Anda di halaman 1dari 11

TRADISI DI INDONESIA

DI
S
U
S
U
N
OLEH :

BASHIRUN NAZIR
Kelas : VII-C

PELAJARAN : PPKN

MTS MUTA'ALLIMIN
TAHUN 2019
TRADISI DI INDONESIA

1. Ritual Tiwah – Kalimantan Tengah

Ritual Tiwah yaitu prosesi menghantarkan roh leluhur sanak saudara yang telah
meninggal dunia ke alam baka dengan cara menyucikan dan memindahkan sisa jasad
dari liang kubur menuju sebuah tempat yang bernama sandung. Tiwah merupakan
upacara ritual kematian tingkat akhir bagi masyarakat suku Dayak di Kalimantan Tengah
(Kalteng), khususnya Dayak Pedalaman penganut agama Kaharingan sebagai agama
leluhur warga Dayak.Nah, yang menariknya lagi ritual tersebut memakan waktu
beberapa hari sehingga membutuhkan dana yang cukup besar.

2. Kebo-keboan – Banyuwangi

Ritual Tradisi yang diadakan setahun sekali pada tgl 10 Suro atau 10 Muharaam di desa
Alasmalang, Singojuruh, Banyuwangi, yang berkaitan dengan budaya agraris khususnya
siklus tanam padi.Upacara ini adalah gabungan antara upacara minta hujan bila terjadi
kemarau panjang atau rasa syukur, bila panen berhasil dengan baik. Di upacara ini
beberapa laki laki berdandan menjadi kerbau mereka harus berkubang di tengah
kubangan sawah yang baru dibajak, kemudian diarak keliling desa, disertai karnaval
kesenian rakyat. Kemudian mereka juga beraksi membajak sawah.
3. Mapasilaga Tedong - Toraja

Salah satu budaya yang menarik dari Tana Toraja adalah adat Mapasilaga Tedong atau
adu kerbau. Kerbau yang diadu di sini bukanlah kerbau sembarangan. Biasanya, kerbau
bule (Tedong Bunga) atau kerbau albino yang menjadi kerbau aduan. Sebelum upacara
adat berlangsung, puluhan kerbau yang akan diadu dibariskan di lokasi upacara. Kerbau-
kerbau tersebut kemudian diarak dengan didahului oleh tim pengusung gong, pembawa
umbul-umbul, dan sejumlah wanita dari keluarga yang berduka ke lapangan yang
berlokasi di rante (pemakaman). Saat barisan kerbau meninggalkan lokasi, musik
pengiring akan dimainkan. Irama musik tradisional tersebut berasal dari sejumlah wanita
yang menumbuk padi pada lesung secara bergantian. Sebelum adu kerbau dimulai,
panitia menyerahkan daging babi yang sudah dibakar, rokok, dan air nira yang sudah
difermentasi (tuak), kepada pemandu kerbau dan para tamu. Adu kerbau kemudian
dilakukan di sawah, dimulai dengan adu kerbau bule. Adu kerbau diselingi dengan
prosesi pemotongan kerbau ala Toraja, Ma’tinggoro Tedong, yaitu menebas kerbau
dengan parang dan hanya dengan sekali tebas.

4. Rambu Solo – Toraja

Rambu Solo adalah pesta atau upacara kedukaan /kematian. Bagi keluarga yang
ditinggal wajib membuat sebuah pesta sebagai tanda penghormatan terakhir pada
mendiang yang telah pergi.

Setelah melewati serangkaian acara, si mendiang di usung menggunakan Tongkonan


(sejenis rumah adat khas Toraja) menuju makam yang berada di tebing-tebing dalam
goa. Nama makamnya adalah pekuburan Londa.

Yang unik dari upacara rambu solo adalah pembuatan boneka kayu yang dibuat sangat
mirip dengan yang meninggal dan diletakkan di tebing.Uniknya lagi konon katanya,
wajah boneka itu kian hari kian mirip sama yang meninggal.

5. Pasola – Sumba

Ini adalah bagian dari serangkaian upacara tradisional yang dilakukan oleh orang
Sumba. Setiap tahun pada bulan Februari atau Maret serangkaian upacara adat
dilakukan dalam rangka memohon restu para dewa agar panen tahun tersebut berhasil
dengan baik. Puncak dari serangkaian upacara adat yang dilakukan beberapa hari
sebelumnya adalah apa yang disebut Pasola.

Pasola adalah ‘perang-perangan’ yang dilakukan oleh dua kelompok berkuda. Setiap
kelompok teridiri dari lebih dari 100 pemuda bersenjakan tombak yang dibuat dari kayu
berdiameter kira-kira 1,5 cm yang ujungnya dibiarkan tumpul.
6. Dugderan – Semarang

Dugderan adalah sebuah upacara yang menandai bahwa bulan puasa telah datang.
Dugderan dilaksanakan tepat 1 hari sebelum bulan puasa. Kata Dugder diambil dari
perpaduan bunyi dugdug dan bunyi meriam yang mengikuti kemudian diasumsikan
dengan derr.

Kegiatan ini meliputi pasar rakyat yang dimulai sepekan sebelum dugderan. Karnaval
yang diikuti oleh pasukan merah-putih, drumband, pasukan pakaian adat “BHINNEKA
TUNGGAL IKA” , meriam , warak ngendok dan berbagai potensi kesenian yang ada di
Kota Semarang.

Ciri Khas acara ini adalah warak ngendok, sejenis binatang rekaan yang bertubuh
kambing berkepala naga serta kulit sisik emas. Visualisasi warak ngendok dibuat dari
kertas warna – warni. Acara ini dimulai dari jam 08.00 sampai dengan maghrib di hari
yang sama juga diselenggarakan festival warak dan Jipin Blantenan.

7. Tabuik – Pariaman

Tabuik (Indonesia: Tabut) adalah perayaan lokal dalam rangka memperingati Asyura,
gugurnya Imam Husain, cucu Muhammad, yang dilakukan oleh masyarakat.
Minangkabau di daerah pantai Sumatera Barat, khususnya di Kota Pariaman. Festival ini
termasuk menampilkan kembali Pertempuran Karbala, dan memainkan drum tassa dan
dhol.
Tabuik merupakan istilah untuk usungan jenazah yang dibawa selama prosesi upacara
tersebut. Walaupun awal mulanya merupakan upacara Syi'ah, akan tetapi penduduk
terbanyak di Pariaman dan daerah lain yang melakukan upacara serupa, kebanyakan
penganut Sunni. Di Bengkulu dikenal pula dengan nama Tabot.

Upacara melabuhkan tabuik ke laut dilakukan setiap tahun di Pariaman pada 10


Muharram sejak 1831.Upacara ini diperkenalkan di daerah ini oleh Pasukan Tamil Muslim
Syi'ah dari India, yang ditempatkan di sini dan kemudian bermukim pada masa
kekuasaan Inggris di Sumatera bagian barat.

8. Makepung – Bali

Kalau kita mendengar kalimat: “Bull-Racing”, mungkin pikiran kita melayang ke-Pulau
Madura, yang terkenal dengan “Karapan Sapi”. Ternyata ada “Buffalo Racing” atau
“Balapan Kerbau” yang tidak kalah populernya dikalangan masyarakat Bali, khususnya
dibagian Barat, yang dikenal dengan nama “Makepung”.

Bisa dipahami mengapa masyarakat Bali memilih melombakan kerbau daripada sapi,
dikarenakan sapi adalah binatang tunggangan yang dipergunakan oleh Dewa Shiva dan
dianggap sebagai hewan suci oleh penganut Hindu. Di Bali, khususnya dibagian Barat,
sekitar kota Negara, Makepung ini merupakan event tradisional yang dilakukan beberapa
kali setiap tahun, anehnya Makepung ini ternyata tidak begitu populer bagi masyarakat
dibagian Bali lainnya.
9. Atraksi Debus – Banten

Debus merupakan kesenian bela diri dari Banten yang mempertunjukan kemampuan
manusia yang luar biasa. Misalnya kebal senjata tajam, kebal air keras dan lain-
lain.Kesenian ini berawal pada abad ke-16, pada masa pemerintahan Sultan Maulana
Hasanuddin (1532-1570). Pada zaman Sultan Ageng Tirtayasa (1651—1692) Debus
menjadi sebuah alat untuk memompa semangat juang rakyat banten melawan penjajah
Belanda pada masa itu. Kesenian Debus saat ini merupakan kombinasi antara seni tari
dan suara.

Debus dalam bahasa Arab berarti tongkat besi dengan ujung runcing berhulu bundar.
Bagi sebagian masyarakat awam kesenian Debus memang terbilang sangat ekstrim.
Pada masa sekarang Debus sebagai seni beladiri yang banyak dipertontonkan untuk
acara kebudayaan ataupun upacara adat.

10. Karapan sapi – Madura


Awal mula kerapan sapi dilatar belakangi oleh tanah Madura yang kurang subur untuk
lahan pertanian, sebagai gantinya orang-orang Madura mengalihkan
matapencahariannya sebagai nelayan untuk daerah pesisir dan beternak sapi yang
sekaligus digunakan untuk bertani khususnya dalam membajak sawah atau ladang.

Pada perlombaan ini, sepasang sapi yang menarik semacam kereta dari kayu (tempat
joki berdiri dan mengendalikan pasangan sapi tersebut) dipacu dalam lomba adu cepat
melawan pasangan-pasangan sapi lain. Trek pacuan tersebut biasanya sekitar 100 meter
dan lomba pacuan dapat berlangsung sekitar sepuluh detik sampai satu menit.

Beberapa kota di Madura menyelenggarakan karapan sapi pada bulan Agustus dan
September setiap tahun, dengan pertandingan final pada akhir September atau Oktober
di eks Kota Karesidenan, Pamekasan untuk memperebutkan Piala Bergilir Presiden.

11. Upacara Kasada – Bromo

Upacara Kasada bromo dilakukan oleh masyarakat Tengger yang bermukim di Gunung
Bromo, Jawa Timur. Mereka melakukan ritual ini untuk mengangkat seorang Tabib atau
dukun disetiap desa. Agar mereka dapat diangkat oleh para tetua adat, mereka harus
bisa mengamalkan dan menghafal mantera-mantera.

Beberapa hari sebelum Upacara Kasada bromo dimulai, mereka mengerjakan sesaji-
sesaji yang nantinya akan dilemparkan ke Kawah Gunung Bromo. Pada malam ke 14
bulan Kasada, Masyarakat tengger berbondong-bondong dengan membawa ongkek yang
berisi sesaji dari berbagai macam hasil pertanian dan ternak. Lalu mereka membawanya
ke Pura dan sambil menunggu Dukun Sepuh yang dihormati datang, mereka kembali
menghafal dan melafalkan mantera, tepat tengah malam diadakan pelantikan dukun dan
pemberkatan umat dipoten lautan pasir Gunung Bromo.

Sebelum lulus mereka diwajibkan menghafal dan lancar dalam membaca mantra
mantra. Setelah Upacara selesai, ongkek-ongkek yang berisi sesaji dibawa dari kaki
gunung bromo ke atas kawah, lalu dilemparkan kedalam kawah, sebagai simbol
pengorbanan yang dilakukan oleh nenek moyang mereka. Didalam kawah banyak
terdapat pengemis dan penduduk tengger yang tinggal dipedalaman, mereka jauh jauh
hari datang ke gunung bromo dan mendirikan tempat tinggal dikawah gunung Bromo
dengan harapan mereka mendapatkan sesaji yang dilempar.

Penduduk yang melempar sesaji berbagai macam buah buahan dan hasil ternak, mereka
menganggapnya sebagai kaul atau terima kasih mereka terhadap tuhan atas hasil ternak
dan pertanian yang melimpah.

12. Batombe - Sumatera Barat

Bila Anda berkunjung ke Nagari Abai, Kecamatan Sangir Batang Hari, Kabupaten Solok
Selatan Sumatera Barat, terdapat kesenian Batombe yang menjadi kesenian daerah
setempat. Kesenian yang satu ini memang unik karena secara tidak sengaja tercipta
mengingat kesenian ini pertamakali dimainkan untuk menghibur dan memberi semangat
pada masyarakat yang sedang bergotong royong membuat Rumah Gadang.

Kesenian Batombe diawali dengan pembacaan pantun pembukaan oleh seorang datuk.
Para pemain lalu memasuki arena dan membuat lingkaran. Pemain terdiri dari 10 orang
laki-laki dan 3 orang perempuan. 12 diantaranya bergerak menari membentuk garis
linkaran. Sementara 1 lainnya menari di dalam lingkaran.
Kesenian Batombe diiringi dengan irama musik yang ceria. Alat musik yang digunakan
biasanya terdiri dari gendang dan talempong. Keduanya dimainkan dengan cepat
mengikuti irama tarian dan nyanyian yang dibawakan para pemain batombe. Keceriaan
tarian semakin memacu adrenalin dan semangat sehingga pada bagian akhir, yang
menyaksikan biasanya bergabung dan ikut menari bersama-sama.

13. Ngaben – Bali

Ngaben adalah upacara pembakaran atau kremasi jenazah umat Hindu di Bali.Dalam
prosesi Ngaben, ketika api mulai disulut, perlahan-lahan kobaran api akan membesar
dan mulai berkobar menyulut sosok jenazah.

Lama-kelamaan kobaran api mulai menghanguskan jazadnya yang dipercaya akan


melepaskan segala ikatan keduniawian dari orang yang meninggal itu. Bila ikatan
keduniawian telah terlepas, maka semakin terbukalah kesempatan untuk melihat
kebenaran dan keabadian kesucian Illahi di alam sana.

Beberapa hari sebelum upacara Ngaben dilaksanakan, keluarga dari orang yang
meninggal dibantu oleh masyarakat membuat "Bade" dan "Lembu" yang sangat megah
yang terbuat dari kayu, kertas warna-warni dan bahan lainnya. "Bade" dan "Lembu" ini
merupakan tempat jenazah yang nantinya dibakar.
14. Tradisi Potong Jari - Papua

Menangis, mungkin itu yang lakukan saat kita didera kesedihan. Namun, berbeda
dengan masyarakat Papua pedalaman, mereka memotong jari mereka sendiri untuk
menunjukkan rasa kesedihan mereka. Terdengar sadis memang, namun itulah salah
satu bentuk kekayaan budaya kita.

Bagi mereka, tradisi ini disimbolkan sebagai bentuk kesedihan yang mendalam akan
kehilangan anggota keluarga yang meninggal. Semakin banyak kita melihat warga
Papua pedalaman memotong jarinya maka dapat diartikan telah banyak pula anggota
keluarga yang mereka cintai telah meninggal dunia.

Bahkan, masyarakat terdahulu Lembah Baliem, sebuah lembah pegunungan yang cukup
terkenal, pernah ada tersingkap kasus dimana seorang ibu yang memotong jari anaknya
yang baru lahir dengan cara menggigitnya karena ingin menghilangkan “kesialan” yang
selama ini menderanya. Ia percaya dengan ia memotong jari anaknya maka kesialan
yang selama ini ia alami dapat hilang.

Anda mungkin juga menyukai