Anda di halaman 1dari 41

BAB VIII

LINGKUNGAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA, DAN


PERIJINAN PERTAMBANGAN

8.1 Lingkungan
PT. Pudel Gold Mine Tbk sebagai salah satu perusahaan penambangan bijihh
emas yang berwawasan lingkungan di Kabupaten Pacitan, Kecamatan Punung ingin
menepis dan memulihkan anggapan masyarakat sekitar lokasi penambangan, bahkan
masyarakat Indonesia yang menyatakan bahwa kegiatan penambangan mulai dari
tahap eksplorasi sampai ke tahap mine closure merupakan suatu kegiatan yang
mengganggu serta merusak eksosistem lingkungan hidup. Baik itu dampak
lingkungan terhadap komponen abiotik, biotik, maupun cultural.
Maka dari itu rencana pelaksanaan penambangan emas PT. Pudel Gold Mine
Tbk yang dilaksanakan di Desa Kebonsari, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan
dengan luas areal Kuasa Pertambangan (KP) seluas 25 ha dimana berpatokan pada
sistematika penyusunan dokumen analisa mengenai dampak lingkungan (AMDAL)
yang didasari atas PP. No. 27 Tahun 1999 serta keputusan bersama antara
Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral dan Kementrian Negara Lingkungan
Hidup yang dituangkan dalam bentuk perundang-undangan yang berlaku dimana
berkaitan terhadap pengelolaan lingkungan hidup yaitu UU LH No. 23 Tahun 1999.
Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 17 tahun 2006
tentang Jenis Rencana Usaha dan atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).
Upaya pengelolaan lingkungan menggunakan AMDAL ini, mempunyai
maksud dan tujuan untuk dapat digunakan sebagai :
1. Acuan pelaksanaan kegiatan penambangan bijihh emas di di Dusun Krajan,
Desa Kebonsari, yang secara administratif berada di Kecamatan Punung,
Kabupaten Pacitan agar dampak negatifnya dapat diusahakan seminimal
mungkin dan menjadi layak lingkungan.
2. Acuan dalam melaksanakan pencegahan, pengendalian, dan
penanggulangan apabila terjadi pencemaran lingkungan yang diakibatkan
oleh kegiatan penambangan.

1
3. Acuan pelaksanaan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada
kegiatan penambangan bijihh emas.
Fungsi dan pedoman penyusunan dokumen AMDAL yang diterapkan oleh
PT. Pudel Gold Mine Tbk:
(1) Pedoman umum penyusunan dokumen AMDAL digunakan sebagai
pedoman teknis penyusunan AMDAL atau sebagai dasar penyusunan
AMDAL, apabila kegiatan penambangan belum ditetapkan.
(2) Pedoman umum penyusunan AMDAL ditujukan bagi keperluan
penyusunan AMDAL kegiatan terpadu atau multisektor.

Dasar PT. Pudel Gold Mine Tbk memilih AMDAL

Produksi yang dihasilkan : ≥ 400.000 Ton/tahun

Target produksi PT. Pudel Gold Mine : 110.000 Ton/tahun

Luas areal Kuasa Pertambangan (KP) : 25 Ha

Table 8.1
Jenis Rencana Usaha/kegiatan AMDAL
No. Jenis Rencana Usaha/Kegiatan Besaran
1. Luas perizinan ≥ 5.000 Ha. Dan atau
luas daerah terbuka untuk penambangan ≥ 200 Ha. (kumulatif/th)* dan atau

2. Tahap eksploitasi produksi:


a)Batubara/Gambut ≥ 1.200.000 ton/th (ROM) **
b)Bijih Primer ≥ 1.000.000 ton/th (ROM)
c)Bijih Sekunder/Endapan Aluvial ≥ 1.200.000 ton/th (ROM)
d)Bahan galian bukan logam atau bahan ≥ 600.000 ton/th (ROM)
galian golongan c
e)Bahan galian Radioaktif, termasuk Semua besaran
pengolahan, penambangan dan
pemurnian Semua besaran
f)Bahan galian Timbal, termasuk
3. Tambang di laut Semua besaran

4. Melakukan Submarine Tailing Disposal Semua besaran

5. Melakukan pengolahan bijih dengan Semua besaran


proses sianidasi

*Untuk menghindari bukaan lahan terlalu

2
luas
**Raw of Material

Dari data di atas dapat diketahui bahwa dalam segi produksi dan luas area
pertambangan yang diusahakan oleh PT. Pudel Gold Mine Tbk tidak wajib AMDAL
namun pada pengolahan bijih emas perusahaan kami menguununakan proses
sianidasi dengan bahan kimia yang digunakan adalah natrium sianida (NaCN) yang
sangat berbahaya bagi lingkungan maka dari itu PT. Pudel Gold Mine Tbk wajib
untuk melakukan AMDAL.

Tabel 8.2
Emisi dan lime Plant Untuk Baku Mutu
PARAMETE
SO2 NOx Debu Opasitas
Hasil 3,3 65,7 <1 <20
Pengukuran
Baku Mutu 750 850 150 20

Tabel 8.3
Emisi dari Gold Fire Assay memenuhi baku mutu.
PARAMETER

SO2 NOx Debu Opasitas

Hasil 11 17.2 1.93 <20


Pengukuran
Baku Mutu 750 850 150 20

Tabel 8.4
Effluent air limbah dari IPAL limbah Domestik memenuhi baku mutu.
TSS (mg/l) Minyak & pH
Lemak (mg/l)
MP 36 ( 15 A ) 39.5 5.6 7.2
MP 68 ( 15 B ) 21 5 7.68
Baku Mutu 100 10 6-9

Tabel 8.5
APLIKASI PELAKSANAAN AMDAL PT. Pudel Gold Mine Tbk

No. Aspek pengelolaan Acuan penaatan (baku Kinerja penaatan

3
lingkungan mutu)
1. Kestabilan Lereng Dokumen Rencana Pengelolaan • Tidak terlihat adanya
Lingkungan (RKL) - Rencana longsoran dinding
Pemantauan Lingkungan (RPL) lubang tambang.
• Upaya pengelolaan
seperti evaluasi tekanan
pori,
rancangan timbunan
dan evaluasi geoteknik
sesuai
dengan ketentuan
AMDAL.

2. Pengelolaan Overburden Dokumen RKL-RPL AMDAL • Penentuan kapasitas


pembentukan asam
untuk keperluan
penempatan batuan
secara selektif untuk
mencegah
terbentuknya air asam
tambang terus
dilakukan dan
sesuai dengan ketentuan
AMDAL.
• percampuran
overburden untuk
mencegah terbentuknya
air asam tambang telah
dilakukan sesuai
ketentuan AMDAL

3. Pengelolaan Air Asam • Kepmen LH No 202 Tahun • Struktur bangunan dan


Tambang / Air Limbah 2004 Tentang Baku Mutu Air sistem penangkapan air
Kegiatan Pertambangan. Limbah Bagi Usaha dan atau asam
Kegiatan Pertambangan Bijihh tambang telah di
Emas dan atau Tembaga. bangun dan sesuai
dengan ketentuan
AMDAL.
• Belum memenuhi
ketentuan Kepmen LH
No 202 Tahun
2004 terutama tentang
penetapan titik penaatan
dan
perijinan pembuangan
limbah cair kegiatan
pertambangan
untuk pengelolaan Air
Asam Tambang
4. Reklamasi • Reklamasi didaerah
tambang PT. Trojan
Tbk saat ini akan
dilakukan seluas 20 ha.
Sebagian besar daerah
timbunan belum di
reklamasi karena belum
membentuk

4
final waste dump.
• Kegiatan identifikasi
spesies akan dilakukan
sesuai ketentuan
AMDAL

5. Pengelolaan Limbah B3 PP No. 18 Tahun 1999 tentang • Pengelolaan Limbah


Pengelolaan B3 dari perbengkelan di
Limbah Bahan Berbahaya dan PT. Pudel Gold Mine Tbk
Beracun jo. PP No. 85 Tahun telah memenuhi standar
1999 tentang Perubahan Atas dan tercatat dengan
Peraturan Pemerintah Republik baik.
Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 • Sistem perbengkelan
tentang Pengelolaan Limbah PT. Pudel Gold Mine Tbk
Bahan Berbahaya dan Beracun telah dilengkapi dengan
sistem penangkap
ceceran minyak, yang
berujung pada
fasilitas oil catcher
yang telah dilengkapi
dengan oil
skimmer.
• Pemanfaatan oli bekas
sebagai campuran
bahan bakar di
Lime Plant (Parik kapur
Mahaka) dan
Dewatering Plan
Pabrik Konsentrat)
telah sesuai dengan
ketentuan dalam
perizinan.
• Limbah B3 selain oli
bekas dikirim ke
pengelola limbah B3
yang berizin (PPLI).

6. Pengendalian • Keputusan MenLH No. 13 • Emisi dari Lime Plant


Pencemaran Udara Tahun 1995 memenuhi baku mutu.
tentang Baku Mutu Emisi PARAMETER
Sumber Tidak Bergerak. • Fasilitas Pengukuran
• Keputusan Kepala Bapedal Emisi Gas Buang sesuai
Nomor 205 Tahun 1995 tentang dengan
Tata Pengukuran Emisi ketentuan Kep Ka
Gas Buang Bapedal No 205 Tahun
1995

7. Pengendalian • Keputusan MenLH No. 112 Effluent air limbah dari


Pencemaran Air Tahun 2003 tentang Baku Mutu IPAL limbah Domestik
Air Limbah Domestik memenuhi baku mutu

5
8. Pengendalian Kepmen LH No 202 Tahun 2004 • Konsentrasi TSS di
Pencemaran Air Tentang dua outlet Mod ADA
Baku Mutu Air Limbah Bagi melebihi baku
Usaha dan atau mutu.
Kegiatan Pertambangan Bijihh • Telah dilakukan upaya
Emas dan atau Tembaga. meningkatkan efisiensi
pengendapan Mod
ADA.
• Pembuangan air ke
sungai sudah mendapat
ijin dari
Gubernur

9. Pengelolaan Limbah PP No. 18 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan fly ash


Pengelolaan dan tailing sebagai
Limbah Bahan Berbahaya dan bahan kontruksi
Beracun jo. PP No. 85 Tahun jembatan dan jalan raya
1999 tentang Perubahan Atas telah sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Republik ketentuan dalam
Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 perizinan.
tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan
Beracun

10. Pengendalian • Keputusan MenLH No. 13 • Emisi dari Pabrik


Pencemaran Udara Tahun 1995 Pengeringan Konsentrat
tentang Baku Mutu Emisi memenuhi
Sumber Tidak Bergerak. baku mutu.
• Keputusan Kepala Bapedal • Fasilitas Pengukuran
Nomor 205 Tahun 1995 tentang Emisi Gas Buang
Tata Pengukuran Emisi belum sesuai
Gas Buang. dengan ketentuan Kep
Ka Bapedal No 205
Tahun 1995

6
8.1.1 Dampak Kegiatan Terhadap lingkungan
Tabel 8.6
Score dampak kegiatan pertambangan PT. Pudel Gold Mine Tbk terhadap
lingkungan sekitarnya

Jenis Dampak Skor


1 2 3 4 5
Peluang banjir x
Peluang pendangkalan x
sungai
Peluang tanah longsor x
Keseimbngan x
sirkulasi air
Pencemaran udara x
Pencemaran air x
Pencemaran tanah x
Kerusakan flora dan x
fauna
Kesehatan manusia x
Jumlah Total 21
Catatan :
0-33 = dampak terhadap lingkungan kecil
0-66 = dampak terhadap lingkungan sedang
0-100 = dampak lingkungan besar

Dari data dan total skor yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa dampak
kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh PT. Pudel Gold Mine Tbk
menghasilkan bahaya yang kecil terhadap lingkungan sekitarnya. Meskipun
demikian pemantaun dan pengelolaan harus tetap dilakukan agar dampak tidak
meningkat mejadi sedang maupun besar terhadap lingkungan.

 Konstruksi
Kegiatan pertambangan bawah tanah bijihh emas PT. Pudel Gold Mine Tbk
diperkirakan akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan sekitar. Dampak yang
terjadi berdasarkan tahap kegiatan adalah sebagai berikut :
1) Penyelidikan awal/eksplorasi
2) Pembebasan lahan
3) Land clearing ( Pembersihan Lahan )
4) Pembangunan sarana dan prasarana yang meliputi :

7
- Pembuatan jalan tambang
- Persiapan pembukaan lubang bukaan (Development open/entri)
- Pembangunan kantor, instalasi jaringan listrik, pabrik
pengolahan, bengkel (worshop), gudang, kolam pengendapan (setling pond),
stock pile, belt conveyor, dan Sarana peribadatan
5) Penerimaan tenaga kerja
6) Mobilisasi Peralatan
Komponen lingkungan yang akan terkena dampak adalah :
1) Geofisika – Kimia, meliputi : Iklim mikro, kualitas udara ambien, bentang alam,
erosi, kualitas air sungai dan air tanah, perubahan fungsi lahan struktur dan
tekstur tanah serta kesuburannya.
2) Biologi, meliputi vegetasi hutan vegetasi binaan (kebun/sawah), serta lokasi
pengolahan, biodata perairan (plankton, bentos, nektron) di perairan sungai.
3) Sosial ekonomi, meliputi kesempatan kerja dan kesehatan masyarakat serta
persepsi masyarakat, kesehatan masyarakat.
4) Sosial budaya, yaitu perubahan budaya dan pembauran etnis/budaya.

 Operasi
1) Pembukaan lubang bukaan
2) Penambangan bijihh emas (pemboran, peledakan, cut and fill, penyangaan,
ventilasi, penerangan dan penyaliran tambang bawah tanah)
3) Pemuatan dan pengangkutan bijihh emas (jenis, kapasitas dan jumlah peralatan
dan pengangkutan)
4) Pengolahan bijihh emas ( peremukan, penggilingan, pengurangan kadar air,
sianidasi, perolehan emas, flotasi, penggerusan dan pemisahan ukuran,
pengentalan, dan peleburan)
5) Penanganan limbah hasil penambangan dan pengolahan
6) Pengepakan dan pemasaran bijihh emas
7) Pemberdayaan masyarakat sekitar lokasi penambangan (community development)
Komponen lingkungan yang akan terkena dampak adalah :

8
1) Geofisika – Kimia, meliputi bentang alam, erosi dan perlumpuran, kelongsoran
pada jenjang tambang dan timbunan tanah penutup, kualitas udara (debu, suhu,
kelembaban dan iklim mikro), kualitas air sungai dan air tanah.
2) Biologi, meliputi vegetasi hutan produksi, vegetasi binaan, satwa liar, biota
perairan (plankton, bentos, nektron dan hewan air lainnya) di perairan sungai.
3) Sosial ekonomi, meliputi kesempatan kerja, berkembangnya kegiatan ekonomi
masyarakat dan meningkatnya pendapatan masyarakat daerah, tersedianya
fasilitas yang dapat dimanfaatkan masyarakat, persepsi masyarakat, serta
kesehatan masyarakat.
4) Sosial budaya, meliputi perubahan sikap budaya, pembauran budaya dan
toleransi budaya.

 Pasca Operasi
1) Penutupan tambang
2) Reklamasi dan rehabilitasi tambang
3) Penanganan pegawai akibat pemutusan hubungan kerja
4) Pemindahan dan pembongkaran sarana tambang

Pada tahap pasca operasi komponen lingkungan yang akan terkena dampak
adalah :
1. Fisika - Kimia, yaitu penurunan intensitas dampak terhadap bentang alam,
erosi dan pelumpuran, kualitas udara, kualitas air, kualitas tanah dan kepadatan
transportasi bahan galian.
2. Biologi, yaitu berkurangnya gangguan terhadap ladang/kebun milik
masyarakat dan pulihnya habitat fauna darat serta habitat biota air.
3. Sosial Ekonomi, yaitu terjadinya pemutusan hubungan kerja, menurunnya
aktifitas perekonomian masyarakat, serta permasalahan sosial lainnya.

9
POTENSI SUMBER DAYA
BATU GAMPING :
- CADANGAN DATA KOMPONEN
- GEOLOGI LOKAL LINGKUNGAN :
- HIDROGEOLOGI - IKLIM MIKRO
- FLORA DAN FAUNA
- KUALITAS TANAH
- KUALITAS AIR

ASPEK ASPEK
TEKNIS LINGKUNGAN

DAMPAK YANG
TERJADI
PERSIAPAN
LUBANG
BUKAAN

BENTANG ALAM
SIFAT FISIK DAN KIMIA
PEMBUKAAN TANAH
LUBANG BUKAAN EROSI & SEDIMENTASI
VEGETASI & SATWA

BENTANGAN ALAM
PENAMBANGAN DEBU
BIJIHH EMAS EROSI & SEDIMENTASI

DEBU
PENGANGKUTAN DARI FRONT KEBISINGAN
PENAMBANGAN BAWAH TANAH VEGETASI DAN SATWA
KE PABRIK PENGOLAHAN

DEBU
PENGOLAHAN KEBISINGAN
BIJIHH EMAS KUALITAS AIR
EROSI & SEDIMENTASI

DEBU
PELEBURAN, PENGEPAKAN & KEBISINGAN
PENJUALAN BIJIHH EMAS EROSI & SEDIMENTASI

Gambar 8.1
Bagan Alir Kegiatan Penambangan Bijihh Emas dan Dampak yang Terjadi

10
8.1.1.1 Komponen Lingkungan Geo – Fisik – Kimia

 Iklim Mikro
1) Dampak Negatif
Rencana pada tahap operasional PT. Pudel Gold Mine Tbk berupa land clearing
untuk pembangunan sarana & prasarana seperti : jalan tambang,pabrik
pengolahan,perkantora,dll. Akibat dari pembukaan lahan tersebut maka akan
terjadi peningkatan temperatur dan akan berdampak negatif terhadap iklim
mikro.
2) Arahan Pengelolaan Lingkungan
a. Pembukaan lahan secara bertahap disesuaikan dengan rencana kemajuan
penambangan.
b. Melakukan revegetasi secepatnya pada lahan bekas tambang yang telah
direklamasi sesuai dengan kemajuan penambangan tanpa harus menunggu
seluruh blok tertambang habis.
c. Jenis tanaman yang akan digunakan dalam revegetasi disesuaikan dengan
peruntukan lahan sebelumnya. Misalnya pada daerah bekas kebun akan
ditanam akasia (accasia sp.), pada daerah hutan sekunder akan ditanam
tanaman lokal seperti lebui (shorea leprosula), malaban (shorea parvifolia)
dan kenanga (cananga odorata).
 Kualitas Udara
1) Dampak Negatif
Parameter tolak ukur kualitas udara “O2” tertinggi menjadi pedoman dalam
melakukan pengelolaan lingkungan. Paramater kualitas udara tersebut
diperkirakan dapat terkena dampak dari kegiatan operasional pengangkutan
bijihh emas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar minyak kendaraan
operasional, kendaraan berat dan mesin alat-alat berat untuk operasi
pengangkutan bijihh emas.
Debu timbul akibat gerakan atau hilir mudik kendaraan operasional dan
kendaraan berat serta gerakan atau hilir mudik kendaraan operasional dan
kendaraan berat serta gerakan alat-alat berat di areal penambangan.

11
Kenaikan kadar debu udara diperkirakan makin tinggi apabila jalan kering
dan angin bertiup cukup kencang. Adanya angin akan menyebarkan debu ke areal
yang lebih luas di sekitar daerah penambangan maupun di jalur transportasi
khususnya desa terdekat.
2) Arahan Pengelolaan Lingkungan
a. Melakukan penyiraman jalan lintas produksi terutama areal yang dekat
dengan pemukiman penduduk secara periodik terutama pada musim kemarau.
b. Memperlambat laju kendaraan angkut pada saat melewati jalur yang dekat
dengan pemukiman penduduk.
c. Memadatkan muatan bijihh emas di pick up.
d. Melakukan penanaman pohon-pohon di kiri dan kanan jalan sebagai barier
debu.
e. Penggunaan sarana K3 berupa masker/penutup mulut bagi karyawan yang
bekerja khususnya yang terkena dampak langsung seperti operator alat-alat
berat di lokasi penambangan dan sopir pick-up.
 Erosi
1) Dampak Negatif
Dampak kegiatan penambangan terhadap profil tanah akan terjadi pada: susunan
horizon tanah, pori-pori aerasi, drainase tanah dan lain-lain. Pengupasan lapisan
penutup dan batuan yang dilanjutkan dengan penumpukan hasil kupasan akan
mengubah stratifikasi horizon tanah, merusak struktur dan agregat tanah,
ketebalan solum tidak menentu karena penumpukan dan pori-pori tanah lebih
cenderung menjadi pori aerasi.
Sebagai akibat sekunder adalah lemahnya ikatan antar butir tanah sehingga
mudah hancur oleh percikan hujan, berkurangnya kemampuan tanah untuk
menyerap air hujan, mudahnya butiran tanah terbawa oleh aliran air permukaan,
meningkatnya aliran air permukaan, berkurangnya penetrasi air ke dalam tanah,
berkurangnya air tanah dan menurunnya debit air sungai. Akibat akhir dari semua
ini adalah meningkatnya erosi tanah.

12
2) Arahan Pengelolaan Lingkungan
a. Membatasi seefisien mungkin pembukaan lahan atau lahan yang dibuka
hanya lahan yang benar-benar akan dimanfaatkan sebagai lokasi kegiatan.
b. Mengatur overburden sedemikian rupa sehingga kemungkinan terjadi
hanyutan dapat ditekan seminimal mungkin. Hal ini dapat dilaukan dengan
mengatur timbunan overburden. Material buangan yang berukuran besar
ditempatkan di bagian bawah berturut-turut semakin ke atas ukuran meterial
semakin halus.
 Sedimentasi
1) Dampak Negatif
Dampak negatif penting yang timbul terhadap komponen lingkungan sungai
diperkirakan akan terjadi pada tahap penambangan yaitu setelah
dilangsungkannya kegiatan tersebut akan meningkatkan erosi baik dari lokasi
penambangan maupun hanyutan tanah dari lokasi waste dump.
2) Arahan Pengelolaan Lingkungan
Membuat kolam pengendapan untuk menampung air yang mengalir dari lokasi
penambangan dan lokasi waste dump. Untuk mengantisipasi kemungkinan air
yang mengalir dari kolam pengendap masih dalam keadaan keruh, maka di dalam
proses penjernihannya dimasukkan bahan-bahan kimia seperti kapur dan tawas.
 Kualitas Air
1) Dampak Negatif
Pada kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup pengalian bijihh emas,
pengolahan (peremukan) bijihh emas dan penirisan tambang akan menyebabkan
keasaman dan kekeruhan air menjadi besar. Meningkatnya kekeruhan dan
keasaman badan air sungai tersebut dapat mengganggu metabolisme biota
perairan.
2) Arahan Pengolahan
a. Membuat kolam pengendap pada bukaan tambang.
b. Menambahkan bahan kogulan berupa kapur tohor (Ca(OH)2) ke dalam kolam
pengendap untuk mempercepat proses pengendapan.
c. Membuat saluran air (sediment trap) pada lokasi timbunan overburden.

13
 Bentang Alam
1) Dampak Negatif
Kegiatan development serta penggalian pada kegiatan pertambangan akan
menyebabkan berubahnya secara mendasar bentuk dan ketinggian morfologi
daerah penambangan dan sekitarnya.
2) Arahan Pengelolaan Lingkungan
a. Membatasi pembukaan lahan-lahan yang memang tidak dibutuhkan untuk
dibuka.
b. Melakukan back filling pada daerah bekas penambangan.
 Kesuburan Tanah
1) Dampak Negatif
Kegiatan land clearing dan penggalian bijihh emas serta penirisan tambang akan
mengakibatkan kurangnya daerah bervegetasi dan hilangnya topsoil. Selain itu
juga akan merubah struktur tanah, sehingga mempengaruhi tingkat kesuburan
tanah.
2) Arahan Pengelolaan Lingkungan
a. Topsoil yang relatif subur digunakan untuk media penanaman kembali pada
saat revegetasi.
b. Memberikan pupuk terlebih dahulu pada tanah yang akan ditanami.
Tabel hubungan kerusakan lingkungan hidup akibat penambangan bawah
tanah dapat dilihat pada lampiran 10.2.

8.1.1.2 Komponen Lingkungan Biologi


 Vegetasi
1) Dampak Negatif
Kegiatan yang menimbulkan dampak negatif penting terhadap vegetasi adalah
kegiatan pada tahap operasi, yaitu pembersihan lahan untuk pembangunan
sarana dan prasarana yang diteruskan dengan pembuatan lubang bukaan serta
pengangkutan bijihh emas (produksi). Ini dapat menyebabkan dampak langsung
maupun tidak langsung pada lingkungan sekitar. Terganggunya sistem hidrologis
terjadi akibat hilangnya vegetasi sehingga pola aliran juga berubah secara total

14
dan berefek ganda pada laju erosi. Selain itu, punahnya habitat hewan sekitar
dapat mengurangi keanekaragaman hayati yang dimilki.
2) Arahan Pengelolaan Lingkungan
Reklamasi lahan dan revegetasi yang mendasarkan pada pendekatan ekologis
akan mengeliminasi dampak penting negatif yang terjadi pada sistem vegetasi.
 Satwa
1) Dampak Negatif
Kegiatan pembukaan lahan untuk kegiatan penambangan akan menyebabkan
terganggunya kehidupan satwa liar, diantaranya adalah :

a. Perubahan pada keadaan dan sifat habitat bagi kehidupan satwa.


b. Hilangnya relung-relung ekologi dan sumber makanan ataupun tempat
minum satwa.
Hal-hal tersebut juga akan mengakibatkan munculnya masalah-masalah berikut :
a. Penurunan sumber protein bagi masyarakat sekitar.
b. Bertambahnya hama yang akan mengganggu tanaman masyarakat sekitar.
c. Menghambat atau menurunkan produksi dari vegetasi di derah sekitar akibat
berpindahnya satwa-satwa liar ke daerah lain.
2) Arahan Pengelolaan Lingkungan
a. Pembinaan habitat pada kawasan yang tidak/belum dibuka.
b. Melakukan reklamasi dan revegetasi mengikuti tahapan penambangan.
c. Melakukan pemasangan papan larangan berburu dan peringatan lintasan
satwa.

8.1.1.3 Komponen Sosial dan Kesehatan Masyarakat


 Sikap dan Persepsi Mayarakat
1) Dampak Negatif
Kegiatan penambangan bijihh emas di wilayah Kecamatan Punung akan
menimbulkan dampak penting berupa terjadinya perubahan sikap dan persepsi
masyarakat terhadap munculnya perusahaan ini. Sebelum kegiatan dimulai
masyarakat setempat sudah berharap akan banyak tenaga kerja berasal dari warga

15
setempat namun umumnya perusahaan hanya membutuhkan dalam jumlah yang
terbatas.

Masalah kepemilikan lahan yang tidak jelas sering membuat perusahaan


dianggap telah melakukan penyerobotan terhadap lahan milik masyarakat. Di
satu sisi perusahaan sudah melakukan pembebasan lahan pada pihak pemilik,
akan tetapi di waktu yang lain ada pihak lain yang mengaku lahan tersebut
miliknya dan menuntut ganti rugi, sehingga sangat mungkin perusahaan harus
membayar ganti rugi lebih dari sekali untuk lahan yang sama.

2) Arahan Pengelolaan

a. Melakukan kerjasama dengan pemerintah setempat, khususnya di tingkat


kelurahan dan kecamatan, misalnya untuk memberikan informasi kepada
masyarakat tentang lahan-lahan yang akan dimanfaatkan untuk operasi
penambangan.
b. Memprioritaskan tenaga kerja lokal, terutama penduduk kecamatan Punung,
kabupaten Pacitan.
c. Mengadakan program magang bagi penduduk sekitar, khususnya lulusan
SLTA.
d. Mengadakan program community development bagi masyarakat sekitar.
 Perekonomian Masyarakat
1) Dampak Positif
Kegiatan penambangan PT. Pudel Gold Mine Tbk cara otomatis akan
mengkonsentrasikan banyak tenaga kerja pada suatu lokasi tertentu. Hal ini dapat
membuka peluang usaha penyerta (warung dan lain-lain) bagi penduduk sekitar,
sehingga aktivitas ekonomi semakin meningkat.
2) Arahan Pengelolaan
a. Perusahaan akan bekerjasama dengan penduduk sekitar dalam rangka
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan perusahaan, seperti katering dan lain-lain.
b. Membantu berdirinya koperasi, atau memberikan dana pinjaman usaha dan
lain-lain.
c. Melakukan program community development yang berkaitan dengan bidang
pemberdayaan ekonomi masyarakat.

16
 Kesehatan Masyarakat
1) Dampak Positif
Adanya poliklinik pada tahap persiapan penambangan diharapkan kesehatan
masyarakat akan lebih meningkat atau paling tidak pola pikir terhadap kesehatan
akan lebih baik dibandingkan sebelum dibukanya poliklinik. Peran poliklinik ini
menjadi penting mengingat terbatasnya fasilitas kesehatan yang ada di daerah
sekitar.
2) Arahan Pengelolaan
a. Memberikan pelayanan kesehatan secara rutin kepada masyarakat sekitar,
terutama yang jauh dari fasilitas kesehatan.
b. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat sekitar tentang pentingnya
kesehatan, menjaga lingkungan dan terutama dalam rangka mengantisipasi
penyakit malaria karena daerah tersebut merupakan daerah endemi.
 Ketenagakerjaan Pasca Tambang
1) Dampak Negatif
Dampak penting negatif yang akan dihadapi masyarakat sekitar adalah adanya
pemutusan hubungan kerja. Akibatnya masyarakat menjadi resah karena tidak
bekerja seperti biasanya, sementara belum tentu ada pekerjaan baru.
2) Arahan Pengelolaan
a. Mengadakan program community development sebelum aktivitas
penambangan berakhir kepada masyarakat sekitar, termasuk para tenaga kerja
yang berkaitan dengan bekal-bekal atau ketrampilan yang nantinya siap
diaplikasikan pada saat penambangan berakhir.
b. Bekerjasama dengan Pemerintah Daerah setempat untuk bersama-sama
memberikan bekal kepada para tenaga kerja dan masyarakat sekitar dalam
menghadapi penutupan tambang, dengan mengadakan pelatihan dan aktivitas
pembekalan lainnya. Memberikan pesangon yang layak bagi para tenaga
kerja.

17
8.1.2 Rehabilitasi Lahan
Sumber daya alam yang meliputi vegetasi, tanah, air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya merupakan salah satu modal dasar dalam pembangunan
Nasional oleh karena itu harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan
rakyat dan kepentingan pembangunan nasional dengan memperhatikan
kelestariannya. Salah satu kegiatan dalam memanfaatkan sumberdaya alam adalah
kegiatan pertambangan bahan galian yang hingga saat ini merupakan salah satu
sector penyumbang devisa negara yang terbesar. Namun demikian kegiatan
pertambangan apabila tidak dilaksanakan secara tepat dapat menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan terutama gangguan keseimbangan permukaan tanah
yang cukup besar. Dampak lingkungan kegiatan pertambangan antara lain :
penurunan produktivitas tanah, pemadatan tanah, terjadinya erosi dan sedimentasi,
terjadinya gerakan tanah atau longsoran, terganggunya flora dan fauna, terganggunya
keamanan dan kesehatan penduduk, serta perubahan iklim mikro. Oleh sebab itu PT.
Pudel Gold Mine Tbk mencoba untuk melakukan pencegahan kerusakan lingkungan
di luar batas kewajaran. Prinsip kegiatan Reklamasi adalah :
(1) kegiatan Reklamasi harus dianggap sebagai kesatuan yang utuh dari
kegiatan penambangan.
(2) kegiatan Reklamasi harus dilakukan sedini mungkin dan tidak harus
menunggu proses penambangan secara keseluruhan selesai dilakukan.

Pelaksanaan rehabilitasi yang akan dilakukan PT. Pudel Gold Mine Tbk sebagai
berikut :
1. Persiapan lahan yang berupa pengamanan lahan bekas tambang, pengaturan
bentuk lahan (“landscaping”), pengaturan/penempatan bahan tambang kadar
rendah (“lowgrade”) yang belum dimanfaatkan.
2. Pengendalian erosi dan sedimentasi
3. Revegetasi (penanaman kembali) dan atau pemanfaatan lahan bekas tambang
untuk tujuan lainnya.

18
8.1.2.1 Persiapan Lahan
Dalam kegiatan persiapan lahan ini hal-hal yang harus diperhatikan adalah
sebagai berikut :
1.Pengamanan Lahan Bekas Tambang.
2.Pengaturan Bentuk Lahan.
3.Pengaturan/Penempatan Low Grade.

8.1.2.2 Pengendalian Erosi dan Sedimentasi


Pengendalian erosi merupakan kegiatan yang mutlak dilakukan selama kegiatan
penambangan dan setelah penambangan. Erosi mengakibatkan berkurangnya
kesuburan tanah, terjadinya endapan lumpur. Untuk mengendalikan erosi dilakukan
tindakan konversi tanah.

8.1.2.3 Kegiatan Revegetasi


Keberhasilan revegetasi bergantung pada beberapa hal seperti : Persiapan
penanaman, pemeliharaan tanaman serta pemantauan tanaman.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan penanaman antara lain sebagai
berikut :
1.Kegiatan pemupukan
2.Pemilihan jenis tumbuhan
3.Pengumpulan dan ekstraksi bijih
4.Penyimpanan bijih
5.Persiapan pembenihan

8.1.3 Pemantauan Lingkungan


PT. Pudel Gold Mine Tbk berkomitmen mencapai pemantauan lingkungan
yang efektif dan efisien serta selalu mempertahankan standar – standar yang bersifat
nasional maupun internasional di bidang lingkungan hidup.

8.1.3.1 Konstruksi
Pemantauan dalam aspek ini dilakukan dengan beberapa pendekatan melalui
metode pengukuran dan analisis sebagai berikut :

19
a. Mengamati kasus-kasus yang menimbulkan konflik di masyarakat yang
berhubungan dengan pembebasan lahan.
b. Mengamati proses penerimaan tenaga kerja dan penyerapan tenaga kerja
lokal
c. Mengamati keadaan dan perubahan tingkat pendapatan para tenaga kerja
yang bekerja pada perusahaan.
d. Mengamati keadaan dan perubahan tingkat pendapatan masyarakat di sekitar
proyek sebagai akibat adanya kegiatan.

8.1.3.2 Pengolahan
 Lingkungan Geo- Fisik- Kimia
a. Pemantauan dilakukan dengan melalui pengukuran langsung di lapangan
serta wawancara dengan penduduk setempat tentang pengaruh perubahan
temperatur udara
b. Mengamati langsung erosi yang terjadi di lapangan, baik erosi lembar, alur
maupun parit.
c. Memantau prosedur pembukaan lahan dan kegiatan penimbunan kembali
lahan bekas tambang secara rinci sesuai dengan rencana.
d. Memantau kegiatan reklamasi lahan bekas tambang serta penataan ketinggian
dan kemiringan lereng timbunan lapisan penutup yang sesuai agar kecepatan
air limpasan dapat diperkecil (dikurangi).
e. Mengamati sedimentasi yang terjadi di sungai.
f. Metode pemantauan kualitas tanah adalah mengamati jenis tumbuhan yang
tumbuh di lokasi bekas penambangan. Tumbuhan saat ini yang sudah ditanam
diantaranya adalah Akasia, Sengon, Kacang, dan Akar wangi.
 Lingkungan Biologi
a. Pemantauan dilakukan terhadap persentase (%) pertumbuhan pohon yang ada
di areal reklamasi lahan pada timbunan lapisan penutup, areal penimbunan
bekas galian tambang, dan di areal penghijauan di tepi kiri dan kanan jalan
angkut.

20
b. Pemantauan terhadap kelimpahan individu, keragaman jenis dan keberadaan
jenis satwa (mamalia dan burung) dilakukan dengan pengamatan lapangan
dan wawancara serta mengisi daftar isian pemantauan satwa.

8.1.3.3 Pasca Operasi


Pemantauan lingkungan dalam aspek ini dilakukan dengan beberapa
pendekatan melalui metode pengukuran dan analisis sebagai berikut :
a. Mengamati proses dan mekanisme pelaksanaan pelepasan tenaga kerja.
b. Mengamati proses dan mekanisme kegiatan pendidikan dan latihan bagi
tenaga kerja yang akan dilepas.

8.1.3.4 Institusi & Divisi Pemantauan lingkungan


PT. Pudel Gold Mine Tbk berkomitmen mencapai pemantauan lingkungan
yang efektif dan efisien serta selalu mempertahankan standar-standar yang bersifat
nasional maupun internasional di bidang lingkungan hidup. Dalam melakukan
pemantauan lingkungan harus dibutuhkan suatu tim pemantau yang terdiri atas :
a. Divisi Perawatan & K3/Lingkungan PT. Pudel Gold Mine Tbk (Enviroment
and Safety Departement)
b. Institusi/kelembagaan pemerintah pusat dan daerah, dalam hal ini Institusi
diwakili oleh pakar lingkungan pertambangan Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Yogyakarta dan kelembagaan oleh Departemen
Lingkungan Lidup, Departemen Kehutanan dan Badan Penanggulangan
Dampak Lingkungan Daerah (BAPELDA) Daerah Istimewa Yogyakarta.

8.1.3.5 Komponen Biaya Pemantauan Lingkungan


Komponen biaya yang akan dikeluarkan harus disesuaikan dengan kegiatan
pelaksanan studi AMDAL dengan perincian biaya (aji/upah, biaya pemantauan
lapangan, biaya peralatan, biaya analisis laboratorium, dan biaya perkantoran).
8.1.3.6 Waktu Pemantauan Lingkungan
Waktu pemantauan harus secara terperinci dan berkala setiap 4 bulan sekali.
Dimana dalam waktu 4 bulan tersebut harus diperoleh hasil pemantauan yang berasal
dari Divisi Perawatan & K3/Lingkungan PT. Pudel Gold Mine Tbk, Kementrian

21
Lingkungan Hidup (KLH), Departemen Kehutanan dan Badan Penanggulangan
Dampak Lingkungan Daerah (BAPELDA) Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dari masukan (Report) masing-masing tim pemantau yang berbeda
selanjutnya dikaji dan dianalis sehingga diperoleh penanganan yang baik.
Pemantauan yang dilakukan harus benar benar sesuai dengan keadaan lingkungan
pada saat itu, sehingga didapatkan input data yang valid.

22
Tabel 8.7
Matrik Rencana Pengelolaan Lingkungan
ASPEK UPAYA PENGELOLAAN DAMPAK INSTITUSI
LINGKUGAN TUJUAN
SUMBER TOLOK LOKASI WAKTU/PERIODE
NO YANG PENGELOL PENCEGAHA PENANGGULA PENGEMBANGA Laporan
DAMPAK UKUR PENGELOLAAN PENGELOLAAN PELAKSANA PENGAWAS
TERKENA AAN N NGAN N ditujukan ke
DAMPAK
TAHAP PERSIAPAN
1. Pembebasan Masyarakat Persepsi Persepsi Penyuluhan Negosiasi Memenuhi Daerah KP Satu tahun Perusahaan Bidang ahli BAPEDALDA
lahan masyarakat positif permintaan
masyarakat

TAHAP OPERASI
1. Land Clearing Udara Ambang Menhindari Uji emisi, Penyiraman, Penyiraman KP perminggu perusahaan Bidang ahli BAPEDALDA
Air polusi, polusi dan pengecekan pengecekan berkala, perawatan
Tanah tingkat pencemaran peralatan dan peralatan peralatan
pencemaran limbah
air, tingkat
pencemaran
tanah

Bau,warna Menhindari Dinas


Penggalian Tingkat polusi dan Perawatan dan perusahaan Inspektor pertambangan
2. bahan galian - Sifat fisik kimia polusi pencemaran Pengecekan Reparasi peralatan penyediaan suku Daerah Tiap hari tambang Daerah
tanah tanah peralatan dan cadang penambangan
- udara metode
Tingkat Mengurangi penggalian
Pengangkutan polusi, pencemaran Perawatan alat, perusahaan Dinas
tingkat Penyiraman perbaikan jalan dan Daerah Inspektor Pertambangan
3. udara, polusi kebisingan Penyiraman, uji berkala, ear plug penyiraman berkala penambangan Tiap hari tambang Daerah
suara emisi

Menghindari Pemakaian ulang


Komposisi pencemaran, sianida, pengujian BAPEDALDA
pengolahan sianida, recycle pencemaran air perusahaan Inspektor
bau, warna, sianida Kolam dengan kolam ikan Pabrik pengolahan tambang
rasa pengendapan
4. Air, udara Pengolahan Tiap hari
limbah
TAHAP PASCA OPERASI
5. Penutupan lingkungan biotik Culture, reklamasi reklamasi Penangkaran, Penhijauan,reboisas KP perbulan perusahaan BAPEDALD BAPEDAL
tambang dan abiotik keserasian green belt, i, A pusat
abiotik dan rehabilitasi lahan pengembangbiakan
biotik

1
Tabel 8.8
Matrik Rencana Pemantauan Lingkungan

ASPEK INSTITUSI
WAKTU/PERIOD
LINGKUNGAN TUJUAN ALAT/METODE LOKASI
NO SUMBER DAMPAK TOLOK UKUR DAMPAK E PELAKSAN
TERKENA PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN PENGAWAS INSTANSI
PEMANTAUAN A
DAMPAK
TAHAP PERSIAPAN
1. Pembebasan lahan masyarakat Persepsi masyarakat Persepsi positif persuasif Daerah KP Per enam bulan perusahaan humas BAPEDALDA
TAHAP OPERASI
1. Land clearing Udara, air, tanah Ambang polusi, tingkat Mengurangi Uji laboratorium Daerah KP Per enam bulan perusahaan BAPEDALD BAPEDALDA
pencemaran air, tingkat polusi dan A
pencemaran tanah pencemaran
Dinas
- Sifat fisik kimia Bau,warna perusahaan Divisi Pertambangan
2. Penggalian bahan tanah Tingkat polusi Mengurangi Uji laboratorium Daerah Per tiga bulan penambangan Daerah
galian - udara dampak polusi penambangan
dan pencemaran
tanah
Divisi Dinas
udara, kebisingan Tingkat polusi, tingkat decibel Mengurangi Daerah perbulan perusahaan penambangan Pertambangan
3. Pengangkutan polusi dan tingkat Uji udara, perhitungan penambangan Daerah
kebisingan decibel
Inspektor
air, udara Komposisis sianida, bau, warna Mengurangi tambang BAPEDALDA
, rasa dampak negatif Uji komposisi air, uji Pabrik pengolahan perminggu perusahaan
4. Pengolahan komposisi pencemaran
udara

TAHAP PASCA OPERASI


5. Penutupan tambang Lingkungan biotik Culture, keserasian biotik dan Perkembangan Pengecekan daerah KP Per enam bulan perusahaan BAPEDALD BAPEDAL
dan abiotik abiotik biotik dan abiotik reklamasi A pusat

1
8.2 Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
8.2.1 Keselamatan Kerja
Masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada industri Pertambangan
akhir-akhir ini terus berkembang seiring dengan teknologi dalam bidang industri
pertambangan. Kemajuan tersebut telah mengakibatkan munculnya berbagai
persoalan dan dampak industri pertambangan yang semakin kompleks dan telah
mengundang perhatian khalayak banyak. Maka dari itu PT. Pudel Gold Mine Tbk
menerapkan Pola Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan tujuan dapat
meminimalkan tingkat kecelakaan dan sakit akibat hubungan kerja dengan cara yang
paling efektif dan efisien sehingga pada akhirnya meningkatkan produktivitas
kegiatan penambangan.

8.2.1.1 Tujuan Keselamatan Kerja


Tujuan keselamatan kerja adalah sebagai berikut:

1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan


pekerjaan untuk kesejahteraan hidup & meningkatan produksi & roduktivitas
nasional.
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

3. Sumber produksi dipelihara & dipergunakan secara aman & efisien.

8.2.1.2 Kerugian-Kerugian yang disebabkan Kecelakaan Akibat Kerja


Kecelakaan menyebabkan lima jenis kerugian, antara lain:

1. Kerusakan: Kerusakan karena kecelakaan kerja antara lain bagian mesin,


pesawat alat kerja, bahan, proses, tempat, & lingkungan kerja.
2. Kekacauan Organisasi: Dari kerusakan kecelakaan itu, terjadilah kekacauan
dai dalam organisasi dalam proses produksi.

3. Keluhan & Kesedihan: Orang yang tertimpa kecelakaan itu akan mengeluh &
menderita, sedangkan kelurga & kawan-kawan sekerja akan bersedih.

25
4. Kelainan & Cacat: Selain akan mengakibatkan kesedihan hati, kecelakaan
juga akan mengakibatkan luka-luka, kelainan tubuh bahkan cacat.

5. Kematian: Kecelakaan juga akan sangat mungkin merenggut nyawa orang &
berakibat kematian.

8.2.1.3 Sebab-Sebab Kecelakaan Kerja


Kecelakaan disebabkan oleh dua golongan penyebab yaitu tindakan pekerj ayang
tidak memenuhi keselamatan dan keadaan lingkungan yang tidak aman pada PT
Pudel Gold Mine Tbk. Tinadak dan perbuatan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Terlalu gegabah pada tempat yang atap dan dindingnya rapuh dan belum ada
penyangga di tempat tersebut sehingga dapat mengakibatkan batuan
diatasnya runtuh
2. Setelah menggunakan perlengkapan peledakan (detonator dan bahan peledak)
tidah dibuang sehingga membahayakan lingkungan kerja karena masih ada
sisa bahan peledak yang belum terbakar sempurna

3. Tetap menggunakan peralatan yang tidak layak pakai (ban gundul dan bola
lampu yang sudah padam)

4. Karyawan tidak menggunakan alat pelindung diri (APD)

Pencegahan kecelakan keja dilakukan dengan:

1. Memperhatikan bagian-bagian yang rapuh dan diberi penyangga


2. Sisa-sisa perlengkapan peledakan yang tidak digunakan diperiksa kembali
jika masih terdapat sisa-sisa bahan peledak dan detonator yang belum
terbakar pada saat peledakan dipisahkan dari yang sudah terbakar sempurna
dan ditangani dengan cara disiram air kemudian dibuang.

3. Memeriksa peralatan dan perlengkapan yang tidak dipakai atau tidak


berfungsi lagi kemudian diganti dengan yang baru (mengganti ban gundul
dengan baru dan mengganti lampu yang sudah padam dengan lampu yang
baru)

26
4. Mewajibkan pekerja menggunakan APD pada saat bekerja

8.2.1.5 Dasar Hukum


* UU no.13/2003
Pasal 86
(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas:
a. Keselamatan & kesehatan kerja
b. Moral & kesusilaan
c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat & martabat manusia
d. untuk melindungi keselamatan kerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja
yang optimal diselenggarakan upaya K3.
(2) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) & ayat (2) dilaksanakn sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

* UU no.14/1969
Pasal 9
Tiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas:
1. Keselamatan
2. Kesehatan
3. kesusilaan
4. pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia &
moral agama
Pasal 10
Pemerintah membina norma perlindungan tenaga kerja yang meliputi :
1. Norma keselamatan kerja
2. Norma kesehatan kerja
3. Norma kerja
4. Pemberian ganti kerugian, perawatan & rehabilitasi dalam hal kecelakaan kerja

* UU no.1/1970
1. Agar pekerja & setiap orang lainnya yang berada ditempat kerja selalu berada

27
dalam keadaan sehat & selamat.
2. Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai & digunakan secara aman & efisien.
3. Agar proses produksi berjalan secara lancar tanpa hambatan.

* UU no.3/1992
1. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan
kerja termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula
kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja
& pulang kerumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.
2. Jaminan kecelakaan kerja
Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima jaminan kecelakaan
kerja meliputi:
1. Biaya pengangkutan.
2. Biaya pemeriksaan pengobatan dan/atau perawatan.
3. Biaya rehabilitasi.
4. Santunan berupa uang meliputi :
a. Santunan sementara tidak mampu bekerja.
b. Santunan cacat sebagian untuk selamanya.
c. Santunan cacat total untuk selamanya baik fisik maupun mental.
d. Santunan kematian

28
Tabel 8.9
Metrik Identifikasi Dampak Rencana Kegiatan Pertambangan Bijihh Emas PT. Trojan Gold Mine Tbk

Kegiatan Komponen / TAHAP KONSTRUKSI TAHAP OPERASI TAHAP PASCA OPERASI


No. Sub Komponen KETERANGAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Lingkungan
I. GEOFISIK – KIMIA A. Tahap Persiapan
1. Iklim Mikro x x x x x x x x x x x 1. Eksplorasi
2. Kualitas Udara 2. Pembebasan Lahan
x x x x x x x x x x x x
3. Pembersihan Lahan
3. Bentang Alam x x x x x x x x 4. Rekruitmen Tenaga Kerja
4. Kesuburan Tanah x x x x x x 5. Pembangunan Sarana & Prasarana
5. Kebisingan x x x x x x x x x x x x 6. Mobilitas Peralatan & Pengangkutan
6. Hidrologi dan Hidrogeologi x x x x x x
B. Tahap Operasi
7. Erosi Tanah x x x x 7. Persiapan dan Pembukaan Lubang Bukaan
8. Kualitas Air Tanah x x x 8. Penambangan Bijihh Emas Coyoting
9. Tata Ruang, Lahan dan Tanah x x x x x x x x 9. Pemuatan dan Pengangkutan Bijihh Emas
II. BIOLOGI 10. Pengolahan Bijihh Emas
10. Flora x x x x x x x x x x 11. Pengepakan & Pemasaran Bijihh Emas
12. Penanganan Limbah Penambangan &
11. Fauna Darat x x x x x x x Pengolahan
12. Biota Air x x 13. Community Development
III. SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 14. Kajian kondisi Geoteknik & Geokimia
13. Kesempatan Kerja x x x x x x x x x x x x
14. Ekonomi masyarakat x x x x x x x x x x x x x x x x C. Tahap Pasca Operasi
15. Penutupan Tambang (Mine Closure)
15. Migrasi Penduduk x x x x x 16. Rehabilitasi & Reklamasi Tambang
16. Kesehatan x x x x x x x x x x 17. Penanganan Tenaga Kerja Akibat PHK
17. Mata Pencaharian 18. Pemindahan & Pembongkaran Sarana dan
x x x x x x x x x x x x Prasarana

1
KOMPONEN KOMPONEN DAMPAK PRIMER DAMPAK SEKUNDER
KEGIATAN LINGKUNGAN

Keresahan
Penyelidikan / Persepsi Masyarakat Persepsi Masyarakat Masyrakat
Ekplorasi
Tata Guna Lahan
Persiapan Perubahan Fungsi dan Pengembangan
Pembukaan Lubang Penguasaan Lahan Wilayah
Bukaan Kependudukan

Pembebasan Lahan
Mata Pencaharian
& Pendapatan Migrasi Persepsi
Penerimaan Masyarakat
Tenaga Kerja Pendapatan Penduduk
Peluang Kerja

Mobilisasi
Peralatan Morfologi Pola Aliran Debit Air

Kualitas Udara Debu & Kebisingan Gangguan


Pembangunan Kesehatan Masyarakat
Sarana & Prasarana
Tanah Erosi
Kesuburan Tanah
Hidrologi Kualitas Air
Gangguan
Iklim Mikro Suhu & Kelembaban Kenyamanan
Pembersihan
lahan
Jumlah & Jenis
Flora Penutup Keanekaan Flora Satwa Daerah Sekitar

Gambar 8.2
Diagram Alir Hubungan Penyebab akibat Antara Sumber Dampak dengan
Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak pada Tahap Persiapan

1
KOMPONEN KOMPONEN
KEGIATAN LINGKUNGAN DAMPAK PRIMER DAMPAK SEKUNDER

Pembukaan
Lubang Bukaan Morfologi Pola Aliran Debit Air

Penambangan
Bijihh Emas Tanah Erosi Kesuburan Tanah

Kesuburan Tanah Kualitas Air

Penanganan Limbah Kualitas Air Gangguan Kesehatan


Palong Bertingkat Kadar O2 dalam Air
Masyarakat

Pengangkutan Hidrologi Kualitas Air Keresahan Masyarakat


Bijihh Emas

Community
Development
Mata Pencaharian Peningkatan
Pengolahan & Pendapatan Peningkatan Pendapatan Kesejahteraan Masyarakat
Bijihh Emas

Pengepakan & Pemasaran Gangguan Kesehatan


Bijihh Emas Kesehatan Masyarakat Persepsi Masyarakat

Gambar 8.3
Diagram Alir Hubungan Penyebab Akibat Antara Sumber Dampak dengan
Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak pada Tahap Operasi

2
KOMPONEN KOMPONEN DAMPAK DAMPAK
KEGIATAN LINGKUNGAN PRIMER SEKUNDER

Reklamasi/Rehabilitasi Morfologi Pola Aliran Kualitas dan Debit Air


Lahan Setelah Operasi

Tanah Erosi

Jumlah dan Jenis


Flora Penutup Keanekaragaman Biota Satwa

Iklim Mikro Persepsi Masyarakat


Penanganan Tenaga
Kerja Setelah Operasi

Mata Pencaharian dan


Penutupan Tambang Peluang Kerja Pendapatan

Gambar 8.4
Diagram Alir Hubungan Penyebab Akibat Antara Sumber Dampak dengan
Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak pada Tahap PascaOperasi

1
8.2.1 Organisasi K3
Penanganan K-3 merupakan tanggung jawab Divisi Keselamatan Kerja
yang langsung akan bertanggung jawab kepada Kepala Teknik atau Manajer
Tambang lihat pada struktur organisasi.

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin,


pesawat, alat kerja, bahan & proses pengolahannya, landasan tempat kerja &
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja
menyangkut segenap proses produksi distribusi baik barang maupun jasa.
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga & tidak diharapkan yang
terjadi pada waktu bekerja pada perusahaan. Tak terduga, oleh karena dibelakang
peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk
perencanaan.

8.2.2 Peralatan K3
Salah satu faktor penyebab kecelakaan adalah peralatan. Karena itu, setiap
peralatan yang digunakan untuk operasi perusahaan harus mendapat perawatan
yang memadai.
Untuk mencapai zero accident dapat dilakukan dengan cara menyediakan:
a. Alat Pelindung Diri

Yang termasuk alat pelindung diri misalnya: helm pengaman (safety


helm), sepatu pengaman (safety Shoes), sarung tangan, sabuk pengaman
(safety belt), kacamata pengaman, penutup hidung (masker), pelindung
telinga, baju tahan api, baju las dan lain-lain.
b. Alat Deteksi

Alat deteksi digunakan untuk mendeteksi gas-gas berbahaya seperti CO


tester, CO2 tester, NO tester,NO2 tester, S2 tester, H2S tester untuk
mengetahui apakah persentase gas-gas tersebut berada pada tingkat gas
beracun atau tidak.

29
c. Alat-alat pertolongan atau penyelamatan

Alat-alat penyelamat dipergunakan apabila terjadi suatu kecelakaan untuk


menyelamatkan manusia dan alat-alat dari kerusakan atau kemusnahan.
Yang termasuk dengan alat penyelamat/pertolongan diri misalnya alat
pemadam kebakaran Breating Apparatus atau Mine Rescue Apparatus

8.2.3 Peralatan Dan Pelaksanaan K-3 Pertambangan


Peralatan yang harus disediakan dan Langkah-langkah yang harus
ditempuh untuk melaksanakan K-3 pertambangan adalah seperti terlihat pada
tabel 8.10 dan tabel 8.11 berikut ini

Tabel 8.10
Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

No. Lokasi Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


1. Tambang a. Helm pengaman
b. Sepatu pengaman
c. Kacamata pelindung
d. Sarung tangan
e. Masker debu dan earplug
f. Reflector vest
g. Alat pemadam api dan perlengkapan K-3 pada
masing-masing kendaraan pengangkut personil dan
alat-alat tambang
h. Bendera merah atau kuning (tinggi 2m) untuk
kendaraan pengangkutan personil, pengawas
i. Rambu lalu lintas batas kecepatan truk ≤ 40 km/jam
dan kendaraan personil ≤ 60 km/jam
2. Gold a. Helm pengaman
Processing b. Sepatu pengaman
Plant c. Sarung tangan kulit
d. Masker debu dan earplug
e. Jas laboratorium
f. Kacamata pelindung
g. Penampung minyak pelumas bekas
h. Alata pemadam kebakaran
i. Perlengkapan P3K

30
j. Ban pinggang pengaman dengan tali pengikat
k. Penampung besi bekas dan suku cadang bekas
l. Material pembersih minyak tumpah
3. Maintenanc a. Helm pengaman
e b. Sepatu pengaman
c. Sarung tangan kulit
d. Masker debu
e. Perlengkapan P3K
f. Alat pemadam kebakaran
4. Gudang a. Helm dan sepatu pengaman
b. Sarung tangan kulit
c. Masker debu
d. Perlengkapan P3K
e. Alat Pemadam Kebakaran

Tabel 8.11
Langkah-langkah Pelaksanaan K-3 Pertambangan

No. Kegiatan Uraian


1. Patroli a. Implementasi peninjauan/pengecekan untuk mengantisipasi
keamanan kekurangan dan kondisi yang tidak aman
b. Melakukan tindakan pencegahan dengan pemberhentian dan
peringatan atau menyarankan jika terdapat hal-hal yang
bertentangan dengan peraturan
K-3
c. Melaporkan secara lisan/tertulis ke supervisor dari
pelanggar peraturan
Batas kecepatan untuk truk bermuatan ≤ 40 km/jam dan
kendaraan personil ≤ 60 km/jam.

2. Inspeksi a. Cek kondisi dari alat pemadam api


keamanan b. Cek kondisi dari fasilitas transportasi
c. Cek kondisi dari fasilitas bengkel
d. Cek system
e. Cek kondisi dan penataan dari gedung
f. Cek kondisi dan penataan dari camp utama dan lokasi kerja
3. Diskusi a. Diskusi masalah keselamatan pada saat jam kerja
masalah b.Diskusi pagi dengan karyawan membantu memonitor
keselamatan realisasi dari diskusi pagi.
4. Kampanye a. Implementasi pengutamaan keselamatan pada setiap tingkat

31
keselamatan pekerjaan yang dilakukan dengan sistem pendekatan
pribadi, pemberian pelajaran dan slogan yang diedarkan.
b. Evaluasi kontes keselamatan
5. Perlindungan a. Inventarisasi alat pencegahan sendiri
keselamatan b. Melengkapi kekurangan
c. Memonitor pemakaian
d. Cek dan melengkapi perlindungan keselamatan pada alat-
alat.
e. Cek dan melengkapi rambu-rambu.
6. Pemilihan
Cek jenis peralatan
operator
7. Laporan a. Laporan kecelakaan
keselamatan b. Laporan bulanan
kerja c. Laporan pelatihan

8.2.2 Kesehatan Kerja


Ruang lingkup kesehatan kerja meliputi :
a. Kesehatan preventif
Tujuannya : untuk mencegah tenaga kerja jangan sampai mengalami gangguan
kesehatan kerja.
b. Kesehatan relative
Tujuannya : untuk menekan seminimal mungkin angka absen karena sakit.
c. Penyesuaian diantara tenaga kerja dengan perusahaan dengan tujuan
kepegawaian dan efisiensi kerja.
d. Penyesuaian bahaya-bahaya oleh peralatan produksi yang mungkin berakibat
kepada tenaga kerja atau masyarakat luas.
Setiap pekerjaan merupakan beban kerja bagi pelaku nya. Beban tersebut
dapat berupa :
a. Beban fisik
b. Beban mental
c. Beban social

Faktor lain penyebab terganggunya Kesehatan Kerja antara lain :

32
a. Golongan fisik
Kondisi terowongan yang pengap, gelap dan panas mengakibatkan pekerja
mengalami kesulitan dalam pernapasan karena kebutuhan udara segar dan
bersih tidak terpenuhi.
b. Golongan kimia
Penyakit yang timbul karena limbah dari pengolahan yang menggunakan
bahan kimia Natrium Sianida (NaCN)
c. Golongan biologi
Bersumer dari cacing, jamur dan bakteri yang tersebar di lantai yang becek
karena tergenang air.
d. Golongan fisiologi
Diakibatkan oleh posisi kerja tapi karena PT. Pudel Gold Mine Tbk
mementingkan ksejahteraan pekerja sehingga tidak ditemukan penyakit dari
golongan fisiologi
e. Golongan psikologi
Diakibatkan karena factor monotomi, upah yang kurang,terpencil,hubungan
kerja tidak baik,dan jika pekerjaan tidak sesuai dengan bakat.
Pada PT. Pudel Gold Mine Tbk tidak ditemukan penyakit dari golongan
psikologi karena kesejahteraan karyawan sangat diutamakan demi hasil kerja
yang maksimum.
Jika kelima faktor tersebut di atas diakumulasikan maka dapat mengganggu
kerja.
1. Penanggulangan penyakit yang timbul akibat dari kegiatan penambangan
dan pengolahan bijihh emas pada PT. Pudel Gold Mine Tbk:
2. Menyediakan instalasi Ventilasi pada lokasi penambangan
(terowongan)agar kebutuhan udara segar terpenuhi
3. Menyediakan dokter umum dan dokter spesialis untuk menangani setiap
penyakit yang timbul akibat kerja
4. Melakukan pemeriksaan awal, berkala dan lanjutan untuk pekerja
5. Menyediakan kolam pengendapan sebelum limbah dibuang ke sungai.
8.3. PERIJINAN TAMBANG

33
a. Perijinan tambang yang dipakai oleh PT. Pudel Gold Mine Tbk adalah
Kuasa Pertambangan (KP) karena bahan galian yang diusahakan adalah
bijih emas yang termasuk dalam bahan galian golongan B (bahan galian
vital) dengan dasar yang digunakan adalah Undang-Undang No.11 tahun
1976 Tentang Ketentuan Ketentuan Pokok Pertambangan.
Untuk itu bentuk perijinan PT. Pudel Gold Mine Tbk adalah sebagai berikut:

SURAT IJIN KUASA PERTAMBANGAN


PT. PT. Pudel Gold Mine Tbk
Dusun krajan, Desa Kebonsari, Kec. Punung, Kab. Pacitan, Jawa Timur

Kode pos : 567890. Tlp. 0274-112050, 0811060287, Fax. 0271-556677

Yang terhormat,
Bapak Direktur Jenderal Pertambangan Umum
Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 49
di
Jakarta 12950

Dengan ini, kami mengajukan permohonan Kuasa Pertambangan


Penyelidikan Umum/Eksplorasi/Eksploitasi/Pengolahan dan
Pemurnian/Pengangkutan/Penjualan, dengan keterangan sebagai berikut :
A. Pemohon
1. Nama penandatangan :Dr. Ir. Yuni Agustiawan MT.

Permohonan
2. Jabatan/Pekerjaan : Direktur Utama

B. Data Perusahaan
1. Nama Perusahaan : PT. Pudel Pudel Gold Mine Tbk.
2. Alamat dan Nomor : Puluhdadi 367B

Telepon/Faksimili : 0274 112050


3. NPWP : 112-050-0480

34
4. Susunan Direksi, Komisaris, dan Pemegang Saham :
a. Direksi

No. Nama Jabatan


1. Jimmy Pongoh ST., MT Eksplorasi
2. Deni Verantika ST., MT Penambangan
Bani Agatha Marpaung ST., MT
3. Pengolahan
Aditya Prasetyo ST., MT
4. Pemasaran

b. Komisaris

No. Nama Jabatan


1. Guntur Andaya Putra ST., MT Komisaris
2. Eka Peter ST., MT Komisaris
3. Lucky Gold ST., MT Komisaris
4. Rio Anggi Widodo ST., MT Komisaris

c. Pemegang Saham

No. Nama Jabatan


1. Eduard Hutapea ST., MT Owner
2. Ihsan Raharjo ST., MT Owner
3. Utami Retno ST., MT Owner
4. Sudaryono ST., MT Owner

5. Nomor dan tanggal : 112-050-049/22 November 2008

Akte pendirian
a. Nomor dan tanggal : 112-050-145/23 November 2008

Pengesahan
Dep. Kehakiman
b. Nomor dan tanggal : 112-050-215/24 November 2008

Perubahan Akte

35
terakhir
6. Laporan Keuangan yang telah diaudit oleh Akuntan Publik tahun terakhir :
a. Jumlah Net Aset : Rp 10. 000.000.000.,

b. Jumlah Utang : Rp –

7. Nama Induk/Grup PT. Pudel Gold Mine Tbk.

Perusahaan

C. Jenis KP/Bahan Galian dan Lokasi yang dimohon

Bahan Lokasi
Kec. Kab. Propinsi
No. Jenis KP Galian Luas/Ha Ket
Ekplorasi, Emas, Punung Pacitan Jawa 25 ha
Eksploitasi, dan Timur
Pengolahan, Perak
Pemurnian.

D. Lampiran permohonan
a. Peta wilayah (asli) dari UPIPWP rangkap dua;
b. Tanda bukti penyetoran jaminan kesungguhan dari bank yang ditunjuk
kecuali permohonan Kuasa Pertambangan.
c. Surat Izin Mendirikan Perusahaan dan Akte Pendirian Perusahaan yang
salah satu dari maksud dan tujuannya menyebutkan berusaha dibidang
pertambangan dan telah disahkan oleh Dep.Kehakiman dan HAM kecuali
Koperasi/KUD.
d. Laporan mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
e. Kartu Tanda Penduduk.
f. Surat Pernyataan kesanggupan tenaga ahli.
g. Surat Pernyataan Pembebasan lahan.

36
Demikian permohonan ini kami ajukan, apabila ternyata keterangan tidak
benar, kami bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Yogyakarta, 20 November 2008

ttd
Materai Rp.6000,-

(Dr. Ir. Yuni Agustiawan MT.)


Tembusan :
Kepala Kanwil Departemen Pertambangan dan Energi
dengan lampiran peta wilayah yang dikirim oleh pemohon

Catatan :
1. Diisi dengan huruf cetak;
2. Coret yang tidak perlu;
3. Pemohon KP Eksploitasi;
4. Pemohon KP Pengolahan/Pemurnian, KP Pengangkutan dan Penjualan berdiri
sendiri;
5. Pemohon KP baru (Penyelidikan Umum, Eksplorasi, Eksploitasi).

37

Anda mungkin juga menyukai