Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

APLIKASI MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH


DALAM PERBANKAN SYARIAH

Oleh,
Nama : Ayu Amelia
Nim : 18 0402 0140
Kelas : PBS 1 D

DOSEN PENGAMPUH:
Ahmad Syawal Senong Pakata, S.E., M.M

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALOPO
2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentu saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW. yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai persyaratan untuk mengikuti Ujian
Akhir Semester pada mata kuliah Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Aplikasi
Mudharabah dan Musyarakah dalam Perbankan Syariah”.
Saya tentu menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, saya mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini,
agar makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, saya mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Palopo, Desember 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Mudharabah dan Implementasinya dalam Perbankan Syariah .......... 3
1. Definisi mudharabah ..................................................................... 3
2. Landasan hukum jual beli .............................................................. 3
3. Jenis mudharabah dan persyaratan mengenai bisnis ........................... 4
4. Akad mudharabah .......................................................................... 4
5. Implementasi mudharabah dalam perbankan syariah.................... 5
6. Manfaat dan resiko mudharabah ................................................... 5
7. Mudharabah menjadi riba .............................................................. 6
B. Musyarakah dan Implementasinya dalam Perbankan Syariah ........... 7
1. Definisi musyarakah ...................................................................... 7
2. Landasan hukum syariah musyarakah ........................................... 8
3. Jenis-Jenis musyarakah ................................................................. 8
4. Akad musyarakah .......................................................................... 10
5. Implementasi musyarakah dalam perbankan syariah .................... 11
6. Manfaat musyarakah ..................................................................... 12
7. Resiko musyarakah ........................................................................ 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................... 14
B. Saran ................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bisnis yang berdasarkan kemitraan banyak digunakan pada zaman sebelum
islam. Nabi Muhammad saw. Sendiri melakukan bisnis berbasiskan kemitraan
sebelum masa kenabiannya dan banyak Sahabat-nya yang melakukan praktik
tersebut selama kehidupan beliau serta juga masa-masa sesudahnya. Islam
menyetujui konsep kerja sama bisnis. Praktek tersebut sangat umum di antara
bangsa Arab dan kaum muslimin lainnya, dan mungkin karena terpengaruh oleh
mereka, kaum Nasrani di daerah-daerah Eropa yang didatangi kaum Muslimin
juga melakukan dan memperkenalkannya jauh ke dalam daerah Eropa.

Dalam kitab-kitab Fiqh klasik/konvensional, kerja sama terutama dibahas


dalam bagian Syirkah, yang merupakan serangkaian prinsip luas yang dapat
mengakomodasi banyak bentuk kerja sama bisnis. Musyarakah adalah istilah yang
digunakan Fuqaha kontemporer untuk konotasi yang luas dan sempit. Dalam
konotasinya yang sempit, istilah tersebut untuk kemitraan kontraktual dimana
semua mitra menyediakan dana, tidak harus sama besarnya, dan memiliki hak
untuk bekerja dalam usaha bersama tersebut. Dalam artian yang lebih spesifik, ia
merupakan campuran dari Musyarakah dan Mudharabah, dimana dalam Mudarib,
disamping modal yang disediakan oleh Rabbul-mal menggunakan modal sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana yang dimaksud Mudharabah menurut para ahli dan menurut
istilah?
2. Bagaimana aplikasi Mudharabah dalam Perbankan Syariah?
3. Bagaimana pengertian Musyarakah menurut para ahli dan menurut
istilah?
4. Bagaimana aplikasi Musyarakah dalam Perbankan Syariah?

4
.D. Tujuan
1. Agar dapat mengetahui apa itu mudharabah menurut para ahli dan
menurut istilah.
2. Agar dapat mengetahui bagaimana penerapan mudharabah dalam
perbankan syariah.
3. Agar dapat mengetahui apa itu musyarakah.
4. Agar dapat mengetahui bagaimana penerapan mudharabah dalam
perbankan syariah.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Mudharabah dan Implementasinya dalam Perbankan Syariah


1. Definisi mudharabah
Mudharabah bisa didefinisikan sebagai sebuah perjanjian
dimana paling sedikit dua pihak dimana satu pihak, pemilik modal
(shahib al-mal atau rab al-mal, mempercayakan sejumlah dana kepada
pihak lain, pengusaha (mudharab), untuk menjalankan suatu aktifitas
atau usaha. Jenis perjanjian ini berlawanan dengan musyarakah. Dalam
musyarakah juga ada bagi hasil, tapi semua pihak berhak untuk turut
serta dalam pengambilan keputusan manajerial. Dalam mudharabah,
pemilik modal tidak diberikan peran dalam manajemen perusahaan.1

2. Landasan hukum jual beli


Mudharabah hukumnya adalah boleh sesuai dengan ijma’
(kesepakatan) ulama. Di dalam Al-Qur’an maupun hadis banyak
dijumpai ayat maupun hadis yang menganjurkan manusia untuk
menjalankan usaha. Berikut adalah ayat dan hadits berkenaan dengan
anjuran untuk melakukan usaha.Yang mana Allah SWT berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu makan harta sesamamu
dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama suka diantara kamu” (QS. An-Nisa : 29).

Selain itu, menurut Nabi Muhammad SAW. Mata pencarian


yang paling baik adalah seseorang yang bekerja dengan tangan dan jual
beli yang mabrur. Ulama juga telah sepakat bahwa jual beli
diperbolehkan dengan alasan bahwa manusia tidak akan

1
Latifa M. Algaoud dkk., Perbankan Syariah Prinsip Praktik dan Prospek,(Jakarta:
PT Serambi Ilmu Semesta,2001), hlm. 66

6
mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang
lain. 2

3. Jenis mudharabah dan persyaratannya mengenai bisnis


Dalam bisnis mudharabah dapat mengambil salah satu dari
kedua jenis yaitu mudharabah terbatas dan tidak terbatas. Jika penyedia
pembiayaan menentukan bisnis tertentu, Mudarib akan menjalankan
hanya bisnis tersebut dan hanya untuk barang, persyaratan, serta waktu
yang ditentukan oleh Rabbul-mal, ini adalah Mudharabah terbatas.
Akan tetapi, Rabbul-mal telah membebaskan Mudarib untuk
menjalankan bisnis apapun yang diinginkannya. Mudarib tersebut akan
memiliki wewenang untuk menginvestasikan dananya dalam bisnis
apapun yang dianggap sesuai. Hal ini disebut mudharabah tidak
terbatas. Dalam kedua kasus, tindakan mudharib harus sesuai dengan
kebiasaan bisnis yang berkenaan dengan beroprasinya Mudharabah;
subjek kontrak (Akad).3

4. Akad mudharabah
Akad Mudharabah adalah perjanjian pembiayaan/penanaman
dana dari pemilik dana (shohibul maal) kepada pengelola dana
(mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu sesuai syariah,
dengan pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak berdasarkan
nisbah yang telah disepakati sebelumnya.4

2
Hukum Jual Beli Dalam Islam, Pengertian dan Dasar Hukum Jual Beli, Rukuan dan
Syarat Jual Beli, Serta Jual Beli Yang Dilarang dalam Islam,
http://hukumjualbelidalamislam.blogspot.com/2013/05/pengertian-dan-dasar-hukum-jual-beli.html
(diakses tanggal 8 Desember 2018)
3
Muhamad Ayub, Understanding Islamic Finance A-Z Keuangan Syariah, (Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), hlm. 495-496
4
Muhammad Arafat Yusman, Aspek Hukum Perbankan Syariah dari Teoro ke
Praktik, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2017), hlm. 47

7
5. Implementasi (penerapan) mudharabah dalam perbankan syariah
Al-Mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk
pembiayaan dan pendanaan. Pada sisi penghimpunan
dana mudharabah diterapkan pada:
a. Tabungan berjangka, tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan
khusus, seperti tabungan haji, tabungan kurban, deposito biasa.
b. Deposito spesial (special investment), dimana dana yang dititipkan
nasabah khusus untuk bisnis tertentu, misalnya mudharabah saja
atau ijarah saja.
Adapun pada sisi pembiayaan, mudharabah diterapkan untuk :
a. Pembiayaan modal kerja, seperti pembiayaan modal kerja
perdagangan dan jasa.
b. Investasi khusus, disebut juga dengan mudharabah muqayyadah,
dimana sumber dana khusus dengan penyaluran yang khusus
dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh shahibul maal.5

6. Manfaat dan resiko mudharabah


Manfaat yang diperoleh dari sistem mudharabah ini antara lain :
Bank akan terkena percikan keuntungan apabila usaha nasabah mulai
meningkat serta bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari
usaha yang benar-benar halal, aman, dan menguntungkan.
Resiko dalam transaksi mudharabah terutama dalam
penerapannya yang relatif tinggi antara lain : tidak dipungkiri nasabah
bisa menggunakan dana itu bukan seperti yang disebutkan dalam
kontrak. Nasabah bisa saja lalai dan melakukan kesalahan yang
disengaja maupun yang tidak disengaja. Serta nasabah bisa saja
menyembunyikan keuntungannya bila nasabah tidak jujur.6

5
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema
Insani, 2001), hlm. 97
6
Zonaekis.com, Manfaat dan Risiko Mudharabah, http://zonaekis.com/manfaat-dan-
risiko-mudharabah/ (diakses tanggal 8 Desember 2018)

8
7. Mudharabah menjadi riba
Wacana bahwa bank syariah wajib menjamin dana nasabah pada
kontrak mudharabah ditentang keras oleh para ulama sehingga Majma”
Al Fiqh Al Islami (divisi fikih OKI) mengeluarkan keputusan dalam
muktamar ke XIII di Kuait, No. 123 (5/3) 2001, yang berbunyi,
“Mudharib (pengelola) adalah pihak yang menerima amanah, ia tidak
menjamin dana bila terjadi kerugian, atau dana hilang, kecuali ia
melalaikan amanah, atau ia melanggar peraturan syariah atau peraturan
investasi. Hukum ini berlaku untuk mudharabah fardiyyah (perorangan)
ataupun mudharabah musytarakah. Dan hukum ini tidak berubah
dengan dalih mengqiyaskannya dengan ajir musytarak”
Yang menjadi dalil para ulama mengharamkan mudharib wajib
menjamin dana pihak investor dari kerugian adalah sebagai berikut:
a. Ijma’, kesepakatan para ulama sejak abad pertama hingga sekarang
bahwa jika dibuat persyaratan dalam transaksi mudharabah agar
pihak pengelola menjamin modal dari kerugian maka persyaratan
batal. Al Qurthubi (ulama mazhab Maliki, wafat: 474H) berkata,
“Mudharib (pengelola usaha) menerima modal dan
mengembangkannya tanpa ada jaminan menanggung kerugian,
kerugian ditanggung oleh pemilik modal dan tidak ada perbedaan
pendapat para ulama dalam hal ini. Dan jika pemilik modal
mensyaratkan agar pengelola menanggung kerugian maka akad
mudharabahnya batal.
b. Persyaratan kerugian ditanggung oleh mudharib menjadikan pihak
pemberi modal tidak menanggung risiko apapun dan tetap
mendapatkan keuntungan. Ini bertentangan dengan hadis Nabi
shallallahu alaihi wa sallam yaitu : “tidak halal menggabungkan
antara akad pinjaman dan jual-beli,... tidak halal keuntungan barang
yang tidak dalam jaminanmu”. (HR. Abu Daud Menurut Al-Albani
derajat hadis ini hasan shahih).

9
c. Perbedaan yang mendasar antara mudharabah dan qardh (kredit)
adalah dana yang diterima oleh mudharib tidak dijamin dari
kerugian, sedangkan dana yang diterima dari kreditur wajib dijamin
oleh pihak debitur. Maka jika mudharab disyaratkan dana yang
diterimanya dari kerugian akad mudharabah berubah menjadi
qardh. Dan ketika pihak pemberi dana menerima bagi hasil
sesungguhnya ia menerima bunga (riba). Karema akad
mudharabahnya telah berubah menjadi akad pinjaman berbunga
tidak tetap. Hal ini disepakati keharamannya oleh para ulama
karena termasuk riba dayn.
Dengan demikian jelas bahwa wacana yang dimunculkan oleh
beberapa peneliti ekonomi syariah tersebut merupakan wacana untuk
mengubah mudharabah menjadi riba.7

B. Musyarakah dan Implementasinya dalam Perbankan Syariah


1. Definisi musyarakah
Al-musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau
lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing phak
memberikan kontribusi dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan
bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan.8
Musyarakah dalam bahasa Arab artinya syarakah
(bersekutu/menyetujui). Musyarakah secara istilah adalah perjanjian
antara dua belah pihak atau lebih yang menjalin kerjasama kontrak
kerja yang dimana keuntungan serta resiko ditanggung bersama.9
Musyarakah adalah suatu akad kerja sama antara dua belah
pihak atau lebih dimana keuntunggannya dibagi berdasarkan aturan

7
Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, (Jawa Barat: PT Berkah Mulia
Insani: 2017), hlm. 522-523
8
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani,
2001), hlm. 90
9
Mata Elang, Aplikasi Musyarakah dan Mudharabah dalam Perbanan Syariah,
http://hahuwadza.blogspot.com/2014/06/aplikasi-musyarakah-dan-mudharabah.html (diakses
tanggal 7 Desember 2018)

10
yang disepakati sedangkan kerugiannya berdasarkan porsi kontribusi
dana yang diperkenankan oleh syariah.10
Musyarakah menurut Lewis dan Algaoud merupakan suatu
kontrak kerjasama yang dimana dua belah pihak atau lebih
menggabungkan modalnya untuk membangun suatu usaha tertentu agar
mendapatkan keuntungan bersama serta usaha tersebut juga menjadi
tanggung jawab bersama.11

2. Landasan hukum syariah musyarakah


a. Al-qur’an
Landasan hukum dari syariah musyarakah terdapat dalam
Surah An-Nisa’ ayat 12 dimana Ayat ini berbicara tentang
perserikatan harta dalam pembagian warisan.
b. Hadits
Dijumpai pula sabda Rasulullah SAW yang membolehkan
akad asy-syirkah. Dalam sebuah hadis Qudsi Rasulullah SAW
mengatakan bahwa Allah adalah orang ketiga diantara perserikatan
dua orang selagi duaorang tersebut tidak saling mengkhianati.
Tetapi jika ada pengkhianatan dalam perserikatan itu, Allah tidak
lagi bersama mereka.12

3. Jenis-jenis musyarakah
Musyarakah ada dua jenis, yaitu: musyarakah kepemilikan dan
musyarakah akad (kontrak). Musyarakah kepemilikan terjadi karena
warisan, wasiat, dan kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan
suatu asset oleh dua orang atau lebih. Dalam musyarakah ini,

10
Staf.blog, IV.2.Pembiayaan Musyarakah,
https://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2015/09/PAPSI-BPRS-4.2-Akad-Bagi-Hasil-Musyarakah-
191213.pdf (diakses tanggal 12 Desember 2018)
11
Mata Elang, Aplikasi Musyarakah dan Mudharabah dalam Perbanan Syariah,
http://hahuwadza.blogspot.com/2014/06/aplikasi-musyarakah-dan-mudharabah.html (diakses
tanggal 7 Desember 2018)
12
Warung Ekonomi Islam, Musyarakah,
http://warungekonomiislam.blogspot.com/2012/07/musyarakah.html” (diakses tanggal 15
Desember 2018)

11
kepemilikan dua orang atau lebih berbagi dalam sebuah aset nyata dan
berbagi pula dari keuntungan yang dihasilkan aset tersebut.
Musayarakah akad tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua
orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan
modal musyarakah. Merekapun sepakat membagi keuntungan dan
kerugian.
Musyarakah akad terbagi menjadi : al-’inan, al-mufawwadhah,
al-a’mal, al-wujuh, dan al-mudharabah. Para ulama berbeda berbeda
pendapat tentang al-mudharabah, apakah ia termasuk
jenis musyarakah atau bukan. Beberapa ulama menganggap al-
mudharabah termasuk kategori musyarakah karena memenuhi rukun
dan syarat sebuah akad (kontrak) musyarakah. Adapun ulama lain
menganggap al-mudharabah tidak termasuk sebagai musyarakah.

a. Syirkah al-’inan
Syirikah al-‘inan adalah kontrak antara dua orang atau lebih,
dimana setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana
dan berpartisipasi dalam kerja, dan kedua pihak berbagi dalam
keuntungan dan kerugian sebagaimana yang disepakati dalam
kontrak. Akan tetapi, porsi masing-masing pihak, baik dalam dana
maupun kerja atau bagi hasil, tidak harus sama dan identik sesuai
dengan kesepakatan mereka.

b. Syirkah al-mufawwadhah
Syirkah al-munawwadhah adalah kontrak kerja sama antara
dua orang atau lebih, dimana setiap pihak memberikan suatu porsi
dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja, dan setiap
pihak membagi keuntungan dan kerugian secara sama. Dalam
jenis syirkah inisyarat utamanya adalah kesamaan dana yang
diberikan, kerja, tanggung jawab, dan beban utang dibagi oleh
masing-masing pihak.

12
c. Syirkah al-a’mal
Syirkah al-a’mal atau kadang disebut juga
dengan musyarakah abdan atau sana’i adalah kontrak kerja sama
dua orang seprofesi untuk menerima pekerjaan secara bersama dan
berbagi keuntungan dari pekerjaan itu.

d. Syirkah al-wujuh
Syirkah al-wujuh adalah kontrak antara dua orang atau lebih
yang memiliki reputasi dan prestise baik serta ahli dalam bisnis,
dimana mereka membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan
dan menjual barang tersebut secara tunai, dan mereka berbagi
dalam keuntungan dan kerugian berdasarkan jaminan kepada
penyuplai yang disediakan oleh setiap mitra. Jenis syrirkah ini tidak
memerlukan modal karena pembelian secara kredit berdasar pada
jaminan tersebut, sehingga syirkah ini biasa disebut
dengan musyarakah piutang.13

4. Akad musyarakah
Akad musyarakah adalah perjanjian pembiayaan penanaman
dari dua lebih pemilik dana dan/atau barang untuk menjalankan usaha
tertentu sesuai syariah dengan pembagian hasil usaha antara kedua
belah pihak berdasarkan proporsi modal masing-masing.
Akad perbankan syariah menurut ketentuan Undang-undang
Perbankan Syariah adalah akad kerja sama diantara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu yang masing-masing pihak memberikan
porsi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan akan dibagi sesuai
kesepakatan dan kerugian sesuai dengan porsi dana masing-masing.
Akad musyarakah menurut Peraturan BI adalah akad transaksi
penanaman dana dari dua atau lebih pemilik dana dan/atau barang untuk
menjalankan usaha tertentu sesuai syariah dengan pembagian hasil

13
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema
Insani, 2001), hlm. 91-92

13
usaha berdasarkan nisbah yang disepakati, sedangkan pembagian
kerugian berdasarkan porsi modal masing-masing.14

5. Implementasi musyarakah dalam perbankan syariah


Konsep dasar dari sebuah musyarakah telah digunakan oleh
institut-institut keuangan islam untuk memberikan dana kepada
perusahaan-perusahaan komersial. Misalnya, segi-segi musyarakah
dapat digunakan untuk membangun fasilitas modal kerja sebuah
perusahaan, atau ia dapat digunakan untuk membangun fasilitas modal
kerja sebuah perusahaan, atau ia dapat digunakan untuk investasi
bersama dalam aktivitas-aktivitas seperti pembangunan real-estate. Di
Sudan, musyarakah telah digunakan secara luas dalam penyediaan dana
pedesaan. Di negara-negara Barat, musyarakah telah digunakan dalam
pembiayaan pembangunan pemukiman.15
Implementasi musyarakah dalam perbankan syariah dapat
dijumpai pada pembiayaan-pembiayaan seperti:
a. Pembiayaan Proyek
Musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan
proyek dimana nasabah dan bank sama-sama menyediakan
dana untuk membiayai proyek tersebut, dan setelah proyek itu
selesai nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil
yang telah disepakati untuk bank.

b. Modal Ventura
Pada lembaga keuangan khusus yang dibolehkan melakukan
investasi dalam kepemilikan perusahaan, musyarakah diaplikasikan
dalam skema modal ventura. Penanaman modal dilakukan untuk
jangka waktu tertentu dan setelah itu bank melakukan divestasi

14
Muhammad Arafat Yusman, Aspek Hukum Perbankan Syariah dari Teoro ke
Praktik, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2017), hlm. 48
15
Latifa M. Algaoud dkk., Perbankan Syariah Prinsip Praktik dan Prospek,(Jakarta:
PT Serambi Ilmu Semesta,2001), hlm. 66

14
atau menjual bagian sahamnya, baik secara singkat maupun
bertahap.16

6. Manfaat musyarakah
Terdapat banyak manfaat dari pembiayaan secara musyarakah,
diantaranya sebagai berikut:
a. Bank akan menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat
keuntungan usaha nasabah meningkat.
b. Bank tidak berkewajiban membayar pendanaan secara tetap dalam
jumlah tertentu kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi
disesuaikan dengan pendapatan/hasil usaha bank, sehingga bank
tidak akan pernah mengalami negative spread.
c. Pengembalian pokok pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash
flow/arus kas usaha nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah.
d. Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang
benar-benar halal, aman, dan menguntungkan. Hal ini karena
keuntungan yang riil dan benar-benar terjadi itulah yang akan
dibagi.
e. Prinsip bagi hasil dalam musyarakah berbeda dengan prinsip bunga
tetap dimana bank akan menagih nasabah satu jumlah bunga tetap
berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi
dan terjadi krisis ekonomi.

7. Resiko musyarakah
Resiko yang terdapat dalam musyarakah, terutama pada
penerapannya dalam pembiayaan, relative tinggi, yaitu sebagai berikut:
a. Side streaming, nasabah menggunakan dana yang diberikan bank
bukan seperti yang disebut dalam kontrak
b. Lalai dan kesalahan yang disengaja

16
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema
Insani, 2001), hlm. 93

15
c. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak
jujur.17

Berikut adalah keistimewaan perbankan syariah dibandingkan


bank konvensional antara lain:
a. Ekonomi dalam masyarakat dapat berkembang dengan cepat.
b. Mencegah capital flight yang dapat memperlemah pertumbuhan
ekonomi.
c. Jaminan sosial dan pemerataan kekayaan.18

17
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema
Insani, 2001), hlm. 93-94
18
Mata Elang, Aplikasi Musyarakah dan Mudharabah dalam Perbanan Syariah,
http://hahuwadza.blogspot.com/2014/06/aplikasi-musyarakah-dan-mudharabah.html (diakses
tanggal 7 Desember 2018)

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-urain tentang mudharabah dan musyarakat serta
implementasinya dalam perbankan syariah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pada prinsipnya musyarakah tidak jauh berbeda dengan mudharabah karena
keduanya merupakan sistem perkongsian (kemitraan) antara dua belah pihak atau
lebih untuk mengelola suatu usaha tertentu dengan pembagian keuntungan sesuai
porsi (nisbah) yang disepakati bersama pada awal perjanjian (akad). Dan kedua
jenis perkongsian ini menerapkan sistem bagi hasil dan kerugian (profit and loss
sharing).

B. Saran
Penulis berharap dengan adanya makalah ini pembaca dapat lebih
memahami dengan mudah tentang aplikasi mudharabah dan musyarakah dalam
perbankan syariah. Serta dengan adanya catatan kaki/sumber pedoman yang
penulis tulis diharapkan pembaca dapat mencari tahu lebih lengkap mengenai
makalah ini.

17
Daftar Pustaka

Ahmad. 2012. Musyarakah


http://warungekonomiislam.blogspot.com/2012/07/musyarakah.html (diakes
tanggal 15 Desember 2018)
Algaoud, LM, Mervyn. 2001. Perbankan Syariah Prinsip Praktik dan Prospek.
Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta
Anis Wijaya. 2014. Aplikasi Musyarakah dan Mudharabah dalam Perbanan
Syariah. http://hahuwadza.blogspot.com/2014/06/aplikasi-musyarakah-dan-
mudharabah.html (diakses tanggal 7 Desember 2018)
Antonio, MS. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani
Ayub, M. 2009. Understanding Islamic Finance A-Z Keuangan Syariah. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama
Choir. 2010. Manfaat dan Risiko Mudharabah. http://zonaekis.com/manfaat-dan-
risiko-mudharabah/ (diakses tanggal 8 Desember 2018)
Martani. 2015. IV.2.Pembiayaan Musyarakah
https://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2015/09/PAPSI-BPRS-4.2-Akad-
Bagi-Hasil-Musyarakah-191213.pdf (diakses tanggal 12 Desember 2018)
Tarmizi, E. 2017. Harta Haram Muamalat Kontemporer. Jawa Barat: PT Berkah
Mulia Insani
Wildani S. 2013. Pengertian dan Dasar Hukum Jual Beli, Rukun dan Syarat Jual
Beli, Serta Jual Beli Yang Dilarang dalam Islam.
http://hukumjualbelidalamislam.blogspot.com/2013/05/pengertian-dan-
dasar-hukum-jual-beli.html (diakses tanggal 8 Desember 2018)
Yusman, MA. 2017. Aspek Hukum Perbankan Syariah dari Teori ke Praktik.
Yogyakarta: CV Budi Utama

18

Anda mungkin juga menyukai