Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN
1. 1 LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan yang bertujuan


meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Pembangunan kesehatan merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia baik
masyarakat, swasta maupun pemerintah. Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik,
mental/ jiwa, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis

Pernyataan tersebut diatas sesuai dengan tujuan bangsa Indonesia sebagaimana


tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke 4 yaitu melindungi segenap Bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum
dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Untuk mencapai tujuan tersebut diselenggarakan program Pembangunan Nasional


secara berkelanjutan, terencana dan terarah. Pembangunan kesehatan merupakan bagian
integral dan terpenting dari pembangunan nasional. Tujuan diselenggarakannya
pembangunan kesehatan adalah meningkatnya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk
menjawab tantangan pembangunan kesehatan yang berkelanjutan termasuk konsistensi
kebijakan, keterlibatan lintas sector serta berdasarkan perkembangan ilmu kesehatan
masyarakat yang mutakhir, dirumuskanlah paradigma sehat yang merupakan upaya untuk
lebih meningkatkan kesehatan bangsa yang bersifat proaktif. Adapun rumusan paradigma
sehat tersebut telah tertuang di dalam visi “Indonesia Sehat 2015”. Visi yang tertuang
didalam paradigma sehat adalah visi jangka menegah itu telah tercapai, akan ditindaklanjuti
dengan visi jangka menengah selanjutnya yang kualitas indikatornya lebih tinggi. Begitu
seterusnya sehingga pembangunan kesehatan bisa berkelanjutan dan konsisten untuk
menciptakan Indonesia Sehat.

Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui


pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan Negara yang ditandai oleh
penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata
serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik
Indonesia. Gambaran keadaan masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai
melalui pembangunan kesehatan tersebut dirumuskan sebagai “Indonesia Sehat 2015”.

Salah satu kunci keberhasilan pembangunan keseehatan adalah mengaktualisasikan


Paradigma Sehat sebagai gerakan nasional, dimana sebagai langkah awal telah dicanangkan

1
Presiden Paradigma Sehat secara makro berarti bahwa pembangunan semua sector harus
memperhatikan dampaknya terhadap kesehatan, paling tidak harus memberikan kontribusi
positif bagi pengembangan perilaku dan lingkungan sehat. Sedangkan secara mikro berarti
bahwa pembangunan kesehatan akan menekan upaya promotif dan preventif dengan tidak
mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif.

Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut telah diselenggarakan


berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu dengan menempatkan
Puskesmas sebagai penanggungjawab penyelenggara upaya kesehatan tingkat pertama.

Pada saat ini hampir di seluruh pelosok tanah air telah didirikan Puskesmas.
Dimana untuk lebih menjangkau seluruh wilayah kerjanya, Puskesmas telah diperkuat
dengan adanya Puskesmas Pembantu dan Puskesmas keliling. Disamping itu untuk daerah
yang jauh dari sarana pelayanan rujukan, Puskesmas telah dilengkapi dengan fasilitas
rawat inap.

Puskesmas harus selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan,


mencegah dan mengobati penyakit, serta memulihkan kesehatan baik kesehatan
perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan bertempat tinggal di wilayah
kerjanya tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan kemajuan teknologi kesehatan yang
sesuai.

Mengingat pentingnya peran Puskesmas, maka Puskesmas dituntut untuk bekerja


secara optimal sesuai dengan tugas-tugas yang sudah ditentukan. Dalam melaksanakan
perannya, Puskesmas harus bekerja dengan optimal dan penuh tanggung jawab. Salah satu
bentuk pertanggungjawaban dari Puskesmas telah dilaksanakannya penyelenggaraan
pelayanan kesehatan adalah berupa penyajian data dalam berbagai bentuk dan macam.
Laporan tahunan ini merupakan laporan atau gambaran keadaan kesehatan dari kecamatan
Sibabangun.

1.2. TUJUAN

Di antara berbagai macam bentuk pertanggungjawaban Puskesmas salah satunya


adalah berupa laporan Tahunan. Laporan Tahunan tersebut memuat data-data hasil kegiatan
Puskesmas untuk satu Tahun yaitu dari Januari sampai bulan Desember yang mencakup
Kecamatan Sibabangun. Untuk laporan tahunan ini, Puskesmas Sibabangun menyajikan
dari bulan Januari sampai dengan November 2016.

Adapun tujuan dari penyusunan Laporan Tahunan ini adalah untuk menyajikan hasil
pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Mengingat laporan ini merupakan
kumpulan data dari setiap pemegang program, maka diharapkan Laporan tahunan ini dapat
dijadikan sebagai sarana yang dapat membangun pelayanan kesehatan di Puskesmas agar
tercapai pelayanan yang optimal dari pemegang setiap program yang ada di Puskesmas.

2
BAB II
GAMBARAN UMUM KECAMATAN SIBABANGUN
2. 1. LETAK GEOGRAFIS

Kecamatan Sibabangun merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten


Tapanuli Tengah. Jarak dari ibukota Kabupaten kira-kira 30 km dengan Luas wilayah
284,64 km2. Ketinggian wilayahnya berada pada 0-800 m di atas permukaan laut serta
terletak pada 020 01’ LU dan 980 22’ BT.

Daerah yang berbatasan dengan kecamatan Sibabangun di antaranya sebagai berikut


:

 Sebelah Utara berbatasan dengan : Kecamatan Lumut

 Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kabupaten Tapanuli Selatan

 Sebelah Barat berbatasan dengan : Kecamatan Sukabangun

 Sebelah Timur berbatasan dengan : Kabupaten Tapanuli Utara

Secara rinci tentang jarak ibukota Kecamatan dengan Desa di wilayah Kecamatan
Sibabangun dapat dilihat pada table 2. 1 di bawah ini :

Tabel 2.1 Jarak ibukota Kecamatan Dengan Desa Di Wilayah Kecamatan Sibabangun
No Ibukota Kecamatan- Desa Jarak (Km)

1 Mombang Boru 8

2 Anggoli 3

3 Sibabangun 0

4 Simanosor 4

5 Muara Sibuntuon 8

6 Sibio-bio 12

7 Hutagurgur 5

2. 2 GAMBARAN DEMOGRAFI
2.2.1 Kependudukan
A. Kecamatan Sibabangun
Jumlah penduduk di kecamatan Sibabangun tahun 2015 berjumlah 17.313 jiwa.
Jumlah KK sebesar 3.960 KK. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin adalah 8.635
orang laki-laki dan 8. 678 orang perempuan. Untuk lebih rinci per Desa dapat dilihat pada
tabel 2. 2 berikut ini

Tabel 2.2 Jumlah Penduduk dirinci menurut Jenis kelamin dan Desa/ Kelurahan di
Kecamatan Sibabangun Tahun 2015
3
No Desa/ Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Mombang Boru 523 525 1.048

2 Anggoli 1.373 1.400 2.773

3 Sibabangun 2.988 3.018 6.016

4 Simanosor 1.310 1.305 2.615

5 Muara Sibuntuon 991 989 1.980

6 Sibio-bio 654 686 1.340

7 Hutagurgur 796 755 1.551

Jumlah 8.635 3.960 17.313

Penyebaran penduduk antar desa terjadi secara merata. Pada tahun 2015 jumlah
penduduk terbanyak adalah di Kelurahan Sibabangun sebanyak 6.016 jiwa dan jumlah
penduduk terendah adalah di Desa Mombang Boru sebanyak 1.048 jiwa.

Tabel 2.3 Banyaknya Penduduk, Rumah Tangga dirinci Menurut Desa/ Kelurahan di
Kecamatan Sibabangun Tahun 2015
No Desa/ Kelurahan Penduduk Jumlah Rumah Rata-rata Per
Tangga Rumah Tangga

1 Mombang Boru 1.048 262 4

2 Anggoli 2.773 697 4

3 Sibabangun 6.016 1.504 4

4 Simanosor 2.615 523 5

5 Muara Sibuntuon 1.980 396 5

6 Sibio-bio 1.340 268 5

7 Hutagurgur 1.551 310 5

Jumlah 17.323 3641 5

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa Jumlah KK terbanyak terdapat di Kelurahan
Sibabangun sebanyak 1.504 KK dan jumlah KK terendah terdapat di daerah Mombang
Boru sebanyak 262 KK.

Tabel 2. 4 Luas Kecamatan Sibabangun Menurut Desa/ Kelurahan Tahun 2015

No Desa/ Kelurahan Luas (Km2) Rasio Terhadap Total Luas


4
Kecamatan (%)

1 Mombang Boru 43,29 15,21

2 Anggoli 6,02 2,11

3 Sibabangun 31,24 10,97

4 Simanosor 18,18 6,39

5 Muara Sibuntuon 36,05 12,67

6 Sibio-bio 114,15 40,10

7 Hutagurgur 35,71 12,55

Jumlah 284,64 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sibio-bio adalah daerah yang memiliki
rasio yang lebih luas dengan luas wilayah sebesar 114,15 Km2 dengan rasio terhadap total
Luas Kecamatan 40,10%.

2.2.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

Secara rinci data distribusi penduduk di Kecamatan Sibabangun dapat dilihat pada
tabel 2. 5 di bawah ini.

Tabel 2.5 Banyak Penduduk dirinci menurut jenis Kelamin dan Kelompok umur di
Kecamatan Sibabangun Tahun 2015
No Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

1 0–4 1150 1082 2232

2 5–9 1092 1057 2149

3 10 – 14 1069 1064 2133

4 15 – 19 947 925 1872

5 20 – 24 674 623 1297

6 25 – 29 610 618 1228

7 30 – 34 601 588 1189

8 35 – 39 544 542 1086

9 40 – 44 472 491 963

10 45 – 49 425 432 857

11 50 – 54 357 383 740

12 55 – 59 274 294 568

5
13 60 – 64 188 209 397

14 65+ 232 370 602

Jumlah 8635 8678 17313

Sumber : Badan Pusat Statistik Kecamatan Sibabangun

Jika dilihat dari distribusi penduduk di atas, maka kelompok umur dengan jumlah
penduduk terbanyak adalah kelompok umur 0 – 4 tahun sebanyak 2232 jiwa. Sedangkan
kelompok umur yang paling sedikit adalah kelompok umur 60-64 tahun sebanyak 397 jiwa.

2.3 PETA WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIBABANGUN

6
7
2.5 DATA KEPEGAWAIAN

8
Sumber daya manusia kesehatan merupakan tatanan yang menghimpun berbagai
upaya perencanaan, pendidikan dan pelatihan serta pendayagunaan tenaga kesehatan secara
terpadu dan saling mendukung guna mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setingi-
tingginya. Tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan professional
di bidang kesehatan, berpendidikan formal kesehatan atau tidak, yang untuk jenis tertentu
memerlukan upaya kesehatan. Jumlah pegawai yang ada di Puskesmas Sibabangun tahun
2016 sebanyak 63 orang yang tersebar di Puskesmas, Puskesmas Pembantu, BKIA dan
Polindes. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 2.6 di bawah ini.

Tabel 2. 6 Data Kepegawaian Puskesmas Sibabangun Kecamatan Sibabangun Tahun


2016
No Profesi Pendidikan PNS PTT TKS Jumlah

1 Dokter umum S1 Kedokteran 1 - - 1

2 Dokter Gigi S1 Kedokteran Gigi - - - -

2 Kesehatan S1 Kesmas 4 - 3 7
Masyarakat Pertama

3 Nutrisionis DIII Gizi 1 - - 1

4 Bidan Fungsional D3/D1 Kebidanan - - - -

5 Bidan Pelaksana D3/D1 Kebidanan 5 - - 5

6 Bidan Pelaksana D3 Kebidanan 5 - - 5


Lanjutan

7 Bidan Penyelia D3 Kebidanan 5 - - 5

8 Bidan D3/D1 Kebidanan - 12 10 22

9 Perawat Pelaksana D3 Keperawatan/ SPK 6 - - 6

10 Perawat Pelaksana D3 Keperawatan/SPK 4 - 4


Lanjutan

11. Perawat Pelaksana SPK - - - -


Pemula

12 Perawat D3 Keperawatan/ SPK 3 - 10 13

13 Pranata Analis D3 Analis Kesehatan 1 - - 1


Kesehatan

14 Asisten Apoteker D3 Farmasi 1 - - 1

Jumlah 36 12 23 71

Dari tabel dapat dilihat bahwa masih ada kekurangan tenaga kesehatan terutama
tenaga kesehatan seperti Dokter, Dokter gigi dan program kesehatan lingkungan, . Untuk
itu, sangat diharapkan pada pemerintah Kabupaten Tapanuli tengah, khususnya Dinas
Kesehatan dalam penambahan tenaga kesehatan demi untuk tercapainya pelayanan
kesehatan di bidang lingkungan yang baik dan tenaga dokter umum untuk meningkatkan
dan dapat terpenuhinya pelayanan di luar gedung, sementara untuk dokter gigi sering
terkendala dengan tidak berjalannya kegiatan Usaha Kesehatan Gigi dan Mulut di Sekolah.
9
2.6 DATA SARANA KESEHATAN (SATELIT PUSKESMAS)

Untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana penunjang


kesehatan. Fasilitas ini pada hakikatnya menunjang atau mendukung bahkan
memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan bagi masyarakat.

Sarana dan prasarana kesehatan selalu berkembang seiring dengan perkembangan


teknologi dan ilmu pengetahuan. Seiring dengan perkembangan tersebut semestinya
pelayanan kesehatan di daerah juga harus selalu ditingkatkan dan dikembangkan (up-date).
Jika tidak maka pelayanan kesehatan yang ada tidak dapat menanggulangi segala macam
permasalahan yang ada terutama untuk mengatasi permasalahan kesehatan yang semakin
komplek dan banyak.

Di Puskesmas Sibabangun, kondisi sarana dan prasarana kesehatan yang ada


dirasakan masih kurang dan sudah tua yang perlu diupayakan rehabilitasi dan pengadaan
baru. Berikut ini gambaran sarana pelayanan kesehatan di Kecamatan Sibabangun tahun
2015

Tabel 2.7 Jumlah Sarana dan Prasarana Pelayanan Kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
Sibabangun
No Desa Sarana
Puskesmas Pustu/BKIA Polindes Poskesdes

1 Mombang Boru - 1/1 - 1

2 Anggoli - 1/1 - -

3 Sibabangun 1 1/1 - -

4 Simanosor - 1/1 - -

5 Muara Sibuntuon - 1/1 - 1

6 Sibio-bio - 1/1 - -

7 Hutagurgur - 1/1 - 1

Jumlah 1 7/7 - -

Dari tabel di atas tampak bahwa masih ada sebagian desa yang belum memiliki
polindes bahkan poskesdes. Untuk mengantisipasi hal ini agar pelayanan kesehatan tidak
terhambat maka para bidan PTT menyewa/mengontrak rumah masyarakat untuk dijadikan
polindes. Oleh karena itu diharapkan pengadaan sarana kesehatan demi tercapainya
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat yang maksimal. Selain itu, sebagian pustu dan
BKIA tidak memiliki petugas kesehatan diakibatkan keterbatasan tenaga kesehatan. Dan
masih ada desa yang belum memiliki bidan desa karena keterbatasan jumlah bidan PTT.

Di samping itu, untuk meningkatkan pelayanan Puskesmas diperlukan sarana baik


yang bergerak berupa Kendaraan roda empat dan roda dua juga serta peralatan kesehatan
lainnya sebagai fasilitas yang dapat menunjang terlaksananya pelayanan kesehatan yang
maksimal yang disertai dengan tenaga kesehatan ahli dan terampil.
10
BAB III

KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN DI PUSKESMAS

3.1 Upaya Kesehatan Wajib

11
Upaya kesehatan wajib yang terdapat di Puskesmas Sibabangun terdiri dari :

1) Upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat

Program ini ditujukan untuk memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat


agar mampu menumbuhkan perilaku hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan
berbasis masyarakat. Kegiatan pokok yang dilaksanakan dalam program ini antara lain
meliputi :

Pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi Komunikasi Informasi dan


Edukatif (KIE)

Pengembangan upaya kesehatan bersumber dari masyarakat (seperti pos pelayanan


terpadu, pondok bersalin desa dan usaha kesehatan sekolah). Melakukan posyandu
tiap bulannya pada setiap desa di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun

Melakukan Sosialisasi STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) ke setiap desa/


kelurahan yang ada di Kecamatan Sibabangun bersama dengan tenaga penyuluh
puskesmas Sibabangun.

Memberikan penyuluhan mengenai Rumah Tangga ber-PHBS ke setiap desa/


kelurahan yang ada di Kecamatan Sibabangun bersama dengan tenaga penyuluh
puskesmas Sibabangun

Memberikan penyuluhan mengenai cuci tangan kepada anak sekolah tingkat SD


yang ada di Kecamatan Sibabangun

Memberikan penyuluhan mengenai penyebab dan penularan HIV/ AIDS kepada


anak SMP/ SMA di kecamatan Sibabangun.

Memberikan penyuluhan tentang TB Paru dan Malaria di setiap desa/ kelurahan


yang ada di wilayah kecamatan Sibabangun.

Kendala yang dihadapi saat memberikan penyuluhan yaitu masyarakat yang ada di
Kelurahan Sibabangun dan Desa Anggoli meminta/ menuntut untuk diberikan uang saat
selesai diberikan penyuluhan.

2) Upaya Kesehatan Lingkungan

Untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat melalui pengembangan
sistem kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan pembangunan lintas sektor
berwawasan kesehatan. Dalam upaya kesehatan lingkungan ini, petugas kesehatan
lingkungan Puskesmas Sibabangun sejauh ini masih melakukan kegiatan

Memonitoring dan mengawasi tempat-tempat umum seperti tempat penjualan dan


penyediaan makanan di warung-warung sekitar wilayah kerja Puskesmas
Sibabangun
12
Mengawasi sumber-sumber penyediaan air bersih di pemukiman/desa yang ada di
Puskesmas Sibabangun dan melakukan pengawasan terhadap tempat-tempat
pembuangan sampah masyarakat.

Melakukan pengawasan terhadap sanitasi dan saluran pembuangan air limbah di


sekitar Puskesmas Sibabangun.

Melaksanakan program tambahan yaitu program JUMSIH (Jumat Bersih) di


lingkungan Puskesmas Sibabangun

Melakukan pendataan dan pemantauan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)


ke setiap desa/ kelurahan yang ada di Kecamatan Sibabangun bersama dengan
tenaga penyuluh puskesmas Sibabangun.

Melakukan pendataan rumah tangga yang ber-PHBS ke setiap desa/ kelurahan yang
ada di Kecamatan Sibabangun bersama dengan tenaga penyuluh puskesmas
Sibabangun.

3) Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

Untuk meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi
masyarakat terutama pada ibu hamil, bayi dan anak balita. Dalam melaksanakan kegiatan
turut serta dalam kegiatan dengan menjalin kerja sama dengan kepala desa/ lurah, kader dan
masyarakat. Kegiatan pokok yang dilaksanakan oleh pemegang program Gizi di Puskesmas
Sibabangun dalam program ini antara lain :

Pengukuran dan pemantauan status gizi masyarakat (pelacakan/deteksi kasus gizi


buruk dan kurang, pengukuran KEP dan lila bumil, pengukuran IMT wanita usia
subur, GAKY, KVA dan kekurangan zat gizi mikro lainnya)

Perbaikan status gizi masyarakat apabila ditemukan kasus di lapangan (pengadaan


pemberian makanan tambahan, pengadaan vitamin A, Fe). Di Sibabangun
ditemukan 15 gizi kurang dan diberikan PMT Pemulihan Gizi kurang berupa susu
dan telur dan bidan desa melakukan kunjungan rumah balita gizi kurang dengan
tujuan untuk memantau perkemabangan berat badan balita gizi kurang yang disertai
dengan penyuluhan personal kepada orangtua balita.

Merujuk pasien yang menderita gizi buruk ke rumah sakit. Selama tahun 2016,
melalui anggaran BOK dilakukan pelacakan kasus gizi buruk di Sibabangun oleh
bidan desa dan ditemukan ada 4 kasus yaitu di desa Muara Sibuntuon sebanyak 1
orang, di Kelurahan Sibabangun sebanyak 1 orang dan di desa Mombang Boru
sebanyak 2 orang. Pelaporan telah dilakukan oleh Tenaga Pengolah Gizi ke Dinas
Kesehatan melalui Kasie Gizi. Dan Pihak Dinas Kesehatan juga secara langsung
berkunjung ke rumah balita gizi buruk tersebut.

13
Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi

Peningkatan SDM petugas gizi dengan melakukan konsultasi ke dinas kesehatan


Tapanuli Tengah.

Melakukan uji garan beryodium terhadap garam yang dikonsumsi masyarakat


kecamatan Sibabangun

Pemberian PMT Pemulihan kepada balita yang mengalami gizi kurang sebanyak 15
orang.

Melakukan monitoring pelaksanaan posyandu ke seluruh posyandu yang ada di


Kecamatan Sibabangun.

4) Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

Upaya kesehatan yang dilakukan dari pemegang program pencegahan dan


pemberantasan penyakit menular di Puskesmas Sibabangun ini, di antaranya sebagai
berikut :

Melaksanakan sistem kewaspadaan dini (SKD)/ pengamatan terhadap penyakit

Melaksanakan imunisasi setiap bulannya ke posyandu

Melakukan sweeping desa LIL rendah dengan tujuan meningkatkan jumlah


kunjungan posyandu khususnya pemberian vaksin

Pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue)

Pencegahan dan pemberantasan penyakit TBC (Tubercullosis)

Pencegahan dan penanggulangan penyakit pneumonia pada balita

Pencegahan dan penanggulangan penyakit diare pada balita

Eradikasi polio, eliminasi Tetanus Neonatorum dan Reduksi Campak

Pelaksanaan koordinasi melalui pelaporan, bimbingan dan konsultasi dengan Dinas


Kesehatan

 Malaria pada tahun 2016, di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun dapat nihil.
Tidak ada ditemukan kasus malaria pada ibu hamil.

 Demam Berdarah Dengue sepanjang tahun 2016 tidak ditemukan kasus

 ISPA dan Diare di Puskemas Sibabangun pada tahun 2016 adalah dilakukan
pengobatan di Puskesmas dan pengobatan penderita diare rawat jalan untuk
balita dan semua umur. Untuk diare pada tahun 2016 ditemukan 186 kasus
dengan penderita terbanyak orang dewasa dan dapat ditangani 100%.

14
 Pemeriksaan dan pengobatan balita pneumonia (Pneumonia, pneumonia berat
dan non pneumonia). Sedangkan kasus pneumonia tidak ada ditemukan.

 Pada tahun 2016, tidak ditemukan adanya kasus HIV AIDS di wilayah kerja
Puskesmas Sibabangun. Dan ditemukan 2 orang penderita kusta dari desa
Anggoli. Melalui penggunaan dana BOK, dilakukan kunjungan ke rumah
penderita kusta setiap bulan dengan tujuan memantau perkembangan kesehatan
penderita kusta. Setelah dilakukan pemantauan minum obat sudah mulai
mengalami perkembangan kesehatan.

 Untuk kasus TB Paru, dilakukan pemeriksaan dahak BTA pada waktu pagi dan
sewaktu penderita dipantau minum obatnya oleh seseorang yang dapat
dipercaya dan dapat memotivasi penderita untuk minum obat. Pada tahun 2016
di Puskesmas Sibabangun, jumlah penderita TB Paru BTA positif sebanyak 104
kasus dan yang mengalami kesembuhan sebanyak 7 orang sementara 3 orang
sedang dalam tahap pengobatan. Petugas kesehatan dari puskesmas Sibabangun
melakukan kunjungan rumah penderita untuk memberikan penyuluhan kepada
pasien dan keluarga serta memantau kepatuhan minum obat pasien.

5) Pelayanan KIA dan KB

- Pelayananan KIA

Menjalin kerja sama dengan para bidan-bidan desa yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Sibabangun dengan memberikan bimbingan dan pengarahan terkhusus
bila ditemukan kasus ibu dan anak serta melakukan konsultasi laporan

Pemeriksaan bayi sampai umur 1 tahun

Pemeriksaan ibu waktu hamil dan setelah melahirkan

Melakukan/ memberikan pertolongan persalinan di polindes/ BKIA serta di rumah


ibu yang akan bersalin

Pemberian suntikan imunisasi dasar dan ulangan

Penyuluhan gizi untuk meningkatkan status gizi ibu, bayi dan balita secara individu

Melakukan kunjungan/ sweeping ke rumah- rumah ibu hamil

Dengan penggunaan dana BOK, dilakukan kegiatan kelas ibu hamil, pemantauan
ibu hamil resiko tinggi yang dilakukan oleh petugas kesehatan dari Puskesmas.
Sementara kunjungan rumah ibu hamil (sweeping ke rumah ibu hamil), kunjungan
ibu nifas dan neonates dilakukan oleh bidan desa/ PTT.

- Pelayanan KB

15
Pelayanan KB dengan melakukan kunjungan/ sweeping ke rumah-rumah PUS
(Pasangan Usia Subur) yang ada di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun. Melalui
penggunaan dana BOK dilakukan kunjungan rumah PUS yang tidak ber-KB,
dengan mengarahkan PUS untuk menggunakan KB.

6) Pelayanan pengobatan dasar

Pelayanan pengobatan dasar di Puskesmas Sibabangun adalah segala bentuk


pelayanan pengobatan yang diberikan kepada seseorang untuk menghilangkan penyakit/
gejala-gejalanya yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan melakukan :

Melakukan diagnosa sedini mungkin terhadap pasien

Melaksanakan tindakan pengobatan

Melakukan rujukan bila dipandang perlu

Program ini bertujuan untuk menjamin ketersediaan, pemerataan, mutu,


keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun.

3.2 Upaya Kesehatan Pengembangan

Seperti diketahui bahwa, upaya kesehatan pengembangan merupakan salah satu


kegiatan Puskesmas disamping upaya kesehatan wajib. Kegiatan upaya kesehatan
pengembangan tersebut dilaksanakan bila upaya kesehatan wajib telah terlaksana secara
optimal (target cakupan dan mutu terpenuhi).

1) Program usaha kesehatan Sekolah

Kegiatan UKS yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut :

 Penjaringan anak sekolah yang dilakukan pada siswa/ i baru yang dimulai dari
tingkat SD, SMP dan SMA. Tindakan yang dilakukan adalah pengukuran tinggi
badan, penimbangan berat badan, memperhatikan bentuk rambut dan warna kulit
serta mencek tingkat pendengaran.

2) Program Kesehatan Usia Lanjut

Kegiatan program usia lanjut di Puskesmas Sibabangun antara lain penjaringan usia
lanjut untuk pendataan dengan kegiatan yang terdiri dari :

 Pemeriksaan kesehatan lansia dilaksanakan 1 x 1 bulan di posyandu lansia Anggoli


setiap Senin minggu II, posyandu lansia di Desa Mombang Boru setiap hari Rabu
minggu III dan hari Rabu pada Minggu IV di Kelurahan Sibabangun.

16
 Penyuluhan yang dilakukan kepada lansia

 Melakukan penimbangan oleh petugas kesehatan

 Bimbingan mental yang dilakukan setiap pertemuan/ kegiatan di desa seperti dalam
kegiatan perkumpulan keagamaan.

Peserta usia lanjut yang dibina dan berada di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun
sebanyak , yang terdiri dari 8 orang laki-laki dan 67 orang perempuan.

3) Program Kesehatan Jiwa dan Mata

Kegiatan Program kesehatan mata dilakukan pemeriksaan oleh dokter dengan


memberikan tindakan dan diberikan juga rujukan kepada pasien jika ditemukan kasus
katarak dan lain-lain sebagai tindak lanjut. Serta memberikan rujukan sebagai pengantar
ke rumah sakit bagi pasien yang ingin menggunakan kacamata.

Kegiatan jiwa dilakukan dengan pendataan pasien dengan gangguan kesehatan jiwa,
setelah itu memberikan tindakan pemeriksaan kepada pasien oleh dokter. Kemudian
pasien diarahkan kepada penanggung jawab program kesehatan jiwa untuk memperoleh
obat. Penanggung jawab program kesehatan jiwa melakukan kunjungan ke rumah
penderita untuk pemantauan perkembangan kesehatan jiwa pasien. Pemegang program
kesehatan jiwa dari puskesmas Sibabangun berharap agar diberikan pelatihan agar
memiliki pengetahuan dasar untuk mengenali ciri-ciri yang mengalami gangguan
kesehatan jiwa. Pasien jiwa yang dikunjungi sebanyak 8 orang.

4) Program Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM

Kegiatan Posbindu dilakukan setiap Jumat minggu terakhir yang bertempat di Kelurahan
Sibabangun dengan peserta berumur 40 tahun ke atas. Adapun kegiatan posbindu PTM
dengan memberikan pemeriksaan terdiri dari pengukuran tekanan darah, pengukuran
tinggi, penimbangan berat badan dan pengobatan. Penyuluhan kesehatan mengenai pola
makan, jenis makanan yang dikonsumsi dan yang dihindari serta jenis aktifitas juga
diberikan. Kader posbindu juga diarahkan untuk mengajak masyarakat Sibabangun yang
berusia ≥ 40 tahun mengikuti kegiatan posbindu setiap bulannya. Memberikan pelatihan
(refreshing) kepada kader posbindu PTM dengan tujuan agar kader memiliki
pengetahuan dasar mengenai penyebab penyakit tidak menular dan bagaimana proses
pelaksanaan posbindu (cara mengukur berat badan dan tinggi badan). Keterbatasan yang
dihadapi program ini yaitu tidak adanya alat untuk memantau kadar gula darah, asam
urat dan kolesterol.

17
BAB IV

PENCAPAIAN PEMBANGUNAN KESEHATAN

4.1 DERAJAT KESEHATAN

Dalam undang- undang Nomor 23 Tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera dari
badan (jasmani), jiwa (rohani) dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara sosial dan ekonomis. Derajat kesehatan merupakan pencerminan kesehatan
perorangan, kelompok maupun masyarakat.

4.1.1 Jumlah Kematian

18
4.1.1.1 Angka Kematian Bayi

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai
bayi belum berusia tepat 1 tahun. Angka kematian Bayi (AKB) adalah banyakanya
kematian bayi berusia di bawah 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada 1 tahun tertentu.

Angka Kematian menggambarkan keterkaitan antara kesejahteraan penduduk dan


status sosial ekonomi, cakupan/ jangkauan pelayanan kesehatan, ketersediaan dan
efektifitas pelayanan kesehatan tersebut.

Tabel 4.1 Angka Kematian Bayi (AKB) di Kecamatan Sibabangun Tahun 2016
No Desa Jumlah Bayi Jumlah Bayi Mati

1 Sibabangun 119 2

2 Anggoli 55 1

3 Muara Sibuntuon 39 2

4 Sibio-bio 27

5 Mombang Boru 21

6 Huta Gurgur 31

7 Simanosor 52

Jumlah 344 5

Dari tabel dapat diketahui, bahwa pada tahun 2016 jumlah angka kematian bayi
(AKB) di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun sebanyak 5 orang. Kematian pada bayi ini
disebabkan karena kejadian asfiksia dan tetanus dan lain-lain. Masih adanya ibu hamil
melahirkan di dukun yang belum terlatih yang dasarnya hanya bias berkusuk.

4.1.1.2 Angka Kematian Balita

Angka Kematian Balita (AKBA) adalah jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun
selama 1 tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun tersebut.
Angka Kematian Balita (AKBA) menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak
dan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti gizi,
sanitasi, penyakit infeksi dan kecelakaan.

Secara rinci dapat dilihat AKBA di Kecamatan Sibabangun dapat dilihat pada tabel
4.2 di bawah ini.

Tabel 4.2 Angka Kematian Balita di kecamatan Sibabangun Tahun 2016


No Desa Jumlah Balita Jumlah Balita Mati

1 Sibabangun 633

2 Anggoli 276

3 Muara Sibuntuon 164

4 Sibio-bio 292

19
5 Mombang Boru 110

6 Huta Gurgur 209

7 Simanosor 141

Jumlah 1825

Dari tabel tampak bahwa tidak ada balita yang meninggal di Kecamatan Sibabangun
tahun 2016.

4.1.1.3 Jumlah Kematian Ibu Melahirkan

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal dari suatu
penyebab kematian terkait dengan gangguan kehmilan atau penanganannya (tidak
termasuk kecelakaan atau kasusu insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa
nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100. 000
kelahiran hidup.

Angka kematian Ibu berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku


hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan
kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu melahirkan dan masa
nifas.

Tabel 4.3 Angka Kematian Ibu Melahirkan di Kecamatan Sibabangun Tahun


Januari-November 2016
No Desa Jumlah Ibu Hamil Jumlah Kematian Ibu

1 Sibabangun 131 2

2 Anggoli 57 2

3 Muara Sibuntuon 34 1

4 Sibio-bio 60 -

5 Mombang Boru 23 1

6 Huta Gurgur 43 -

7 Simanosor 29 -

Jumlah 377 6
20
Dari data kematian ibu melahirkan di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun tercatat
bahwa kematian ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun Tahun 2016 sebanyak 6
orang. Penyebabnya perdarahan, partus lama, eklampsia dan placenta rest. Pada saat
pemeriksaan ibu hamil dan kunjungan rumah ibu hamil diarahkan untuk ke rumah sakit
bagi ibu hamil yang resiko tinggi. Keluhan pasien dan keluarga adalah tidak adanya kartu
BPJS dan masalah ekonomi. Dan adanya keluarga yang masih percaya dengan dukun
beranak yang tidak terlatih.

Perlu diketahui untuk menekan angka kematian ibu diperlukan peran bidan desa
untuk meningkatkan dan menjalin kerja sama secara bertahap dengan dukun bersalin yang
terlatih (jika ada di desa tersebut) dalam menolong persalinan. Dengan penempatan bidan
di desa diharapkan masalah tersebut dapat diatasi, disamping penyuluhan untuk merubah
persepsi masyarakat yang selama ini lebih senang melahirkan di rumah dengan ditolong
dukun berubah menjadi senang melahirkan di Pondok bersalin Desa (Polindes) atau unit
pelayanan kesehatan lainnya. Atau bersalin di rumah dengan kerja sama antara bidan dan
dukun terlatih.

4.1.2 STATUS GIZI

4.1.2.1 Kurang Energi Protein Pada Balita

Kurang Energi Protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein
atau kedua-duanya tidak tercukupi oleh diet. Kedua bentuk defisiensi ini tidak berjalan
bersisian, meskipun salah satu dominan ketimbang yang lain. Sindrom kwasiorkor terjelma
manakala defisiensi lebih menampakkan dominasi protein, dan marasmus termanifestasi
jika terjadi kekurangan energi yang parah. Kombinasi kedua bentuk ini, marasmik-
kwarsiokor, juga tidak sedikit, meskipun sulit menentukan kekurangan apa yang lebih
dominan.

Ada 4 faktor yang melatarbelakangi KEP yaitu : masalah sosial, ekonomi, biologi
dan lingkungan. Kemiskinan salah satu determinan sosial ekonomi, merupakan akar
ketiadaan pangan, tempat mukim yang berjejalan, kumuh dan tidak sehat serta
ketidakmampuan mengakses fasilitas kesehatan. Ketidaktahuan baik yang berdiri sendiri
maupun yang berkaitan dengan kemiskinan, menimbulkan salah paham tentang cara
merawat bayi dan anak yang benar, juga salah mengerti mengenai penggunaan bahan
pangan tertentu dan cara memberi makan anggota keluarga yang sedang sakit.

Pada tahun 2016 ditemukan kasus kurang energi protein (KEP) pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Sibabangun sebanyak 15 orang.

21
4.1.2.2 Kurang Vitamin A

Kekurangan Vitamin A merupakan penyakit sistemik yang mempengaruhi dan


mengganggu sel dan jaringan di seluruh tubuh. Pengaruh terbesar dan paling khas terjadi di
mata. Vitamin A merupakan substansi yang larut dalam air, dan disimpan dalam tubuh
(pada prinsipnya di semua organ tubuh) terutama di hati dan dilepas ke dalam aliran darah
untuk kemudian oleh seluruh epitel tubuh termasuk mata dan sel-sel benih fotoreseptor
mata.

Kekurangan Vitamin A kerap terjadi di daerah yang serba berkekurangan (daerah


kantong) baik yang bersifat sosial, ekonomi maupun ekologis. Kasus defisiensi ini
cenderung terjadi secara berkelompok, bersifat musiman, mencapai puncaknya pada masa
kesulitan pangan, sesudah epidemi penyakit diare dan campak, dan setelah terjadi penyakit
infeksi.

Pemberiaan air susu ibu terbukti bersifat protektif. Kebutaan akibat defisiensi
vitamin A lazim terjadi pada anak berusia 1-3 tahun segera setelah anak disapih dan
diberikan makanan yang rendah vitamin A dan lemak. Anak yang usia prasekolah juga
sering terjangkit, namun tidak sampai membutakan , kecuali jika kasus ini diperberat
dengan malnutrisi.

Untuk mencegah agar tidak terjadi masalah Kurang Vitamin A di wilayah kerja
Puskesmas Sibabangun, dilakukan bulan Vitamin A setiap 2 kali setahun yaitu pada bulan
Februari dan Agustus. Dan apabila pada saat bulan vitamin A bayi/ balita tidak datang ke
posyandu, petugas puskesmas dan bidan desa memberikan vitamin A ke rumah bayi/ balita
secara langsung. Secara rinci cakupan vitamin A di kecamatan Sibabangun bulan Februari
dapat dilihat pada tabel 4. 4 di bawah ini :

Tabel 4.4 Cakupan Kapsul Vitamin A bulan Februari di wilayah Puskesmas


Sibabangun Tahun 2016
No DESA SASARAN Bulan Februari %

6-11 bln 1-5 thn Vit. A % Vit. A


BIRU Merah

1 Sibabangun 39 294 37 94,9 210 71,4

2 Anggoli 27 259 27 100 215 83

3 Muara Sibuntuon 36 175 36 100 159 90,9

4 Sibio-bio 14 93 14 100 70 75,3

5 Mombang Boru 15 110 15 100 85 77,3

6 Huta Gurgur 39 121 37 94,9 90 74,4

7 Simanosor 30 256 28 93,3 211 82,4

Jumlah 200 1308 194 97 1040 79,5

22
Dari tabel 4.4 di atas, dapat dilihat bahwa desa dengan cakupan Vitamin A biru
terendah yaitu desa Simanosor dengan cakupan 93,3%.

Untuk cakupan Vitamin A merah tertinggi yaitu di desa Muara Sibuntuon dengan
cakupan 90,9%. Dari tabel 4.4 tampak cakupan pembagian vitamin A pada saat
berlangsungnya posyandu dan bagi ibu bayi/ balita yang tidak dapat vitamin A, tenaga
penyuluh dan bidan desa melakukan kunjungan rumah untuk memberikan vitamin A.

No DESA SASARAN Bulan Februari %

6-11 bln 1-5 thn Vit. A % Vit. A


BIRU Merah

1 Sibabangun 39 294 37 94,9 235 80

2 Anggoli 27 259 27 100 234 90

3 Muara Sibuntuon 36 175 36 100 170 97

4 Sibio-bio 14 93 14 100 86 92

5 Mombang Boru 15 110 15 100 99 90

6 Huta Gurgur 39 121 37 94,9 115 95

7 Simanosor 30 256 28 93,3 230 90

Jumlah 200 1308 194 97 1040 89,4

Secara rinci Cakupan Vitamin A di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun bulan


Agustus tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4. 5 di bawah ini:

Tabel 4. 5 Cakupan Kapsul Vitamin A bulan Agustus di wilayah Puskesmas


Sibabangun Tahun 2016
No DESA SASARAN Bulan Agustus %

6-11 bln 1-5 thn Vit. A % Vit. A


BIRU Merah
1 Sibabangun 50 290 32 64 150 51,7

2 Anggoli 29 258 23 79,3 195 75,6

3 Muara Sibuntuon 30 159 23 76,7 110 69,2

4 Sibio-bio 16 89 13 81,3 70 78,6

5 Mombang Boru 20 109 12 60 70 64,2

6 Huta Gurgur 12 81 9 75 35 43,2

7 Simanosor 14 250 12 78,6 180 72

23
Jumlah 171 1236 137 72,5 810 65,5

Dari tabel 4. 5 di atas dapat dilihat bahwa desa dengan cakupan vitamin A biru
tertinggi pada bulan di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun yaitu di desa Sibio-bio dengan
cakupan sebesar 81,3%. Sementara cakupan vitamin A biru terendah pada bulan Agustus
yaitu di desa Mombang Boru dengan cakupan 60%.

Untuk cakupan vitamin A merah tertinggi yaitu Sibio-bio dengan cakupan 78,6%.
Sedangkan untuk desa yang cakupan vitamin A merahnya rendah terdapat di Desa
Hutagurgur dengan cakupan 43,2%.

No DESA SASARAN Bulan Agustus %

6-11 1-5 thn Vit. A % Vit. A


bln BIRU Merah
1 Sibabangun 50 290 32 64 196 67,6

2 Anggoli 29 258 23 79,3 216 83,7

3 Muara Sibuntuon 30 159 23 76,7 130 81,8

4 Sibio-bio 16 89 13 81,3 78 87,7

5 Mombang Boru 20 109 12 60 93 85,3

6 Huta Gurgur 12 81 9 75 72 88,9

7 Simanosor 14 250 12 78,6 211 84,4

Jumlah 171 1236 137 72,5 996 80,5

Melalui anggaran BOK dengan kegiatan pembagian vitamin A, bayi/ balita yang
tidak mendapat vitamin A di posyandu dikunjungi oleh bidan desa dan tenaga penyuluh
dengan memberikan vitamin A.

4.1.2.3 Gangguan Akibat Kurang Yodium

GAKY (Gangguan Akibat Kurang Yodium) merupakan salah satu masalah gizi di
Indonesia yang memerlukan penanganan intensif. Kekurangan Yodium tidak hanya
mengakibatkan gangguan kelainan-kelainan berupa gangguan fisik (pertumbuhan sangat
lambat, cebol, bisu dan tuli), gangguan mental dan gangguan neuro motor. Gangguan fisik,
mental dan neuro motor yang tidak disembuhkan (irreversible) banyak terjadi di daerah
endemik berat. Indikator keberhasilan penanggulangan GAKY adalah Angka Gondok Total
(Total Goiter Rate/ TGR) dan angka gondok nyata (Visible Goiter Rate/ VGR). Menurut
WHO, GAKY sudah bukan merupakan maslah kesehatan jika TGR sudah < 10%. Untuk
mencegah gangguan akibat kurang garam beryodium, puskesmas sibabangun melakukan uji
garam beryodium terhadap garam yang digunakan masyarakat. Setelah dilakukan uji
garam, diberikan pengetahuan kepada penjual untuk menjual garam yang beryodium.

4.1.2.4 Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

24
Persentase BBLR menunjukkan status kesehatan ibu hamil (umur dan paritas ibu
serta umur kehamilan), jarak kelahiran anak, tingkat ekonomi masyarakat dan tingkat
pelayanan KIA (antenatal care).

Pada tahun 2016 di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun, dari kelahiran


ditemukan tidak adanya bayi dengan BBLR. Kondisi ini harus dipertahankan setiap
tahunnya sehingga derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat tercapai dengan cara
meningkatkan mutu antenatal care di Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Polindes serta
lebih sering dilakukan penyuluhan yang efektif.

4.1.2.5 Analisa Balok SKDN

Keberhasilan Posyandu tergambar melalui cakupan SKDN

S= Semua Balita di wilayah Kerja Posyandu

K= Semua balita yang memiliki KMS (Kartu Menuju Sehat)

D= Balita yang ditimbang

N= Balita yang naik berat badannya

Keberhasilan posyandu berdasarkan

1. D/S : baik kurangya peran serta masyarakat

2. N/D : berhasil tidaknya program posyandu

Tabel 4.6 Analisa Balok SKDN di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun Tahun
2016

No Bulan S K D N D/S N/D

(%) (%)

1 Januari 1600 1594 1349 1047 84,3 77,6

2 Februari 1613 1594 1349 1047 83,6 77,6

3 Maret 1613 1594 1349 1047 83,6 77,6

4 April 1613 1594 1349 1047 83,6 77,6

5 Mei 1613 1594 1349 1047 83,6 77,6

6 Juni 1613 1594 1349 1047 83,6 77,6

7 Juli 1613 1593 1350 1039 83,7 77,6

8 Agustus 1612 1593 1361 1039 84,4 76,34

9 September 1612 1593 1361 1039 84,4 76,34

25
10 Oktober 1612 1593 1062 1048 65,9 98,7

11 November 1612 1593 1065 1050 66,0 98,6

12 Desember

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa cakupan peran serta masyarakat dalam
kegiatan menimbang balitanya di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun Januari-
November 2016 masih dalam taraf 83,6% - 84,4% dan cakupan berhasil tidaknya
program penimbangan bayi/balita dalam kegiatan posyandu pada tahun 2016 terjadi
pada bulan Agustus dan September 84,4%.
4.1.2.6 Angka Gizi Buruk

Penyebab gizi buruk sangatlah kompleks mulai faktor ekonomi, sosial, budaya dan
kesehatan sehingga untuk penanggulangannya diperlukan kerja sama lintas program dan
lintas sektoral dari semua pihak yang terkait dengan mengikutsertakan peran serta aktif
masyarakat. Secara rinci hasil pelacakan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas
Sibabangun tahun 2016 dapat di lihat pada tabel 4. 6 di bawah ini :

Tabel 4. 6 Hasil pelacakan Status gizi Balita di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun
Tahun 2016
No Desa Jumlah Jumlah %
Balita Gizi Buruk
1 Sibabangun 368 1 0,27
2 Anggoli 293 0
3 Muara Sibuntuon 225 1 0,44
4 Sibio-bio 108 0
5 Mombang Boru 126 2 1,5
6 Huta Gurgur 174 0
7 Simanosor 306 0

Jumlah 1600 4 0,18

Berdasarkan tabel tampak bahwa ditemukannya kasus gizi buruk di wilayah kerja
Puskesmas Sibabangun dan dalam penanganan Dinas Kesehatan dan dipantau oleh bidan
desa.

4.1.3 POLA PENYAKIT


26
Gambaran pola penyakit terbesar di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun tahun
2010, yang diperoleh dari data sistim pencatatan dan pelaporan bulanan penyakit yang
berasal dari rawat jalan puskesmas untuk semua golongan umur, dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :

Tabel 4.7 Sepuluh penyakit Terbesar di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun Tahun
2016
No Nama Penyakit Kode Kunjungan %

1 Penyakit pada Sistem otot 21 1093 16,2


dan jaringan pengikat
(Reumatik)

2 Penyakit Lain pada saluran 1303 675


pernafasan bagian atas

3 Hipertensi 12 593 11,7

4 Penyakit Lainnya 22 553 7,8

5 Infeksi Akut Lain pada sal 1302 542


pernafasan bagian atas

6 Penyakit Kulit karena Alergi 2002 495 9,5

7 Penyakit Lain dari saluran 1404 454


pernafasan bawah

8 Penyakit Kulit karena Jamur 2003 429 8,8

9 Penyakit Kulit Infeksi 2001 297 4,8

10 Penyakit Mata Lainnya 1005 222 4,4

Jumlah - 5373 100

Dari tabel 4. 8 dapat diketahui bahwa dari 10 penyakit terbesar yang ada di
Puskesmas Sibabangun sampai November 2016 adalah Penyakit pada Sistem otot dan
jaringan pengikat (Reumatik). Hal ini disebabkan faktor usia serta kondisi pekerjaan
masyarakat yang sering mengeluhkan pegal.

4.1.4 KESEHATAN IBU DAN ANAK

4.1.4.1 Pelayanan Antenatal (K1 s/d K4)

Antenatal Care adalah cara penting untuk memonitoring dan mendukung kesehatan
ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal, ibu hamil sebaiknya
dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak dirinya merasa hamil
untuk mendapatkan pelayanan dan asuhan antenatal care.

Pelayanan antenatal care adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu
selama kehamilannya sesuai dengan standart pelayanan antenatal care (ANC),
selengkapnya mencakup banyak hal yang meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik baik
umum dan kebidanan, pemeriksaan laboratorium atas indikasi serta intervensi dasar dan

27
khusus sesuai dengan resiko yang ada. Namun dalam penerapan operasionalnya dikenal
standart minimal “7T”, untuk pelayanan antenatal care yang terdiri atas :

1. Timbang berat badan

2. Ukur tekanan darah

3. Ukur tinggi fundus uteri

4. Pemberian imunisasi TT lengkap

5. Pemberian tablet besi

6. Tes terhadap PMS (Penyakit Menular Seksual)

7. Temu wicara dalam rangka persiapan Rujukan

Kunjungan Ibu Hamil

 Kunjungan baru ibu hamil (K1) adalah Kunjungan ibu hamil yang pertama sekali
pada kehamilan

 Kunjungan ulang adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang kedua dan
seterusnya, untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standart selama
satu periode kehamilan berlangsung.

 K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat atau lebih untuk
mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standart yang ditetapkan dengan
syarat :

1. 1 x trisemester pertama (sebelum 14 minggu)

2. 1 x trisemester kedua (antara minggu 14 – 28)

3. 2 x trisemester ketiga (antara minggu ke 28 – 36 dan setelah minggu ke-36)

4. Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan-keluhan tertentu

Secara rinci dapat dilihat cakupan kegiatan K1 dan K4 di wilayah kerja Puskesmas
Sibabangun pada tabel 4. 8 di bawah ini :

Tabel 4.8 Cakupan Kegiatan K1 dan K4 di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun


Januari-November 2015
28
No Desa Ibu Hamil

K1 % K4 %

1 Sibabangun 99 75,5 81 61,8

2 Anggoli 48 80 43 71,7

3 Muara Sibuntuon 32 74,4 23 53,5

4 Sibio-bio 15 53,6 12 42,8

5 Mombang Boru 24 109 27 122,7

6 Huta Gurgur 21 61,8 20 62,5

7 Simanosor 27 47,4 29 50,9

Jumlah 266 70,55 235 62,33

Dari tabel 4. 8 di atas tampak bahwa di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun dari
Januari sampai November 2016, cakupan K1 adalah sebesar 70,55 % dan K4 sebesar
62,33%. Rendahnya cakupan ini disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat/ ibu
hamil akan pentingnya untuk memeriksakan kehamilan selama dalam masa kehamilan,
kesibukan/ aktivitas ibu rumah tangga, meskipun kunjungan bidan ke rumah ibu hamil telah
dilakukan tetap saja ada ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan ke
fasilitas kesehatan. Selain itu, kurangnya koordinasi diantara sesama petugas kesehatan
dalam melaporkan kunjungan ibu hamil.

Oleh karena itu, untuk meningkatkan cakupan kunjungan ibu hamil di kemudian
hari diperlukan upaya dari tenaga kesehatan untuk melakukan penyuluhan mengenai
kesehatan ibu hamil bagi suami atau keluarga ibu hamil agar memeriksakan kehamilannya
selama masa kehamilan. Karena suami dan keluarga yang pertama sekali dapat
mempengaruhi/ mengubah persepsi ibu hamil. Dan diharapkan kerja sama diantara tenaga
kesehatan dalam menangani masalah ibu hamil.

4.1.4.2 ASI Eksklusif

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain
pada bayi berumur 0- 6 bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI Eksklusif
ini. Untuk memelihara kesehatan bayi yang baru lahir dianjurkan untuk pemberiaan ASI
Eksklusif terhadap bayi dan pemberian ASI dilanjutkan sampai umur bayi 2 tahun. Secara
rinci, pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun pada tahun 2016
terlihat pada table 4. 9 di bawah ini.

Tabel 4.9 Cakupan Pemberian ASI Eksklusif per desa di wilayah kerja Puskesmas
Sibabangun Januari- November 2016
No DESA Jumlah Bayi ASI Eksklusif

Jumlah %

29
1 Sibabangun 119 81 68,1

2 Anggoli 55 26 47,27

3 Muara Sibuntuon 39 25 64,10

4 Sibio-bio 27 9 33,33

5 Mombang Boru 21 15 71,42

6 Huta Gurgur 31 17 54,83

7 Simanosor 52 26 50

Berdasarkan tabel 4.9 tampak bahwa cakupan ASI eksklusif per desa di wilayah
kerja Puskesmas Sibabangun dari Januari- November 2016 rendah disebabkan faktor adat
istiadat, persepsi ibu yang menganggap bahwa pemberian ASI tidak mengenyangkan anak
dan penyuluhan mengenai pentingnya ASI bagi bayi oleh tenaga kesehatan telah diberikan
tetapi disebabkan jumlah lingkungan di desa tersebut banyak dan jumlah ibu yang memiliki
bayi tersebar di beberapa lingkungan sehingga sangat sulit untuk menyatukan jadwalnya .

4.1.5 Imunisasi

Imunisasi merupakan pemberian tubuh terhadap suatu penyakit dengan


memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang
mewabah atau berbahaya bagi seseorang.

Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau


resistensi pada penyakit itu saja sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan
imunisasi lainnya. Imunisasi biasanya lebih focus diberikan kepada anak-anak karena
system kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa sehingga rentan
terhadap serangan penyakit berbahaya. Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari
imunisasi adalah untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat
membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya.

Tabel 4.10 Cakupan Imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun Januari –


November 2016
N DESA Sas IMUNISASI
o aran
BCG DPT-HB DPT-HB DPT-HB Polio 4 Campak
I II III

Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %

1 Sibabangun 164 129 78,7 115 70, 112 88, 104 83, 109 66, 122 74,4
1 3 4 5

2 Anggoli 67 87 90 95 100 89 102 80 102 83 102 85 95

3 Muara 41 68 90 80 105 79 101 71 95 77 102 85 107


Sibuntuon

4 Sibio-bio 47 70 95 84 105 85 106 78 102 78 102 69 95


30
5 Mombang 47 77 105 84 106 85 108 78 106 78 103 88 105
Boru

6 Huta 25 68 80 77 82 79 85 79 85 74 97 76 95
Gurgur

7 Simanosor 64 90 100 93 104 93 104 82 100 83 100 83 100

Dari tabel 4. 10 dapat diketahui bahwa cakupan imunisasi di wilayah kerja


Puskesmas Sibabangun Januari-November 2016 masih ada beberapa desa yang cakupannya
rendah. Hal ini disebabkan karena masih adanya sebagian ibu yang tidak membawa
imunisasi anaknya ke posyandu dan puskesmas, adanya sebagian bayi/ balita yang tidak
mengikuti imunisasi lengkap disebabkan kesibukan ibu tersebut. Selain itu, kurangnya
informasi jadwal posyandu dari kader dan tenaga kesehatan. Oleh karena itu, untuk
meningkatkan cakupan imunisasi tersebut perlunya penyuluhan atau informasi dari kader
dan tenaga kesehatan pada ibu yang memiliki bayi/ balita.

4.2 PELAYANAN PUSKESMAS

4.2.1 Kunjungan Pasien Umum

Tabel 4. 11 Jumlah Kunjungan Pasien Umum di Puskesmas Sibabangun Januari-


November 2016

No Bulan Jumlah Kunjungan Pasien Umum

1 Januari 20

2 Februari 25

3 Maret 27

4 April 22

5 Mei 14

6 Juni 25

7 Juli 22

8 Agustus 23

9 September 11

10 Oktober 29

11 November 26

12 Desember

Jumlah 344
31
Diagram 1. Jumlah Kunjungan Pasien Umum di Puskesmas Sibabangun Tahun 2016

Dari tabel 4.11 dan diagram batang 1 dapat diketahui bahwa jumlah kunjungan
pasien umum di wilayah kerja puskesmas Sibabangun Januari-November 2016 terbanyak
yaitu pada bulan Januari. Karena pada bulan ini, terjadi kejadian keracunan makanan pada
mie.

4.2.2 Jumlah Kunjungan Pasien Askes/ BPJS/ Jamkesmas

Tabel 4. 12 Jumlah Kunjungan Pasien Askes/ BPJS/ Jamkesmas/ SKTM di


Puskesmas Sibabangun Januari-November 2016
No Bulan Jumlah Kunjungan Askes

1 Januari 250

2 Februari 176

3 Maret 225

4 April 250

5 Mei 265

6 Juni 289

7 Juli 229

8 Agustus 251

9 September 309

10 Oktober 375

11 November 356

12 Desember

32
Jumlah

Diagram 2. Jumlah Kunjungan Pasien Askes/ BPJS/ Jamkesmas di Puskesmas Sibabangun


Januari-November 2016

Berdasarkan tabel dan diagram dapat diketahui bahwa jumlah kunjungan pasien
Askes terbanyak pada Januari-November 2016 yaitu pada bulan Februari sebanyak 375
orang. Dan jumlah pengunjung paling rendah terjadi pada Januari-November 2016 yaitu
Februari sebanyak 176 orang.

4.2.3 Jumlah Kunjungan Pasien Tidak Bayar

Tabel 4.13 Jumlah kunjungan Pasien tidak bayar di Puskesmas Sibabangun


Januari-November 2016

No Bulan Jumlah Kunjungan Pasien Tidak Bayar

1 Januari 2

2 Februari 2

3 Maret 2

4 April 3

5 Mei 4

6 Juni 2

7 Juli 3

8 Agustus 3

9 September 3

10 Oktober 2

11 November 3

12 Desember 3

33
Jumlah 32

Diagram 3. Jumlah Kunjungan Pasien Tidak Bayar di Puskesmas Sibabangun


Januari-November 2016

Dari tabel 4. 13 dan diagram 3 tampak bahwa terdapat kunjungan pasien yang tidak
bayar setiap bulan. Pasien yang termasuk dalam hal ini yang dihadapi Puskesmas yaitu
pasien dan pendatang yang tidak memiliki uang untuk berobat dan ada juga yang menderita
gangguan jiwa.

34
BAB V

ANALISA SWOT PUSKESMAS

5.1 STRENGTH (Kekuatan)

1. Kerja sama antar sektor sangat baik (camat, kepala desa, tokoh masyarakat, tenaga
kesehatan)

2. Pelaksana dan petugas kesehatan siap melayani masyarakat kapan pun diperlukan

3. Tersedianya sarana dan prasarana kesehatan menunjang terlaksananya pelayanan


kesehatan yang maksimal

4. Dukungan dana APBD dalam penyediaan obat dan vaksin lancar.

4.2 WEAKNESS (Kelemahan)

1. Sasaran posyandu dan masyarakat yang tersebar dalam beberapa desa dengan akses
jalan yang sulit

2. Faktor pendidikan dasar yang rendah sehingga tidak jarang warga masyarakat yang
tidak mengerti pentingnya imunisasi dan kesehatan

3. Faktor keyakinan dan adat istiadat kuno yang masih dipegang teguh masyarakat
sehingga dapat menghambat program penyuluhan . Misalnya : Banyak anak banyak

35
rejeki.; Jika anaknya di imunisasi malah jadi sakit (panas) sehingga ibu bayi enggan
ke posyandu untuk mengimunisasi anaknya.

4. Keadaan sosial ekonomi masyarakat dengan pendapatan rendah membuat program


promosi hidup sehat terhambat. Dimana masyarakat lebih mengutamakan mencari
nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

5. Kurangnya dokter umum dan tidak adanya dokter gigi di Puskesmas

6. Susahnya mempertemukan/ menyatukan jadwal di beberapa lingkungan saat


memberikan penyuluhan ke beberapa desa

7. Adanya beberapa warga desa/ kelurahan yang meminta upah (uang amplop) saat
diberikan penyuluhan

4.3 OPPORTUNITIES (Peluang)

1. Banyak warga dan tokoh masyarakat yang bersedia meluangkan waktu dan
tenaganya untuk membantu kepentingan masyarakat

2. Perkembangan informasi mengenai kesehatan secara tidak langsung akan membantu


tertangkapnya program promosi kesehatan melalui televisi, radio dan Koran.

4.4 THREAT (Ancaman)

1. Arus globalisasi juga berdampak buruk bagi masyarakat pedesaan. Dengan semakin
bertambahnya pendapatan masyarakat utamanya yang mencari nafkah di luar kota
bahkan negeri. Tidak bersedia lapor bila sedang menderita penyakit tertentu.
Sehingga bayi dan anak-anak terkadang datanya tak terlacak.

2. Penghasilan rendah membuat ibu turut mencari nafkah, akibatnya banyak anak/
balita yang tidak teratur mengikuti posyandu

3. Apabila hujan turun terus menerus menghambat jalannya kegiatan Puskesmas


keliling ke desa.

36
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

1. Laporan tahunan Puskesmas Sibabangun kecamatan Sibabangun merupakan kondisi


atau gambaran keadaan kesehatan kecamatan Sibabangun dan kecamatan Lumut
selama 1 tahun

2. Pola penyakit yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun berdasarkan


kunjungan Pasien ke Puskesmas dari Januari-November 2015 adalah penyakit lain
pada saluran pernafasan bagian atas. Hal ini berkaitan dengan kondisi lingkungan
dan penyediaan air bersih serta rendahnya pengatahuan dan perilaku masyarakat
tentang hidup sehat dan ditambah lagi dengan kondisi kabut asap yang baru saja
melanda Sumatra.

3. Sistem pencatatan dan pelaporan dan kegiatan di Puskesmas Sibabangun masih


rendah

37
4. Masih kurangnya tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun
khususnya dokter umum, dokter gigi dan program kesehatan lingkungan

5. Ada beberapa program yang target pencapaiannya belum maksimal, hal ini
disebabkan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pencapaian
tersebut.

6.2 Saran

1. Diharapkan kepada berbagai pihak yang ikut terlibat dan bertanggungjawab


terhadap mutu pelayanan Puskesmas agar tidak hanya melimpahkan semua
wewenang dan kesalahan yang ada kepada Puskesmas setempat.

2. Diharapkan kepada Dinas Kesehatan untuk tetap mengawasi jalannya program yang
telah dibuat sedemikian rupa, demi kemandirian Puskesmas dalam melaksanakan
layanan yang maksimal kepada masyarakat luas.

3. Untuk mencapai pelayanan kesehatan yang menyeluruh, terpadu, merata dan dapat
diterima serta terjangkau oleh masyarakat perlu adanya penambahan tenaga
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun

4. Bangunan kesehatan (Pustu/ BKIA) yang rusak agar segera diperbaiki dan bagi desa
yang belum memiliki bangunan kesehatan dapat segera dibangun agar tercipta
pelayanan kesehatan yang maksimal.

Tabel 1

LUAS KECAMATAN SIBABANGUN MENURUT DESA/ KELURAHAN TAHUN


2015

No Desa/ Kelurahan Luas (Km2) Rasio Terhadap Total Luas


Kecamatan (%)

1 Mombang Boru 43,29 15,21

2 Anggoli 6,02 2,11

3 Sibabangun 31,24 10,97

4 Simanosor 18,18 6,39

5 Muara Sibuntuon 36,05 12,67

6 Sibio-bio 114,15 40,10

7 Hutagurgur 35,71 12,55

Jumlah 284,64 100

38
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sibio-bio adalah daerah yang memiliki
rasio yang lebih luas dengan luas wilayah sebesar 114,15 Km2 dengan rasio terhadap total
Luas Kecamatan 40,10%.

Tabel 2

BANYAKNYA PENDUDUK, RUMAH TANGGA KECAMATAN SIBABANGUN


DIRINCI MENURUT DESA/ KELURAHAN TAHUN 2015
No Desa/ Kelurahan Penduduk Jumlah Rumah Rata-rata Per
Tangga Rumah Tangga

1 Mombang Boru 1.048 262 4

2 Anggoli 2.773 697 4

3 Sibabangun 6.016 1.504 4

4 Simanosor 2.615 523 5

5 Muara Sibuntuon 1.980 396 5

6 Sibio-bio 1.340 268 5

7 Hutagurgur 1.551 310 5

Jumlah 16.632 16.743 3641

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa Jumlah KK terbanyak terdapat di Kelurahan
Sibabangun sebanyak 1.504 KK dan jumlah KK terendah terdapat di daerah Mombang
Boru sebanyak 262 KK.

Tabel 3

JUMLAH KELAHIRAN DAN KEMATIAN BAYI DAN BALITA DI KECAMATAN


SIBABANGUN JANUARI-NOVEMBER 2015
Desa Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
No
Kelahiran Lahir Mati Bayi Mati Balita Balita Mati

2 3 4 5 6 7

1 Mombang Boru 23 - 1 110 -

2 Anggoli 28 2 - 276 -

3 Sibabangun 71 1 3 633 -

4 Simanosor 44 - - 141 -

5 Muara Sibuntuon 33 - - 164 -

6 Sibio-bio 13 - 1 292 -

7 Hutagurgur 19 - - 209 -

Jumlah 417 5 1825 -

Dari tabel tampak bahwa jumlah kelahiran bayi di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun
Januari-November 2015 terbanyak sebanyak 91 orang di Kelurahan Sibabangun. Jumlah bayi lahir
mati sebanyak 3 orang di desa Anggoli dan Kelurahan Sibabangun, hal ini disebabkan ibu hamil

39
tersebut mengalami anemia, pemenuhan gizi yang tidak seimbang selain itu kunjungan ibu hamil
yang tidak rutin selama kehamilan.

Dan jumlah balita di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun Januari-November 2015


sebanyak 1825 orang.

Tabel 4
JUMLAH KEMATIAN IBU MATERNAL
KECAMATAN SIBABANGUN JANUARI-NOVEMBER 2015
No Desa Jumlah Ibu Jumlah Kematian Maternal
Hamil Kematian Ibu Kematian Ibu Kematian Ibu
Hamil bersalin Nifas

1 2 3 4 5 6

1 Mombang Boru 23 1 - -

2 Anggoli 60 1 - -

3 Sibabangun 131 - - -

4 Simanosor 57 - - -

5 Muara Sibuntuon 43 - - -

6 Sibio-bio 29 - - -

7 Hutagurgur 34 - - -

Jumlah 377 2 - -

Dari tabel dapat diketahui bahwa jumlah ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun
sebanyak 377 orang, dimana jumlah kematian ibu bersalin sebanyak 2 orang yang disebabkan oleh
ibu tersebut mengalami anemia, dan placenta previa pada saat sectio Caesar.

Tabel 5
PERSENTASE PERTOLONGAN OLEH TENAGA KESEHATAN

40
DI KECAMATAN SIBABANGUN JANUARI-NOVEMBER 2015
No Desa Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan

Jumlah Persentase

1 2 3 4

1 Mombang Boru 23 104

2 Anggoli 28 48,27

3 Sibabangun 71 56,8

4 Simanosor 44 81,48

5 Muara Sibuntuon 33 80,48

6 Sibio-bio 13 46,42

7 Hutagurgur 19 59,37

Jumlah 231 64,16

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa persentase pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan di kecamatan Sibabangun Januari-November 2015 sebesar 64,16% dimana persentase
pertolongan persalinan yang paling tinggi cakupannya ada di desa Simanosor sebesar 81,48% dan
paling rendah terdapat di Desa Sibio-bio sebesar 46,42%.

Tabel 6
JUMLAH IBU HAMIL YANG MENDAPATKAN PELAYANAN Fe1, Fe3
DI KECAMATAN SIBABANGUN
JANUARI-NOVEMBER 2015

No Desa Jumlah Fe1 Fe3


Ibu hamil
Jumlah % Jumlah %

1 2 3 4 5 6 7

1 Mombang Boru 23 13 56,52 8 34,78

2 Anggoli 60 11 18,33 9 15

3 Sibabangun 131 17 12,97 17 12,97

4 Simanosor 57 22 38,59 19 33,33

5 Muara Sibuntuon 43 22 51,16 17 39,53

6 Sibio-bio 29 8 27,58 7 24,13

7 Hutagurgur 34 9 26,47 6 17,64

Jumlah 377 102 27,85 83 22,01

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa cakupan pelayanan Fe1 dan Fe3 di
wilayah kerja Puskesmas Sibabangun masih rendah, disebabkan ibu hamil tidak atau
bahkan jarang memeriksakan kehamilannya secara rutin.

41
Tabel 7
PERSENTASE BALITA YANG NAIK BERAT BADANNYA DAN BALITA BAWAH
GARIS MERAH (BGM) DI KECAMATAN SIBABANGUN JANUARI-NOVEMBER
2015
No Desa Jumlah Balita Jumlah Jumlah BGM % %
Bayi Ditimbang BB BB
Naik Naik BGM

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Mombang Boru 27 99 122 90 - 73,8

2 Anggoli 37 256 286 260 1 98,9 0,3

3 Sibabangun 74 294 309 212 - 68,6

4 Simanosor 47 259 255 190 - 74,5

5 Muara Sibuntuon 48 177 181 149 2 82,3 0,8

6 Sibio-bio 23 85 100 79 - 79

7 Hutagurgur 24 150 95 65 - 82,3

Jumlah 280 1320 1348 1045 3 77,5 0,18

42
TABEL 8
JUMLAH POSYANDU DI KECAMATAN SIBABANGUN
TAHUN 2015
No Desa Jumlah Posyandu

Pratama Madya Purnama Mandiri

1 2 3 4 5 6

1 Mombang Boru - 1 - -

2 Anggoli - 3 - -

3 Sibabangun - 8 - -

4 Simanosor - 2 - -

5 Muara Sibuntuon - 1 - -

6 Sibio-bio - 1 - -

7 Hutagurgur - 1 - -

Jumlah 17 -

TABEL 9

BANYAKNYA PASANGAN USIA SUBUR (PUS)


DI KECAMATAN SIBABANGUN
JANUARI-NOVEMBER 2015
No Desa/ Kelurahan Menggunakan Alat Tidak Menggunakan Jumlah
kontrasepsi Alat Kontrasepsi

1 2 3 4 5

1 Mombang Boru 135 115 250

2 Anggoli 315 162 477

3 Sibabangun 481 506 987

4 Simanosor 379 81 460

5 Muara Sibuntuon 320 48 368

6 Sibio-bio 198 37 235


43
7 Hutagurgur 174 81 255

Jumlah 2002 1030 3032

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa jumlah Pasangan Usia Subur di wilayah
kerja Puskesmas Sibabangun Januari-November 2015, yang menggunakan Alat Kontrasepsi
adalah sebanyak 2.002 orang dan yang tidak menggunakan alat kontrasepsi sebanyak 1.030
orang.

TABEL 10
BANYAKNYA PUS MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI MENURUT JENIS
ALAT KONTRASEPSI DI KECAMATAN SIBABANGUN JANUARI-NOVEMBER
2015
No Desa/ IUD MOP MOW Impla Suntik PIL Kondom Jumlah
Kelurahan nt

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Mombang 1 7 10 15 67 35 0 135
Boru

2 Anggoli 1 2 5 25 235 47 0 315

3 Sibabangun 3 6 15 35 290 130 2 481

4 Simanosor 2 5 12 47 275 38 0 379

5 Muara 1 3 8 35 195 75 3 320


Sibuntuon

6 Sibio-bio 0 4 10 27 112 45 0 198

7 Hutagurgur 0 0 4 23 102 45 0 174

Jumlah 8 27 64 207 1276 415 5 2413

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa dari keseluruhan jumlah PUS yang
menggunakan alat kontrasepsi sebanyak 2.413 orang, terdapat pengguna alat kontrasepsi
suntik yang mendominasi sebanyak 1.276. Hal ini disebabkan alasan pengguna alat
kontrasepsi lebih serasi menggunakan suntik dibanding alat kontrasepsi lain. Dan
masyarakat desa yang paling banyak menggunakan alat kontrasepsi adalah kelurahan
Sibabangun.

44
TABEL 11

JUMLAH PENDUDUK YANG MEMANFAATKAN SARANA KESEHATAN DI


WILAYAH KECAMATAN SIBABANGUN JANUARI-NOVEMBER 2015
No Bulan Kunjungan

Rawat Jalan Rawat inap Rujukan

1 2 3 4 5

1 Januari 327 - 50

2 Februari 392 - 45

3 Maret 424 - 43

4 April 303 - 57

5 Mei 174 - 52

6 Juni 192 - 38

7 Juli 225 - 29

8 Agustus 394 - 58

9 September 475 - 50

10 Oktober 206 - 48

11 November 223 - 58

12 Desember

Jumlah 3335 - 528

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa jumlah penduduk yang memanfaatkan


sarana kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Sibabangun Januari-November 2016, yaitu
pengunjung puskesmas dengan rujukan rawat jalan sebanyak 3.335 orang, tidak ada
pengunjung puskesmas dengan rawat inap dan pengunjung puskesmas dengan rujukan
sebanyak 528 orang.

45

Anda mungkin juga menyukai