Anda di halaman 1dari 79

GEOLOGI KELAUTAN

Daftar isi

1. Pendahuluan

2. Lembaga Kelautan Indonesia

3. Morfologi Dasar Laut

4. Geologi Fisik Laut dan Samudera

5. Minyak, Gas dan Mineral Kelautan

6. Struktur Geologi Lautan Indonesia

7. Tsunami

8. Delta

9. Kipas Laut Dalam

10.Terumbu Karang
I. Pendahuluan

Laut dan Samudra

Laut adalah kumpulan air asin yang berjumlah sangat banyak dan luas
yang menggenangi dan membagi daratan atas benua dan pulau pulau.

Tujuh puluh persen dari permukaan bumi terdiri dari laut dan samudra.
Samudra adalah bagian air asin (water) yang sangat luas dimuka bumi
terletak diantara kontinen.

Dikenal lima samudera yaitu atlantik, pasifik, hindia (Indonesia), arktik


(kutub utara) dan antartik (kutub selatan ).

Dibagian bumi selatan mencakup daerah seluas 81%, sedangkan dibagian


utara mencakup 61% perbedaan ini menimbulkan sirkulasi aliran laut dan
pola cuaca antara dua kutub.

Ilmu yang sangat berhubungan dengan geologi kelautan adalah


Oceanografi dan Biologi.

Geologi kelautan mempelajari ciri ciri sedimen kwarter dan lapisan lapisan
yang berada dibawahnya, struktur struktur geologi proses proses tektonik
serta proses geologi lainnya, selain itu untuk mengetahui bagaimana prospek
terdapatnya sumberdaya migas dan mineral mineral lainnya.
Geologi kelautan dipelajari juga untuk memetakan dasar laut, menganalisis
masalah garis pantai, mengetahui sedimen sedimen dasar laut dan
mempelajari lapisan lapisan batuan yang berada dibawahnya.

2. Lembaga Kelautan di Indonesia


Indonesia yang merupakan Negara kepulauan mempunyai banyak lembaga
kelautan yang telah dibentuk untuk meneliti lautan atau samudera Indonesia
guna menunjang keberlanjutan pembangunan kelautan Indonesia
diantaranya yang berkaitan dengan geologi kelautan yaitu:

1. Lembaga Pemerintah non Departemen.

-. Bakosurtanal atau Badan Survey Pemetaan Nasional


-. Direktorat Pengkajian Ilmu Kelautan (BppT).
-. Direktorat Teknologi Inventarisasi Sumberdaya alam (BPPT).
-. Laboratorium Hidrodinamika Indonesia (BPPT).
-. Laboratorium Pengkajian Teknik Pantai (BPPT).
-. Puslitbang Tekniknologi Minyak dan gas Bumi.
-. Badan Penelitian dan pengembangan geodinamika (LIPI).
-. Pusat oseanologi (LIPI).

2. Departemen.

-. Pusat Pengembangan Geologi Kelautan (PPGL).


3. Instansi Daerah.

-. Bapeda Sulewesi Selatan

4. Perguruan Tinggi.

-. Fakultas perikanan IPB.


-. Akademi Maritim Indonesia.
-. Program Study Ilmu Kelautan (pasca sarjana IPB).
-. Pusat Penelitian Kelautan (ITB).
-. Fakultas Teknologi Kelautan ITS.
-. Program stdy Ilmu Kelautan UNDIP.
-. Laboratorium Fisika Bumi dan Laut UNHAS.
-. Laboratorium geologi Laut UNHAS.
-. Pusat Hukum Laut Indonesia (ICLOS UNPAD)
-. Pusat Ilmu Kelautan Universitas Riau.
-. Program Magister Oceanografi dan sains atmosfer ITB.

5. Angkatan Laut

-. Dinas Hidro Oseanografi Angkatan laut

6. Badan Usaha Milik Negara.

-. PT. Tambang Timah.


7. Organisasi Kemasyarakatan

-. Yayasan Samudera Indonesia

8. Organisasi Profesi.

-. Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia


-. Himpunan Ilmu dan Kelautan Indonesia
-. Forum masyarakat kelautan Indonesia.

3. Morfologi Dasar Laut

Bila air laut kita keringkan maka morfologi yang terdapat didasar laut
tersebut sama dengan morfologi yang terdapat didaratan misalnya
pegunungan ,gunung api , ngarai yang terjal, dataran lembah dan parit.

Morfologi tersebut baik secara sendiri sendiri maupun sebagai sistim sangat
berkaitan dengan proses proses geologi pada pembentukan awal sampai
perkembangannya.
Pertanyaannya adalah mengapa dan factor pengontrol apa penyebab
perbedaan morfologi ini. Sebagai contoh mengapa laut jawa sebagai sistim
paparan sunda mempunyai kedalaman dasar laut rata rata hanya 130 m,
sedangkan laut flores dan laut banda sebagai laut tepi atau laut yang
berlokasi didekat kontinen yang pembentukannya menyerupai system
samudera namun dibedakan dengan samudera dari ukuran, kedalaman dan
proses pembentukannya, mempunyai kedalaman lebih dari 5000 m.

Kedalaman laut mencerminkan morfologi yang pada hakekatnya sangat


berkaitan dengan proses pembentukan dan perkembangan laut itu
sendiri, untuk sisitem samudera kedalaman dan umur pembentukannya
sangat berhubungan makin tua umur samudera makin dalam dasar lautnya.

Tepi benua didifinisikan sebagai suatu anjungan yang tenggelam (submerged


platform) merupakan kelanjutan kontinen kearah laut yang dipisahkan
dengan laut dalam (7200 m) dari sistim samudera, dalam hubungan ini tepi
kontinen berlokasi antara daratan yang terangkat dan dataran abisal.

Morfologi tepi benua dari arah kontinen sampai samudera yang termasuk
zona pantai, paparan kontinen atau landas kontinen (continental shelf),
lereng kontinen (continental slope) dan dataran abisal (ocean basin floor).

Kawasan tepi benua merupakan suatu kawasan yang dapat digunakan untuk
menerangkan pembentukan dan perkembangan laut dan samudera.

Pantai (coastline)

Zona pantai adalah tempat pertemuan yang dinamis antara daratan air dan
udara. Bentuk dan keadaan lokasi selalu berubah sebagai respon terhadap
gangguan manusia dan aktifitas alam gaya gaya selalu mendorong dan
menarik pantai kearah yang bersamaan atau berlawanan arah.
Sebagai hasil dari proses tersebut maka bentuk garis pantai selalu berubah .
pada skala yang besar garis pantai senantiasa berpindah untuk mencapai
keseimbangan dengan gaya gaya yang bekerja terhadapnya.

Pantai juga bergerak sebagai respon terhadap muka air laut walaupun
daratan tetap statis suatu kenaikan muka laut akan memindahkan garis pantai
kearah darat, pemanasan global menyebabkan lapisan es yang mencair,
banjir akan berpengaruh terhadap suplay sedimen baru yang dibawa sungai
sungai dan diendapkan kepantai.

Paparan kontinen (continental shelf)

-. kedalaman rata rata 130 m


-. kemiringan satu derajat
-. lebar paparan 1sampai 800 mil
-. luas 7,6 % dari dasar laut
-. Dangkal mudah dieksploitasi
-. Lebar sampai dengan 300 Km
-. Penyebaran pantai sampai batas paparan.

Lereng kontinen (continental slope)

-. kemiringan 3- 45 derajat
-. lebar 10-20 mil
-. Luas 16,3 % dari luas samudera

Tonjolan Kontinen (continental rise)

-. Letak pada dasar lereng kontinen


-. Luas 15,3 % dari luas samudera
-. Jika tonjolan tidak ada akibat endapan sangat kurang

Dasar samudera (ocean floor)

-. luas 75,9 %
-. ada yang mempunyai kedalaman > 600 m
-. morfologi volkanik
-. Adanya rangkaian pemetang tengah samudera

Pematang Tengah Samudra

-. Morfologi yang paling menonjol


-. Dataran abisal
-. Pasifik 6000 m
-. Atlantik 5000 m-
-. Hindia 5500 m
Parit dan Palung Samudera

-. proses proses yang berhubungan dengan busur gunung api

Gambar 1. penampang topografi dasar laut dan bagian-bagiannya (museum


geologi bandung)

4. Geologi Fisik Laut dan Samudera

Paparan sunda atau paparan sahul merupakan tepi dari kontinen dengan
kedalaman 130 sampai maksimum 200 m,dengan komposisi granitik ,
sedangkan dasar samudera berkomposisi basaltis dengan densitas rata rata 3.
Pembentukan kerak samudera merupakan mekanisme pemekaran dasar laut
(sea floor spreading), dipematang tengah samudra dengan kedalaman 2500
m dibawah permukaan laut.

Dengan erupsi magma yang berkomposisi basaltis terendapkan menjauhi


pusat erupsi , sehingga umur dasar laut tersebut dapat diketahui, hubungan
ini menunjukan semakin tua umur samudera semakin dalam samudera
tersebut.

Untuk kedalaman pada sistim palung laut atau parit berhubungan dengan
penunjaman (convergence) tentu kejadian geologinya berbeda .

Kedalaman laut rata rata 3800 m , sedangkan ketinggian rata rata daratan
adalah 840 m, volume air laut 300 kali lebih besar dari atmosfir.
Perubahan volume air laut berhububungan dengan terbentuknya zaman es
2 sampai 3 juta tahun yang lalu membuat perbedaan tidak lebih dari 200 m.
Morfologi tepi penunjaman (convergence) umumnya lebih kompleks
dibandingkan dengan morfologi tepi pemisahan (divergence) yang
mempunyai paparan umumnya sempit lereng sangat terjal, terdapatnya
palung dan jarang terdapat continental rise.

Konsep pembentukan laut dan samudera terjadi pada 200 juta tahun yang
lalu yang memisahkan dua kontinen super Gondwana land dan Pangea.
Pada cekungan Pasifik terbentuk parit Auletian di utara, parit Kuril Japan,
Mariana dan Mindanau di bagian barat, parit New hebride, Tonga dan
Kermadec di bagian selataan, parit Amerika tengah Peru dan Chili Pada
bagian barat.
Bagian tertua dari samudera Hindia ditempati oleh cekungan Wharton
diselatan Sumba lebih kurang 150 juta tahun yang lalu.
Kontinen India dan Australia mulai memisah pada 45 juta tahun yang lalu,
Sedangkan kontinen India dan Australia memisahkan diri dari Antartika
kurang lebih 80 juta tahun yang lalu.

Gambar 2. pemisahan antartika, Australia dan kontinen India

Laut dan Samudera adalah bagian dari proses proses geologi yang
mencakup pelapukan pengangkutan dan pengendapan sedimen dari daratan
selanjutnya terjadi pengangkatan yang merupakan bagian dari proses
tektonik.
5. Geologi Tektonik dan Zona Ekonomi Ekslusif

Kawasan laut Indonesia mempunyai dimensi pengembangan yang lebih


luas dibandingkan daratan, semenjak berlakunya konvensi PBB
mengenai hukum laut tahun 1982 maka wilayah kelautan bertambah
delapan (8) juta kilometer persegi.

Pada abad 20 tepi kontinen (continental margin) banyak digunakan untuk


membagi bagi kawasan laut antara kontinen dengan samudera .

Pembagian ini khusus dilakukan sebagai salah satu kreteria untuk


menentukan tuntutan landas kontinen suatu Negara pantai sebagaimana yang
ditentukan oleh konvensi PBB tentang hukum laut 1982, selain digunakan
untuk pemanfaatan sumberdaya kelautan.

Dari tatanan geologi dan tektoniknya maka Indonesia dapat dipisahkan


menjadi delapan (8) Zona yaitu:

1. Zona sumatera, berada dibagian barat pantai sumatera mulai dari laut
Andaman diutara aceh sampai selat sunda dicirikan oleh adanya penunjaman
dan adanya palung sepanjang pantai barat Sumatera. Diidentifikasi adanya
migas pada pantai sekitar pulau Nias dan pantai barat Bengkulu.

2. Zona Jawa, berada pada sepanjang selatan Jawa barat sampai dengan
selatan pulau Sumba. Pada sepanjang daerah selatan laut Indonesia ini paling
dalam adalah diselatan pulau Sumba dengan kedalaman lebih dari 6000 m,
akibat penunjaman lempeng samudera Indonesia kepulau Jawa sampai Nusa
tenggara timur.

3. Zona Sumba, merupakan hasil penunjaman transisi Scott plateau


terhadap pojok tenggara lempeng Eurasia dari selatan sumba barat sampai
pulau roti. Pada zona ini sistim palung sunda berangsur angsur mendangkal
kearah timur sampai dengan kedalaman 3000 m.

4. Zona Timor – Aru, dicirikan oleh penunjaman aktif yang melibatksn


tepian utara tepian kontinen Australia dengan sistim busur banda, sepanjang
palung Timor dari timor barat sampai pulau Aru, dengan kedalaman 2000 m
sampai 3000 m. pada zona ini termasuk paparan sahul dan ketimurnya
beralih kesistim laut arafura. Migas ditemukan didaerah celah Timor.

5. Zona Irian , merupakan penunjaman antara laut Carolina disamudera


pasifik dengan terhadap utara Irian jaya, sepanjang palung Irian yang
berhadapan langsung dengan Samudera hindia.

6. Zona Halmahera, dicirikan oleh sistim cekungan tepi laut Filipina


barat dengan pulau Halmahera, sepanjang palung Filipina barat.

7. Zona Sulawesi, merupakan penunjaman antara tepi Sulawesi dengan


Sulawesi utara. laut sulawesi sendiri merupakan tepi kontinen Eurasia pada
bagian utara berbatasan dengan Filipina dan pada bagian barat lautnya
berbatasan dengan Malaisia.
8. Zona Natuna, terletak pada bagian utara sistim paparan Sunda
merupakan tepian peregangan (rifted margin) di laut cina selatan , kawasan
ini merupakan cadangan Gas yang sangat besar diperkirakan mencapai 210
triliun kaki cubic.

Lingkungan Bentonis dibagi menjadi:

-. Intertidal (zona pasang naik dan turun)


-. Zona litoral sampai dengan 200 m.
-. Zona batial 200-4000 m.
-. Zona abisal 4000-5000 m
-. Zona hadal > 5000 m

Laut dan samudera merupakan lumbung makanan dan sumberdaya mineral


serta energi.

5. Minyak, Gas dan Mineral Kelautan

Data geologi pada tahun 1996 di Indonesia ada potensi cadangan minyak
bumi adalah lebih kurang 90 milyar barel 57 milyar barel terdapat dilaut
dangkal ,sedangkan dilaut dalam terdapat 33 milyar barel.

Secara geologi persyaratan adanya akumulasi migas ada 5 yaitu:

1. Batuan sumber yang mengandung material organic.


2. Batuan reservoir.
3. Batuan penyekat impermeable.
4. Perangkap untuk terjadinya akumulasi.
5. Adanya sumber panas untuk memasak zat zat organic tsb.

Eksplorasi migas dilepas pantai sama dengan didarat yaitu:


1. Data data geologi
2. Proses geologi tektonik
3. Indikasi cekungan sediment tebal
4. Penentuan pemboran eksplorasi
5. Keekonomian.
6. Pemboran produksi.
Cekungan sedimen untuk akumulasi minyak dan gas bumi yang diperlukan
sangat tebal terdapat didaratan, landas kontinen (continental shelf) sampai
dengan laut dalam.
Kawasan timur Indonesia sebagian besar terdiri dari laut dalam.
Pada tahun 1992 pertamina dan British petroleum dengan menggunakan
airborne laser fluoresensor (ALF) mengindentifikasikan adanya rembesan
migas pada cekungan cekungan Makasar selatan, Flores, Bone dan
Halmahera.
Gambar 3. pengambilan data geofisika dangkal didasar laut

Kawasan laut Timor dan kawasan lepas pantai Kepala burung merupakan
sistim paparan yang umumnya berpotensi sumber minyak dan gas bumi.

Energi minyak dan gas bumi terdapat juga pada lereng kontinen perkiraan
cadangan dilepas pantai melampaui cadangan didaratan .

Kontribusi sektor migas yang ada dari lautan Indonesia kurang lebih
35 % dari keseluruhan pendapatan sektor MIGAS Indonesia, bila sumber gas
di laut Natuna dieksploitasi maka diperkirakan Indonesia menjadi produsen
gas terbesar didunia.
Secara geologis mineral mineral penting secara terus menerus dipindahkan
dari berbagai sumber didarat , dan diendapkan kembali didasar laut,erupsi
gunung api, larutan hydrotermal dan erupsi di dasar laut menyebabkan
banyak metal dari bentuk cair berubah menjadi padat.

Mineral mineral berat cenderung menjadi endapan letakan (placer deposit)


yang dapat dilokalisir dengan bantuan teknik geofisika selanjutnya
ditambang dengan metode pengerukan.
Kebanyakan dasar laut khususnya didaerah tropis ditutupi oleh ooze
gampingan dan Ooze silica. Sumberdaya penting lainnya adalah nodule
mangan, nodule tersebut berukuran mikro sampai dengan yang berukuran
bola tennis, Oksida besi tembaga nikel dan kobalt, chromit, juga terdapat
didasar laut.

Sumberdaya ditepian benua, tertimbun pada sedimen kwarter permukaan


dan lapisan lapisan didasar laut.

Proses proses geologi, tektonik dan oceanografi secara bersama sama


mempunyai peranan membentuk dan mengontrol sumberdaya mineral
kelautan .

Hampir dua pertiga laut Indonesia adalah wilayah laut dalam.

Tatanan geologi lautan Indonesia yang kompleks dikontrol oleh proses


proses geodinamika yang juga mengontrol proses mineralisasi daratan ,
mineralisasi didaratan tersebut pada beberapa daerah merupakan sumber
(resourses) hasil rombakan mineral mineral lepas pantai.

Sebaran mineral dilepas pantai secara regional adalah timah


kromit,monazite,zircon,rutil,pasir besi fosforit,mangan dank oral.
Timah

Kurang lebih setengah dari konsumsi timah dunia ditambang dilepas pantai
Birma, Thailand Malaisia dan Indonesia.
Potensi timah di Indonesia kurang lebih satu juta ton , 70 % nya diproduksi
dari timah lepas pantai, Bangka Belitung, Singkep, Kondur dan Pulau
Karimun.
Produksi timah dilakukan pada daerah dekat pantai dan lapisan lapisan yang
dangkal didasar laut
Kromit

Letak dan sebaran endapan kromit rombakan (detrital) ditemukan dekat


dengan sumber batuan primernya yaitu batuan ultra basa oleh sebab itu
selalu ditemukan dekat dengan gawir pantai pada singkapan ultrabasa yang
mengandung kromit. Gawir gawir pantai tersebut misalnya terdapat di
sepanjang pantai Kalimantan tenggara,dan Kalimantan timur, Pulau Laut dan
pulau Sebuku. Semenanjung tenggara dan timur laut Sulawesi, Halmahera
dan sekitarnya, pantai utara Irian termasuk pulau pulau weigeo.

Monazit, Zirkon dan Rutil.

Mineral mineral ini merupakan produk sampingan (by product) dari endapan
placers, sebagai produk sampingan dari endapan timah timah placer di Pulau
Bangka Belitung.
Pasir besi

Pasir besi yang berwarna hitam merupakan mineral mineral magnetit dan
ilmenite sebagian terdapat sampai jauh di lepas pantai yang pernah
ditambang di Cilacap Jampang Kulon dan daerah Jogyakarta. , seluruh
pantai Jawa barat. Sumber dari endapan mineral magnetit dan ilmenite ini
adalah batuan volkanik dan intrusive yang bersifat basa.

Fosforit

Endapan fosforit resen berupa fosfat kalium dalam bentuk nodul atau butiran
ditemukan dilepas pantai dasar laut paparan Sahul antara Timor dan
Australia.

Mangan

Mangan berupa nodul ditemukan di laut Banda ,Misol, selatan Lombok,


utara Sula, utara Halmahera, utara Kepala burung dan Utara Manado.

khusus di laut Banda Indikasi kerak mangan ditemukan pada sisitim


punggungan Tampomas dicekungan Banda utara

Koral

Batu gamping dalam bentuk terumbu koral banyak dijumpai diperairan


Indonesia disekeliling pulau Sulawesi, Kalimantan timur, laut Flores dan
laut Banda.
Terbentuknya endapan mineral lepas pantai mempunyai factor factor
pengontrol sbb:

1. Pola aliran sungai


2. Jarak daerah pengendapan yang relative dekat dengan sumber
3. Adanya mineralisasi yang primer di darat.
4. Morfologi lepas pantai yang mendukung.

6. Struktur geologi Lautan Indonesia

Laut Cina selatan dan selat Makasar

Konsep geologi tektonik masa kini adalah pembentuk muka bumi


sebagaimana keadaan sekarang, dimana bumi terdiri dari beberapa lempeng
benua dan lempeng samudera ada 16 lempeng utama didunia yaitu:
1.Lempeng Afrika, 2. Lempeng Antartika, 3.Lp.Arabia, 4.Lp.Australia,
5.Lp.Caribia, 6.Lp.Cocos, 7.Lp.Eurasia, 8.Lp.India, 9.Lp.Juan de Fuca,
10.Lp.Naszca, 11.Lp.Amerika Utara, 12.Lp.Pasifik, 13.Lp.Philippina,
14.Lp.Scotia, 15.Lp.Somalia, dan 16.Lp.South America.
Gambar 4. Lempeng lempeng utama didunia

gambar.5. Tiga jenis batas batas lempeng yang ada disamudera.


Gambar 6. Lava bantal membentuk struktur radier terbentuk dilautan
Batas antar lempeng adalah penunjaman antar lempeng, pemisahan antar
lempeng dan batas sesar transform. Pembentukan lautan dan samudera
sangat berkaitan dengan pemisahan (divergence) dan penunjaman
(convergence) lantai samudera itu sendiri.
Model penunjaman dari kerak samudera ke benua seperti pada gambar
berikut ini.

Gambar 7. Model penunjaman lempeng samudera terhadap lempeng benua


Gambar 8. Model morfologi penunjaman dengan bagian bagiannya.

Gambar 9. Tectonik setting dan batas lempeng mikro sunda.


Gambar 10. Paparan sunda di Utara dan paparan sahul di Selatan.
Gambar 11. Sesar menganan mentawai
Gbr. Kondisi struktur geologi utama dan tektonik Indonesia pada masa kini
Sejarah dan Umur

Pada kala miosen awal (25-20 jtl) terjadi Interaksi lempeng yang berupa
pemekaran (divergence) lantai samudera laut Cina selatan (gambar ). dan
penunjaman kebawah Kalimantan bagian utara , kemudian akibat dari
pengurangan kecepatan penunjaman tersebut terjadi proses peregangan
(extension) yang menerus dibelakang busur magmatik, sehingga terbentuk
lah laut selat makasar (gambar ).

Pada waktu ini di bagian timur dari pulau Kalimantan lempeng samudra
Pasifik mulai menunjam kearah bawah lengan timur sulawesi karena
terdorong oleh gerakan sesar mendatar sorong (Hall.1998), (gambar ).

Pada kala Pliosen – Resen (5- 0 jtl) berkembang fasa termuda vulkanisme
Kalimantan, gejala vulkanisme tersebut merupakan jalur rekahan intra
continental didaerah busur belakang.

Pada akhir kala Pliosen (2 jtl) terjadi juga gaya tektonik dari timur dengan
sesar sorongnya menekan kearah barat secara bertahap menuju Sulawesi dan
menekan Kalimantan, kemudian terjadi pembukaan selat Makasar (minor
sea floor spreading), dan terbentuknya laut selat Makasar perkembangan ini
menyebabkan penunjaman kearah timur (small subduction zone) dan
terbentuknya gunung api gunung api dibagian selatan pulau Sulawesi.
(gambar).
Gbr. Peta geologi pada kala miosen awal terjadi pemekaran laut cina selatan
yang menunjam kearah pulau Kalimantan bagian utara, (Bachtiar A,.2004).
Gambar. Model penunjaman dan peregangan terbentuknya laut dibelakang
busur magmatis.
Gambar. Gaya tektonik dari arah timur yang mengakibatkan terbentuknya
sesar palu-Koro di Sulawesi dan sesar Paternoster-Adang di Kalimantan
(Bachtiar A., 2004)
Gambar. Pemekaran pada kala pliosen akhir yang menyebabkan
penunjaman kearah timur ( Pulau Sulawesi) lebih aktif. (Katili, JA, 1985).
7. Tsunami
Tsunami terutama disebabkan oleh gempabumi di dasar laut. Tsunami yang
dipicu akibat tanah longsor di dasar laut, letusan gunungapi dasar laut, atau
akibat jatuhnya meteor jarang terjadi. Tidak semua gempabumi
mengakibatkan terbentuknya tsunami. Syarat terjadinya tsunami akibat
gempabumi adalah:
1. Pusat gempa terjadi di dasar laut
2. Kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km
Secara umum gempa bumi yang berkekuatan diatas tujuh (7) skala Richter
bisa menghasilkan gelombang tsunami diatas daratan mencapai sepuluh (10)
meter.
Dari hal tersebut diatas maka luas daerah pada hampir disepanjang pantai
Indonesia terutama di pesisir bagian barat Pulau Sumatera, selatan Pulau
Jawa, selatan Nusatenggara, di pesisir pantai Indonesia bagian timur dengan
ketinggian tersebut diatas adalah sangat rawan terhadap bencana tsuna
Konsep Tektonik Lempeng

Struktur dalaman Bumi terdiri dari “Litosfir” yang bersifat


tegar dengan ketebalan antara ± 80 Km dibawah samudra, dan
± 200 Km dibawah benua. Litosfir terdiri dari kerak-bumi pada
bagian atasnya, dan mantel-litosfir atau bagian paling atas dari
mantel, dibawahnya, yang dibatasi oleh “bidang Moho”.
Litosfir dianggap terdiri dari lempeng-lempeng atau pelat-pelat
yang dapat bergeser satu terhadap lainnya dengan kecepatan
berkisar antara 1 sampai 10 Cm\th, dengan menumpang diatas
suatu lapisan didalam mantel Bumi yang dinamakan
“Astenosfir”.

Batasan antara masing-masing lempeng Litosfir yang saling


bergeser itu dapat berwujud sebagai :

1. Palung lautan (:oceanic trench”), apabila terjadi 2 lempeng


saling berbenturan, dimana salah satu dari lempengnya
kemudian menunjam dan menyusup kedalam mantel Bumi.
2. Punggungan Samudra (“Oceanic Ridge”), apabila terjadi 2
lempeng saling bergeser dan memisah diri dengan disertai
oleh pembentukan kerak baru.
3. Sesar Transform (“Trasnsform faluts”), yang terjadi apabila
2 lempeng saling bersentuhan disertai dengan pergeseran
mendatar.
UNSUR-2 DAN GERAK SATKT01
LEMPENG LITOSFIR

interaksi divergen

sesar transform
pungung tengah-samudra

kerak samudra
ker
ak
be
nu
a

LITOSFIR

ASTENOSFIR
palung samudra
lempeng-lempeng
litosfir
interaksi konvergen

GB.2-1

Seluruhnya terdapat 16 lempeng-lempeng utama litosfir dan


beberapa yang berukuran kecil. Lempeng-lempeng utama
adalah :

1. Lempeng Afrika, 2. Lempeng Antartika, 3.Lp.Arabia,


4.Lp.Australia, 5.Lp.Caribia, 6.Lp.Cocos, 7.Lp.Eurasia,
8.Lp.India, 9.Lp.Juan de Fuca, 10.Lp.Naszca,
11.Lp.Amerika Utara, 12.Lp.Pasifik, 13.Lp.Philippina,
14.Lp.Scotia, 15.Lp.Somalia, dan 16.Lp.South America.
Lempeng-lempeng tersebut bergerak dan bergeser satu terhadap
lainnya dengan kecepatan dan arah yang berbeda-beda, dan
berubah dari waktu ke waktu. Heirtzler (1968) dan Le Pichon
(1968 ), berhasil menentukan kecepatan gerak lempeng Litosfir
dengan memanfaatkan sifat-sifat kemagnitan purba yang
terekam dalam kerak-samudra, yang berupa pola kesejajaran
anomali geomagnit positip dan negatip yang kedudukannya
simetris terhadap poros pematang atau punggungan samudra,
dengan membandingkan antara jarak dan umurnya. Arah dari
gerak lempeng, selalu tegaklurus terhadap poros punggung
samudra dan sejajar dengan “Sesar transform”.

Proses pembentukan pegunungan atau yang kita kenal dengan


“orogenesa” atau “deformasi”, adalah merupakan produk dari
benturan antara lempeng-lempeng yang bergerak .

UNSUR-UNSUR LITOSFIR :
KERAK BUMI

Untuk mendapatkan gambaran tentang bahan-bahan yang


membentuk litosfir, maka dibawah ini akan diulas secara
umum bagian-bagian penting dari litosfir yang berkaitan
langsung dengan proses orogenesa dan pembentukan magma.

Kerak bumi mempunyai ketebalan bervariasi antara 3 Km


dibawah samudra, atau yang membentuk lantai samudra, dan 80
Km dibawah benua. Berdasarkan sifat-sifat fisik dan
komposisinya, kerak bumi dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian
utama, yaitu kerak-samudra yang mendasari samudra, dan
kerak benua yang melandasi benua-benua.

Kerak samudra :

Penelitian-penelitian yang dilkakukan secara intensif terhadap


kerak samudra akhir-akhir ini, telah memungkinkan
mendapatkan gambaran yang lebih pasti perihal sifat-sifat fisik-
kimiawi dan petrologi dari kerak samudra, yang diperoleh dan
dipelajari dari data pemboran “dalam” atau DSDP (“Deep Sea
Drilling Project”), pengerukan contoh dan seismik dengan
mengamati kecepatan rambat gelombangnya.

Penyelidikan melalui gempa bias ( refraction ) memperlihatkan


bahwa kerak samudra terdiri dari tiga lapisan, yaitu :

1.Terdiri dari sedimen laut dalam dari berbagai tingkat


konsolidasi dengan ketebalan rata-rata 0.3 Km, dengan
kecepatan rambat gelombang (Vp) antara 1.5 dan 3.4 Km/sec.,

2. Terdiri dari batuan basalt yang terbentuk di punggung-


tengah-samudra. Mempunyai ketebalan rata-rata 1.4 Km dan
Vp berkisar antara 3.4 dan 6.0 Km/sec.,
3. Mempunyai ketebalan 4.7 Km dan Vp 6.8 Km/sec. Lapisan
ini menurut pengamatan HESS (1962) diduga terdiri dari
batuan peridotit yang terserpentinkan. Dibawah lapisan ke
tiga ini adalah “bidang Mohorovicic”.

Berdasarkan kedudukannya, kerak-samudra dapat dibagi


menjadi 2 (dua) bagian utama, yaitu :

1. Yang berada pada Zona batas lempeng

Susunan utama dari kerak-samudra disini terdiri dari :


basalt, yang dinamakan “submarine basalt atau OFB
(“Ocean Floor Basalt”), Abysal basalt dan Mid-Ocean
Ridge Basalt atau MORB. Bebatuan tersebut dianggap
mempunyai komposisi kimiawi yang terbatas, dengan sifat –S
toleitik, SiO2 tetap dan kadar K yang rendah.

Hasil penelitian yang dilakukan setelah th 1970 menunjukan :


Adanya perbedaan yang sangat signifikan dalam komposisi
kimia maupun petrografi dari kerak samudra khususnya basalt
yang dierupsikan melalui punggung atau poros tengah samudra
(MORB), dengan basalt yang ada di pulau-pulau diluar
punggungan.

Pada dasarnya MORB terdiri dari basalt toleit olivin, yang


mengarah kepada suatu sumber dan proses tetap yang
berlangsung di punggungan samudra. Mereka ini merupakan
bagian terbesar yang menempati kerak samudra, serta dikenal
sebagai produk dari proses pemisahan (deferensiasi) yang
berlangsung diatas mantel-bumi selama kurun waktu geologi.
Kekecualian yang mencolok dijumpai sepanjang “East Pacific
Rise”, Galapagos, Juan de Fuca, Hindia Barat Daya dan
Punggungan Hindia Tenggara.

2. Kerak pasif bergeser setelah pembentukannya pada


poros punggung samudra

Interaksi “divergen”

Ada 3 (tiga) kemungkinan interaksi yang mungkin terjadi pada


interaksi divergen, dimana 2 lempeng litosfir saling memisah
diri, yakni “normal” ( bertolak belakang secara tegaklurus ),
“dekstral” ( menyerong, gerak relatip kekanan terhadap bagian
yang memisah ) dan “sinistral” ( gerak sebaliknya dari
dekstral ) Gambar berikut.

DIVERGEN NORMAL

DIVERGEN DEKSTRAL

DIVERGEN SINISTRAL
Pada gambar nampak bahwa umumnya gerak relatip antara
2 lempen g litosfir sifatnya adalah menyerong. Pada bentuk
interaksi divergen seperti itu kita akan mendapatkan bentuk-
bentuk struktur :
(a) sesar turun menyerong kekiri atau
(b) kekanan (“oblique-slip sinistral atau dextral”) dan
(c) sesar normal atau “dip-slip”. Pola-pola seperti itu akan
kita jumpai pada bentuk-bentuk punggungan samudra atau
daerah-daerah dengan rezim tektonik regangan.

Sebagai akibat dari interaksi antara dua lempeng litosfir, bagian


yang merupakan batas antara keduanya, akan mengalami proses
deformasi. Deformasi yang membentuk suatu jalur yang
memanjang mengikuti batas interaksi yang melibatkan
sejumlah volume bahan yang mempunyai ukuran luas dan
ketebalan tersebut dikenal sebelumnya sebagai “jalur orogen”.

Jalur orogen pada dasarnya merupakan pencerminan dari


produk sejumlah pola gaya yang bekerja pada dan melalui batas
interaksi lempeng litosfir. Lebar jalur orogen, intensitas dan
sifat dari deformasinya, ditentukan oleh sifat, besarnya dan
lamanya gaya yang bekerja tersebut. Gaya bekerja, yang
ditimbulkan sebagai akibat dari interaksi lempeng, akan
membentuk suatu pola tegasan kemudian akan menghasilkan
suatu tatanan struktur tertentu.
Rezim Tektonik Regangan pada interaksi divergen
Wilayah produk interaksi lempeng divergen adalah suatu jalur
yang dipengaruhi oleh tektonik regangan dan selanjutnya
disebut wilayah dengan “rezim tektonik regangan”.

Rezim tektonik regangan dapat dibagi menjadi 2 (dua)


kelompok , yaitu yang terdapat pada :

(a) Batas lempeng yang saling memisah yang berwujud


sebagai punggung samudra.
(b) Zona pemisahan pada benua

(a) Punggung samudra

Batas interaksi yang menghasilkan bentuk morfologi ini


merupakan gejala geologi yang sangat menonjol di muka
Bumi ini. Mereka menempati kira-kira 23.2% dari
seluruh muka Bumi. Salah satu daripadanya yang paling
banyak mendapat perhatian dan banyak dipelajari adalah
Punggung-Tengah-Samudra Atlantik (“Mid-Atlantik-
ocean Ridge”) yang sebarannya memanjang dengan arah
utara-selatan, membelah Samudra Atlantik hampir dari
kutub ke kutub. Punggung ini menempati luas hampir
1/3 dari permukaan dasar samudra Atlantik.
Wilayah tektonik ini juga dikenal sebagai batas tektonik
“konstruktif”, karena terjadinya proses pembentukan
“kerak baru”.

Komposisi batuannya:

Jenis batuan yang terdapat pada bentuk tektonik


terbesar di muka Bumi, yaitu samudra, adalah
“basalt”. Berdasarkan pengamatan baik dari hasil
pengerukan dan pemotretan-2 yang dilakukan dibawah
permukaan laut, memperlihatkan bahwa sebagian besar
dari batuan yang terdapat di bagian poros punggung
samudra, terdiri dari basalt dengan struktur lava bantal
dan hyaloclastik. Disamping itu dijumpai pula batuan
beku dengan tekstur kasar seperti diabas, gabro serta
hasil ubahannya, diorit, serpentitnit dan peridotit, yang
diperoleh dari pengerukan zona-zona rekahan. Basalt
yang diambil dari tempat yang agak jauh lokasinya dari
poros punggung, ternyata telah mengalami proses
ubahan dan seringkali juga melibatkan batuan kelompok
“greenstones”.
Kandungan Metal Alkali:
Konsentrasi Metal Alkali dalam basalt Punggung-
samudra baik yang berada di Atlantik maupun Pasifik
umumnya akan tinggi untuk batuan yang mempunyai
perbandingan REE terhadap Fe-Mg tinggi. Nilai-nilai K,
Rb dan Cs, pada basalt-basalt dari punggung-samudra
adalah lebih rendah dibandingkan terhadap kebanyakan
batuan basalt. Perihal kandungan Sr, berkisar antara 60
dan 300 ppm Disisi lain, kandungan Ni basalt-basalt
punggung-samudra berkisar antara 70-170 ppm.

Proses pembentukan celah

Kegiatan vulkanisma yang menyertai pembentukan celah ada


yang sangat banyak, tetapi ada juga yang hanya sedikit saja.
Jenis magmanya ada 2 (dua) macam, yaitu yang bersifat
basaltis fonolitis dan toleitis maupun shyolitis.

Umumnya proses yang berlangsung dalam pembentukan celah-


celah itu amat komplek, yang melibatkan terjadinya peristiwa
patahan dan pensesaran yang diikuti gejala vulkanisma. Namun
satu hal, yaitu kebanyakan celah akan disertai oleh suatu gejala
pembubungan yang luas dan lebar

Menurut BURKE dan DEWEY (1973), terjadinya


pembubungan dan gejala vulkanisma yang menyertai, terjadi
karena adanya mantel yang menggelembung atau “mantel
diapir”, yang dapat mengakibatkan terjadinya kubah
(pembubungan litosfir) maupun gejala vulkanisma. Celah yang
terjadi melalui proses demikian ini oleh CONDIE (1982)
dinamakan sebagai “mantle activated”.
Wilayah-wilayah diatas permukaan Bumi dengan tingkat
gradien geothermis yang tinggi , atau “Hot spot”, sekarang ini
dianggap sebagai mantel yang menggelembung dan dikaitkan
dengan pembentukan pemisahan dan punggung-punggung
pemekaran.

Berdasarkan teori yang mutakhir, zona-zona regangan dapat


dikelompokan berdasarkan tatanan tektoniknya, dan ini adalah :

(1) Yang berkaitan dengan pembentukan kubah; terbentuk


sebagai pengembangan dari rekahan-rekahan radiair yang
saling bertemu.
(2) Yang berkaitan dengan proses pemisahan lempeng dalam
pembantukan pemekaran lantai samudra.
(3) Rekahan yang berhubungan dengan gejala tumbukan
antara kerak benua atau antara benua dengan busur
kepulauan yang berkembang setelah terjadinya gejala
tumbukan.

Pembunungan litosfir umumnya disebabkan oleh munculnya


“Hot Spot” didalam litosfir. Pembubungan kerak yang terjadi
diatas penggelembungan astenosfer ini akan diikuti dengan
pembentukan 3 atau lazimnya lebih, rekahan-rekahan radiair
yang menyebar berpusat dari puncak kubah. Dua atau tiga dari
rekahan yang terbentuk akan diisi atau ditempati oleh sejumlah
korok-korok basalt yang selanjutnya akan diteruskan dengan
gejala pemekaran lantai samudra. Yang satu lagi
perkembangannya akan terhenti dan terhadap celah seperti yang
terakhir ini dinamakan “failed arm”. Banyak dari rekahan-
rekahan yang disertai dengan terobosan-terobosan yang
bersumber dari mantel dengan susunan alkalin maupun per-
alkalin yang berada dibawah pusat-pusat kegiatan volkanisma.
Data gayaberat dan seismik di celah Afrika Timur menunjukkan
ketebalan hingga mencapai beberapa kilometer.

SA\TKT\1
CELAH (RIFT)

KERAK
LITOSFIR MENIPIS
AKIBAT ARUS-
KONVEKSI
DALAM MANTEL LITOSFIR

ASTENOSFIR

PROSES PEMBENTUKAN CELAH (RIFT)

CONDE (1984)
MANTLE - ACTIVATED; DISEBUT JUGA : "ACTIVE"

DIAWALI OLEH PEMBUBUNGAN DAN DISERTAI OLEH GEJALA


VULKANISMA YANG BANYAK TERJADI PADA STADIA-2 AWAL

CONTOH : EAST AFRICAN RIFTS


- BANYAK VULKANISMA
- TERJADI DITENGAH BENUA

Gambar Proses pembentukan celah 1.


Namun nampaknya tidak semua bentuk celah dapat dijelaskan
melalui proses pembentukan tersebut. Beberapa daripadanya
agaknya terjadi hanya disebabkan oleh proses regangan yang
murni dari litosfir. Celah yang terbentuk dengan cara demikian
ini oleh CONDIE dinamakan “lithosphere activated”.

SA\TKT\2
CELAH (RIFT)

KERAK
ASTENOSFIR

KERAK

INJEKSI ASTENOSFIR

PROSES PEMBENTUKAN CELAH (2)

CONDE (1982)

LITOSPHERE ACTIVATED, ATAU "PASSIVE"

CONTOH : BAIKAL DAN RHINE

- INTRAPLATE
- SEDIKIT VULKANISMA
- DIAWALI OLEH PEMBENTUKAN CEKUNGAN
PENGENDAPAN

Gambar proses pembentukan celah 2

Pola celah akibat tektonik regangan di benua yang terkenal


adalah pola celah Afrika – Laut Merah – Teluk Aden.
Kemudian di benua Eropa adalah celah Rhine – Rurhr – Oslo –
Baikal dan celah Rio Grande. Gejala mineralisasi pada lantai
samudra berhubungan dengan proses pemisahan :

Terbentuknya batuan beku alkalin dan per-alkalin yang terjadi


diatas “Hot Spot”, pada umumnya terus dilanjutkan dengan
proses pemisahan benua, pemekaran dan pembentukan
cekungan dengan kerak-samudra. Gejala tektonik seperti itu
tidak ada hubungannya dengan gejala pembentukan
pegunungan atau orogenesa.

2. Interaksi konvergen

Seperti halnya yang terjadi pada interaksi lempeng divergen


pada interaksi konvergen pada umumnya arah interaksi adalah
menyerong. Dengan demikian, memungkinkan terjadinya
konvergen normal (apabila arahnya tegaklurus), konvergen
dekstral dan konvergen sinistral. Sifat deformasi serta struktur-
struktur yang terjadi ( pola dan bentuknya ), akan ditentukan
oleh pola dari interaksi tersebut.

Sebelum konsep tektonik lempeng diperkenalkan, wilayah-


wilayah yang dicirikan oleh kumpulan batuan dan struktur
tertentu serta menempati bagian-bagian tertentu pula dimuka
bumi, disebut sebagai jalur-jalur orogen atau “orogenic belt”.
Jalur-jalur tersebut nampak sangat menonjol terletak pada
bagian tepi benua-benua Amerika, Asia, Eropa dan Afrika. Satu
daripadanya mengitari Samudra Pasifik yang dapat ditelusuri
mulai dari ujung Selatan Benua Amerika Selatan (Andes)
hingga ke Amerika Utara (Peg.Amerika –Tengah, Cascade dan
Alaska) melalui Kapulauan Aleutian kemudian ke Jepang,
Filippina, Indonesia, Irian dan berakhir di New Zealand.
Rangkaian jalur pegunungan ini dikenal sebagai jalur orogen
“Cicum Pacifik”. Yang kedua dapat dilacak mulai dari
Indonesia (NTT-NTB, Jawa dan Sumatra), Birma, Himalaya
dan Meditterania, yang membujur hampir Barat-Timur. Jalur
tersebut dikenal sebagai jalur orogen “Meditterani”.

Meskipun jalur-jalur tersebut dapat diikuti secara menerus,


namun beberapa bagian dari jalur tersebut ternyata mempunyai
ciri-ciri yang berbeda, yaitu ada yang berupa rangkaian
pegunungan yang membentuk busur pada bagian tepi benua
(Andes), dan ada pula yang berbentuk busur-busur kepulauan
atau “island-arc” (Kep.Mariana dan Aleutian). Untuk jenis yang
pertama, disebut juga sebagai tipe Tepi Benua Aktip atau
“active continental margin”.

Adalah DEWEY dan BIRD (1970) yang mungkin merupakan


para perintis yang mencoba melihat ciri-ciri khas jalur orogen
tersebut untuk kemudian secara jelas diterangkan dengan
menerapkan konsep-konsep tektonik lempeng, yang pada saat
itu mulai diterapkan untuk menafsirkan masalah-masalah
geologi yang sebelumnya masih sulit untuk dipecahkan dengan
cara-cara yang lazim. Dalam tulisannya yang berjudul
“Mountain Belts and the New Global Tectonics”, diulasnya
tentang proses interaksi atau benturan konvergen lempeng yang
disertai subduksi yang kemudian menghasilkan kelompok-
kelompok batuan tertentu serta strukturnya yang khas dengan
menggunakan istilah-istilah “Tektonik Lempeng”, yang
kemudian diperkenalkan sebagai “jalur orogen”.

Dengan munculnya teori tektonik lempeng, jalur-jalur orogen


tersebut untuk selanjtunya ditafsirkan sebagai produk daripada
interaksi atau benturan konvergen lempeng-lempeng litosfir.
Dalam teori tektonik lempeng, kita mengenal adanya 2 (dua)
jenis benturan lempeng litosfir, satu adalah benturan antara dua
lempeng yang diikuti oleh gejala penunjaman dan penyusupan
salah satu lempengnya atau “subduksi”, yang lainnya adalah
benturan tanpa disertai gejala subduksi atau “collision” (Gb. ).

Gejala “collision” yang dapat melibatkan 2 lempeng kerak


benua atau, antara “busur-kepulauan” dan benua setelah
keduanya saling mendekat dan akhirnya berbenturan, umumnya
merupakan kelanjutan daripada proses subduksi. Benturan
antara 2 lempeng, baik itu yang disertai gejala subduksi
maupun tidak, dapat pula diikuti dengan terjadinya
“penumpukan” salah satu kerak diatas yang lainnya melalui
sesar-sesar naik atau sesar sungkup (“nappe”). Gejala yang
demikian ini disebut “obduksi” (Gb.).

Interaksi konvergen atau benturan yang disertai subduksi

Interaksi konvergen seperti ini, dapat melibatkan 2 (dua)


lempeng litosfir yang terdiri dari kerak-samudra dan kerak-
benua, atau dapat juga keduanya adalah kerak-samudra.
Apabila kejadiannya seperti yang pertama, maka kerak samudra
yang sifat fisiknya lebih lentur namun lebih berat karena
susunan batuannya yang didominasi oleh batuan bersusunan
basa-ultrabasa, maka saat awal terjadi benturan dengan kerak-
benua, maka lempeng dengan kerak yang lebih berat akan
menunjam dan menyusup kedalam mantel-bumi. Proses seperti
itu dapat juga terjadi pada benturan antara 2 kerak-samudra,
dimana salah satu nya akan menunjam dan menyusup.

Dengan ini terbukti bahwa komposisi dari kerak yang terlibat


bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan
terjadinya gejala subduksi, tetapi faktor-faktor kecepatan dan
arah gerak relatip antara 2 lempeng yang saling mendekat dan
berinteraksi juga turut menentukan.
Interaksi konvergen yang disertai dengan subduksi, akan
membentuk suatu pola tektonik yang dinamakan “pola palung-
busur”, yang mempunyai unsur-unsur utamanya (1) “palung”
atau “parit” yang merupakan tempat dimana lempeng litosfir

BACK ARC
MAGMATIC BELT
BACK ARC
BACK ARC COMPRESSIONAL
OUTER ARC MAGMATIC ARC THRUST BELT BASIN
OUTER
TROUGH

BACK ARC OUTER


EXTENSIONAL ARC
MAGMATIC
BASIN
ARC OUTER ARC
TROUGH

OUTER ARC
GRANITE

menunjam dan menyusup. Palung seperti itu juga ditafsirkan


sebagai “batas lempeng”. Kemudian (2) busur-magmatik atau
volkanik, yang merupakan pusat-pusat kegiatan magma.
Selanjutnya (3) cekungan-cekungan sedimentasi yang terdapat
dibagian depan dan belakang busur-magmatik.

Dengan adanya 2 kemungkinan tersebut diatas, maka terdapat 2


tipe produk interaksi konvergen (UYEDA 1983) yaitu: (1) tipe
“Andes” atau tipe “Chili “ atau juga lazim disebut “high stress”,
yang terbentuk apabila lempeng kerak-samudra dan lempeng
kerak-benua saling berinteraksi dan menghasilkan bentuk busur
pada bagian tepi kerak benua. Bentuk palung-busur tersebut,
juga lazim disebut “active continental margin” atau “tepi benua
aktip”. (2) tipe “Mariana” atau “low stress”, yang terjadi
sebagai akibat 2 lempeng kerak-samudra berinteraksi, dimana
salah satu lempengnya menunjam dan menyusup.
Adapun bentuk palung-busur yang terjadi disebut sistim “busur-
kepulauan ” atau “island-arc system”.

Dengan adanya 2 tipe interaksi konvergen seperti tersebut


diatas, maka “Rezim Tektonik” yang dihasilkan juga akan
berbeda. Salah satu perbedaan dalam rezim tektoniknya adalah
pada bagian belakang busurnya, yang didasarkan kepada
penafsiran terhadap sumber gempa bumi. Pola subduksi tipe
“Chili” , mempunyai tegasan tektonik kompresi, seperti halnya
yang dapat diamati di Jepang dan kepulauan “Kurilen”
Sedangkan disisi lain, pada tipe subduksi “Mariana”, kita
jumpai tegasan tektonik regangan seperti yang terdapat di
kepulauan Andaman dan Ryukyu, Jepang. Perbedaan lainnya
yang menonjol pula adalah dari kondisi kegempaan yang
berkaitan dengan pergeseran melalui sesar.

Gambar dibawah ini memperlihatkan kedua bentuk sistim


interaksi konvergen tersebut.

BUSUR VOLKANIK

PEMEKARAN DI
REGANGAN
BELAKANG BUSUR

LEMPENG LEMPENG
KERAK- KERAK-
BENUA SAMUDRA

TIPE "MARIANA" (LOW STRESS)

PRISMA AKRASI
PENGANGKATAN
PEMBUBUNGAN

KERAK- KERAK-
SAMUDRA BENUA

TIPE "CHILI" (HIGH STRESS)


Bentuk sistim palung-busur

Terjadinya perbedaan pada bentuk sistim palung-busur,


disebabkan oleh beberapa faktor:

CROSS dan PILGER (1982), menyebutkan adanya faktor yang


tidak saling berkaitan yang dapat menyebabkan terjadinya
perbedaan pada bentuk sistim palung-busur :

(1) faktor tingkat kecepatan gerak lempeng pada interaksi


konvergen. Kecepatan yang relatip besar, akan disertai oelh
sudut kelandaian subduksi yang kecil, dengan jarak palung-
busur (“arc-trench-gap”) yang lebar (150-600 km). Pada
tingkat kecepatan konvergen yang kecil, justru akan disertai
dengan sudut jalur subduksi yang besar .

(2) Faktor kecepatan absolut dari lempeng yang menumpang diatas


penyusupan. Gerak absolut daripada lempeng yang menumpang
ini sama sekali terpisah dari faktor tingkat kecepatan relatip
konvergen. Gerak absolut yang cepat menuju arah palung dari
lempeng tersebut, akan menyebabkan terjadinya penggilasan
terhadap palung. Gejala ini akan menyebabkan pengurangan
terhadap pengaruh tarikan gayaberat terhadap lempeng yang
menyusup. Dengan demikian maka gerak absolut yang besar
kearah palung dari lempeng yang menumpang, akan
menimbulkan juga sudut kemiringan penyusupan yang kecil,
dan dengan sendirinya juga “jarak-palung-busur” akan besar
(600-1000 km). Sedangkan gerak absolut lambat dari lempeng
yang menumpang, akan mempunyai pengaruh yang sebaliknya,
yaitu peningkatan besarnya sudut penunjaman jalur
penyusupan, yang akan diikuti pula dengan pergeseran letak
daripada palung kearah samudra.
(3) . Faktor umur dari kerak-samudra yang menyusup.

Faktor ini berkaitan dengan sifat fisik lempeng, yang berkaitan


pula dengan proses pendinginan secara berangsur semenjak
pergeserannya dari sumbernya di pematang samudra.

150 -500 km

TINGKAT BENTURAN
RELATIP ANTARA LEMPENG ;

TINGKAT BENTURAN RELATIP BESAR;


AKAN DISERTAI DENGAN SUDUT
PENUNJAMAN LEMPENG YANG
cepat MENYUSUP KECIL, DAN JARAK
PALUNG-BUSUR SANGAT BESAR

100-200 km

TINGKAT BENTURAN RELATP KECIL


AKAN DISERTAI DENGAN SUDT
PENUNJAMAN YANG BESAR,
DAN JARAK PALUNG - BUSUR KECIL

lambat

Semakin tua umurnya (berarti telah lama proses pendinginannya), maka


akan semakin besar densitasnya, atau semakin berat dan tebal.

Karena lempeng yang menyusup itu tebal dan berat, maka hal ini akan
mengurangi gerak pembubungan sehingga akan cenderung untuk menarik
alur penyusupan kebawah. Dan ini berarti akan memperkecil jarak antara
palung-busur. Lain halnya apabila terjadi sebaliknya, dimana kita
mempunyai lempeng yang masih baru (muda dan lebih panas). Keadaan
seperti ini akan menyebabkan kelandaian sudut jalur penyusupan, kecil lihat
gambar.

100 - 150 KM

FAKTOR UMUR DARI


LEMPENG YANG MENYUSUP

SUDUT PENUNJAMAN
KECIL
TUA
>50 JUTA

BUSUR YANG PUNAH

MUDA
< 50 JUTA

Gambar

Unsur-unsur tektonik utama pada sistim palung-busur


(1) Palung laut (“oceanic trench”)
 Bentuk topografi negatip dengan kedalaman > 500
meter, pada bagian dasarnya yang terus menurun selama
berlangsungnya gejala penyusupan lempeng. Gerak
penyusupan yang berlanjut menimbulkan penumpukan
bahan-bahan yang terdiri dari kerak-samudra beserta
selaput tipis sedimen-sedimen endapan dasar samudra.
Mekanisma penumpukan disamping melalui
pengendapan dalam palung, juga melalui gerak
pensesaran-pensesaran serta pelenturan lainnya yang
terpusat dan terarah pada bagian bawah dari palung.

Jalur subduksi
Merupakan produk penyusupan lempeng pada wilayah
tektonik aktip. Merupakan bagian terangkat daripada
suatu palung yang terletak kearah busur-magmatik
dari poros palung. Bagian ini terdiri dari komplek
percampuran batuan-batuan sedimen berasal dari
endapan palung, kerak samudra (ofiolit) dan sedimen
endapan lantai samudra (argilit dan batugamping),
dengan struktur yang rumit. Proses pencampuran
berlangsung melalui sedimentasi dan tektonik.

Selama gejala penyusupan berlangsung, jalur ini


dapat tetap berada pada kedudukannya, sehingga
lebarnya terbatas, tetapi dapat juga mengalami
pergeseran kearah samudra mengikuti pergeseran dari
palung sehingga menjadi bertambah lebar.

Jalur subduksi ini disamping dapat melebar, juga


dapat menebal melalui pensesaran-pensesaran akibat
kompresi. Menurut DEWEY dan BIRD, gejala
deformasi yang berlangsung pada bagian dalam
dinding palung adalah pembentukan sesar-sesar naik,
yang melibatkan bahan-bahan yang berasal dari
lantai-samudra. Gejala pensesaran ini akan
menyebabkan terjadinja pengangkatan sehingga
membentuk pegunungan..

(2) Rumpang antara palung dan busur dengan


cekungan depan-busur (“fore-arc-basin”)
Merupakan bentuk geografis memanjang yang berada
diantara palung dan busur-magmatik., dimana terjadi
proses pengendapan sedimen dalam cekungan yang
terbentuk sebagai akibat gerak menurun. Oleh
DICKINSON (1970), rumpang ini dinamakan “arc-
trench-gap”. Lebarnya bervariasi antara 75 hingga
275 km. Di beberapa rumpang palung-busur ini
kadang dijumpai suatu bentuk tinggian dan
membentuk busur atau punggungan sejajar dengan
palung dan busur. Contoh adalah deretan pulau-pulau
di sebelah barat P.Sumatra dan punggungan bawah
laut di selatan P.Jawa.

Cekungan pengendapan yang terbentuk dan berada


dibagian depan busur (kearah samudra), disebut
cekungan-depan-busur atau “fore-arc-basin”.

Lingkungan transisi

Wilayah transisi, secara geologi dicirikan oleh lingkungan pengendapan


deltaic yang terdiri atas, distal, jemari delta, dataran bawah delta dan dataran
atas delta setiap bentuk delta yang ada didunia ditentukan oleh sistim, pola
dan mekanisme aliran sungai yang ada didaratan dan dilaut ditentukan oleh
adanya morfologi pantai dan mekanisme arus laut sehingga bentuknya
sangat bervariasi.

Terumbu Karang

Terumbu karang (coral reefs), dari tinjauan secara fisik dan biologi ,
keberadaannya dibangun oleh hasil sedimentasi jasad jasad organisme,
dengan metabolisme kalsium karbonat, pada kondisi lingkungan yang relatif
hangat dan kedalaman air yang dapat ditembus oleh sinar matahari, dengan
demikian terumbu karang cenderung resisten terhadap gelombang air laut.
Terumbu karang sebagai penyuka laut tropika mengandung gampingan yang
berasosiasi dengan batuan sedimen, dimana cangkang terumbu saling
mengunci membentuk suatu paparan karbonat terdiri dari koral yang diikat
oleh gangang merah dan semen karbonat.
Sedimen karbonat tersebut dibangun oleh kerangka yang berasosiasi dengan
flora dan fauna serta organisme benthos lainnya.

Pertumbuhan terumbu karang dengan spesies yang bervariasi 1,5 mm


sampai 11,5 mm pertahun , seperti spesies acropora pada great Barier reeff
dapat tumbuh mencapai 20 cm pertahun (davis 1985).

Gelombang laut pada umumnya terjadi karena alih energi dari angin ke
permukaan laut atau sebagai akibat adanya gempa tektonik didasar laut.

Gelombang laut tersebut akan merambat kesegala arah yang membawa


energi dan akan dihempaskan kepantai dalam bentuk ombak.
Pergerakan rambat gelombang laut dapat mencapai ratusan dan ribuan
kilometer sebelum dihempaskan kepantai . gelombang yang mendekati
pantai akan mengalami proses pembiasan (refraksi ) dan akan memusat jika
mendekati semenanjung serta menyebar jika menemui teluk atau cekungan
pantai.
Factor topografi dasar laut akan sangat mempengaruhi gelombang laut.
Peroses naik turunnya permukaan laut secara hampir priodik yang
disebabkan oleh gaya tarik menarik dari benda benda angkasa khusususnya
oleh bulan dan matahari dikenal dengan pasang surut atau pasut bisa
mengakibatkan terjadinya tsunami bila terbentuk sesar oleh gaya tektonik
didasar laut.

Delta

Kegiatan geologi dihulu sungai atau didarat sangat berpengaruh terhadap


wilayah hilir dalam hal ini adalah dipantai,delta dan perairan esturia.
Pembentukan delta delta baru dimuara sungai dan pesisir, sangat erat
kaitannya dengan tinggi laju sedimentasi , laju kecepatan erosi .
Eksploitasi didaerah hulu berupa penebangan hutan, penambangan dan
lainnya pasti akan mempertinggi tingkat laju erosi dan akhirnya akan
terendapkan dihilir mengakibatkan pendangkalan pantai , perusakan terumbu
karang akan tetapi juga memperkaya daerah esturia.
Kegiatan penambangan didaerah kawasan daerah aliran sungai (DAS)
menyebabkan kerusakan hutan yang akan membentuk perubahan topografi
antara lain kegiatan eksploitasi dan eksplorasi minyak bumi dan batubara,
bahan galian C dan penambagan bahan bahan mineral lainnya, terangkut
oleh sungai dan terendapkan pada perairan esturia.
Soal geologi kelautan AKHIR ganjil 2008/2009
Tanggal: 2 februari 2008
Waktu : 13-15 Wib
jenis : Tutup buku.
Dosen : Akhmad Syafuan

I. Batas lempeng Mikro sunda salah satunya adalah


sesar sumatera buat dan gambarkan lempeng
mikrosunda tersebut yang mencakup laut cina
selatan dsb ?
II. Paparan sunda dibagian utara Indonesia dan paparan
sahul di bagian selatan Indonesia buatkan
penyebaran kedua paparan tersebut dengan batas
batas nya gambarkan ?
III. Gambarkan dan terangkan bagaimana terjadinya
pembentukan laut selat Makasar dalam sejarah
tektoniknya ?
IV. Kipas laut dalam sangat penting dalam pembentukan
reservoir minyak bumi uraikan dan gambarkan
model kipas laut dalam dengan keterangannya ?
V. Bagaimana terbentuknya tsunami terangkan sejelas
jelasnya ?
VI. Mineral ekonomi apa saja sebutkan 5 jenis yang
umumnya terdapat dilautan darimanakah
resoursesnya (hubungkan dengan daratan).?
VII. Buat profil lautan pada umumnya gambarkan ?

----------------- Kerjakan sendiri sendiri ------------------

Buatlah sketsa gambar Zona Ekonomi Ekslusif dari tatanan geologi dan
tektoniknya maka Indonesia dapat dipisahkan menjadi delapan (8) Zona
berikut ini yaitu:

1. Zona sumatera, berada dibagian barat pantai sumatera mulai dari laut
Andaman diutara aceh sampai selat sunda dicirikan oleh adanya
penunjaman dan adanya palung sepanjang pantai barat Sumatera.
Diidentifikasi adanya migas pada pantai sekitar pulau Nias dan pantai
barat Bengkulu.

2. Zona Jawa, berada pada sepanjang selatan Jawa barat sampai dengan
selatan pulau Sumba. Pada sepanjang daerah selatan laut Indonesia ini
paling dalam adalah diselatan pulau Sumba dengan kedalaman lebih
dari 6000 m, akibat penunjaman lempeng samudera Indonesia kepulau
Jawa sampai Nusa tenggara timur.
3. Zona Sumba, merupakan hasil penunjaman transisi Scott plateau
terhadap pojok tenggara lempeng Eurasia dari selatan sumba barat
sampai pulau roti. Pada zona ini sistim palung sunda berangsur angsur
mendangkal kearah timur sampai dengan kedalaman 3000 m.

4. Zona Timor – Aru, dicirikan oleh penunjaman aktif yang melibatksn


tepian utara tepian kontinen Australia dengan sistim busur banda,
sepanjang palung Timor dari timor barat sampai pulau Aru, dengan
kedalaman 2000 m sampai 3000 m. pada zona ini termasuk paparan
sahul dan ketimurnya beralih kesistim laut arafura. Migas ditemukan
didaerah celah Timor.

5. Zona Irian , merupakan penunjaman antara laut Carolina disamudera


pasifik dengan terhadap utara Irian jaya, sepanjang palung Irian yang
berhadapan langsung dengan Samudera hindia.

6. Zona Halmahera, dicirikan oleh sistim cekungan tepi laut Filipina


barat dengan pulau Halmahera, sepanjang palung Filipina barat.

7. Zona Sulawesi, merupakan penunjaman antara tepi Sulawesi dengan


Sulawesi utara. laut sulawesi sendiri merupakan tepi kontinen Eurasia
pada bagian utara berbatasan dengan Filipina dan pada bagian barat
lautnya berbatasan dengan Malaisia.

8. Zona Natuna, terletak pada bagian utara sistim paparan Sunda


merupakan tepian peregangan (rifted margin) di laut cina selatan ,
kawasan ini merupakan cadangan Gas yang sangat besar diperkirakan
mencapai 210 triliun kaki cubic.

II. Buat profil penampang Morfologi dasar laut dari pantai ke laut
abisal jelaskan

III. Perkembangan dan pembentukan laut dan samudra sangat


berhubungan dengan pemisahan dan penunjaman tektonik selain
batas sesar transform buat sejarah perkembangan diselatan
Indonesia jelaskan arah dan zaman terbentuknya.
IV. coba jelaskan sejarah terbentuknya laut selat Makasar.

--------------------------- Kerjakan sendiri sendiri-----------------------------

SURAT KETERANGAN KERJA

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Ir Hikmad Lukman Msc

Alamat : Jln Bagaspati raya no 5 Bantarjati Bogor

Jabatan : Direktur CV. Karya Lestari


Dengan ini menerangkan bahwa Saudara Ir Akhmad Syafuan MT adalah
pernah bekerja pada perusahaan kami sebagai Tenaga Ahli
GEOLOGIST untuk pekerjaan DED Jalan Tanah Baru Kota Bogor
untuk tata ruang wilayah Bogor pada bulan juli sampai desember tahun
2008.

Adapun pekerjaan tersebut dapat dikerjakan dan diselesaikan dengan


baik tepat pada waktunya

Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dapat digunakan


sebagaimana mestinya.

Bogor 5 januari 2009

Ir Hikmad Lukman Msc


Direktur

Anda mungkin juga menyukai