8.1 Lingkungan
PT. Pudel Gold Mine Tbk sebagai salah satu perusahaan penambangan bijihh
emas yang berwawasan lingkungan di Kabupaten Pacitan, Kecamatan Punung ingin
menepis dan memulihkan anggapan masyarakat sekitar lokasi penambangan, bahkan
masyarakat Indonesia yang menyatakan bahwa kegiatan penambangan mulai dari
tahap eksplorasi sampai ke tahap mine closure merupakan suatu kegiatan yang
mengganggu serta merusak eksosistem lingkungan hidup. Baik itu dampak
lingkungan terhadap komponen abiotik, biotik, maupun cultural.
Maka dari itu rencana pelaksanaan penambangan emas PT. Pudel Gold Mine
Tbk yang dilaksanakan di Desa Kebonsari, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan
dengan luas areal Kuasa Pertambangan (KP) seluas 25 ha dimana berpatokan pada
sistematika penyusunan dokumen analisa mengenai dampak lingkungan (AMDAL)
yang didasari atas PP. No. 27 Tahun 1999 serta keputusan bersama antara
Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral dan Kementrian Negara Lingkungan
Hidup yang dituangkan dalam bentuk perundang-undangan yang berlaku dimana
berkaitan terhadap pengelolaan lingkungan hidup yaitu UU LH No. 23 Tahun 1999.
Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 17 tahun 2006
tentang Jenis Rencana Usaha dan atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).
Upaya pengelolaan lingkungan menggunakan AMDAL ini, mempunyai
maksud dan tujuan untuk dapat digunakan sebagai :
1. Acuan pelaksanaan kegiatan penambangan bijihh emas di di Dusun Krajan,
Desa Kebonsari, yang secara administratif berada di Kecamatan Punung,
Kabupaten Pacitan agar dampak negatifnya dapat diusahakan seminimal
mungkin dan menjadi layak lingkungan.
2. Acuan dalam melaksanakan pencegahan, pengendalian, dan
penanggulangan apabila terjadi pencemaran lingkungan yang diakibatkan
oleh kegiatan penambangan.
1
3. Acuan pelaksanaan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada
kegiatan penambangan bijihh emas.
Fungsi dan pedoman penyusunan dokumen AMDAL yang diterapkan oleh
PT. Pudel Gold Mine Tbk:
(1) Pedoman umum penyusunan dokumen AMDAL digunakan sebagai
pedoman teknis penyusunan AMDAL atau sebagai dasar penyusunan
AMDAL, apabila kegiatan penambangan belum ditetapkan.
(2) Pedoman umum penyusunan AMDAL ditujukan bagi keperluan
penyusunan AMDAL kegiatan terpadu atau multisektor.
Table 8.1
Jenis Rencana Usaha/kegiatan AMDAL
No. Jenis Rencana Usaha/Kegiatan Besaran
1. Luas perizinan ≥ 5.000 Ha. Dan atau
luas daerah terbuka untuk penambangan ≥ 200 Ha. (kumulatif/th)* dan atau
2
luas
**Raw of Material
Dari data di atas dapat diketahui bahwa dalam segi produksi dan luas area
pertambangan yang diusahakan oleh PT. Pudel Gold Mine Tbk tidak wajib AMDAL
namun pada pengolahan bijih emas perusahaan kami menguununakan proses
sianidasi dengan bahan kimia yang digunakan adalah natrium sianida (NaCN) yang
sangat berbahaya bagi lingkungan maka dari itu PT. Pudel Gold Mine Tbk wajib
untuk melakukan AMDAL.
Tabel 8.2
Emisi dan lime Plant Untuk Baku Mutu
PARAMETE
SO2 NOx Debu Opasitas
Hasil 3,3 65,7 <1 <20
Pengukuran
Baku Mutu 750 850 150 20
Tabel 8.3
Emisi dari Gold Fire Assay memenuhi baku mutu.
PARAMETER
Tabel 8.4
Effluent air limbah dari IPAL limbah Domestik memenuhi baku mutu.
TSS (mg/l) Minyak & pH
Lemak (mg/l)
MP 36 ( 15 A ) 39.5 5.6 7.2
MP 68 ( 15 B ) 21 5 7.68
Baku Mutu 100 10 6-9
Tabel 8.5
APLIKASI PELAKSANAAN AMDAL PT. Pudel Gold Mine Tbk
3
lingkungan mutu)
1. Kestabilan Lereng Dokumen Rencana Pengelolaan • Tidak terlihat adanya
Lingkungan (RKL) - Rencana longsoran dinding
Pemantauan Lingkungan (RPL) lubang tambang.
• Upaya pengelolaan
seperti evaluasi tekanan
pori,
rancangan timbunan
dan evaluasi geoteknik
sesuai
dengan ketentuan
AMDAL.
4
final waste dump.
• Kegiatan identifikasi
spesies akan dilakukan
sesuai ketentuan
AMDAL
5
8. Pengendalian Kepmen LH No 202 Tahun 2004 • Konsentrasi TSS di
Pencemaran Air Tentang dua outlet Mod ADA
Baku Mutu Air Limbah Bagi melebihi baku
Usaha dan atau mutu.
Kegiatan Pertambangan Bijihh • Telah dilakukan upaya
Emas dan atau Tembaga. meningkatkan efisiensi
pengendapan Mod
ADA.
• Pembuangan air ke
sungai sudah mendapat
ijin dari
Gubernur
6
8.1.1 Dampak Kegiatan Terhadap lingkungan
Tabel 8.6
Score dampak kegiatan pertambangan PT. Pudel Gold Mine Tbk terhadap
lingkungan sekitarnya
Dari data dan total skor yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa dampak
kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh PT. Pudel Gold Mine Tbk
menghasilkan bahaya yang kecil terhadap lingkungan sekitarnya. Meskipun
demikian pemantaun dan pengelolaan harus tetap dilakukan agar dampak tidak
meningkat mejadi sedang maupun besar terhadap lingkungan.
Konstruksi
Kegiatan pertambangan bawah tanah bijihh emas PT. Pudel Gold Mine Tbk
diperkirakan akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan sekitar. Dampak yang
terjadi berdasarkan tahap kegiatan adalah sebagai berikut :
1) Penyelidikan awal/eksplorasi
2) Pembebasan lahan
3) Land clearing ( Pembersihan Lahan )
4) Pembangunan sarana dan prasarana yang meliputi :
7
- Pembuatan jalan tambang
- Persiapan pembukaan lubang bukaan (Development open/entri)
- Pembangunan kantor, instalasi jaringan listrik, pabrik
pengolahan, bengkel (worshop), gudang, kolam pengendapan (setling pond),
stock pile, belt conveyor, dan Sarana peribadatan
5) Penerimaan tenaga kerja
6) Mobilisasi Peralatan
Komponen lingkungan yang akan terkena dampak adalah :
1) Geofisika – Kimia, meliputi : Iklim mikro, kualitas udara ambien, bentang alam,
erosi, kualitas air sungai dan air tanah, perubahan fungsi lahan struktur dan
tekstur tanah serta kesuburannya.
2) Biologi, meliputi vegetasi hutan vegetasi binaan (kebun/sawah), serta lokasi
pengolahan, biodata perairan (plankton, bentos, nektron) di perairan sungai.
3) Sosial ekonomi, meliputi kesempatan kerja dan kesehatan masyarakat serta
persepsi masyarakat, kesehatan masyarakat.
4) Sosial budaya, yaitu perubahan budaya dan pembauran etnis/budaya.
Operasi
1) Pembukaan lubang bukaan
2) Penambangan bijihh emas (pemboran, peledakan, cut and fill, penyangaan,
ventilasi, penerangan dan penyaliran tambang bawah tanah)
3) Pemuatan dan pengangkutan bijihh emas (jenis, kapasitas dan jumlah peralatan
dan pengangkutan)
4) Pengolahan bijihh emas ( peremukan, penggilingan, pengurangan kadar air,
sianidasi, perolehan emas, flotasi, penggerusan dan pemisahan ukuran,
pengentalan, dan peleburan)
5) Penanganan limbah hasil penambangan dan pengolahan
6) Pengepakan dan pemasaran bijihh emas
7) Pemberdayaan masyarakat sekitar lokasi penambangan (community development)
Komponen lingkungan yang akan terkena dampak adalah :
8
1) Geofisika – Kimia, meliputi bentang alam, erosi dan perlumpuran, kelongsoran
pada jenjang tambang dan timbunan tanah penutup, kualitas udara (debu, suhu,
kelembaban dan iklim mikro), kualitas air sungai dan air tanah.
2) Biologi, meliputi vegetasi hutan produksi, vegetasi binaan, satwa liar, biota
perairan (plankton, bentos, nektron dan hewan air lainnya) di perairan sungai.
3) Sosial ekonomi, meliputi kesempatan kerja, berkembangnya kegiatan ekonomi
masyarakat dan meningkatnya pendapatan masyarakat daerah, tersedianya
fasilitas yang dapat dimanfaatkan masyarakat, persepsi masyarakat, serta
kesehatan masyarakat.
4) Sosial budaya, meliputi perubahan sikap budaya, pembauran budaya dan
toleransi budaya.
Pasca Operasi
1) Penutupan tambang
2) Reklamasi dan rehabilitasi tambang
3) Penanganan pegawai akibat pemutusan hubungan kerja
4) Pemindahan dan pembongkaran sarana tambang
Pada tahap pasca operasi komponen lingkungan yang akan terkena dampak
adalah :
1. Fisika - Kimia, yaitu penurunan intensitas dampak terhadap bentang alam,
erosi dan pelumpuran, kualitas udara, kualitas air, kualitas tanah dan kepadatan
transportasi bahan galian.
2. Biologi, yaitu berkurangnya gangguan terhadap ladang/kebun milik
masyarakat dan pulihnya habitat fauna darat serta habitat biota air.
3. Sosial Ekonomi, yaitu terjadinya pemutusan hubungan kerja, menurunnya
aktifitas perekonomian masyarakat, serta permasalahan sosial lainnya.
9
POTENSI SUMBER DAYA
BATU GAMPING :
- CADANGAN DATA KOMPONEN
- GEOLOGI LOKAL LINGKUNGAN :
- HIDROGEOLOGI - IKLIM MIKRO
- FLORA DAN FAUNA
- KUALITAS TANAH
- KUALITAS AIR
ASPEK ASPEK
TEKNIS LINGKUNGAN
DAMPAK YANG
TERJADI
PERSIAPAN
LUBANG
BUKAAN
BENTANG ALAM
SIFAT FISIK DAN KIMIA
PEMBUKAAN TANAH
LUBANG BUKAAN EROSI & SEDIMENTASI
VEGETASI & SATWA
BENTANGAN ALAM
PENAMBANGAN DEBU
BIJIHH EMAS EROSI & SEDIMENTASI
DEBU
PENGANGKUTAN DARI FRONT KEBISINGAN
PENAMBANGAN BAWAH TANAH VEGETASI DAN SATWA
KE PABRIK PENGOLAHAN
DEBU
PENGOLAHAN KEBISINGAN
BIJIHH EMAS KUALITAS AIR
EROSI & SEDIMENTASI
DEBU
PELEBURAN, PENGEPAKAN & KEBISINGAN
PENJUALAN BIJIHH EMAS EROSI & SEDIMENTASI
Gambar 8.1
Bagan Alir Kegiatan Penambangan Bijihh Emas dan Dampak yang Terjadi
10
8.1.1.1 Komponen Lingkungan Geo – Fisik – Kimia
Iklim Mikro
1) Dampak Negatif
Rencana pada tahap operasional PT. Pudel Gold Mine Tbk berupa land clearing
untuk pembangunan sarana & prasarana seperti : jalan tambang,pabrik
pengolahan,perkantora,dll. Akibat dari pembukaan lahan tersebut maka akan
terjadi peningkatan temperatur dan akan berdampak negatif terhadap iklim
mikro.
2) Arahan Pengelolaan Lingkungan
a. Pembukaan lahan secara bertahap disesuaikan dengan rencana kemajuan
penambangan.
b. Melakukan revegetasi secepatnya pada lahan bekas tambang yang telah
direklamasi sesuai dengan kemajuan penambangan tanpa harus menunggu
seluruh blok tertambang habis.
c. Jenis tanaman yang akan digunakan dalam revegetasi disesuaikan dengan
peruntukan lahan sebelumnya. Misalnya pada daerah bekas kebun akan
ditanam akasia (accasia sp.), pada daerah hutan sekunder akan ditanam
tanaman lokal seperti lebui (shorea leprosula), malaban (shorea parvifolia)
dan kenanga (cananga odorata).
Kualitas Udara
1) Dampak Negatif
Parameter tolak ukur kualitas udara “O2” tertinggi menjadi pedoman dalam
melakukan pengelolaan lingkungan. Paramater kualitas udara tersebut
diperkirakan dapat terkena dampak dari kegiatan operasional pengangkutan
bijihh emas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar minyak kendaraan
operasional, kendaraan berat dan mesin alat-alat berat untuk operasi
pengangkutan bijihh emas.
Debu timbul akibat gerakan atau hilir mudik kendaraan operasional dan
kendaraan berat serta gerakan atau hilir mudik kendaraan operasional dan
kendaraan berat serta gerakan alat-alat berat di areal penambangan.
11
Kenaikan kadar debu udara diperkirakan makin tinggi apabila jalan kering
dan angin bertiup cukup kencang. Adanya angin akan menyebarkan debu ke areal
yang lebih luas di sekitar daerah penambangan maupun di jalur transportasi
khususnya desa terdekat.
2) Arahan Pengelolaan Lingkungan
a. Melakukan penyiraman jalan lintas produksi terutama areal yang dekat
dengan pemukiman penduduk secara periodik terutama pada musim kemarau.
b. Memperlambat laju kendaraan angkut pada saat melewati jalur yang dekat
dengan pemukiman penduduk.
c. Memadatkan muatan bijihh emas di pick up.
d. Melakukan penanaman pohon-pohon di kiri dan kanan jalan sebagai barier
debu.
e. Penggunaan sarana K3 berupa masker/penutup mulut bagi karyawan yang
bekerja khususnya yang terkena dampak langsung seperti operator alat-alat
berat di lokasi penambangan dan sopir pick-up.
Erosi
1) Dampak Negatif
Dampak kegiatan penambangan terhadap profil tanah akan terjadi pada: susunan
horizon tanah, pori-pori aerasi, drainase tanah dan lain-lain. Pengupasan lapisan
penutup dan batuan yang dilanjutkan dengan penumpukan hasil kupasan akan
mengubah stratifikasi horizon tanah, merusak struktur dan agregat tanah,
ketebalan solum tidak menentu karena penumpukan dan pori-pori tanah lebih
cenderung menjadi pori aerasi.
Sebagai akibat sekunder adalah lemahnya ikatan antar butir tanah sehingga
mudah hancur oleh percikan hujan, berkurangnya kemampuan tanah untuk
menyerap air hujan, mudahnya butiran tanah terbawa oleh aliran air permukaan,
meningkatnya aliran air permukaan, berkurangnya penetrasi air ke dalam tanah,
berkurangnya air tanah dan menurunnya debit air sungai. Akibat akhir dari semua
ini adalah meningkatnya erosi tanah.
12
2) Arahan Pengelolaan Lingkungan
a. Membatasi seefisien mungkin pembukaan lahan atau lahan yang dibuka
hanya lahan yang benar-benar akan dimanfaatkan sebagai lokasi kegiatan.
b. Mengatur overburden sedemikian rupa sehingga kemungkinan terjadi
hanyutan dapat ditekan seminimal mungkin. Hal ini dapat dilaukan dengan
mengatur timbunan overburden. Material buangan yang berukuran besar
ditempatkan di bagian bawah berturut-turut semakin ke atas ukuran meterial
semakin halus.
Sedimentasi
1) Dampak Negatif
Dampak negatif penting yang timbul terhadap komponen lingkungan sungai
diperkirakan akan terjadi pada tahap penambangan yaitu setelah
dilangsungkannya kegiatan tersebut akan meningkatkan erosi baik dari lokasi
penambangan maupun hanyutan tanah dari lokasi waste dump.
2) Arahan Pengelolaan Lingkungan
Membuat kolam pengendapan untuk menampung air yang mengalir dari lokasi
penambangan dan lokasi waste dump. Untuk mengantisipasi kemungkinan air
yang mengalir dari kolam pengendap masih dalam keadaan keruh, maka di dalam
proses penjernihannya dimasukkan bahan-bahan kimia seperti kapur dan tawas.
Kualitas Air
1) Dampak Negatif
Pada kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup pengalian bijihh emas,
pengolahan (peremukan) bijihh emas dan penirisan tambang akan menyebabkan
keasaman dan kekeruhan air menjadi besar. Meningkatnya kekeruhan dan
keasaman badan air sungai tersebut dapat mengganggu metabolisme biota
perairan.
2) Arahan Pengolahan
a. Membuat kolam pengendap pada bukaan tambang.
b. Menambahkan bahan kogulan berupa kapur tohor (Ca(OH)2) ke dalam kolam
pengendap untuk mempercepat proses pengendapan.
c. Membuat saluran air (sediment trap) pada lokasi timbunan overburden.
13
Bentang Alam
1) Dampak Negatif
Kegiatan development serta penggalian pada kegiatan pertambangan akan
menyebabkan berubahnya secara mendasar bentuk dan ketinggian morfologi
daerah penambangan dan sekitarnya.
2) Arahan Pengelolaan Lingkungan
a. Membatasi pembukaan lahan-lahan yang memang tidak dibutuhkan untuk
dibuka.
b. Melakukan back filling pada daerah bekas penambangan.
Kesuburan Tanah
1) Dampak Negatif
Kegiatan land clearing dan penggalian bijihh emas serta penirisan tambang akan
mengakibatkan kurangnya daerah bervegetasi dan hilangnya topsoil. Selain itu
juga akan merubah struktur tanah, sehingga mempengaruhi tingkat kesuburan
tanah.
2) Arahan Pengelolaan Lingkungan
a. Topsoil yang relatif subur digunakan untuk media penanaman kembali pada
saat revegetasi.
b. Memberikan pupuk terlebih dahulu pada tanah yang akan ditanami.
Tabel hubungan kerusakan lingkungan hidup akibat penambangan bawah
tanah dapat dilihat pada lampiran 10.2.
14
dan berefek ganda pada laju erosi. Selain itu, punahnya habitat hewan sekitar
dapat mengurangi keanekaragaman hayati yang dimilki.
2) Arahan Pengelolaan Lingkungan
Reklamasi lahan dan revegetasi yang mendasarkan pada pendekatan ekologis
akan mengeliminasi dampak penting negatif yang terjadi pada sistem vegetasi.
Satwa
1) Dampak Negatif
Kegiatan pembukaan lahan untuk kegiatan penambangan akan menyebabkan
terganggunya kehidupan satwa liar, diantaranya adalah :
15
setempat namun umumnya perusahaan hanya membutuhkan dalam jumlah yang
terbatas.
2) Arahan Pengelolaan
16
Kesehatan Masyarakat
1) Dampak Positif
Adanya poliklinik pada tahap persiapan penambangan diharapkan kesehatan
masyarakat akan lebih meningkat atau paling tidak pola pikir terhadap kesehatan
akan lebih baik dibandingkan sebelum dibukanya poliklinik. Peran poliklinik ini
menjadi penting mengingat terbatasnya fasilitas kesehatan yang ada di daerah
sekitar.
2) Arahan Pengelolaan
a. Memberikan pelayanan kesehatan secara rutin kepada masyarakat sekitar,
terutama yang jauh dari fasilitas kesehatan.
b. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat sekitar tentang pentingnya
kesehatan, menjaga lingkungan dan terutama dalam rangka mengantisipasi
penyakit malaria karena daerah tersebut merupakan daerah endemi.
Ketenagakerjaan Pasca Tambang
1) Dampak Negatif
Dampak penting negatif yang akan dihadapi masyarakat sekitar adalah adanya
pemutusan hubungan kerja. Akibatnya masyarakat menjadi resah karena tidak
bekerja seperti biasanya, sementara belum tentu ada pekerjaan baru.
2) Arahan Pengelolaan
a. Mengadakan program community development sebelum aktivitas
penambangan berakhir kepada masyarakat sekitar, termasuk para tenaga kerja
yang berkaitan dengan bekal-bekal atau ketrampilan yang nantinya siap
diaplikasikan pada saat penambangan berakhir.
b. Bekerjasama dengan Pemerintah Daerah setempat untuk bersama-sama
memberikan bekal kepada para tenaga kerja dan masyarakat sekitar dalam
menghadapi penutupan tambang, dengan mengadakan pelatihan dan aktivitas
pembekalan lainnya. Memberikan pesangon yang layak bagi para tenaga
kerja.
17
8.1.2 Rehabilitasi Lahan
Sumber daya alam yang meliputi vegetasi, tanah, air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya merupakan salah satu modal dasar dalam pembangunan
Nasional oleh karena itu harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan
rakyat dan kepentingan pembangunan nasional dengan memperhatikan
kelestariannya. Salah satu kegiatan dalam memanfaatkan sumberdaya alam adalah
kegiatan pertambangan bahan galian yang hingga saat ini merupakan salah satu
sector penyumbang devisa negara yang terbesar. Namun demikian kegiatan
pertambangan apabila tidak dilaksanakan secara tepat dapat menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan terutama gangguan keseimbangan permukaan tanah
yang cukup besar. Dampak lingkungan kegiatan pertambangan antara lain :
penurunan produktivitas tanah, pemadatan tanah, terjadinya erosi dan sedimentasi,
terjadinya gerakan tanah atau longsoran, terganggunya flora dan fauna, terganggunya
keamanan dan kesehatan penduduk, serta perubahan iklim mikro. Oleh sebab itu PT.
Pudel Gold Mine Tbk mencoba untuk melakukan pencegahan kerusakan lingkungan
di luar batas kewajaran. Prinsip kegiatan Reklamasi adalah :
(1) kegiatan Reklamasi harus dianggap sebagai kesatuan yang utuh dari
kegiatan penambangan.
(2) kegiatan Reklamasi harus dilakukan sedini mungkin dan tidak harus
menunggu proses penambangan secara keseluruhan selesai dilakukan.
Pelaksanaan rehabilitasi yang akan dilakukan PT. Pudel Gold Mine Tbk sebagai
berikut :
1. Persiapan lahan yang berupa pengamanan lahan bekas tambang, pengaturan
bentuk lahan (“landscaping”), pengaturan/penempatan bahan tambang kadar
rendah (“lowgrade”) yang belum dimanfaatkan.
2. Pengendalian erosi dan sedimentasi
3. Revegetasi (penanaman kembali) dan atau pemanfaatan lahan bekas tambang
untuk tujuan lainnya.
18
8.1.2.1 Persiapan Lahan
Dalam kegiatan persiapan lahan ini hal-hal yang harus diperhatikan adalah
sebagai berikut :
1.Pengamanan Lahan Bekas Tambang.
2.Pengaturan Bentuk Lahan.
3.Pengaturan/Penempatan Low Grade.
8.1.3.1 Konstruksi
Pemantauan dalam aspek ini dilakukan dengan beberapa pendekatan melalui
metode pengukuran dan analisis sebagai berikut :
19
a. Mengamati kasus-kasus yang menimbulkan konflik di masyarakat yang
berhubungan dengan pembebasan lahan.
b. Mengamati proses penerimaan tenaga kerja dan penyerapan tenaga kerja
lokal
c. Mengamati keadaan dan perubahan tingkat pendapatan para tenaga kerja
yang bekerja pada perusahaan.
d. Mengamati keadaan dan perubahan tingkat pendapatan masyarakat di sekitar
proyek sebagai akibat adanya kegiatan.
8.1.3.2 Pengolahan
Lingkungan Geo- Fisik- Kimia
a. Pemantauan dilakukan dengan melalui pengukuran langsung di lapangan
serta wawancara dengan penduduk setempat tentang pengaruh perubahan
temperatur udara
b. Mengamati langsung erosi yang terjadi di lapangan, baik erosi lembar, alur
maupun parit.
c. Memantau prosedur pembukaan lahan dan kegiatan penimbunan kembali
lahan bekas tambang secara rinci sesuai dengan rencana.
d. Memantau kegiatan reklamasi lahan bekas tambang serta penataan ketinggian
dan kemiringan lereng timbunan lapisan penutup yang sesuai agar kecepatan
air limpasan dapat diperkecil (dikurangi).
e. Mengamati sedimentasi yang terjadi di sungai.
f. Metode pemantauan kualitas tanah adalah mengamati jenis tumbuhan yang
tumbuh di lokasi bekas penambangan. Tumbuhan saat ini yang sudah ditanam
diantaranya adalah Akasia, Sengon, Kacang, dan Akar wangi.
Lingkungan Biologi
a. Pemantauan dilakukan terhadap persentase (%) pertumbuhan pohon yang ada
di areal reklamasi lahan pada timbunan lapisan penutup, areal penimbunan
bekas galian tambang, dan di areal penghijauan di tepi kiri dan kanan jalan
angkut.
20
b. Pemantauan terhadap kelimpahan individu, keragaman jenis dan keberadaan
jenis satwa (mamalia dan burung) dilakukan dengan pengamatan lapangan
dan wawancara serta mengisi daftar isian pemantauan satwa.
21
Lingkungan Hidup (KLH), Departemen Kehutanan dan Badan Penanggulangan
Dampak Lingkungan Daerah (BAPELDA) Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dari masukan (Report) masing-masing tim pemantau yang berbeda
selanjutnya dikaji dan dianalis sehingga diperoleh penanganan yang baik.
Pemantauan yang dilakukan harus benar benar sesuai dengan keadaan lingkungan
pada saat itu, sehingga didapatkan input data yang valid.
22
Tabel 8.7
Matrik Rencana Pengelolaan Lingkungan
ASPEK UPAYA PENGELOLAAN DAMPAK INSTITUSI
LINGKUGAN TUJUAN
SUMBER TOLOK LOKASI WAKTU/PERIODE
NO YANG PENGELOL PENCEGAHA PENANGGULA PENGEMBANGA Laporan
DAMPAK UKUR PENGELOLAAN PENGELOLAAN PELAKSANA PENGAWAS
TERKENA AAN N NGAN N ditujukan ke
DAMPAK
TAHAP PERSIAPAN
1. Pembebasan Masyarakat Persepsi Persepsi Penyuluhan Negosiasi Memenuhi Daerah KP Satu tahun Perusahaan Bidang ahli BAPEDALDA
lahan masyarakat positif permintaan
masyarakat
TAHAP OPERASI
1. Land Clearing Udara Ambang Menhindari Uji emisi, Penyiraman, Penyiraman KP perminggu perusahaan Bidang ahli BAPEDALDA
Air polusi, polusi dan pengecekan pengecekan berkala, perawatan
Tanah tingkat pencemaran peralatan dan peralatan peralatan
pencemaran limbah
air, tingkat
pencemaran
tanah
1
Tabel 8.8
Matrik Rencana Pemantauan Lingkungan
ASPEK INSTITUSI
WAKTU/PERIOD
LINGKUNGAN TUJUAN ALAT/METODE LOKASI
NO SUMBER DAMPAK TOLOK UKUR DAMPAK E PELAKSAN
TERKENA PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN PENGAWAS INSTANSI
PEMANTAUAN A
DAMPAK
TAHAP PERSIAPAN
1. Pembebasan lahan masyarakat Persepsi masyarakat Persepsi positif persuasif Daerah KP Per enam bulan perusahaan humas BAPEDALDA
TAHAP OPERASI
1. Land clearing Udara, air, tanah Ambang polusi, tingkat Mengurangi Uji laboratorium Daerah KP Per enam bulan perusahaan BAPEDALD BAPEDALDA
pencemaran air, tingkat polusi dan A
pencemaran tanah pencemaran
Dinas
- Sifat fisik kimia Bau,warna perusahaan Divisi Pertambangan
2. Penggalian bahan tanah Tingkat polusi Mengurangi Uji laboratorium Daerah Per tiga bulan penambangan Daerah
galian - udara dampak polusi penambangan
dan pencemaran
tanah
Divisi Dinas
udara, kebisingan Tingkat polusi, tingkat decibel Mengurangi Daerah perbulan perusahaan penambangan Pertambangan
3. Pengangkutan polusi dan tingkat Uji udara, perhitungan penambangan Daerah
kebisingan decibel
Inspektor
air, udara Komposisis sianida, bau, warna Mengurangi tambang BAPEDALDA
, rasa dampak negatif Uji komposisi air, uji Pabrik pengolahan perminggu perusahaan
4. Pengolahan komposisi pencemaran
udara
1
8.2 Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
8.2.1 Keselamatan Kerja
Masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada industri Pertambangan
akhir-akhir ini terus berkembang seiring dengan teknologi dalam bidang industri
pertambangan. Kemajuan tersebut telah mengakibatkan munculnya berbagai
persoalan dan dampak industri pertambangan yang semakin kompleks dan telah
mengundang perhatian khalayak banyak. Maka dari itu PT. Pudel Gold Mine Tbk
menerapkan Pola Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan tujuan dapat
meminimalkan tingkat kecelakaan dan sakit akibat hubungan kerja dengan cara yang
paling efektif dan efisien sehingga pada akhirnya meningkatkan produktivitas
kegiatan penambangan.
3. Keluhan & Kesedihan: Orang yang tertimpa kecelakaan itu akan mengeluh &
menderita, sedangkan kelurga & kawan-kawan sekerja akan bersedih.
25
4. Kelainan & Cacat: Selain akan mengakibatkan kesedihan hati, kecelakaan
juga akan mengakibatkan luka-luka, kelainan tubuh bahkan cacat.
5. Kematian: Kecelakaan juga akan sangat mungkin merenggut nyawa orang &
berakibat kematian.
1. Terlalu gegabah pada tempat yang atap dan dindingnya rapuh dan belum ada
penyangga di tempat tersebut sehingga dapat mengakibatkan batuan
diatasnya runtuh
2. Setelah menggunakan perlengkapan peledakan (detonator dan bahan peledak)
tidah dibuang sehingga membahayakan lingkungan kerja karena masih ada
sisa bahan peledak yang belum terbakar sempurna
3. Tetap menggunakan peralatan yang tidak layak pakai (ban gundul dan bola
lampu yang sudah padam)
26
4. Mewajibkan pekerja menggunakan APD pada saat bekerja
* UU no.14/1969
Pasal 9
Tiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas:
1. Keselamatan
2. Kesehatan
3. kesusilaan
4. pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia &
moral agama
Pasal 10
Pemerintah membina norma perlindungan tenaga kerja yang meliputi :
1. Norma keselamatan kerja
2. Norma kesehatan kerja
3. Norma kerja
4. Pemberian ganti kerugian, perawatan & rehabilitasi dalam hal kecelakaan kerja
* UU no.1/1970
1. Agar pekerja & setiap orang lainnya yang berada ditempat kerja selalu berada
27
dalam keadaan sehat & selamat.
2. Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai & digunakan secara aman & efisien.
3. Agar proses produksi berjalan secara lancar tanpa hambatan.
* UU no.3/1992
1. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan
kerja termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula
kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja
& pulang kerumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.
2. Jaminan kecelakaan kerja
Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima jaminan kecelakaan
kerja meliputi:
1. Biaya pengangkutan.
2. Biaya pemeriksaan pengobatan dan/atau perawatan.
3. Biaya rehabilitasi.
4. Santunan berupa uang meliputi :
a. Santunan sementara tidak mampu bekerja.
b. Santunan cacat sebagian untuk selamanya.
c. Santunan cacat total untuk selamanya baik fisik maupun mental.
d. Santunan kematian
28
Tabel 8.9
Metrik Identifikasi Dampak Rencana Kegiatan Pertambangan Bijihh Emas PT. Trojan Gold Mine Tbk
1
KOMPONEN KOMPONEN DAMPAK PRIMER DAMPAK SEKUNDER
KEGIATAN LINGKUNGAN
Keresahan
Penyelidikan / Persepsi Masyarakat Persepsi Masyarakat Masyrakat
Ekplorasi
Tata Guna Lahan
Persiapan Perubahan Fungsi dan Pengembangan
Pembukaan Lubang Penguasaan Lahan Wilayah
Bukaan Kependudukan
Pembebasan Lahan
Mata Pencaharian
& Pendapatan Migrasi Persepsi
Penerimaan Masyarakat
Tenaga Kerja Pendapatan Penduduk
Peluang Kerja
Mobilisasi
Peralatan Morfologi Pola Aliran Debit Air
Gambar 8.2
Diagram Alir Hubungan Penyebab akibat Antara Sumber Dampak dengan
Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak pada Tahap Persiapan
1
KOMPONEN KOMPONEN
KEGIATAN LINGKUNGAN DAMPAK PRIMER DAMPAK SEKUNDER
Pembukaan
Lubang Bukaan Morfologi Pola Aliran Debit Air
Penambangan
Bijihh Emas Tanah Erosi Kesuburan Tanah
Community
Development
Mata Pencaharian Peningkatan
Pengolahan & Pendapatan Peningkatan Pendapatan Kesejahteraan Masyarakat
Bijihh Emas
Gambar 8.3
Diagram Alir Hubungan Penyebab Akibat Antara Sumber Dampak dengan
Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak pada Tahap Operasi
2
KOMPONEN KOMPONEN DAMPAK DAMPAK
KEGIATAN LINGKUNGAN PRIMER SEKUNDER
Tanah Erosi
Gambar 8.4
Diagram Alir Hubungan Penyebab Akibat Antara Sumber Dampak dengan
Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak pada Tahap PascaOperasi
1
8.2.1 Organisasi K3
Penanganan K-3 merupakan tanggung jawab Divisi Keselamatan Kerja
yang langsung akan bertanggung jawab kepada Kepala Teknik atau Manajer
Tambang lihat pada struktur organisasi.
8.2.2 Peralatan K3
Salah satu faktor penyebab kecelakaan adalah peralatan. Karena itu, setiap
peralatan yang digunakan untuk operasi perusahaan harus mendapat perawatan
yang memadai.
Untuk mencapai zero accident dapat dilakukan dengan cara menyediakan:
a. Alat Pelindung Diri
29
c. Alat-alat pertolongan atau penyelamatan
Tabel 8.10
Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
30
j. Ban pinggang pengaman dengan tali pengikat
k. Penampung besi bekas dan suku cadang bekas
l. Material pembersih minyak tumpah
3. Maintenanc a. Helm pengaman
e b. Sepatu pengaman
c. Sarung tangan kulit
d. Masker debu
e. Perlengkapan P3K
f. Alat pemadam kebakaran
4. Gudang a. Helm dan sepatu pengaman
b. Sarung tangan kulit
c. Masker debu
d. Perlengkapan P3K
e. Alat Pemadam Kebakaran
Tabel 8.11
Langkah-langkah Pelaksanaan K-3 Pertambangan
31
keselamatan pekerjaan yang dilakukan dengan sistem pendekatan
pribadi, pemberian pelajaran dan slogan yang diedarkan.
b. Evaluasi kontes keselamatan
5. Perlindungan a. Inventarisasi alat pencegahan sendiri
keselamatan b. Melengkapi kekurangan
c. Memonitor pemakaian
d. Cek dan melengkapi perlindungan keselamatan pada alat-
alat.
e. Cek dan melengkapi rambu-rambu.
6. Pemilihan
Cek jenis peralatan
operator
7. Laporan a. Laporan kecelakaan
keselamatan b. Laporan bulanan
kerja c. Laporan pelatihan
32
a. Golongan fisik
Kondisi terowongan yang pengap, gelap dan panas mengakibatkan pekerja
mengalami kesulitan dalam pernapasan karena kebutuhan udara segar dan
bersih tidak terpenuhi.
b. Golongan kimia
Penyakit yang timbul karena limbah dari pengolahan yang menggunakan
bahan kimia Natrium Sianida (NaCN)
c. Golongan biologi
Bersumer dari cacing, jamur dan bakteri yang tersebar di lantai yang becek
karena tergenang air.
d. Golongan fisiologi
Diakibatkan oleh posisi kerja tapi karena PT. Pudel Gold Mine Tbk
mementingkan ksejahteraan pekerja sehingga tidak ditemukan penyakit dari
golongan fisiologi
e. Golongan psikologi
Diakibatkan karena factor monotomi, upah yang kurang,terpencil,hubungan
kerja tidak baik,dan jika pekerjaan tidak sesuai dengan bakat.
Pada PT. Pudel Gold Mine Tbk tidak ditemukan penyakit dari golongan
psikologi karena kesejahteraan karyawan sangat diutamakan demi hasil kerja
yang maksimum.
Jika kelima faktor tersebut di atas diakumulasikan maka dapat mengganggu
kerja.
1. Penanggulangan penyakit yang timbul akibat dari kegiatan penambangan
dan pengolahan bijihh emas pada PT. Pudel Gold Mine Tbk:
2. Menyediakan instalasi Ventilasi pada lokasi penambangan
(terowongan)agar kebutuhan udara segar terpenuhi
3. Menyediakan dokter umum dan dokter spesialis untuk menangani setiap
penyakit yang timbul akibat kerja
4. Melakukan pemeriksaan awal, berkala dan lanjutan untuk pekerja
5. Menyediakan kolam pengendapan sebelum limbah dibuang ke sungai.
8.3. PERIJINAN TAMBANG
33
a. Perijinan tambang yang dipakai oleh PT. Pudel Gold Mine Tbk adalah
Kuasa Pertambangan (KP) karena bahan galian yang diusahakan adalah
bijih emas yang termasuk dalam bahan galian golongan B (bahan galian
vital) dengan dasar yang digunakan adalah Undang-Undang No.11 tahun
1976 Tentang Ketentuan Ketentuan Pokok Pertambangan.
Untuk itu bentuk perijinan PT. Pudel Gold Mine Tbk adalah sebagai berikut:
Yang terhormat,
Bapak Direktur Jenderal Pertambangan Umum
Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 49
di
Jakarta 12950
Permohonan
2. Jabatan/Pekerjaan : Direktur Utama
B. Data Perusahaan
1. Nama Perusahaan : PT. Pudel Pudel Gold Mine Tbk.
2. Alamat dan Nomor : Puluhdadi 367B
34
4. Susunan Direksi, Komisaris, dan Pemegang Saham :
a. Direksi
b. Komisaris
c. Pemegang Saham
Akte pendirian
a. Nomor dan tanggal : 112-050-145/23 November 2008
Pengesahan
Dep. Kehakiman
b. Nomor dan tanggal : 112-050-215/24 November 2008
Perubahan Akte
35
terakhir
6. Laporan Keuangan yang telah diaudit oleh Akuntan Publik tahun terakhir :
a. Jumlah Net Aset : Rp 10. 000.000.000.,
b. Jumlah Utang : Rp –
Perusahaan
Bahan Lokasi
Kec. Kab. Propinsi
No. Jenis KP Galian Luas/Ha Ket
Ekplorasi, Emas, Punung Pacitan Jawa 25 ha
Eksploitasi, dan Timur
Pengolahan, Perak
Pemurnian.
D. Lampiran permohonan
a. Peta wilayah (asli) dari UPIPWP rangkap dua;
b. Tanda bukti penyetoran jaminan kesungguhan dari bank yang ditunjuk
kecuali permohonan Kuasa Pertambangan.
c. Surat Izin Mendirikan Perusahaan dan Akte Pendirian Perusahaan yang
salah satu dari maksud dan tujuannya menyebutkan berusaha dibidang
pertambangan dan telah disahkan oleh Dep.Kehakiman dan HAM kecuali
Koperasi/KUD.
d. Laporan mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
e. Kartu Tanda Penduduk.
f. Surat Pernyataan kesanggupan tenaga ahli.
g. Surat Pernyataan Pembebasan lahan.
36
Demikian permohonan ini kami ajukan, apabila ternyata keterangan tidak
benar, kami bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Yogyakarta, 20 November 2008
ttd
Materai Rp.6000,-
Catatan :
1. Diisi dengan huruf cetak;
2. Coret yang tidak perlu;
3. Pemohon KP Eksploitasi;
4. Pemohon KP Pengolahan/Pemurnian, KP Pengangkutan dan Penjualan berdiri
sendiri;
5. Pemohon KP baru (Penyelidikan Umum, Eksplorasi, Eksploitasi).
37