Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PKN

PERAN INDONESIA DALAM ASEAN,


GERAKAN NON-BLOK,
KAA, OKI, G-20

Nama : Jemima Graciela


Kelas : XI MIPA 9

SMA NEGERI 3 KUPANG


PERAN INDONESIA DALAM ASEAN
ASEAN ialah organisasi antara negara yang berada di kawasan Asia Tenggara. Nah
berikut ini merupakan ulasan tentang peranan Indonesia dalam ASEAN, kalau begitu
simak saja ulasan dibawah ini.

Salah Satu Pendiri ASEAN

Indonesia merupakan salah satu dari lima negara yang pemrakarsa berdirinya
ASEAN. Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa dasar berdirinya ASEAN ialah
deklarasi Bangkok.

Yang dimana deklarasi tersebut ditanda tangani oleh menteri luar negeri dari kelima
negara pendiri ASEAN seperti:

 Adam Malik dari Indonesia

 Narsisco Ramos dari Filipina

 Tun Abdul Razak dari Malaysia

 Rajaratnam dari Singapura

 Thanat Koman dari Thailand

Dan sedangkan isi dari Deklarasi Bangkok yang menjadi dasar berdirinya ASEAN,
sebagai berikut:

 Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan perkembangan


kebudayaan di kawasan Asia Tenggara.

 Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional.

 Meningkatkan kerja sama dan saling membantu untuk kepentingan bersama


dalam bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan dan administrasi.

 Memelihara kerja sama yang erat di tengah-tengah organisasi regional dan


internasional yang ada.

 Meningkatkan kerja sama untuk memajukan pendidikan, latihan dan


penelitian di kawasan Asia Tenggara.

 Indonesia telah dianggap sebagai tulang punggung ASEAN oleh beberapa


negara yang berada di luar ASEAN yang dimana Indonesia telah mampu
menciptakan stabilitas regional di kawasan Asia Tenggara.
Salah Satu Pemimpin ASEAN

Pada zaman Orde Baru yaitu pada masa kepimpinan Presiden Suharto, Indonesia
menjadi pemimpin ASEAN dimana dengan gaya kepimpinannya Indonesia mampu
menjalin hububngan kerjasama yang baik dengan negara-negara di kawasan Asia
Tenggara.

Selain itu, Indonesia juga memperkenalkan doktrin ketahanan nasional pada


pertemuan ASEAN ministerial meeting ke-5 di Siangapura melalui menteri negeri
luar negeri Adam Malik. Hal tersebut ditujukan untuk mempertegas tujuan ASEAN.

Indonesia juga telah menyampaikan makalah yang berjudul reflection dalam rangka
mengajak para anggota ASEAN yang lain untuk mengevaluasi kesepaakatan
ekonomi sebelumnya. Yang dimana kesepakatan tersebut berkaitan dengan
program kerjasama sektoral di berbagai bidang. Selain itu, pada masa
kepimpinannya, Indonesia telah berhasil menyelenggarakan serangkaian pertemuan
seperti:

 Asean Ministerial Meeting “Pertemuan Tingkat Menteri Asean”.

 Asean Regional Forum “Forum Kawasan Asean”.

 Pertemuan kementerian kawasan yang membahas mengenai penanggulang


berbagai masalah yang terjadi dan lain sebagainya.

Tuan Rumah KTT ASEAN

Indonesia telah mendapatkan kepercayaan untuk mengadakan beberapa kali


Konferensi Tingkat Tinggi “KTT” ASEAN. Adapun KTT ASEAN yang pernah
diselenggarakan di Indonesia antara lain ialah:

 KTT ASEAN Ke-1 yang dilaksanakan pada 23-24 Februari 1976 di Bali.
Dalam KTT tersebut terdapat kesepakatan tentang pembentukan sekretariat
ASEAN yang berpusat di Jakarta dengan Sekretaris Jendral “Sekjen”
pertamanya ialah putra Indonesia yang bernama H.R. Dharsono.

 KTT ASEAN Ke-9 yang dilaksanakan pada 7-8 Oktober 2003 di Bali. Dalam
KTT tersebut Indonesia mengusulkan pembentukan Komunitas Asean “Asean
Community” yang mencakup bidang ekonomi, sosial, budaya serta
keamanan.

 KTT ASEAN Ke-18 yang dilaksanakan pada tanggal 4-8 Mei 2011 di Jakarta.

 KTT ASEAN Ke-19 yang dilaksanakan pada tanggal 17-19 Nopember 2011 di
Bali. Dalam konferensi tersebut di dapat kesepakatan tentang kawasan bebas
sejata nuklir di Asia Tenggara atau yang dikenal dengan Southeast Asia
Nuclear Weapon Free Zone “SEANWFZ”.
Mampu Menciptakan Perdamaian Di Kawasan Asia Tenggara

Indonesia telah banyak membantu menjaga perdamaian khususnya di kawasan Asia


Tenggara yaitu dengan membantu penyelesaian konflik-konflik yang dialami oleh
negara anggota ASEAN lainnya.

 Pada tahun 1987, Indonesia menjadi penengah saat terjadinya konflik antara
Kamboja dan Vietnam yang pada akhirnya pada tahun 1991 dalam
Konferensi Paris, kedua negara tersebut menyepakati adanya perjanjian
damai.

 Indonesia menjadi penengah antara Moro National Front Liberation “MNFL”


dengan pemerintah Filipina, yang pada akhirnya kedua belah pihak tersebut
sepakat untuk melakukan perjanjian damai yang dilakukan pada pertemuan di
Indonesia.

PERAN INDONESIA DALAM GERAKAN NON BLOK

Gerakan Non Blok (GNB) dalam bahasa Inggris disebut Non Aligned Movement
(NAM) merupakan suatu organisasi yang dibentuk oleh negara-negara yang cinta
damai serta negara-negara yang ingin berperan aktif dalam rangka menciptakan
perdamaian serta keamanan dunia, yaitu dengan tidak beraliansi dengan blok-blok
manapun. Organisasi ini beranggotakan lebih dari 100 negara, termasuk Indonesia
di dalamnya.

GNB didirikan berdasarkan prinsip-prinsip dasar sebagai hasil kesepakatan dalam


Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika yang dikenal dengan sebutan dasasila
Bandung. Terdapat keterkaitan yang erat antara GNB dan dasasila Bandung
tersebut. Keterkaitan tersebut dapat dilihat dari :

1. Asas Gerakan Non Blok

 Berusaha untuk mendukung perjuangan kemerdekaan di berbagai tempat di dunia


ini.

 Memegang teguh perjuangan dalam melawan kolonialisme, neokolonialisme,


serta imperialisme.

2. Tujuan Gerakan Non Blok

 Mengembangkan solidaritas diantara sesama negara berkembang dalam


mencapai persamaan, kemakmuran, serta kemerdekaan.

 Turut serta dalam meredakan ketegangan dunia akibat pertikaian yang terjadi
antara blok Barat dan blok Timur.
 Berusaha untuk membendung segala pengaruh buruk, baik itu yang berasal dari
Blok Barat maupun Blok Timur.

Setelah kita mengetahui penjelasan mengenai gerakan non blok. Kita akan
menjelaskan mengenai peran indonesia dalam gerakan non blok. Berikut adalah
penjelasannya :

Masa Awal berdirinya Gerakan Non Blok

Seperti yang telah kita ketahui, bahwa Indonesia merupakan negara penganut
sistem politik luar negri Indonesia yang bebas dan aktif. Dalam menjalankan politik
tersebut, Indonesia telah melakukan berbagai upaya dalam menjaga perdamaian
serta keamanan dunia internasional, yaitu dengan mambantu penyelesaian berbagai
persoalan serta persengketaan di berbagai kawasan dunia, serta penyelesaian
diplomatik lainnya.

Peranan gerakan non blok di dunia

 presiden pertama Republik Indonesia yaitu Ir. Soekarno menjadi salah satu
pemrakarsa berdirinya Organisasi tersebut bersama dengan 4 kepala negara
sahabat lainnya, yaitu Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito, Perdana menterii India
Pandit Jawaharlal Nehru, Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser, dan Perdana
Menteri Ghana Kwame Nkrumah.

 GNB lahir sebagai suatu solusi atas beberapa kekisruhan yang terjadi di dunia
internasional di sera tahun 1950-an, dimana pada waktu itu telah terjadi perang
dingin antara Amerika Serikat dan uni Sovyet yang membawa dampak besar bagi
beberapa negara, seperti Jerman, Vietnam, serta semenanjung Korea.

 Salah satu alasan terjadinya perang dingin diantara 2 negara adikuasa tersebut
adalah untuk memperebutkan negara-negara yang berada di kawasan Asia Timur
serta Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, thailand, serta negara-negara
yang banyak menghasilkan energi dunia seperti Qatar, Uni Emirat Arab, serta
Kuwait.

Awal kelahiran Gerakan Non Blok adalah ketika terjadi Konferensi Asia afrika (KAA)
di Bandung pada tahun 1955 dimana kurang lebih 29 kepala negara di kawasan
Asia dan Afrika berkumpul guna melakukan identifikasi serta pendalaman berbagai
masalah yang menimpa dunia kala itu, serta mendeklarasikan keinginan mereka
untuk tidak terlibat dalam konfrontasi kedua blok yang sedang bertikai tersebut.

Masa Perkembangan Gerakan Non Blok

Indonesia beranggapan bahwa hubungan luar negri merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan antar bangsa baik itu regional maupun secara global melalui bernagai
macam forum bilateral maupun multilateral yang ditujukan untuk kepentingan
nasional dengan politik Luar negri bebas aktif sebagai landasannya. Kondisi tersebut
diarahkan dengan ikut berperan aktif dalam mewujudkan tatanan dunia baru yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, serta keadilan sosial untuk
meningkatkan hubungan kerja sama internasional, salah satunya adalah dengan
memantapkan serta meningkatkan peranannya dalam Gerakan Non Blok. Adapun
langkah yang ditempuh Indonesia dalam meningkatkan peranan di GNB adalah :

1. Meningkatkan kerjasama antar negara-negara anggota Gerakan Non Blok

Salah satu upaya yang dilakukan Indonesia pada masa perkembangan Gerakan
Non Blok adalah dengan cara meningkatkan keeratan kerja sama yang telah
dibangun antar sesama negara anggota GNB, terutama dalam perkembangan
kerjasama di bidang teknik dan ekonomi. Hal tersebut merupakan perwujudan
kerjasama Selatan-Selatan yang melibatkan negara-negara maju maupun lembaga-
lembaga keuangan internasional.

2. Berperan dalam penyelesaian masalah-masalah ekonomi internasional

Indonesia juga berperan dalam membantu menyelesaikan masalah-masalah dalam


hubungan ekonomi internasional yang berperan dalam menunjang pembangunan
yang berkelanjutan. Peran Indonesia tersebut salah satunya diwujudkan dengan
meningkatkan dialog Utara – Selatan berdasar pada kepentingan dan tanggung
jawab bersama, semangat kemitraan, saling ketergantungan, serta saling memberi
manfaat.

3. Menjadi Pemimpin Gerakan Non Blok

Sejak tahun 1992 hingga tahun 1995, Indonesia mendapat kepercayaan untuk
memimpin organisasi GNB tersebut, yaitu dengan terpilihnya Soeharto yang saat itu
merupakan presiden Republik Indonesia ke-2 menjadi Sekretaris Jendral (SekJen)
Gerakan Non Blok. Indonesia menjadi negara yang selalu setia serta komitmen
terhadap prinsip serta aspirasi Gerakan Non Blok. Berbagai prestasi telah diraih
Indonesia selama memimpin organisasi dunia tersebut, diantaranya adalah :

 Pada masa kepemimpinannya di GNB adalah Indonesia telah mampu membawa


organisasi tersebut dalam menentukan arah serta menyesuaikan diri terhadap
adanya perubahan-perubahan yang terjadi secara dinamis, yaitu dengan cara
melakukan penataan kembali prioritas-prioritas lama organisasi dan menentukan
adanya prioritas-prioritas baru serta menetapkan pendekatan dan orientasi yang
baru pula.

 Indonesia telah dianggap telah memberikan warna yang baru bagi organisasi
tersebut, diantaranya adalah dengan menitikberatkan kerjasama pada
pembangunan ekonomi yaitu dengan menghidupkan kembali dialog antara
negara-negara selatan.

 Indonesia telah dipercaya untuk membantu menyelesaikan pertikaian atau konflik


regional di beberapa negara seperti kamboja, sengketa yang terjadi di laut cina
selatan, serta gerakan separatis Moro di Philipina.

 Indonesia telah berhasil menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) GNB
yang ke-110 di Jakarta dan Bogor pada 1 hingga 7 September 1992. Dalam KTT
tersebut telah berhasil merumuskan suatu kesepakatan bersama yang dikenal
dengan “Pesan jakarta.” Yang di dalamnya terkandung visi dari Gerakan Non
Blok, yaitu
Visi dari gerakan Non Blok :

 Hilangnya keraguan sementara anggota khususnya relevansi GNB setelah


berakhirnya perang dingin dan ketetapan hati untuk meningkatkan kerja sama
yang konstruktif serta sebagai komponen integral dalam arus utama (mainstream)
hubungan internasional.

 Arah Gerakan Non Blok yang lebih menekankan pada kerjasama ekonomi
internasional dalam mengisi kemerdekaan yang telah berhasil dicapai melalui
cara-cara politik yang menjadi ciri yang menonjol dari Gerakan Non Blok
sebelumnya.

 Adanya kesadaran untuk semakin meningkatkan potensi ekonomi negara-negara


anggota melalui peningkatan kerjasama Selatan-selatan.

PERAN INDONESIA DALAM KONFERENSI ASIA-AFRIKA

A. Latar Belakang Terbentuknya KAA

Berakhirnya Perang Dunia II membawa pengaruh terhadap bangsa-bangsa


Asia dan Afrika untuk memperoleh dan mempertahankan kemerdekaan. Di samping
itu juga ditandai dengan munculnya 2 kekuatan ideologis, yaitu politik dan militer
termasuk pengembangan senjata nuklir. Negara Republik Indonesia dalam
menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat dan bernegara selalu berlandaskan
pada Pancasila dan UUD 1945. Salah satu bentuk penyelenggaraan kehidupan
bernegara adalah menjalin kerja sama dengan negara

lain. Kebijakan yang menyangkut hubungan dengan negara lain terangkum dalam
kebijakan politik luar negeri. Oleh karena itu, pelaksanaan politik luar negeri
Indonesia juga harus berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Indonesia
mencetuskan gagasannya untuk menggalang kerja sama dan solidaritas antar
bangsa dengan menyelenggarakan KAA.

Politik luar negeri Indonesia adalah bebas aktif. Bebas artinya bangsa
Indonesia tidak memihak pada salah satu blok yang ada di dunia. Jadi, bangsa
Indonesia berhak bersahabat dengan negara manapun asal tanpa ada unsur ikatan
tertentu. Bebas juga berarti bahwa bangsa Indonesia mempunyai cara sendiri dalam
menanggapi masalah internasional. Aktif berarti bahwa bangsa Indonesia secara
aktif ikut mengusahakan terwujudnya perdamaian dunia. Negara Indonesia memilih
sifat politik luar negerinya bebas aktif dikarenakan setelah berakhirnya Perang Dunia
II, telah muncul dua kekuatan adidaya baru yang saling berhadapan, yaitu Amerika
Serikat dan Uni Soviet. Amerika Serikat mempelopori berdirinya Blok Barat atau Blok
Kapitalis (Liberal), sedangkan Uni Soviet memelopori kemunculan Blok Timur atau
Blok Sosialis (Komunis).

Dalam upaya meredakan ketegangan dan untuk mewujudkan perdamaian


dunia, pemerintah Indonesia memprakarsai dan menyelenggarakan Konferensi Asia
– Afrika. Usaha ini mendapat dukungan dari negara-negara di Asia – Afrika. Bangsa-
bangsa Asia – Afrika pada umumnya pernah menderita karena penindasan
imperialis barat. Persamaan nasib itu menimbulkan rasa setia kawan[1]. Setelah
Perang Dunia berakhir, banyak negara di Asia – Afrika yang berhasil mencapai
kemerdekaan, di antaranya adalah India, Indonesia, Filipina, Pakistan, Burma
(Myanmar), Sri Lanka, Vietnam dan Libya. Sementara itu masih banyak pula negara
yang berada di kawasan Asia – Afrika belum dapat mencapai kemerdekaan.
Bangsa-bangsa di Asia – Afrika yang telah merdeka juga tidak melupakan masa
lalunya. Mereka tetap merasa senasib dan sependeritaan. Apalagi jika mengingat
masih banyak negara di Asia –Afrika yang belum merdeka. Rasa setia kawan itu
dicetuskan dalam Konferensi Asia Afrika. Pelakasanaan KAA mempunyai arti
penting , baik bagi bangsa-bangsa di Asia – Afrika pada khususnya maupun dunia
pada umumnya.

B. Sejarah Singkat Konferensi Asia-Afrika

Konferensi Asia - Afrika diawali oleh Konferensi Colombo, dicolombo, Ibukota


Negara Sri Lanka. Konferensi Colombo dilaksanakan tanggal 28 april – 2 mei 1954.
Konferensi ini mempertemukan lima pimpinan negara Asia, sebagai berikut :

Pandit Jawaharlat Nehru (Perdana Menteri India)

Sir John Kotelawala (Perdana Menteri Sri Lanka)

Moh. Ali Jannah (Perdana Menteri Pakistan)

U. Nu (Perdana Menteri Burma/Myanmar)

Ali Sastroamidjojo (Perdana Menteri Indonesia)

Konferensi Colombo ini menghasilkan beberapa kesepakatan, salah satunya


adalah kesepakatan untuk menyelanggarakan Konferesi Asia - Afrika (KAA) dalam
waktu dekat. Indonesia disepakati menjadi tuan rumah konferensi tersebut. Sebelum
KAA dilaksanakan, tanggal 28 -31 desember 1954 diadakan sebuah pertemuan
persiapan di Bogor, Indonesia[2]. Konferensi ini dihadiri oleh wakil dari lima negara
yang hadir pada Konferensi Colombo sebelumnya.dalam pertemuan ini disepakati
beberapa hal sebagai berikut:

a) KAA diselenggarakan di Bandung pada tanggal 18-24 April 1955

b) Menetapkan kelima negara peserta Konferensi Bogor sebagai negara-negara


sponsor

c) Menetapkan 25 negara Asia-Afrika yang akan diundang

d) Menentukan empat tujuan pokok KAA berikut ini:

Memajukan kerja sama antarbangsa Asia-Afrika demi


kepentingan bersama

Membahas dan meninjau persoalan ekonomi, sosial, dan


budaya

Membahas dan berusaha mencari penyelesaian masalah


kedaulatan nasionalisme, rasialisme, dan kolonialisme

Memperkuat kedudukan dan peranan Asia-Afrika dalam usaha


perdamaian dunia

KAA diselanggarakan di Bandung, Jawa Barat pada tanggal 18 -24 april


1955. Konferensi ini dihadiri oleh 23 negara Asia dan 6 negara Afrika. Anggota
konferensi dari Asia adalah Indonesia, India, Burma, Pakistan, Sri Lanka, Cina,
Jepang, Vietnam Utara, Vietnam Selatan, Laos, Kamboja, Thailand, Filipina, Nepal,
Afganistan, Iran, Irak, Yordania, Turki, Syria, Saudi Arabia dan Yaman. Adapun
negara–negara dari benua Afrika adalah Mesir, Ethiopia, Libya, Sudan, Liberia dan
Pantai Emas ( sekarang Ghana). Konferensi Asia Afrika berjalan dengan sukses.
KAA menjadi pusat perhatian dunia saat itu. Indonesia pun tidak lepas dari perhatian
dunia karena menjadi tuan rumah. Konferensi Asia Afrika menghasilkan beberapa
keputusan penting. Beberapa keputusan penting tersebut sebagai berikut :

a) Memajukan kerja sama antarbangsa di kawasan Asia dan Afrika dalam bidang
sosial, ekonomi, dan kebudayaan

b) Menyerukan kemerdekaan Aljazair, Tunisia, dan Maroko dari penjajahan


Prancis

c) Menuntut pengembalian Irian Barat (sekarang Papua) ke Perda Indonesia dari


Aden kepada Yaman
d) Menentang diskriminasi dan kolonialisme

e) Ikut aktif dalam mengusahakan dan memelihara perdamaian dunia

Selain beberapa keputusan penting tersebut. Konferensi Asia Afrika juga


mencetuskan dasasila bandung atau disebut juga "bandung declaration"[3].
Penyelenggaraan KAA didasarkan pada beberapa hal :

a) Persamaan nasib dan sejarah, yaitu bangsa-bangsa di Asia-Afrika terutama


pernah mengalami penjajahan

b) Kesadaran untuk memperoleh kemerdekaan

c) Kecemasan akan persaingan Blok Barat dan Blok Timur

d) Perubahan politik pada tahun 1950-an, yaitu berakhirnya Perang Korea (1953).
Akibat Perang Korea, semenanjung terbagi menjadi dua negara, yaitu Korea Utara
dan Korea Selatan. Peristiwa ini semakin menambah ketegangan dunia dikarenakan
adanya intervensi dari blok yang bersaing

e) PBB sudah ada forum konsultasi dan dialog antarnegara yang baru merdeka,
tetapi di luar PBB belum ada forum yang menjembatani dialog antarnegara tersebut

f) Persamaan masalah sebagai negara yang masih terbelakang dan berkembang

Adapun penyelenggaraan KAA mempunyai tujuan berikut:

1. Mengembangkan saling pengertian dan kerja sama antarbangsa Asia-


Afrika dan meningkatkan persahabatan

2. Membicarakan dan mengatasi masalah-masalah sosial, ekonomi, dan


kebudayaan

3. Memperhatikan masalah khusus terkait dengan kedaulatan,


kolonialisme, dan Imperialisme

4. Memerhatikan posisi dan partisipasi Asia-Afrika dan bangsa-bangsa


dalam dunia Internasional

C. Arti Penting Konferensi Asia-Afrika


KAA yang dilaksanakan dibandung pada tanggal 18 – 24 april 1955
mempunyai pengaruh yang besar bagi bangsa Indonesia khususnya dan bagi dunia
pada umumnya. KAA berpengaruh sangat besar dalam upaya menciptakan
perdamaian dunia dan mengakhiri penjajahan di seluruh dunia secara damai,
khususnya di Asia dan Afrika. Semangat KAA untuk tidak berpihak pada blok Barat
maupun blok Timur telah mendorong lahirnya Gerakan Nonblok[4]. Dengan
demikian ketegangan dunia dapat diredam.

1. Pengaruh KAA bagi Indonesia:

a) Ditandatanganinya persetujuan dwi kewarganegaraan antara Indonesia dan


RRC (seseorang yang memegang dwi kewarganegaraan harus memilih salah satu
dan tidak memilih dapat mengikuti kewarganegaraan).

b) Adanya dukungan yang diperoleh , yaitu berupa keputusan KAA mengenai


perjuangan merebut irian barat dalam forum PBB.

2. Pengaruh KAA bagi Negara-Negara Asia-


Afrika:

a) KAA berpengaruh besar terhadap perjuangan kemerdekaan bangsa-bangsa


Asia-Afrika yang belum merdeka. Bangsa-bangsa Asia-Afrika yang merdeka
sesudah diadakannya KAA, antara lain : Maroko, Tunisia dan Sudan (1956), Ghana
(1957), Guyana (1958), Mauritania, Mali, Niger, Tugo, Dahomei, Chad, Senegal,
Pantai Gading dan beberapa negara Afrika lainnya ( 1960 ).

3. Pengaruh KAA bagi Dunia:

a) Berkurangnya ketegangan dunia

b) Amerika Serikat dan Australia mulai berusaha menghapuskan ras diskriminasi


di negaranya.

c) Munculnya organisasi Gerakan Non-Blok (GNB) yang bertujuan meredakan


perselisihan paham dari Blok Barat dan Blok Timur.

d) Belanda mulai kebingungan menghadapi Blok Afro-Asia di PBB.

Berikut ini makna dan arti penting terselenggaranya KAA:

1. Merupakan pendorong kemerdekaan bangsa-bangsa Asia-Afrika untuk


lepas dari cengkraman imperialism dan kolonialisme barat.
2. Menjadi pendorong lahirnya Gerakan Nonblok.

3. Merupakan pencetus semangat solidaritas dan kebangkitan negara


Asia-Afrika dalam menggalang persatuan.

4. Memberikan harapan baru bagi bangsa-bangsa yang sudah maupun


belum merdeka.

5. Mulai diikutinya politik luar negeri bebas dan aktif yang dijalankan oleh
Indonesia, India, Myanmar, dan Sri Lanka.

6. Kembali bangkit dan sadarnya bangsa-bangsa Asia-Afrika akan potensi


yang dimiliki.

7. Diakuinya nilai-nilai Dasasila Bandung oleh negara-negara maju karena


terbukti memiliki kemampuan dalam meredakan ketegangan dunia.

8. Mulai dihapuskannya praktik-praktik politik diskriminasi ras oleh


negara-negara maju.

D. Peran Indonesia Dalam Konferensi Asia-Afrika

Setelah perang dunia ke II selesai, muncul dua kekuatan yang saling


bertentangan, yaitu blok barat dan blok timur. Sikap bangsa Indonesia terhadap
adanya dua kekuatan tersebut tidak mau memihak salah satu blok. Sebagai warga
negara penganut politik luar negeri bebas aktif, bangsa Indonesia mengambil jalan
sendiri untuk tetap memelihara perdamaian dan meredakan, ketegangan dunia
akibat perang dingin. Salah satu upaya bangsa Indonesia untuk memelihara
perdamaian dunia adalah dengan menggalangkan persatuan dengan negara–
negara di kawasan asia dan afrika. Bersama dengan negara lain, yaitu india,
Pakistan, Sri Lanka dan Burma ( Myanmar ). Bangsa Indonesia diwakili oleh ali
sastroamijoyo menjadi sponsor pelaksanaan konfersi asia afrika.

Terlaksananya KAA tidak bisa lepas dari peran Indonesia. Di samping


sebagai salah satu pelopor dan pemrakarsa KAA, Indonesia menyediakan diri
sebagai tempat penyelenggaraan KAA. Hal ini membuktikan prestasi Kabinet Ali
Sastroamijoyo yang berhasil menyelenggarakan suatu kegiatan yang bersifat
internasional. Dalam pelaksanaan KAA Indonesia berperan penting, karena selain
menjadi tempat berlangsungnya Konferensi tersebut Indonesia juga salah satu
negara yang ingin bangsanya hidup setara, maju di berbagai bidang dan tidak ingin
tertindas oleh Negara barat, yang paling penting adalah mengutamakan kerjasama.

PERAN INDONESIA DALAM OKI ( ORGANISASI KERAJAAN ISLAM )

a. Latar Belakang berdirinya OKI

Pada awal pendirian Organisasi Kerjasama Islam difokuskan untuk

menemukan solusi konflik Timur Tengah, yang melibatkan Dunia Arab dan

Israel. Akan tetapi dalam perkembangannya, OKI ikut mengurusi berbagai

permasalahan di negara-negara mayoritas muslim atau pun minoritas

muslim. Organisasi Kerjasama Islam yang semula bernama Organisasi

Konferensi Islam ini dibentuk berdasarkan KTT Islam pertama yang

diselenggarakan pada tanggal 22-25 September 1969 di Rabat, Maroko.

KTT ini melahirkan Organisasi Konferensi Islam (OKI) atau Organization

of the Islamic Conference (OIC), yang secara resmi diproklamasikan pada

bulan Mei 1971. OKI merupakan satu-satunya organisasi antar pemerintah

yang mewakili umat Islam dunia. Organisasi ini beranggotakan 57 negara

termasuk Indonesia, yang mencakup tiga kawasan yaitu Asia, Arab dan

Afrika.

Pada awal pembentukannya, terdapat empat tujuan utama dari OKI,

yaitu:

1. Untuk menggalang solidaritas Islam dikalangan para anggotanya.

2. Konsolidasi dan kerjasama dikalangan para anggotanya di bidangbidang


ekonomi, sosial, budaya, iptek, dan bidang-bidang lain yang
dianggap penting.

3. Melakukan konsultasi dan kerja sama dikalangan negara-negara

anggota di berbagai organisasi internasional.

4. Mengeliminasi diskriminasi rasial dan kolonialisme dalam segala

bentuknya.

b. Struktur Keanggotaan OKI

Berdasarkan Pasal VIII Piagam OKI, maka negara-negara yang

secara otomatis menjadi anggota adalah yang memenuhi tiga persyaratan

berikut:

1. Semua negara yang berpartisipasi dalam KTT Islam pertama di Rabat.

2. Semua negara yang berpartisipasi dalam Konferensi Tingkat Menteri

Luar Negeri negara-negara Islam di Jeddah, Arab Saudi (23-25 Maret

1970) dan di Karachi Pakistan (26-28 Desember 1970).

3. Semua negara yang ikut menandatangani dan mengesahkan Piagam .OKI.

Sementara negara-negara Islam yang tidak memenuhi sebagian atau

semua persyaratan di atas, tetap dapat menjadi anggota OKI dengan

mengajukan permohonan untuk bergabung dan permohonan itu harus

disetujui minimal dua pertiga negara anggota OKI lainnya pada saat

berlangsungnya Konferensi Tingkat Menteri Luar Negeri pertama setelah

permohonan diajukan.

Selain syarat untuk menjadi anggota, OKI juga memiliki prinsipprinsip keanggotaan
sebagai berikut:

1. Adanya persamaan kedudukan, hak, dan kewajiban di antara negaranegara


anggota.

2. Menghormati hak menentukan sendiri dan tidak campur tangan dalam

masalah-masalah domestik yang terjadi di negara-negara anggota.

3. Menghormati kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas wilayah setiap


negara anggota.

4. Menyelesaikan setiap konflik yang muncul dengan menggunakan caracara damai


seperti negosiasi, mediasi, rekonsiliasi atau arbitrasi.

5. Tidak mengancam atau menggunakan kekerasan terhadap integritas

wilayah, persatuan nasional atau kemerdekaan politik negara anggota.

Di dalam OKI terdapat tiga badan utama pengambil keputusan,

pertama Konferensi Tingkat Tinggi (KTT), kedua Konferensi Para Menteri

Luar Negeri, ketiga Sekretariat Jenderal. Namun pada KTT di Taif Arab

Saudi diputuskan untuk mendirikan Mahkamah Hukum Islam Internasional

sebagai organ keempat OKI. Mahkamah ini dirancang sebagai organ hukum

utama dalam organisasi, dan untuk menyelesaikan sengketa di antara

anggota.

Fungsi pengambil keputusan tertinggi ada pada KTT. Di bawahnya

adalah konferensi para Menteri Luar Negeri. Tingkat ketiga adalah

Sekretariat Jenderal yang berkedudukan di Jeddah. Jabatan Sekretariat

Jenderal dipilih oleh konferensi tingkat Menteri Luar Negeri untuk jabatan

empat tahun dan maksimal dua periode kepemimpinan.

Selain keempat badan tersebut, OKI juga membentuk komite khusus

untuk menindaklanjuti kebijakan yang telah dibuat. Keenam badan tersebut

adalah:

1. Komite al-Quds.

2. Komite Tetap Bidang Keuangan.

3. Komite Islam untuk Masalah-Masalah ekonomi, Kebudayaan dan

Sosial.
4. Komite Kerjasama Ilmu Pengetahuan dan Teknik.

5. Komite Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan.

6. Komite kerja untuk Masalah-Masalah Informasi dan Kebudayaan.

Selain enam komite khusus yang telah disebutkan, OKI juga

membentuk organisasi-organisasi dan lembaga-lembaga yang bergerak di

bidang ekonomi dan pembangunan, yakni:

1. Bank Pembangunan Islam (IDB)

2. Kamar Dagang, Industri dan Pertukaran Komoditi Islam.

3. Yayasan Islam bagi Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pembangunan.

4. Pusat Latihan dan Riset Statistik, Ekonomi, dan Sosial Negara-Negara

Islam.

5. Pusat Islam bagi Riset dan Latihan Teknik dan Kejuruan.

6. Pusat Islam bagi Pembangunan dan Perdagangan.

7. Dewan Penerbangan Sipil Islami.

8. Asosiasi Pemilik Kapal Islami.

Hingga tahun 2016, OKI mempunyai 57 anggota. Siprus Turki dan

Front Pembebasan Bangsa Moro (MNLF) secara teratur hadir sebagai

peninjau. PBB, Organisasi Persatuan Afrika, dan Liga Arab juga secara

teratur mengirimkan utusan tingkat tingginya. Selain itu Liga Dunia Muslim,
Masyarakat Dakwah Islami, dan Majelis Pemuda Muslim seDunia, masuk sebagai
anggota OKI dari unsur non-pemerintah.

Sampai tahun tahun 2016, OKI telah mengadakan 13 kali KTT, yaitu

di Rabat (1969, Lahore (1974), Ta’if/Mekkah (1981), Casablanca (1984),

Kuwait (1987), Dakar (1991), Casablanca (1994), Teheran (1997), Doha

(2000), Putrajaya, Malaysia (2003), Dakar (2008), Kairo (2013), dan Turki

(2016). Selain KTT rutin, OKI tercatat telah 5 kali menyelenggarakan KTT

luar biasa, yakni di Islamabad (1997), Doha (2003), Mekkah (2005 dan
2012), dan Jakarta (2016). KTT luar biasa diselenggarakan jika ada

masalah-masalah mendesak yang perlu segera diselesaikan.

Pada Konferensi Tingkat Menteri Luar Negeri OKI ke-38 di

Kazakhstan pada 29-30 Juli 2011, konferensi bersepakat untuk mengubah

logo OKI dan kepanjangan dari OKI yang tadinya Organisasi Konferensi

Islam menjadi Organisasi Kerjasama Islam. Adapun perubahan logo OKI dapat
dilihat pada gambar berikut.

c. Peran Indonesia dalam Organisasi Kerjasama Islam

Sebagai negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam,

Indonesia ikut berperan aktif dalam OKI diantaranya:

1. Pada tahun 1993 Indonesia menerima mandat sebagai ketua

Committee of Six, yang bertugas memfasilitasi perundingan damai

antara Moro National Liberation Front (MNLF) dengan pemerintah

Filipina.

2. Pada tahun 1996, Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat

Menteri (KTM OKI) ke-24 di Jakarta.

3. Indonesia juga memberikan kontribusi untuk mereformasi OKI

sebagai wadah untuk menjawab tantangan umat Islam memasuki

abad ke-21. Pada penyelenggaraan KTT OKI ke-14 di Dakar

Senegal, Indonesia mendukung pelaksanaan OIC's Ten-Year Plan of

Action. Dengan diadopsinya piagam ini, Indonesia memiliki ruang


untuk lebih berperan dalam memastikan implementasi reformasi

OKI tersebut. Indonesia berkomitmen dalam menjamin kebebasan,

toleransi dan harmonisasi serta memberikan bukti nyata akan

keselarasan Islam, demokrasi dan modernitas.

4. Indonesia menjadi tuan rumah KTT OKI 2016 yang menghasilkan

Deklarasi Jakarta yang salah satu isinya berupa dukungan terhadap

Palestina dan Al-Quds Al-Sharif (Yerusalem).

PERAN INDONESIA DALAM G – 20

Indonesia sebagai negara yang menempati posisi ke-8 dalam urutan data GDP
dunia pada tahun 2016 menurut World Bank, diperkirakan memiliki nilai
GDP menembus 3 triliun dollar AS. Besarnya GDP Indonesia ini bahkan telah
melampaui sejumlah negara Eropa seperti Perancis. Pertumbuhan ekonomi
Indonesia yang stabil setiap tahunnya menempatkan Indonesia menjadi salah satu
kekuatan ekonomi dunia.

Group of Twenty (G20) sebagaimana dikutip dalam


situs http://sherpag20indonesia.ekon.go.id, dibentuk pada tahun 1999 dan pada
awalnya merupakan pertemuan tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank
Sentral sebagai upaya untuk memperluas diskusi tentang kebijakan yang
bermanfaat bagi penyelesaian krisis ekonomi dan finansial global. Sebagai sebuah
forum ekonomi, G20 merupakan forum yang beranggotakan 19 negara, yakni AS,
Argentina, Brazil, Australia, Kanada, Meksiko, Turki, Indonesia, Korea Selatan,
Jepang, Tiongkok, Jerman, Inggris, India, Arab Saudi, Afrika Selatan, Italia,
Perancis, Rusia, dan satu organisasi regional yaitu Uni Eropa.

Indonesia menjadi satu-satunya wakil negara ASEAN yang tergabung dalam forum
G20. Dilihat dari keberhasilan-keberhasilan atau success story Indonesia dalam
mengatasi masalah perekonomian mulai dari mengatasi krisis ekonomi di Asia pada
akhir 1990an, resiliensi dalam menghadapi tekanan krisis global pada 2008, posisi
Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia dengan penduduk
mayoritas Muslim, negara dengan jumlah populasi terbanyak ke-empat, serta
sebagai pemimpin di ASEAN. Variable-variabel dan bentuk sosial-politik dan
ekonomi yang dimiliki Indonesia itulah yang menjadi asset Indonesia dalam
berdiplomasi di G20. (Ekon.go.id)
Pada dasarnya peran Indonesia dalam G20 adalah selain untuk menjaga
pertumbuhan domestic tetap tinggi dan stabil, tidak lain juga untuk memajukan
kepentingan negara berkembang dan menjaga terciptanya perekonomian global
yang inklusif dan berkelanjutan dan juga mewujudkan balanced growthbagi negara
maju-berkembang.

Menurut kemenlu.go.id adapun beberapa peran Indonesia dalam forum G20 antara
lain:

1. Indonesia dapat mengedepankan pendekatan konstruktif dalam pembahasan isu


di G-20.

Indonesia perlu terus menjaga karakteristik dasar G-20 tersebut dari desakan
dominasi ataupun pengerasan sikap/posisi dari negara-negara anggota G-20.

2. Pergeseran posisi Indonesia dari negara low income countries menjadi negara
middle income countries serta dari negara penerima bantuan menjadi negara
penerima sekaligus negara donor, membutuhkan penyesuaian profil Indonesia di
dunia luar. Untuk itu, peran aktif Indonesia di G-20 menjadi penting karena G-20
dapat dijadikan sebagai wadah untuk instrumen politik luar negeri RI mendukung
upaya Indonesia menjadi negara maju pada tahun 2025.

3. Mengingat Indonesia mempunyai cukup banyak success stories dalam program


pembangunan, partisipasi Indonesia dalam G-20 dapat digunakan untuk
mengedepankan pengalaman Indonesia sebagai kontribusi global Indonesia dalam
pembahasan forum G-20. Pada KTT Pittsburgh, misalnya, Indonesia menjadi contoh
sukses pengalihan subsidi BBM tidak langsung menjadi subsidi langsung (program
BLT). Indonesia dapat bekerjasama dengan Bank Dunia dan OECD untuk
mengangkat berbagai success stories Indonesia.

Atas berbagai success stories yang dimilikinya, dalam G20 Indonesia memiliki
simpati yang dalam bagi negara-negara berkembang hingga Indonesia menjadi
inisiator 'General Expenditure Support Fund'yang membantu menyediakan likuiditas
dana dari IMF dan Bank Dunia bagi negara-negara berkembang dan miskin. Selain
itu, partisipasi Indonesia dalam G20 juga sejalan dengan Nawa Cita Presiden Jokowi
serta peran dalam keterlibatan Indonesia dalam forum ini juga penting untuk
mendukung kebijakan-kebijakan dalam negeri untuk mendorong upaya pemerintah
terutama dalam sektor ekonomi.

Kedudukan Indonesia dalam G20 diharapkan tidak hanya dapat menjaga


pertumbuhan domestic agar tetap tinggi, tapi juga dapat membantu
menyeimbangkan hubungan antara negara maju-berkembang. Sehingga
pertumbuhan ekonomi global tidak hanya dirasakan oleh negara maju, namun
negara berkembang juga dapat berperan aktif dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi global yang juga dapat dirasakan bagi semua kalangan negara.

Anda mungkin juga menyukai