PENDAHULUAN
1. 1 LATAR BELAKANG
1
Presiden Paradigma Sehat secara makro berarti bahwa pembangunan semua sector harus
memperhatikan dampaknya terhadap kesehatan, paling tidak harus memberikan kontribusi
positif bagi pengembangan perilaku dan lingkungan sehat. Sedangkan secara mikro berarti
bahwa pembangunan kesehatan akan menekan upaya promotif dan preventif dengan tidak
mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Pada saat ini hampir di seluruh pelosok tanah air telah didirikan Puskesmas.
Dimana untuk lebih menjangkau seluruh wilayah kerjanya, Puskesmas telah diperkuat
dengan adanya Puskesmas Pembantu dan Puskesmas keliling. Disamping itu untuk daerah
yang jauh dari sarana pelayanan rujukan, Puskesmas telah dilengkapi dengan fasilitas
rawat inap.
1.2. TUJUAN
Adapun tujuan dari penyusunan Laporan Tahunan ini adalah untuk menyajikan hasil
pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Mengingat laporan ini merupakan
kumpulan data dari setiap pemegang program, maka diharapkan Laporan tahunan ini dapat
dijadikan sebagai sarana yang dapat membangun pelayanan kesehatan di Puskesmas agar
tercapai pelayanan yang optimal dari pemegang setiap program yang ada di Puskesmas.
2
BAB II
GAMBARAN UMUM KECAMATAN SIBABANGUN
2. 1. LETAK GEOGRAFIS
Secara rinci tentang jarak ibukota Kecamatan dengan Desa di wilayah Kecamatan
Sibabangun dapat dilihat pada table 2. 1 di bawah ini :
Tabel 2.1 Jarak ibukota Kecamatan Dengan Desa Di Wilayah Kecamatan Sibabangun
No Ibukota Kecamatan- Desa Jarak (Km)
1 Mombang Boru 8
2 Anggoli 3
3 Sibabangun 0
4 Simanosor 4
5 Muara Sibuntuon 8
6 Sibio-bio 12
7 Hutagurgur 5
2. 2 GAMBARAN DEMOGRAFI
2.2.1 Kependudukan
A. Kecamatan Sibabangun
Jumlah penduduk di kecamatan Sibabangun tahun 2015 berjumlah 17.313 jiwa.
Jumlah KK sebesar 3.960 KK. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin adalah 8.635
orang laki-laki dan 8. 678 orang perempuan. Untuk lebih rinci per Desa dapat dilihat pada
tabel 2. 2 berikut ini
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk dirinci menurut Jenis kelamin dan Desa/ Kelurahan di
Kecamatan Sibabangun Tahun 2015
3
No Desa/ Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah
Penyebaran penduduk antar desa terjadi secara merata. Pada tahun 2015 jumlah
penduduk terbanyak adalah di Kelurahan Sibabangun sebanyak 6.016 jiwa dan jumlah
penduduk terendah adalah di Desa Mombang Boru sebanyak 1.048 jiwa.
Tabel 2.3 Banyaknya Penduduk, Rumah Tangga dirinci Menurut Desa/ Kelurahan di
Kecamatan Sibabangun Tahun 2015
No Desa/ Kelurahan Penduduk Jumlah Rumah Rata-rata Per
Tangga Rumah Tangga
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa Jumlah KK terbanyak terdapat di Kelurahan
Sibabangun sebanyak 1.504 KK dan jumlah KK terendah terdapat di daerah Mombang
Boru sebanyak 262 KK.
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sibio-bio adalah daerah yang memiliki
rasio yang lebih luas dengan luas wilayah sebesar 114,15 Km2 dengan rasio terhadap total
Luas Kecamatan 40,10%.
Secara rinci data distribusi penduduk di Kecamatan Sibabangun dapat dilihat pada
tabel 2. 5 di bawah ini.
Tabel 2.5 Banyak Penduduk dirinci menurut jenis Kelamin dan Kelompok umur di
Kecamatan Sibabangun Tahun 2015
No Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
5
13 60 – 64 188 209 397
Jika dilihat dari distribusi penduduk di atas, maka kelompok umur dengan jumlah
penduduk terbanyak adalah kelompok umur 0 – 4 tahun sebanyak 2232 jiwa. Sedangkan
kelompok umur yang paling sedikit adalah kelompok umur 60-64 tahun sebanyak 397 jiwa.
6
7
2.5 DATA KEPEGAWAIAN
8
Sumber daya manusia kesehatan merupakan tatanan yang menghimpun berbagai
upaya perencanaan, pendidikan dan pelatihan serta pendayagunaan tenaga kesehatan secara
terpadu dan saling mendukung guna mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setingi-
tingginya. Tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan professional
di bidang kesehatan, berpendidikan formal kesehatan atau tidak, yang untuk jenis tertentu
memerlukan upaya kesehatan. Jumlah pegawai yang ada di Puskesmas Sibabangun tahun
2016 sebanyak 63 orang yang tersebar di Puskesmas, Puskesmas Pembantu, BKIA dan
Polindes. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 2.6 di bawah ini.
2 Kesehatan S1 Kesmas 4 - 3 7
Masyarakat Pertama
Jumlah 36 12 23 71
Dari tabel dapat dilihat bahwa masih ada kekurangan tenaga kesehatan terutama
tenaga kesehatan seperti Dokter, Dokter gigi dan program kesehatan lingkungan, . Untuk
itu, sangat diharapkan pada pemerintah Kabupaten Tapanuli tengah, khususnya Dinas
Kesehatan dalam penambahan tenaga kesehatan demi untuk tercapainya pelayanan
kesehatan di bidang lingkungan yang baik dan tenaga dokter umum untuk meningkatkan
dan dapat terpenuhinya pelayanan di luar gedung, sementara untuk dokter gigi sering
terkendala dengan tidak berjalannya kegiatan Usaha Kesehatan Gigi dan Mulut di Sekolah.
9
2.6 DATA SARANA KESEHATAN (SATELIT PUSKESMAS)
Tabel 2.7 Jumlah Sarana dan Prasarana Pelayanan Kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
Sibabangun
No Desa Sarana
Puskesmas Pustu/BKIA Polindes Poskesdes
2 Anggoli - 1/1 - -
3 Sibabangun 1 1/1 - -
4 Simanosor - 1/1 - -
6 Sibio-bio - 1/1 - -
7 Hutagurgur - 1/1 - 1
Jumlah 1 7/7 - -
Dari tabel di atas tampak bahwa masih ada sebagian desa yang belum memiliki
polindes bahkan poskesdes. Untuk mengantisipasi hal ini agar pelayanan kesehatan tidak
terhambat maka para bidan PTT menyewa/mengontrak rumah masyarakat untuk dijadikan
polindes. Oleh karena itu diharapkan pengadaan sarana kesehatan demi tercapainya
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat yang maksimal. Selain itu, sebagian pustu dan
BKIA tidak memiliki petugas kesehatan diakibatkan keterbatasan tenaga kesehatan. Dan
masih ada desa yang belum memiliki bidan desa karena keterbatasan jumlah bidan PTT.
11
Upaya kesehatan wajib yang terdapat di Puskesmas Sibabangun terdiri dari :
Kendala yang dihadapi saat memberikan penyuluhan yaitu masyarakat yang ada di
Kelurahan Sibabangun dan Desa Anggoli meminta/ menuntut untuk diberikan uang saat
selesai diberikan penyuluhan.
Untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat melalui pengembangan
sistem kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan pembangunan lintas sektor
berwawasan kesehatan. Dalam upaya kesehatan lingkungan ini, petugas kesehatan
lingkungan Puskesmas Sibabangun sejauh ini masih melakukan kegiatan
Melakukan pendataan rumah tangga yang ber-PHBS ke setiap desa/ kelurahan yang
ada di Kecamatan Sibabangun bersama dengan tenaga penyuluh puskesmas
Sibabangun.
Untuk meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi
masyarakat terutama pada ibu hamil, bayi dan anak balita. Dalam melaksanakan kegiatan
turut serta dalam kegiatan dengan menjalin kerja sama dengan kepala desa/ lurah, kader dan
masyarakat. Kegiatan pokok yang dilaksanakan oleh pemegang program Gizi di Puskesmas
Sibabangun dalam program ini antara lain :
Merujuk pasien yang menderita gizi buruk ke rumah sakit. Selama tahun 2016,
melalui anggaran BOK dilakukan pelacakan kasus gizi buruk di Sibabangun oleh
bidan desa dan ditemukan ada 4 kasus yaitu di desa Muara Sibuntuon sebanyak 1
orang, di Kelurahan Sibabangun sebanyak 1 orang dan di desa Mombang Boru
sebanyak 2 orang. Pelaporan telah dilakukan oleh Tenaga Pengolah Gizi ke Dinas
Kesehatan melalui Kasie Gizi. Dan Pihak Dinas Kesehatan juga secara langsung
berkunjung ke rumah balita gizi buruk tersebut.
13
Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi
Pemberian PMT Pemulihan kepada balita yang mengalami gizi kurang sebanyak 15
orang.
Malaria pada tahun 2016, di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun dapat nihil.
Tidak ada ditemukan kasus malaria pada ibu hamil.
ISPA dan Diare di Puskemas Sibabangun pada tahun 2016 adalah dilakukan
pengobatan di Puskesmas dan pengobatan penderita diare rawat jalan untuk
balita dan semua umur. Untuk diare pada tahun 2016 ditemukan 186 kasus
dengan penderita terbanyak orang dewasa dan dapat ditangani 100%.
14
Pemeriksaan dan pengobatan balita pneumonia (Pneumonia, pneumonia berat
dan non pneumonia). Sedangkan kasus pneumonia tidak ada ditemukan.
Pada tahun 2016, tidak ditemukan adanya kasus HIV AIDS di wilayah kerja
Puskesmas Sibabangun. Dan ditemukan 2 orang penderita kusta dari desa
Anggoli. Melalui penggunaan dana BOK, dilakukan kunjungan ke rumah
penderita kusta setiap bulan dengan tujuan memantau perkembangan kesehatan
penderita kusta. Setelah dilakukan pemantauan minum obat sudah mulai
mengalami perkembangan kesehatan.
Untuk kasus TB Paru, dilakukan pemeriksaan dahak BTA pada waktu pagi dan
sewaktu penderita dipantau minum obatnya oleh seseorang yang dapat
dipercaya dan dapat memotivasi penderita untuk minum obat. Pada tahun 2016
di Puskesmas Sibabangun, jumlah penderita TB Paru BTA positif sebanyak 104
kasus dan yang mengalami kesembuhan sebanyak 7 orang sementara 3 orang
sedang dalam tahap pengobatan. Petugas kesehatan dari puskesmas Sibabangun
melakukan kunjungan rumah penderita untuk memberikan penyuluhan kepada
pasien dan keluarga serta memantau kepatuhan minum obat pasien.
- Pelayananan KIA
Menjalin kerja sama dengan para bidan-bidan desa yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Sibabangun dengan memberikan bimbingan dan pengarahan terkhusus
bila ditemukan kasus ibu dan anak serta melakukan konsultasi laporan
Penyuluhan gizi untuk meningkatkan status gizi ibu, bayi dan balita secara individu
Dengan penggunaan dana BOK, dilakukan kegiatan kelas ibu hamil, pemantauan
ibu hamil resiko tinggi yang dilakukan oleh petugas kesehatan dari Puskesmas.
Sementara kunjungan rumah ibu hamil (sweeping ke rumah ibu hamil), kunjungan
ibu nifas dan neonates dilakukan oleh bidan desa/ PTT.
- Pelayanan KB
15
Pelayanan KB dengan melakukan kunjungan/ sweeping ke rumah-rumah PUS
(Pasangan Usia Subur) yang ada di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun. Melalui
penggunaan dana BOK dilakukan kunjungan rumah PUS yang tidak ber-KB,
dengan mengarahkan PUS untuk menggunakan KB.
Penjaringan anak sekolah yang dilakukan pada siswa/ i baru yang dimulai dari
tingkat SD, SMP dan SMA. Tindakan yang dilakukan adalah pengukuran tinggi
badan, penimbangan berat badan, memperhatikan bentuk rambut dan warna kulit
serta mencek tingkat pendengaran.
Kegiatan program usia lanjut di Puskesmas Sibabangun antara lain penjaringan usia
lanjut untuk pendataan dengan kegiatan yang terdiri dari :
16
Penyuluhan yang dilakukan kepada lansia
Bimbingan mental yang dilakukan setiap pertemuan/ kegiatan di desa seperti dalam
kegiatan perkumpulan keagamaan.
Peserta usia lanjut yang dibina dan berada di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun
sebanyak , yang terdiri dari 8 orang laki-laki dan 67 orang perempuan.
Kegiatan jiwa dilakukan dengan pendataan pasien dengan gangguan kesehatan jiwa,
setelah itu memberikan tindakan pemeriksaan kepada pasien oleh dokter. Kemudian
pasien diarahkan kepada penanggung jawab program kesehatan jiwa untuk memperoleh
obat. Penanggung jawab program kesehatan jiwa melakukan kunjungan ke rumah
penderita untuk pemantauan perkembangan kesehatan jiwa pasien. Pemegang program
kesehatan jiwa dari puskesmas Sibabangun berharap agar diberikan pelatihan agar
memiliki pengetahuan dasar untuk mengenali ciri-ciri yang mengalami gangguan
kesehatan jiwa. Pasien jiwa yang dikunjungi sebanyak 8 orang.
Kegiatan Posbindu dilakukan setiap Jumat minggu terakhir yang bertempat di Kelurahan
Sibabangun dengan peserta berumur 40 tahun ke atas. Adapun kegiatan posbindu PTM
dengan memberikan pemeriksaan terdiri dari pengukuran tekanan darah, pengukuran
tinggi, penimbangan berat badan dan pengobatan. Penyuluhan kesehatan mengenai pola
makan, jenis makanan yang dikonsumsi dan yang dihindari serta jenis aktifitas juga
diberikan. Kader posbindu juga diarahkan untuk mengajak masyarakat Sibabangun yang
berusia ≥ 40 tahun mengikuti kegiatan posbindu setiap bulannya. Memberikan pelatihan
(refreshing) kepada kader posbindu PTM dengan tujuan agar kader memiliki
pengetahuan dasar mengenai penyebab penyakit tidak menular dan bagaimana proses
pelaksanaan posbindu (cara mengukur berat badan dan tinggi badan). Keterbatasan yang
dihadapi program ini yaitu tidak adanya alat untuk memantau kadar gula darah, asam
urat dan kolesterol.
17
BAB IV
Dalam undang- undang Nomor 23 Tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera dari
badan (jasmani), jiwa (rohani) dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara sosial dan ekonomis. Derajat kesehatan merupakan pencerminan kesehatan
perorangan, kelompok maupun masyarakat.
18
4.1.1.1 Angka Kematian Bayi
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai
bayi belum berusia tepat 1 tahun. Angka kematian Bayi (AKB) adalah banyakanya
kematian bayi berusia di bawah 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada 1 tahun tertentu.
Tabel 4.1 Angka Kematian Bayi (AKB) di Kecamatan Sibabangun Tahun 2016
No Desa Jumlah Bayi Jumlah Bayi Mati
1 Sibabangun 119 2
2 Anggoli 55 1
3 Muara Sibuntuon 39 2
4 Sibio-bio 27
5 Mombang Boru 21
6 Huta Gurgur 31
7 Simanosor 52
Jumlah 344 5
Dari tabel dapat diketahui, bahwa pada tahun 2016 jumlah angka kematian bayi
(AKB) di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun sebanyak 5 orang. Kematian pada bayi ini
disebabkan karena kejadian asfiksia dan tetanus dan lain-lain. Masih adanya ibu hamil
melahirkan di dukun yang belum terlatih yang dasarnya hanya bias berkusuk.
Angka Kematian Balita (AKBA) adalah jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun
selama 1 tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun tersebut.
Angka Kematian Balita (AKBA) menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak
dan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti gizi,
sanitasi, penyakit infeksi dan kecelakaan.
Secara rinci dapat dilihat AKBA di Kecamatan Sibabangun dapat dilihat pada tabel
4.2 di bawah ini.
1 Sibabangun 633
2 Anggoli 276
4 Sibio-bio 292
19
5 Mombang Boru 110
7 Simanosor 141
Jumlah 1825
Dari tabel tampak bahwa tidak ada balita yang meninggal di Kecamatan Sibabangun
tahun 2016.
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal dari suatu
penyebab kematian terkait dengan gangguan kehmilan atau penanganannya (tidak
termasuk kecelakaan atau kasusu insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa
nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100. 000
kelahiran hidup.
1 Sibabangun 131 2
2 Anggoli 57 2
3 Muara Sibuntuon 34 1
4 Sibio-bio 60 -
5 Mombang Boru 23 1
6 Huta Gurgur 43 -
7 Simanosor 29 -
Jumlah 377 6
20
Dari data kematian ibu melahirkan di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun tercatat
bahwa kematian ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun Tahun 2016 sebanyak 6
orang. Penyebabnya perdarahan, partus lama, eklampsia dan placenta rest. Pada saat
pemeriksaan ibu hamil dan kunjungan rumah ibu hamil diarahkan untuk ke rumah sakit
bagi ibu hamil yang resiko tinggi. Keluhan pasien dan keluarga adalah tidak adanya kartu
BPJS dan masalah ekonomi. Dan adanya keluarga yang masih percaya dengan dukun
beranak yang tidak terlatih.
Perlu diketahui untuk menekan angka kematian ibu diperlukan peran bidan desa
untuk meningkatkan dan menjalin kerja sama secara bertahap dengan dukun bersalin yang
terlatih (jika ada di desa tersebut) dalam menolong persalinan. Dengan penempatan bidan
di desa diharapkan masalah tersebut dapat diatasi, disamping penyuluhan untuk merubah
persepsi masyarakat yang selama ini lebih senang melahirkan di rumah dengan ditolong
dukun berubah menjadi senang melahirkan di Pondok bersalin Desa (Polindes) atau unit
pelayanan kesehatan lainnya. Atau bersalin di rumah dengan kerja sama antara bidan dan
dukun terlatih.
Kurang Energi Protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein
atau kedua-duanya tidak tercukupi oleh diet. Kedua bentuk defisiensi ini tidak berjalan
bersisian, meskipun salah satu dominan ketimbang yang lain. Sindrom kwasiorkor terjelma
manakala defisiensi lebih menampakkan dominasi protein, dan marasmus termanifestasi
jika terjadi kekurangan energi yang parah. Kombinasi kedua bentuk ini, marasmik-
kwarsiokor, juga tidak sedikit, meskipun sulit menentukan kekurangan apa yang lebih
dominan.
Ada 4 faktor yang melatarbelakangi KEP yaitu : masalah sosial, ekonomi, biologi
dan lingkungan. Kemiskinan salah satu determinan sosial ekonomi, merupakan akar
ketiadaan pangan, tempat mukim yang berjejalan, kumuh dan tidak sehat serta
ketidakmampuan mengakses fasilitas kesehatan. Ketidaktahuan baik yang berdiri sendiri
maupun yang berkaitan dengan kemiskinan, menimbulkan salah paham tentang cara
merawat bayi dan anak yang benar, juga salah mengerti mengenai penggunaan bahan
pangan tertentu dan cara memberi makan anggota keluarga yang sedang sakit.
Pada tahun 2016 ditemukan kasus kurang energi protein (KEP) pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Sibabangun sebanyak 15 orang.
21
4.1.2.2 Kurang Vitamin A
Pemberiaan air susu ibu terbukti bersifat protektif. Kebutaan akibat defisiensi
vitamin A lazim terjadi pada anak berusia 1-3 tahun segera setelah anak disapih dan
diberikan makanan yang rendah vitamin A dan lemak. Anak yang usia prasekolah juga
sering terjangkit, namun tidak sampai membutakan , kecuali jika kasus ini diperberat
dengan malnutrisi.
Untuk mencegah agar tidak terjadi masalah Kurang Vitamin A di wilayah kerja
Puskesmas Sibabangun, dilakukan bulan Vitamin A setiap 2 kali setahun yaitu pada bulan
Februari dan Agustus. Dan apabila pada saat bulan vitamin A bayi/ balita tidak datang ke
posyandu, petugas puskesmas dan bidan desa memberikan vitamin A ke rumah bayi/ balita
secara langsung. Secara rinci cakupan vitamin A di kecamatan Sibabangun bulan Februari
dapat dilihat pada tabel 4. 4 di bawah ini :
22
Dari tabel 4.4 di atas, dapat dilihat bahwa desa dengan cakupan Vitamin A biru
terendah yaitu desa Simanosor dengan cakupan 93,3%.
Untuk cakupan Vitamin A merah tertinggi yaitu di desa Muara Sibuntuon dengan
cakupan 90,9%. Dari tabel 4.4 tampak cakupan pembagian vitamin A pada saat
berlangsungnya posyandu dan bagi ibu bayi/ balita yang tidak dapat vitamin A, tenaga
penyuluh dan bidan desa melakukan kunjungan rumah untuk memberikan vitamin A.
4 Sibio-bio 14 93 14 100 86 92
23
Jumlah 171 1236 137 72,5 810 65,5
Dari tabel 4. 5 di atas dapat dilihat bahwa desa dengan cakupan vitamin A biru
tertinggi pada bulan di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun yaitu di desa Sibio-bio dengan
cakupan sebesar 81,3%. Sementara cakupan vitamin A biru terendah pada bulan Agustus
yaitu di desa Mombang Boru dengan cakupan 60%.
Untuk cakupan vitamin A merah tertinggi yaitu Sibio-bio dengan cakupan 78,6%.
Sedangkan untuk desa yang cakupan vitamin A merahnya rendah terdapat di Desa
Hutagurgur dengan cakupan 43,2%.
Melalui anggaran BOK dengan kegiatan pembagian vitamin A, bayi/ balita yang
tidak mendapat vitamin A di posyandu dikunjungi oleh bidan desa dan tenaga penyuluh
dengan memberikan vitamin A.
GAKY (Gangguan Akibat Kurang Yodium) merupakan salah satu masalah gizi di
Indonesia yang memerlukan penanganan intensif. Kekurangan Yodium tidak hanya
mengakibatkan gangguan kelainan-kelainan berupa gangguan fisik (pertumbuhan sangat
lambat, cebol, bisu dan tuli), gangguan mental dan gangguan neuro motor. Gangguan fisik,
mental dan neuro motor yang tidak disembuhkan (irreversible) banyak terjadi di daerah
endemik berat. Indikator keberhasilan penanggulangan GAKY adalah Angka Gondok Total
(Total Goiter Rate/ TGR) dan angka gondok nyata (Visible Goiter Rate/ VGR). Menurut
WHO, GAKY sudah bukan merupakan maslah kesehatan jika TGR sudah < 10%. Untuk
mencegah gangguan akibat kurang garam beryodium, puskesmas sibabangun melakukan uji
garam beryodium terhadap garam yang digunakan masyarakat. Setelah dilakukan uji
garam, diberikan pengetahuan kepada penjual untuk menjual garam yang beryodium.
24
Persentase BBLR menunjukkan status kesehatan ibu hamil (umur dan paritas ibu
serta umur kehamilan), jarak kelahiran anak, tingkat ekonomi masyarakat dan tingkat
pelayanan KIA (antenatal care).
Tabel 4.6 Analisa Balok SKDN di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun Tahun
2016
(%) (%)
25
10 Oktober 1612 1593 1062 1048 65,9 98,7
12 Desember
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa cakupan peran serta masyarakat dalam
kegiatan menimbang balitanya di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun Januari-
November 2016 masih dalam taraf 83,6% - 84,4% dan cakupan berhasil tidaknya
program penimbangan bayi/balita dalam kegiatan posyandu pada tahun 2016 terjadi
pada bulan Agustus dan September 84,4%.
4.1.2.6 Angka Gizi Buruk
Penyebab gizi buruk sangatlah kompleks mulai faktor ekonomi, sosial, budaya dan
kesehatan sehingga untuk penanggulangannya diperlukan kerja sama lintas program dan
lintas sektoral dari semua pihak yang terkait dengan mengikutsertakan peran serta aktif
masyarakat. Secara rinci hasil pelacakan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas
Sibabangun tahun 2016 dapat di lihat pada tabel 4. 6 di bawah ini :
Tabel 4. 6 Hasil pelacakan Status gizi Balita di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun
Tahun 2016
No Desa Jumlah Jumlah %
Balita Gizi Buruk
1 Sibabangun 368 1 0,27
2 Anggoli 293 0
3 Muara Sibuntuon 225 1 0,44
4 Sibio-bio 108 0
5 Mombang Boru 126 2 1,5
6 Huta Gurgur 174 0
7 Simanosor 306 0
Berdasarkan tabel tampak bahwa ditemukannya kasus gizi buruk di wilayah kerja
Puskesmas Sibabangun dan dalam penanganan Dinas Kesehatan dan dipantau oleh bidan
desa.
Tabel 4.7 Sepuluh penyakit Terbesar di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun Tahun
2016
No Nama Penyakit Kode Kunjungan %
Dari tabel 4. 8 dapat diketahui bahwa dari 10 penyakit terbesar yang ada di
Puskesmas Sibabangun sampai November 2016 adalah Penyakit pada Sistem otot dan
jaringan pengikat (Reumatik). Hal ini disebabkan faktor usia serta kondisi pekerjaan
masyarakat yang sering mengeluhkan pegal.
Antenatal Care adalah cara penting untuk memonitoring dan mendukung kesehatan
ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal, ibu hamil sebaiknya
dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak dirinya merasa hamil
untuk mendapatkan pelayanan dan asuhan antenatal care.
Pelayanan antenatal care adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu
selama kehamilannya sesuai dengan standart pelayanan antenatal care (ANC),
selengkapnya mencakup banyak hal yang meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik baik
umum dan kebidanan, pemeriksaan laboratorium atas indikasi serta intervensi dasar dan
27
khusus sesuai dengan resiko yang ada. Namun dalam penerapan operasionalnya dikenal
standart minimal “7T”, untuk pelayanan antenatal care yang terdiri atas :
Kunjungan baru ibu hamil (K1) adalah Kunjungan ibu hamil yang pertama sekali
pada kehamilan
Kunjungan ulang adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang kedua dan
seterusnya, untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standart selama
satu periode kehamilan berlangsung.
K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat atau lebih untuk
mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standart yang ditetapkan dengan
syarat :
Secara rinci dapat dilihat cakupan kegiatan K1 dan K4 di wilayah kerja Puskesmas
Sibabangun pada tabel 4. 8 di bawah ini :
K1 % K4 %
2 Anggoli 48 80 43 71,7
Dari tabel 4. 8 di atas tampak bahwa di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun dari
Januari sampai November 2016, cakupan K1 adalah sebesar 70,55 % dan K4 sebesar
62,33%. Rendahnya cakupan ini disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat/ ibu
hamil akan pentingnya untuk memeriksakan kehamilan selama dalam masa kehamilan,
kesibukan/ aktivitas ibu rumah tangga, meskipun kunjungan bidan ke rumah ibu hamil telah
dilakukan tetap saja ada ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan ke
fasilitas kesehatan. Selain itu, kurangnya koordinasi diantara sesama petugas kesehatan
dalam melaporkan kunjungan ibu hamil.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan cakupan kunjungan ibu hamil di kemudian
hari diperlukan upaya dari tenaga kesehatan untuk melakukan penyuluhan mengenai
kesehatan ibu hamil bagi suami atau keluarga ibu hamil agar memeriksakan kehamilannya
selama masa kehamilan. Karena suami dan keluarga yang pertama sekali dapat
mempengaruhi/ mengubah persepsi ibu hamil. Dan diharapkan kerja sama diantara tenaga
kesehatan dalam menangani masalah ibu hamil.
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain
pada bayi berumur 0- 6 bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI Eksklusif
ini. Untuk memelihara kesehatan bayi yang baru lahir dianjurkan untuk pemberiaan ASI
Eksklusif terhadap bayi dan pemberian ASI dilanjutkan sampai umur bayi 2 tahun. Secara
rinci, pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun pada tahun 2016
terlihat pada table 4. 9 di bawah ini.
Tabel 4.9 Cakupan Pemberian ASI Eksklusif per desa di wilayah kerja Puskesmas
Sibabangun Januari- November 2016
No DESA Jumlah Bayi ASI Eksklusif
Jumlah %
29
1 Sibabangun 119 81 68,1
2 Anggoli 55 26 47,27
4 Sibio-bio 27 9 33,33
7 Simanosor 52 26 50
Berdasarkan tabel 4.9 tampak bahwa cakupan ASI eksklusif per desa di wilayah
kerja Puskesmas Sibabangun dari Januari- November 2016 rendah disebabkan faktor adat
istiadat, persepsi ibu yang menganggap bahwa pemberian ASI tidak mengenyangkan anak
dan penyuluhan mengenai pentingnya ASI bagi bayi oleh tenaga kesehatan telah diberikan
tetapi disebabkan jumlah lingkungan di desa tersebut banyak dan jumlah ibu yang memiliki
bayi tersebar di beberapa lingkungan sehingga sangat sulit untuk menyatukan jadwalnya .
4.1.5 Imunisasi
1 Sibabangun 164 129 78,7 115 70, 112 88, 104 83, 109 66, 122 74,4
1 3 4 5
6 Huta 25 68 80 77 82 79 85 79 85 74 97 76 95
Gurgur
1 Januari 20
2 Februari 25
3 Maret 27
4 April 22
5 Mei 14
6 Juni 25
7 Juli 22
8 Agustus 23
9 September 11
10 Oktober 29
11 November 26
12 Desember
Jumlah 344
31
Diagram 1. Jumlah Kunjungan Pasien Umum di Puskesmas Sibabangun Tahun 2016
Dari tabel 4.11 dan diagram batang 1 dapat diketahui bahwa jumlah kunjungan
pasien umum di wilayah kerja puskesmas Sibabangun Januari-November 2016 terbanyak
yaitu pada bulan Januari. Karena pada bulan ini, terjadi kejadian keracunan makanan pada
mie.
1 Januari 250
2 Februari 176
3 Maret 225
4 April 250
5 Mei 265
6 Juni 289
7 Juli 229
8 Agustus 251
9 September 309
10 Oktober 375
11 November 356
12 Desember
32
Jumlah
Berdasarkan tabel dan diagram dapat diketahui bahwa jumlah kunjungan pasien
Askes terbanyak pada Januari-November 2016 yaitu pada bulan Februari sebanyak 375
orang. Dan jumlah pengunjung paling rendah terjadi pada Januari-November 2016 yaitu
Februari sebanyak 176 orang.
1 Januari 2
2 Februari 2
3 Maret 2
4 April 3
5 Mei 4
6 Juni 2
7 Juli 3
8 Agustus 3
9 September 3
10 Oktober 2
11 November 3
12 Desember 3
33
Jumlah 32
Dari tabel 4. 13 dan diagram 3 tampak bahwa terdapat kunjungan pasien yang tidak
bayar setiap bulan. Pasien yang termasuk dalam hal ini yang dihadapi Puskesmas yaitu
pasien dan pendatang yang tidak memiliki uang untuk berobat dan ada juga yang menderita
gangguan jiwa.
34
BAB V
1. Kerja sama antar sektor sangat baik (camat, kepala desa, tokoh masyarakat, tenaga
kesehatan)
2. Pelaksana dan petugas kesehatan siap melayani masyarakat kapan pun diperlukan
1. Sasaran posyandu dan masyarakat yang tersebar dalam beberapa desa dengan akses
jalan yang sulit
2. Faktor pendidikan dasar yang rendah sehingga tidak jarang warga masyarakat yang
tidak mengerti pentingnya imunisasi dan kesehatan
3. Faktor keyakinan dan adat istiadat kuno yang masih dipegang teguh masyarakat
sehingga dapat menghambat program penyuluhan . Misalnya : Banyak anak banyak
35
rejeki.; Jika anaknya di imunisasi malah jadi sakit (panas) sehingga ibu bayi enggan
ke posyandu untuk mengimunisasi anaknya.
7. Adanya beberapa warga desa/ kelurahan yang meminta upah (uang amplop) saat
diberikan penyuluhan
1. Banyak warga dan tokoh masyarakat yang bersedia meluangkan waktu dan
tenaganya untuk membantu kepentingan masyarakat
1. Arus globalisasi juga berdampak buruk bagi masyarakat pedesaan. Dengan semakin
bertambahnya pendapatan masyarakat utamanya yang mencari nafkah di luar kota
bahkan negeri. Tidak bersedia lapor bila sedang menderita penyakit tertentu.
Sehingga bayi dan anak-anak terkadang datanya tak terlacak.
2. Penghasilan rendah membuat ibu turut mencari nafkah, akibatnya banyak anak/
balita yang tidak teratur mengikuti posyandu
36
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
37
4. Masih kurangnya tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun
khususnya dokter umum, dokter gigi dan program kesehatan lingkungan
5. Ada beberapa program yang target pencapaiannya belum maksimal, hal ini
disebabkan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pencapaian
tersebut.
6.2 Saran
2. Diharapkan kepada Dinas Kesehatan untuk tetap mengawasi jalannya program yang
telah dibuat sedemikian rupa, demi kemandirian Puskesmas dalam melaksanakan
layanan yang maksimal kepada masyarakat luas.
3. Untuk mencapai pelayanan kesehatan yang menyeluruh, terpadu, merata dan dapat
diterima serta terjangkau oleh masyarakat perlu adanya penambahan tenaga
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun
4. Bangunan kesehatan (Pustu/ BKIA) yang rusak agar segera diperbaiki dan bagi desa
yang belum memiliki bangunan kesehatan dapat segera dibangun agar tercipta
pelayanan kesehatan yang maksimal.
Tabel 1
38
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sibio-bio adalah daerah yang memiliki
rasio yang lebih luas dengan luas wilayah sebesar 114,15 Km2 dengan rasio terhadap total
Luas Kecamatan 40,10%.
Tabel 2
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa Jumlah KK terbanyak terdapat di Kelurahan
Sibabangun sebanyak 1.504 KK dan jumlah KK terendah terdapat di daerah Mombang
Boru sebanyak 262 KK.
Tabel 3
2 3 4 5 6 7
2 Anggoli 28 2 - 276 -
3 Sibabangun 71 1 3 633 -
4 Simanosor 44 - - 141 -
6 Sibio-bio 13 - 1 292 -
7 Hutagurgur 19 - - 209 -
Dari tabel tampak bahwa jumlah kelahiran bayi di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun
Januari-November 2015 terbanyak sebanyak 91 orang di Kelurahan Sibabangun. Jumlah bayi lahir
mati sebanyak 3 orang di desa Anggoli dan Kelurahan Sibabangun, hal ini disebabkan ibu hamil
39
tersebut mengalami anemia, pemenuhan gizi yang tidak seimbang selain itu kunjungan ibu hamil
yang tidak rutin selama kehamilan.
Tabel 4
JUMLAH KEMATIAN IBU MATERNAL
KECAMATAN SIBABANGUN JANUARI-NOVEMBER 2015
No Desa Jumlah Ibu Jumlah Kematian Maternal
Hamil Kematian Ibu Kematian Ibu Kematian Ibu
Hamil bersalin Nifas
1 2 3 4 5 6
1 Mombang Boru 23 1 - -
2 Anggoli 60 1 - -
3 Sibabangun 131 - - -
4 Simanosor 57 - - -
5 Muara Sibuntuon 43 - - -
6 Sibio-bio 29 - - -
7 Hutagurgur 34 - - -
Jumlah 377 2 - -
Dari tabel dapat diketahui bahwa jumlah ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun
sebanyak 377 orang, dimana jumlah kematian ibu bersalin sebanyak 2 orang yang disebabkan oleh
ibu tersebut mengalami anemia, dan placenta previa pada saat sectio Caesar.
Tabel 5
PERSENTASE PERTOLONGAN OLEH TENAGA KESEHATAN
40
DI KECAMATAN SIBABANGUN JANUARI-NOVEMBER 2015
No Desa Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan
Jumlah Persentase
1 2 3 4
2 Anggoli 28 48,27
3 Sibabangun 71 56,8
4 Simanosor 44 81,48
6 Sibio-bio 13 46,42
7 Hutagurgur 19 59,37
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa persentase pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan di kecamatan Sibabangun Januari-November 2015 sebesar 64,16% dimana persentase
pertolongan persalinan yang paling tinggi cakupannya ada di desa Simanosor sebesar 81,48% dan
paling rendah terdapat di Desa Sibio-bio sebesar 46,42%.
Tabel 6
JUMLAH IBU HAMIL YANG MENDAPATKAN PELAYANAN Fe1, Fe3
DI KECAMATAN SIBABANGUN
JANUARI-NOVEMBER 2015
1 2 3 4 5 6 7
2 Anggoli 60 11 18,33 9 15
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa cakupan pelayanan Fe1 dan Fe3 di
wilayah kerja Puskesmas Sibabangun masih rendah, disebabkan ibu hamil tidak atau
bahkan jarang memeriksakan kehamilannya secara rutin.
41
Tabel 7
PERSENTASE BALITA YANG NAIK BERAT BADANNYA DAN BALITA BAWAH
GARIS MERAH (BGM) DI KECAMATAN SIBABANGUN JANUARI-NOVEMBER
2015
No Desa Jumlah Balita Jumlah Jumlah BGM % %
Bayi Ditimbang BB BB
Naik Naik BGM
1 2 3 4 5 6 7 8 9
6 Sibio-bio 23 85 100 79 - 79
42
TABEL 8
JUMLAH POSYANDU DI KECAMATAN SIBABANGUN
TAHUN 2015
No Desa Jumlah Posyandu
1 2 3 4 5 6
1 Mombang Boru - 1 - -
2 Anggoli - 3 - -
3 Sibabangun - 8 - -
4 Simanosor - 2 - -
5 Muara Sibuntuon - 1 - -
6 Sibio-bio - 1 - -
7 Hutagurgur - 1 - -
Jumlah 17 -
TABEL 9
1 2 3 4 5
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa jumlah Pasangan Usia Subur di wilayah
kerja Puskesmas Sibabangun Januari-November 2015, yang menggunakan Alat Kontrasepsi
adalah sebanyak 2.002 orang dan yang tidak menggunakan alat kontrasepsi sebanyak 1.030
orang.
TABEL 10
BANYAKNYA PUS MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI MENURUT JENIS
ALAT KONTRASEPSI DI KECAMATAN SIBABANGUN JANUARI-NOVEMBER
2015
No Desa/ IUD MOP MOW Impla Suntik PIL Kondom Jumlah
Kelurahan nt
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Mombang 1 7 10 15 67 35 0 135
Boru
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa dari keseluruhan jumlah PUS yang
menggunakan alat kontrasepsi sebanyak 2.413 orang, terdapat pengguna alat kontrasepsi
suntik yang mendominasi sebanyak 1.276. Hal ini disebabkan alasan pengguna alat
kontrasepsi lebih serasi menggunakan suntik dibanding alat kontrasepsi lain. Dan
masyarakat desa yang paling banyak menggunakan alat kontrasepsi adalah kelurahan
Sibabangun.
44
TABEL 11
1 2 3 4 5
1 Januari 327 - 50
2 Februari 392 - 45
3 Maret 424 - 43
4 April 303 - 57
5 Mei 174 - 52
6 Juni 192 - 38
7 Juli 225 - 29
8 Agustus 394 - 58
9 September 475 - 50
10 Oktober 206 - 48
11 November 223 - 58
12 Desember
45