Anda di halaman 1dari 26

BAB III

STRATIGRAFI

3.1. Stratigrafi Regional Buntok

Tatanan stratigrafi regional daerah Buntok menurut S.Supriatna dan dkk (1994),

(Tabel 3.1) dari tua ke muda yaitu sebagai berikut :

3.1.1. Formasi Pitap (Ksp) tersusun oleh Batuan sedimen dan vulkanik yang

tersusun berlapis. Batuan sedimen terdiri atas batulanau kelabu tua,

batugamping kristalin kelabu tua, batupasir halus kelabu, serpih merah dan

serpih napalan. Tebal lapisan antara 20 – 300 cm, sebagian terlipat. Batuan

vulkanik terdiri atas andesit, basal dan ampibolit. Andesit dan basal berupa

lelehan, berwarna kelabu hijau, terubah menjadi mineral lempung, kalsit

ataupun klorit, berpiroksin dan porfiritik. Basal bertekstur pilotaksit dan

amygdaloidal. Ampibolit pecah – pecah berupa lensa di dalam basal, tebal

mencapai 40 cm. Unit ini menempati daerah morfologi perbukitan tinggi.

Ketebalan mencapai 100 meter.

3.1.2. Batuan vulkani kasale (Kvh ); berupa retas, sumbat, stocks yang umumnya

terdiri atas basal piroksin kelabu hijau, porfiritik sampai pilotaksit. Sebagian

besar terubah membentuk mineral lempung, klorit dan kasit. Unit ini mencapai

tebal 50 meter dan menempati daerah morfologi perbukitan tinggi serta

dikorelasikan dengan Formasi Haruyan yang berumur Kapur Atas.

3.1.3. Granit kapur (Kgr ); granit biotit berwarna kelabu muda, sebagian

terkekarkan. Singkapannya berasosiasi dengan Formasi Pitap dan Haruyan dan

tersebar di daerah morfologi berbukitan tinggi. Variasi batuan ini antara lain

granodiorite biotit, adamalit biotit, granit gneiss, sebagian bertekstur grafik dan

22
mirmekit. Batuan ini menerobos Formasi Pitap dan umurnya diduga Kapur

Akhir.

3.1.4. Formasi Tanjung (Tet ); perselingan antara batupasir, serpih, batulanau dan

konglomerat, sebagian bersifat gampingan. Konglomerat disusun oleh fragmen

kuarsa, feldspar, granit, sekis, gabbro dan basal. Di dalam batupasir kuarsa

dijumpai glaukonit. Bagian atas formasi disusun oleh perselingan batupasir

kuarsa bermika, batulanau, batugamping dan batubara. Batulanau mengandung

fosil foram plankton yaitu; Globigerina tripartita, Globigerina spp. Dan

Globorotalia spp., yang menunjukkan umur Eosen – Oligosen. Sedangkan

batugamping mengandung fosil foram besar diantaranya Operculina sp.,

Discocyclina sp., dan Biplanispira yang berumur Eosen Akhir. Formasi ini

tidak selaras diatas batuan mesozoikum, terlipat hampir utara – selatan dengan

kemiringan lapisan umumnya 200 serta mempunyai ketebalan sekitar 1300

meter dan tersebar di daerah perbukitan.

3.1.5. Formasi Berai (Tomb); terdiri atas batugamping berlapis dengan

batulempung, napal dan batubara, sebagian tersilikakan dan mengandung

limonit. Batugamping berfosil foram besar diantaranya Spiroclypeous sp.

Lepidocyclina sp. Borelis sp. Heterosteginasp. dan Amphistegina sp. yang

menunjukkan umur Oligosen Tengah – Oligosen Akhir. Disamping itu juga

berfosil foram bentos. Formasi ini diendapkan di laut dangkal dengan tebal

mencapai 1250 meter serta membentuk morfologi perbukitan karst.

3.1.6. Formasi Montalat (Tomm); terdiri atas batupasir kuarsa putih berstruktur

silang silur, sebagian gampingan, bersisipan batulanau / serpih atau batubara.

Mengandung fosil Globigerina venezuelana HEDBERG, Globigerina

tripartite KOCH, Globigerina selli (BORSETTI), Globigerina praebulloides

23
BLOW, Globigerina angustiumbilicata BOLLI, Globorotalianana BOLLI

dan Casigerinella chipolensis (CUSHMAN & POTTON), yang berumur

Oligosen. Diendapkan dilaut dangkal terbuka dengan ketebalan mencapai 1400

meter. Formasi ini menjemari dengan Formasi Berai dan selaras di atas

Formasi Tanjung, jenis perlipatan mirip dengan Formasi Tanjung tetapi sedikit

lebih terbuka. Sebarannya menempati morfologi perbukitan.

3.1.7. Formasi Warukin (Tmw ); terdiri atas batupasir kasar – sedang, sebagian

konglomeratan, bersisipan batulanau dan serpih, setengah padat, berlapis dan

berstruktur perairan silang – silur dan lapisan bersusun. Struktur lipatan

terbuka dengan kemiringan lapisan sekitar 100. Formasi ini berumur Miosen

Tengah – Miosen Atas dengan tebal mencapai 500 meter dan terendapkan di

daerah transisi. Formasi warukin berada selaras di atas Formasi Berai dan

Montalat. Sesuai dengan sifat fisiknya formasi ini menempati daerah morfologi

dataran bergelombang landai.

3.1.8. Formasi Dahor (TQd ); terdiri atas batupasir kurang padat sampai lepas,

bersisipan batulanau, serpih, lignit dan limonit. Terendapkan dalam

lingkungan peralihan dengan tebal mencapai 300 meter. Umurnya diduga Plio

– Plistosen. Formasi ini tidak selaras di atas formasi – formasi dibawahnya dan

umumnya berada pada morfologi dataran rendah yang kadang – kadang sulit

dibedakan dengan endapan permukaan.

3.1.9. Aluvium (Qa ). terdiri atas lumpur kelabu – hitam, lempung bersisipan limonit

dan gambut, pasir, kerikil, kerakal dan bongkahan batuan yang lebih tua.

Merupakan hasil endapan sungai atau dataran banjir. Tebalnya mencapai 10

meter.

24
Tabel 3.1. Kolom Stratigrafi Regional Buntok (modifikasi dari S.Supriatna, dkk., 1994)

3.2. Stratigrafi Daerah Penelitian

Berdasarkan hasil pengamatan, pengukuran dan pemerian batuan-batuan yang

tersingkap di daerah penelitian dan hasil dari analisis laboratorium, maka dapat

disimpulkan bahwa tatanan stratigrafi yang ada di daerah penelitian dapat dibagi

menjadi 4 satuan batuan, dengan urutan batuan dari yang tertua hingga termuda adalah

sebagai berikut (Tabel 3.2):

1. Satuan Batuan Batugamping sisipan Batulempung

2. Satuan Batuan Batupasir selang seling Batulempung sisipan Batubara

3. Satuan Batuan Riolit

4. Satuan Endapan Aluvial

25
Tabel 3.2. Kolom Stratigrafi Daerah Penelitian

3.2.1. Satuan Batuan Batugamping sisipan Batulempung

3.2.1.1. Penamaan

Penamaan satuan ini didasarkan pada singkapan-singkapan batuan yang

dijumpai di daerah penelitian berupa Batugamping sisipan Batulempung.

3.2.1.2.Penyebaran dan Ketebalan

Satuan Batuan Batugamping sisipan Batulempung di daerah penelitian

dijumpai di bagian tengah daerah penelitian (pada lembar peta geologi) , tersebar

dari Utara ke arah Selatan dengan penyebaran sekitar 35 % dari luas daerah

penelitian dan pada peta geologi ditandai dengan warna biru. Satuan batuan ini

dapat diamati dengan jelas di bagian Sungai Roji dan Desa Patas1.

Kedudukan jurus perlapisan batuannya berkisar N 175° E dengan

kemiringan berkisar 32° dan N 275° E – N 285° E dengan kemiringan berkisar

14° – 23°. Berdasarkan data kedudukan batuan dan arah kemiringan yang saling

26
berlawanan maka dapat disimpulkan bahwa satuan batuan ini membentuk

struktur perlipatan berupa struktur antiklin.

Ketebalan Satuan Batuan Batulempung sisipan Batugamping dihitung

dari penampang geologi diperoleh ketebalan ± 750 meter.

3.2.1.3. Ciri Litologi

Satuan Batuan Batugamping sisipan Batulempung pada umumnya

tersingkap dalam kondisi segar sampai lapuk. Pada umumnya menunjukkan

bentuk perlapisan dan di beberapa tempat tidak menunjukkan perlapisan.

Satuan ini pada bagian bawah dicirikan oleh batulempung memiliki ketebalan

lapisan ± 6m dan batugamping dengan dimensi singkapan > panjang 10m dan

tinggi 4m. Bagian atas satuan ini dicirikakan oleh batuan batugamping dengan

ketebalan 1 - 2 m dan Batulempung ketebalan lapisan berkisar 0.6 meter.

utara selatan Barat Timur


Barat Barat Barat

Barat Barat Barat

t t t

A B

Gambar 3.1 Gambar Singkapan batuan mewakili bagian atas satuan batuan (A) Singkapan
Batugamping dan Batulempung pada lokasi Lp 54 , (B) Singkapan Batulempung
Pada jalan Bipak Kali pada Lp18.

27
A B

Gambar 3.2 Gambar Singkapan batuan mewakili bagian bawah satuan batuan (A) Singkapan
Batugamping pada lokasi Lp 17 , (B) Singkapan Batulempung Pada Lokasi Lp23.

Pemerian batuan yang terdapat pada satuan batuan ini adalah sebagai berikut:

Batugamping umumnya tersingkap di dinding sungai dan disisi jalan

dalam kondisi agak lapuk dengan dimensi singkpan 1 – 4m. Secara

megaskopis berwarna abu-abu terang , ukuran butir pasir halus hingga pasir

sedang, bentuk butir menyudut tanggung, kemas terbuka, terpilah sedang,

dengan konstituen utama berupa fosil serta butiran (bioklastik) dan massa dasar

berupa mikrit.

A B

A Singkapan Batugamping di Desa Bipak kali Pada Lokasi Lp-16


Gambar 3.3 (A)
(B) Batugamping masif berwarna abu-abu keputihan

28
Secara mikroskopis sayatan batugamping pada sejajar nikol berwarna

transparan, konstituen utama cangkang fosil berukuran 0,125– 0,385mm, masa

dasar Spar, hubungan antar butir mengambang, hubungan antar butir saling

bersentuhan, pemilahan buruk, keadaan fosil pada umumnya utuh, porositas

interpartikel. Tersusun atas fosil (40%) dan mineral kuarsa (10%), lithik (10%)

dan mikrit (40%). Berdasarkan hasil analisa petrografi batugamping yang

diambil di Desa Muara Singan (Lp-17), batugamping dengan jenis Wackstone

(Dunham 1962).

A B
Gambar 3.4 (A) Gambar Sayatan Petrografi Batugamping Pada Sejajar Nikol, (B) Gambar
A A
Sayatan Petrografi Batupasir Pada Silang Nikol Pada Lokasi Pengamatan Lp16.

Batulempung, tersingkap di tepi jalan dan lantai jalan dalam kondisi agak

lapuk dengan ketebalan ± 6m. Secara megaskopis memiliki warna abu-abu

kehitaman, kompak, sementasi non karbonat.

29
A B
Gambar 3.5 (A)Singkapan Batulempung di Desa Bipak kali Pada Lokasi Lp - 18,
(B)Batulempung berwarna abu – abu kehitaman.

3.2.1.4. Umur

Penentuan umur pada Satuan Batuan Batulempung sisipan Batugamping

didasarkan pada kehadiran Fosil foram besar yang terkandung dalam conto

batugamping yang diambil di Desa Bipak Kali Lp – 16. (tabel 3.2)

Tabel 3.3 Penentuan Umur Satuan Batuan Batugamping sisipan Batulempung Berdasarkan
Kehadiran Fosil Foram besar . (Adams 1970)

Berdasarkan fosil foram besar pada tabel diatas, kisaran umur ditentukan

dengan munculnya munculnya fosil Lepidocylinae sp dan punahnya fosil

Heterostegina Sp dan Numulites fichtelli (michelotti) yang memiliki kisaran

hidup Tc-Te4 atau Oligosen awal – Oligosen Akhir , (Adams 1970). Berdasarkan

data-data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Satuan Batuan Batugamping

30
sisipan Batulempung terdapat di daerah penelitian berumur pada kisaran Tc-Te4

atau Oligosen awal – Oligosen Akhir.

3.2.1.5. Lingkungan Pengendapan

Penentuan lingkungan pengendapan Satuan Batuan Batulempung sisipan

Batugamping, didasarkan pada Analisa fosil yang tedapat pada batugamping

dengan cara mengidentifikasi fosil yang ada dalam sayatan tipis dengan

bantuan mikroskop polarisasi.

Fosil yang terkandung dalam conto batuan yang diambil di Desa Bipak

Kali Lp-16 adalah Miliolidae (Numulites fichtelli), kemudian dimasukkan pada

klasifikasi untuk lingkungan pengendapan menurut Jones (1956) menunjukan

lingkungan pengendapan berupa penciri lingkungan backreef .

Gambar 3.6 Asosiasi Foram besar pada lingkungan terumbu (Jones, 1956)

Penentuan lingkungan pengendapan pada Satuan Batuan Batugamping

sisipan Batulempung dilakukan berdasarkan jenis batugamping yang ada di

daerah penelitian berdasarkan (Wilson, 1969) .

31
Gambar 3.7 Lingkungan Pengendapan lingkungan terumbu (Wilson , 1969)

3.2.1.6. Hubungan Stratigrafi

Hubungan stratigrafi satuan batuan Batugamping sisipan Batulempung

dengan satuan di bawahnya tidak diketahui, karena satuan yang lebih tua tidak

tersingkap di daerah penelitian, maka satuan batuan ini merupakan satuan batuan

tertua pada daerah penelitian sedangkan hubungan stratigrafi dengan satuan yang

ada di atasnya yaitu Satuan Batuan Batupasir selang seling Batulempung sisipan

Batubara adalah selaras dibuktikan dengan adanya kedudukan lapisan batuan

yang relatif sama dan kemenerusan umur batuan secara vertikal.

3.2.1.7. Kesebandingan Stratigrafi

Satuan Batuan Batugamping sisispan Batulempung yang terdapat di

daerah penelitian memiliki ciri litologi yang sama dengan ciri Formasi Berai

(S.supriatna 1994) yang terdiri dari Batugamping prselingan Batulempung,

dengan umur Tc-Te4 atau Oligosen awal – Oligosen akhir serta lingkungan

pengendapan laut dangkal. Dengan demikian penulis menyatakan bahwa satuan

batuan ini sebanding dengan Formasi Berai.

32
Tabel 3.4 Tabel kesebandingan stratigrafi satuan batuan batugamping sisipan batulempung.

Formasi Berai Satuan Batuan Batugamping sisipan

Batulempung

Terdiri atas batugamping berlapis Terdiri atas batugamping berlapis

dengan batulempung, napal dan dengan batulempung, berfosil foram

batubara, sebagian tersilikakan dan besar diantaranya Spiroclypeous sp.

mengandung limonit. Batugamping Lepidocyclina sp. Heterosteginasp.

berfosil foram besar diantaranya yang menunjukkan umur Oligosen

Spiroclypeous sp. Lepidocyclina sp. Tengah – Oligosen Akhir atau Tc-

Borelis sp. Heterostegina sp. Te4.

dan Amphistegina sp. yang

menunjukkan umur Oligosen Tengah

– Oligosen Akhir.

3.2.2. Satuan Batuan Batupasir selang seling Batulempung sisipan Batubara

3.2.2.1. Penamaan

Penamaan satuan ini didasarkan pada singkapan-singkapan batuan yang

dijumpai di daerah penelitian berupa Batupasir Selang Seling batulempung

sisipan Batubara .

3.2.2.2. Penyebaran dan Ketebalan

Satuan Batuan Batupasir selang seling Batulempung sisipan Batubara di

daerah penelitian dijumpai di bagian barat dan timur daerah penelitian (pada

lembar peta geologi) , tersebar dari Utara ke arah Selatan dengan penyebaran

sekitar 55 % dari luas daerah penelitian dan pada peta geologi ditandai dengan

33
warna kuning. Satuan batuan ini dapat diamati dengan jelas di bagian Sungai

singan, Desa Bipak Kali dan Desa Muara singan.

Arah jurus perlapisan batuannya berkisar N 150° E - N 175° E dengan

kemiringan berkisar 22° - 28° dan N 290° E – N 355° E dengan kemiringan

berkisar 15° - 25°. Berdasakan data kedudukan batuan dan arah kemiringan yang

saling berlawanan maka dapat disimpulkan bahwa satuan batuan ini membentuk

struktur perlipatan berupa struktur antiklin.

Ketebalan Satuan Batuan Batupasir Selang seling Batulempung sisipan

Batubara dihitung dari penampang geologi diperoleh ketebalan ± 750 meter.

3.2.2.3. Ciri Litologi

Satuan Batuan Batupasir selang seling Batulempung sisipan batubara

pada umumnya tersingkap dalam kondisi segar sampai lapuk. Pada umumnya

satuan batuan menunjukkan bentuk perlapisan yang membuat pada bagian atas

satuan ini dicirikan oleh Batupasir selang-seling batulempung dengan ketebalan

lapisan Batupasir 1 – 3 cm dan Batulempung dengan ketebalan lapisan 0,5 - 2

cm. Bagian tengah satuan ini dicirikan oleh Batupasir selang-seling

Batulempung sisipan Batubara dengan ketebalan lapisan Batupasir 5 – 15 cm,

ketebalan lapisan Batulempung 5 – 20 cm, dan ketebalan lapisan Batubara 0,8 m

– 2,5 m. Bagian bawah satuan ini dicirikan oleh Batupasir kasar selang-seling

Batulempung dengan ketebalan lapisan batupasir 0,5 - 1 m dan batulempung 50

– 80 cm.

34
A B

Gambar 3.8 Gambar Singkapan batuan mewakili bagian atas satuan batuan (A) Singkapan
Batupasir selang seling batulempung Gambar diambil di Lp 34. (B) Singkapan
batupasir dan batulempung di Lp 55.

A B
Gambar 3.9 Gambar Singkapan batuan mewakili bagian tengah satuan batuan (A) Singkapan
Batupasir selang seling batulempung Gambar diambil di Lp 25. (B) Singkapan
batubara dan batulempung di Lp 7.

Batupasir tersingkap di dinding sungai dan disisi jalan dalam kondisi segar

sampai lapuk dengan ketebalan 3cm – 100cm. Secara megaskopis berwarna abu-abu,

ukuran butir pasir sedang sampai pasir kasar, bentuk butir menyudut tanggung,

pemilahan baik, kemas tertutup, porositas sedang, semen non karbonat, komposisi,

kuarsa, feldspar, litik.

35
A B
3
Gambar 3.10 (A) Gambar singkapan Batupasir di Sungai singan pada
A lokasi Lp 44 ,
7
(B) Gambar Batupasir abu abu kecoklatan Pada Lp 44.
.
5
Secara mikroskopis sayatan batupasir pada sejajar nikol berwarna

5
putih kecoklatan, pada silang nikol berwarna abu abu, secara umum ukuran
0
butir berkisar 0,125m- 0,210 mm, bentuk butir membundar tanggung, pemilahan
d
baik, kemas mengambang, porositas interpartikel, terdiri dari kuarsa, feldspar,
p
litik dan masa dasarl lempung. Tersusun oleh mineral kuarsa (70%), litik (8%),
A
Felsdpar (10%), mineral opak (4%) dan lempung (8%). Berdasarkan hasil

analisa petrografi pada sayatan tipis batupasir yang diambil pada Lp - 39,

memperlihatkan batupasir dengan nama Quarz Feldspatic Arenite

(Gilbert,1953) .

A B

A
Gambar 3.11 (A) Gambar Sayatan Petrografi Batupasir Pada Sejajar Nikol, (B) Gambar Sayatan
Petrografi Batupasir Pada Silang Nikol Pada Lokasi Pengamatan Lp - 39.

36
Batulempung tersingkap tepi jalan dalam kondisi agak segar hingga

lapuk dengan ketebalan 15 - 25 cm. Secara megaskopis berwarna abu abu

kehitaman, kompak, non karbonatan.

A B
Gambar 3.12 (A) Singkapan Batulempung di Desa Muara singan Pada Lokasi Lp-12,
(B) Batulempung berwarna abu-abu kecoklatan.

Batubara tersingkap ditepi jalan dan di lantai jalan dalam kondisi agak

segar hingga lapuk dengan ketebalan 0,8 – 1,5 m. Berwarna hitam kecoklatan,

kecerahan 40-60%, gores hitam, kekerasan umumnya lunak, pecahan tidak

beraturan, pemilahan baik, mineral pengotor pyrite.

A B

Gambar 3.13 (A) Singkapan Batubara di Desa Muara Singan Pada Lokasi Lp-27, (B)
Batubara berwarna hitam kecoklatan.
37
3.2.2.4.Umur

Pada satuan ini tidak dijumpai fosil dalam satuan ini maka penentuan umur

pada Satuan Batuan Batugamping selang seling Batulempung dilakukan dengan

hukum Steno yaitu hukum superposisi, dimana satuan batuan batupasir selang

seling batulempung sisipan batubara diendapkan secara selaras di atas satuan

batuan batugamping selang seling batulempung yang berumur Oligosen awal –

Oligosen akhir, sehingga satuan batuan ini diperkirakan berumur Miosen awal.

3.2.2.5. Lingkungan Pengendapan

Penentuan lingkungan pengendapan Satuan Batuan Batupasir Selang-

seling Batulempung sisipan Batubara, berdasarkan Kombinasi nilai TPI (Tissue

Presevation Index) menyatakan perbandingan antara struktur jaringan pada

maseral yang terawetkan dan struktur jaringan yang tidak terawetkan

(terdekomposisi). Semakin meningkatnya harga TPI dapat menunjukkan

semakin tingginya presentasi kehadiran tumbuhan-tumbuhan kayu dalam hal ini

ditunjukkan dengan banyaknya presentasi telovitrinit. Parameter TPI adalah

sebagai berikut :

Telovitrinit + Teloinertinite
𝑇𝑃𝐼 =
Detrovitrinite + Gelovitrinite + Inertodetrinite + Geloiniertinite

dan GI (Gelification Index) diartikan sebagai derajat gelifikasi yang

mencerminkan tingkat kelembaman pada saat awal terbentuknya batubara. GI

berhubungan dengan kontinuitas kelembaban pada lahan gambut serta

38
menyatakan perbandingan antara maseral yang terbentuk karena proses

gelifikasi dan maseral yang terbentuk akibat proses oksidasi.

Vitrinite + Geloinertinite
𝐺𝐼 =
Telolnetinite + Detroinertinit

Kombinasi nilai TPI dan GI dipergunakan untuk analisa penentuan

lingkungan pengandapan batubara serta memperkirakan derajat dekomposisi.

Untuk interpretasi lingkungan pengendapan batubara nilai TPI dan GI di plot

dalam diagram TPI dan GI Diessel(1986), Maka lingkungan pengendapan pada

satuan ini yaitu Upper Delta Plain

Nilai TPI dan GI batubara di daerah penelitian (Tabel 3.5) didapatkan

dari kandungan maseral pada sampel yang diuji di laboratorium TekMIRA

Bandung, kemudian dimasukan pada diagram Diessel 1986 (Gambar 3.14) untuk

mendapatkan lingkungan pengendapan satuan ini dengan hasil sebagai berikut.

. Tabel 3.5 Tabel hasil nilai TPI dan GI Batubara pada daerah penelitian

No sampel Nilai TPI Nilai GI

A 2.034014 11.74286

B 1.41791 6.014286

C 2.894309 5.472973

D 2.04375 2.16129

39
Gambar 3.14 Hasil Ploting di Diagram of TPI vs GI (Diessel 1986)

3.2.2.6. Hubungan Statigrafi

Hubungan stratigrafi Satuan Batuan Batupasir selang seling Batulempung

sisipan Batubara dengan satuan di bawahnya yaitu satuan batuan batugamping

sisipan batulempung secara selaras dibuktikan oleh kedudukan lapisan batuan

yang relatif sama dan kemenerusan umur batuan., Hubungan satuan batuan

batupasir selang seling batulempung sisipan batubara dengan satuan yang ada di

atasnya yaitu batuan riolit adalah tidak selaras ( non conformity ).

3.2.2.7. Kesebandingan Statigrafi

Satuan batupasir selang seling batulempung sisipan batubara yang

terdapat di daerah penelitian memiliki ciri litologi yang sama dengan ciri

40
Formasi Warukin (S.Supriatna, dkk., 1994) sehingga penulis menyatakan bahwa

satuan ini merupakan bagian dari Formasi Warukin dengan umur Miosen awal

serta lingkungan pengendapan delta. Dengan demikian penulis menyatakan

bahwa satuan batuan ini sebanding dengan Formasi Warukin.

Tabel 3.6 Tabel kesebandingan stratigrafi satuan batuan batupasir selang seling batulempung
sisipan batubara.

Formasi Warukin Satuan Batuan Batupasir selang

seling Batulempung sisipan Batubara

Terdiri atas batupasir Kuarsa kasar – Terdiri atas batupasir kuarsa kasar –

sedang, batulempung, batulanau, dan sedang, Batulempung dan sisipan

konglomerat di bagian bawahnya; Batubara, dengan kemiringan 15° -

serta sisipan batubara dan lensa 20°. Berumur lebih muda dari

batugamping. Formasi ini yang Oligosen akhir atau miosen awal,

menunjukkan kisaran umur Miosen morfologi satuan ini bergelombang

Awal - Tengah, diduga merupakan landau.

endapan transisi darat (fluviatil) - laut

dangkal (Heryanto & Sanyoto, 1994;

Margono drr., 1997).. Sesuai dengan

sifat fisiknya formasi ini menempati

daerah morfologi dataran

bergelombang landai.

41
3.1.1. Satuan Batuan Riolit

3.1.1.1. Penamaan

Penamaan satuan ini didasarkan pada singkapan-singkapan batuan yang

dijumpai di daerah penelitian yaitu berupa batuan beku jenis riolit.

3.1.1.2. Penyebaran dan Ketebalan

Satuan Batuan Riolit di daerah penelitian dijumpai di bagian tenggara

penelitian (pada lembar peta geologi) , tersebar dari Utara ke arah Selatan dengan

penyebaran sekitar 7 % dari luas daerah penelitian dan pada peta geologi ditandai

dengan warna merah. Satuan batuan ini dapat diamati dengan jelas di bagian

bukit Gunung Bintang Awai pada Desa Bipak kali.

Satuan Batuan Riolit ini menerobos satuan batuan yang lebih tua yaitu

Satuan Batuan Batugamping selang-seling Batulempung dan Satuan Batuan

Batupasir selang-seling Batulempung sisipan Batubara dengan jenis konkordan

berupa sill.

3.1.1.3. Ciri Litologi

Satuan Batuan Riolit ini pada umumnya tersingkap dalam kondisi segar

sampai lapuk. Satuan batuan ini menunjukkan bentuk bukit yang terjadi pada

daerah penelitian.

Pada Gunung Bintang Awai Riolit berwarna abu abu, derajat kristalisasi

Hipokristalin, porfiritik, subhedral, kemas equigranular, tekstur khusus

vitrofiirik ,massa dasar gelas. Komposisi Kuarsa, feldspar.

42
A B

Gambar 3.15 (A) Gambar singkapan bukit Riolit pada lokasi Lp 25 pada desa Bipak Kali, (B)
Gambar kontak riolit dengan batulempung

Secara mikroskopis sayatan Riolit pada sejajar nikol berwarna transparan,

bentuk butir subhedral, ukuran butir 0,25mm – 0,385mm, kemas equigranular,

derajat kristalinitas hipokristalin dan tekstur umum porfiritik. Tersusun atas

kuarsa (30%), biotit (15%), Plagioklas (oligoklas) (10 %), Ortoklas (25%) dan

gelas (10%). Berdasarkan hasil analisa petrografi batuan Riolit yang diambil di

bukit gunung bintang awai (Lp-31),memperlihatkan dengan nama Riolit

(Klasifikasi Williams, 1954).

Gambar 3.16 (A) Gambar Sayatan Petrografi Batupasir Pada Sejajar Nikol, (B) Gambar
Sayatan Petrografi Batupasir Pada Silang Nikol Pada Lokasi Pengamatan Lp -
39.

43
3.1.1.4.Umur

Penentuan umur batuan ini didasarkan pada hukum potong memotong

yang dikemukakan oleh Nicholas Steno, bahwa batuan yang memotong

umurnya lebih muda dibandingkan dengan batuan yang dipotong. dikarenakan

satuan batuan Riolit ini menerobos satuan Batupasir selang seling

Batulempung sisipan batubara yang berumur Miosen Awal, Maka umur satuan

batuan Riolit lebih muda dari Miosen Awal.

3.1.1.5. Mekasnime Pembentukan

Untuk menentukan mekanisme pembentukan satuan batuan Riolit

didasarkan atas tekstur batuan. Tekstur batuan riolit ini memperlihatkan

ukuran butir halus maka dapat diketahui pembentukan satuan batuan riolit

berada dekat permukaan bumi (hipabisal). Mekanisme pemebentukan satuan

ini sesuai dengan orogenesa Kalimantan yang berumur lebih muda dari Miosen

tengah.

3.1.1.6. Hubungan Stratigrafi

Hubungan satuan batuan Riolit non conformity, dikarenakan hubungan

ketidak selarasan antara satuan batuan beku yaitu Riolit dengan satuan batuan

sedimen yaitu Satuan batuan Batupasir selang seling batulempung sisipan

batubara. Jenis intrusi konkordan dengan bentuk intrusi sill dikarenakan arah

terobosan batuan beku searah dengan kedudukan satuan batuan sebelumnya.

3.1.1.7. Kesebandingan Stratigrafi

Berdasarkan atas ciri litologi dan umurnya pada satuan batuan Riolit di

daerah penelitian memiliki kesamaan dengan Riolit (S.Supriatna, dkk.1995),

44
dengan demikian penulis menyatakan satuan ini dapat disebandingkan dengan

Satuan riolit.

3.1.2. Satuan Endapan Aluvial

3.1.2.1.Penamaan

Penamaan satuan ini didasarkan pada material aluvial sungai yang

berukuran lempung, pasir sampai bongkah yang bersifat material lepas hasil

sedimentasi dan pengendapan.

3.1.2.2.Penyebaran dan Ketebalan

Satuan Batuan Endapan Aluvial di daerah penelitian dijumpai di bagian

barat laut penelitian (pada lembar peta geologi) , tersebar dari arah barat ke timur

sepanjang sungai Maliau dengan penyebaran sekitar 3 % dari luas daerah

penelitian dan pada peta geologi ditandai dengan abu-abu . Satuan batuan ini

dapat diamati dengan jelas di bagian Sungai Maliau dan pada Desa Patas1.

Ketebalan Satuan Endapan Aluvial dihitung dari penampang geologi

diperoleh ketebalan 3 – 5 m.

3.1.2.3. Ciri Litologi

Satuan endapan ini disusun material aluvial sungai berukuran lempung,

pasir, kerikil, kerakal sampai bongkah dengan bentuk menyudut tanggung

sampai membulat. Terdiri dari Batuan sedimen dan batuan beku yang telah

mengalami pelapukan, kemudian tererosi dan terendapkan. Proses

pengendapan satuan endapan ini masih berlangsung sampai sekarang.

45
Gambar 3.17 Gambar Satuan Endapan Aluvial pada sungai Maliau Desa Patas 1

3.1.2.4. Hubungan Stratigrafi

Satuan endapan aluvial merupakan satuan termuda yang ada di daerah

penelitian. Hubungan stratigrafi satuan endapan aluvial dengan satuan batuan

yang lebih tua di bawahnya dibatasi oleh bidang erosi.

3.2. Kesebandingan Stratigrafi Daerah Penelitian dengan Peneliti Terdahulu

Berdasarkan dari pengelompokan satuan batuan yang terdapat di daerah

penelitian, penulis dapat menyebandingkan hubungan stratigrafi daerah penelitian

dengan S.Supriatna (1994). Satuan batuan yang terdapat di daerah penelitian mulai

dari yang tua ke muda adalah: Satuan Batuan Batugamping selang seling Batulempung

disebandingkan dengan Formasi Berai, Satuan Batuan Batupasir selang seling

Batulempung sisipan Batubara disebandingkan dengan Formasi Warukin, dan Satuan

Batuan Rolit. kesebandingan stratigrafi (Tabel 3.7).

46
Tabel 3.7 Kolom kesebandingan Statigrafi
Kolom Statigrafi Regional menurut Kolom Statigrafi Daerah Penelitian
S.Supriatna (1994).

47

Anda mungkin juga menyukai