonesia. Pedoman
Sistem Rujukan Nasional. 7. RSUD Prof. DR. H. M. Chatib
Jakarta: Direktorat Jenderal Quzwain. Laporan Rekam
BUK (Bina Upaya Kesehatan) Medik Kunjungan Pasien BPJS
Kementerian Kesehatan Tahun 2015. Kabupaten
Republik Indonesia. 2012. Sarolangun. 2015.

4. World Health Organizations. 8. Zuhrawardi.Analisis


Management of Health Pelaksanaan Rujukan Rawat
Facilities: Referral systems Jalan Tingkat Pertama Peserta
(Health Referral System and Wajib PT. Askes Pada
Minimum Packages of Service). Puskesmas Mibo, Puskesmas
2012. Diunduh pada 14 Maret Baiturahman di Kota Banda
2016.

58
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Aceh. Tesis. Universitas binsos.jatengprov.go.id/file%25


Sumatera Utara. 2007. 20pdf/rujukan.pdf. Diunduh 10
April 2016.
9. Sugiyono. Metodologi Penelitian
Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. 11. Kementerian Kesehatan
Bandung. Alfabeta. 2013. Republik Indonesia. Peraturan
Menteri Kesehatan Dokter No 5
10. BPJS Kesehatan. Panduan Tahun 2014 Tentang Panduan
Praktis Sistem Rujukan Praktik Klinis Dokter di Fasilitas
Berjenjang. Pelayanan Primer. Jakarta.
http://webcache.googleusercont 2014.
ent.com/search?q=cache:http://

59

Anda mungkin juga menyukai