Oleh,
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................1
C. Tujuan Masalah..........................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian rujukan....................................................................2
B. Cara Merujuk............................................................................2
C. Cara Menulis Daftar Rujukan...................................................4
D. Fungsi Rujukan.........................................................................9
A. Kesimpulan.............................................................................10
B. Saran.......................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selain itu ciri keadilan, hukum juga memiliki ciri kepastian. Kepastian di
sini bukan semata – mata formal seperti apa yang tersurat dalam hukum, tetapi
kepastian yang dalam pelaksanaannya mengandalkan orientasi. Kepastian tersebut
menuntut agar hukum dirumuskan secara sempit dan ketat, sehingga tidak terjadi
kekaburan atau penafsiran yang berbeda – beda.
Keadilan dalam bidang ekonomi adalah satu keadaan atau situasi di mana
setiap orang memperoleh apa yang menjadi haknya. Ini lantas berarti bahwa
keadilan dalam bidang ekonomi adalah perlakuan yang adil bagi setiap orang
untuk mendapatkan penghidupan yang layak sesuai dengan kebutuhan dan potensi
yang ada.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan keadilan dalam bisnis?
2. Bagaimana hubungan bisnis dengan pemerintah?
3. Bagaimana hubungan bisnis dengan karyawan?
4. Bagaimana hubungan perusahaan dengan masyarakat?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud keadilan dalam bisnis!
2. Untuk mengetahui hubungan bisnis dengan pemerintah!
3. Untuk mengetahui hubungan bisnis dengan karyawan!
4. Untuk mengetahui hubungan perusahaan dengan masyarakat!
BAB II
PEMBAHASAN
2Muhammad Yusuf Anshori. “Pengertian Keadilan Menurut Para Ahli dan Secara
Umum Beserta Macam Macam Keadilan”, Official Website Of Muhammad yusuf Anshori.
https://www.zonareferensi.com/pengertian-keadilan/ (19 September 2019)
hukum. Pengarang Roma, Ulpianus, yang dalam hal ini mengutip orang
bernama Celcus, menggambarkan keadilan dengan “tribuere cuique suum”.
Dalam bahasa Inggris berbunyi “to give everybody his own” atau dalam
bahasa Indonesia “memberikan kepada setiap orang yang dia empunya”. Bagi
kita titik tolak untuk refleksi tentang keadilan adalah memberikan kepada
setiap orang apa yang menjadi haknya.
Tiga ciri khas penanda keadilan : keadilan tertuju pada orang lain,
keadilan harus ditegakan, dan keadilan menuntut persamaan. Tiga unsur
hakiki yang terkandung dalam pengertian keadilan itu perlu dijelaskan lebih
lanjut.
Pertama, keadilan tertuju pada orang lain atau keadilan selalu ditandai
other directedness (J. Finnis). Masalah keadilan atau ketidakadilan hanya bisa
timbul dalam konteks antar-manusia. Untuk itu diperlukan sekurang-
kurangnya dua orang manusia.
Kedua, keadilan harus ditegakan atau dilaksanakan. Jadi, keadilan
tidak diharapkan saja atau dianjurkan saja. Keadilan mengikat kita, sehingga
kita mempunyai kewajiban. Ciri itu disebabkan karena keadilan selalu
berkaitan dengan hak yang harus dipenuhi.
Oleh karena itu dalam konteks keadilan bias dipakai “bahasa hak”
atau “bahasa kewajiban”, tanpa mengubah artinya. Dalam mitologi Romawi
dewi Iustitia (keadilan) digambarkan dengan memegang timbangan dalam
tangan. Timbangan menunjuk kepada cirri kedua: keadilan harus
dilaksanakan persis sesuai dengan bobobt hak seseorang.
Ketiga, keadilan menuntut persamaan (equality). Atas dasar keadilan,
kita harus memebrikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya, tanpa
kecuali. Dewi Iustita yang memegang timbanga dalam tangannya,
digambarkan juga dengan matanya tertutup dengan kain. Sifat terakhir ini
menunjuk kepada cirri ketiga. Keadilan harus dilaksanakan terhadap semua
orang, tanpa melihat orangnya siapa.
a. Pembagian Keadilan
Jenis-Jenis keadilan :
1) Pembagian Klasik
Cara membagi keadilan ini terutama ditemukan dalam kalangan
thomisme, aliran filsafat yang mengikuti jejak filsuf dan teolog besar,
Thomas Aquinas (1225-1274). Dia juga mendasrkan pandangan
filosofisnya atas pemikiran Aristoteles dalam masalah keadilan pun
demikian. Keadilan dapat menyangkut kewajiban individu-individu
terhadap masyarakat, lalu kewajiban masyarakat terhadap individu-
individu dan akhirnya kewajiban antara individu-individu sata sama lain.
Tiga macam keadilan itu masing-masing disebut keadilan umum,
distributive dan komutatif. Hal itu sekarang perlu dijelaskan lebih rinci.
a) Keadilan umum (general justice) : berdasarkan keadilan ini para
anggota masyarakat diwajibkan untuk member kepada masyarakat
(secara konkret berarti: negara) apa yang menjadi haknya. Keadilan
umum ini menyajikan landasan untuk paham common good
(kebaikan umum atau kebaikan bersama). Berarti kita harus
menempatkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi.
b) Keadilan distributive (distributive justice) : berdasarkan keadilan ini
negara (secara konkret berarti: pemerintah) harus membagi
segalanya dengan cara yang sama kepada para anggota masyarakat.
Dalam bahasa Indonesia bisa dipakai nama “keadilan membagi”.
c) Keadilan komutatif (commutative justice) : berdasarkan keadilan ini
setiap orang harus memberikan kepada orang lain apa yang menjadi
haknya. Hal itu berlaku pada taraf individu maupun social. Dalam
bahasa Indonesia bisa dipakai nama “keadilan tukar-menukar”.
Keadilan komutatif menjadi fundamennya, jika orang mengadakan
perjanjian atau kontrak.3
2) Pembagian pengarang Modern
Pembagian keadilan menurut beberapa pengarang modern tentang
etika bisnis, khususnya John Boatrigh dan Manuel Velasquez. Mereka
3
Sakinah P Sari, “Ekonomi dan Keadilan”, Official Website Of Sakinah P Sari,
https://www.scribd.com/doc/260919860/ETIKA-BISNIS-Bab-3-Ekonomi-Keadilan .(19
September 2019)
pun mendasarkan pemikirannya dari Aristoteles. Maka tidak
mengherankan, bila pembagian kedua ini bertupang tindih dengan
pembagian pertama.
a) Keadilan distributive (distributive justice) : dimengerti dengan cara
pembagian klasik. Benefits and burdens.
b) Keadilan retributive (retributive justice) : berkaitan dengan
terjadinya kesalahan. Hukuman atau denda yang diberikan kepada
orang yang bersalah haruslah bersifat adil. Tiga sayarat yang harus
dipenuhi supaya hukuman dapat dinilai adil. Pertama, kesengajaan
dan kebebasan.Kedua, asas praduga tak bersalah. Ketiga, Hukuman
harus konsisten dan proporsional dengan pelanggaran yang
dilakukan. Syarat konsistensi terpenuhi, jika selalu diambil tindakan
terhadap suatu pelanggaran dan jika semua pelanggar dikenakan
hukuman yang sama. Syarat prroporsionalitas terpenuhi, jika
hukuman atau denda yang ditetapkan tidak melebihi kerugian yang
diakibatkan.
c) Keadilan kompensatoris (compensatory justice) menyangkut juga
kesalahan yang dilakukan, tetapi menurut aspek lain. Berdasarkan
keadilan ini orang mempunyai kewajiban moral untuk memberikan
kompensasi atau ganti rugi kepada orang atau instansi yang
dirugikan. Supaya kewajiban kompensasi ini berlaku, perlu
terpenuhi tiga syarat. Pertama, tindakan yan mengakibatkan
kerugian harus salah atau disebabkan kelalaian. Kedua, perbuatan
seseorang harus sungguh-sungguh menyebabkan kerugian. Ketiga,
kerugian harus disebabkan oleh orang yang bebas.
3) Keadilan Individual dan Keadilan Sosial
Cara yang paling baik untuk menguraikan keadilan social dan
adalah membedakannya dengan keadilan individual. Pelaksanaan
keadilan individual tergantung pada kemauan atau keputusan satu orang
(atau bisa beberapa orang ) saja. Dalam pelaksanaan keadilan social,
tergantung dari struktur-struktur masyarakat di bidang social-ekonomi,
politik, budaya dan sebagainya.
1. Sebagaipengaturdanpemaksa.
2. Sebagaikonsumen.
3. Sebagaisaingan.
4. Sebagaipemberisubsidi.
Pemerintah sebagai hal nya mengatur lokasi perusahaan pada daerah tertentu,
membangun kawasan industri(industrial estate) seperti banyak dijumpai didaerah
bekasi,disepanjang jalan Tol Cikampek- Purwakarta, di Pulau Gadung daearh
Cicalengka(dibandung) dan sebagainya. Pemerintah membuat bermacam macam
peraturan untuk menjaga agar suasana perdagangan berjalan secara lancar,adanya
persaingan yang sehat,tidak saling mematikan antara pengusaha yang satu dengan
pengusaha yang lain nya sehingga timbul konsep bapak dan anak asuh dalam
duniabisnis. Pemerintah juga dapat turut mengendalikan harga dengan
menerapkan kebijakan harga,ceilling price ataupun floor price. Ceilling price
diartikan pemerintah menetapkan harga tertinggi dan para pedagang tidak boleh
menjualblebih tinggi dari harga yg sudah ditetapkan. Tujuan nya untuk
melindungi rakyat, misal penetapan haralga gula pasir, beras, tepung terigu, dan
barang kebutuhan rakyat lain nya. Floor price yaitu penetapan harga terendah
yang dibolehkan oleh pemerintah, tidak boleh menjual lebih rendah dari itu,
tujuan nya untuk melindungi kaum produsen,umumnya para petani yang menjual
hasil pertanian nya pada musim panen,cenderung harga menurun terus. Penurunan
harga terus menerus ini harys dicegah dengan turut sertanya pemerintah
memainkan peranan melalui kebijakan harga.
4
Teguh Halim, “Hubungan Bisnis dengan Pemerintah” , Blog Teguh Halim Santoso16,
https://teguhalimsantoso16.wordpress.com/2014/11/27/hubungan-bisnis-dan-pemerintah/ (27
November 2014).
kepada kliennya. Pemerintah mungkin bertentangan terhadap bisnis dalam
eksternalitas negatif muncul. Eksternalitas negatif, atau efek berlebih,
disebabkan dalam manufaktur atau pendistribusian produk meningkatkan
biaya-biaya tidak terencana atau tidak diinginkan (ekonomis, fisik atau
psikologi) yang ditanggung oleh konsumen, pesaing, komunitas dekat,
atau satakeholder bisnis lainnya. Untuk mengendalikan biaya-biaya
tersebut, pemerintah bertindak mengatur tindakan bisnis. Hubungan
pemerintah dan bisnis dapat mencangkup dari salah satu kerja sama
sampai dengan salah satu konflik, dengan berbagai tahap diantaranya.
Akan tetapi, hubungan ini dapat berubah secara drastis. Hubungan
kooperatif pada satu isu tidak menjamin adanya kerjasama pada isu
lainnya. Hubungan pemerintah-bisnis merupakan hal yang perlu
diperhatikan secara hati-hati oleh para manajer untuk diarahkan menjadi
kekuatan yang dapat mendorong hubungan positif bisnis dan pemerintah. 5
2. Dampak kebijakan pemerintah terhadap bisnis
Kebijakan pemerintah juga mencakup berbagai aktivitas yang
berhubungan dengan bisnis. Undang-undang mengenai ketenagakerjaan,
misalnya, dibuat agar pengusaha dan karyawan bisa melaksanakan
tugasnya sesuai hak dan tanggung jawab masing-masing. Di sisi lain, ada
pula beberapa kebijakan lain yang dapat berdampak secara tidak langsung
pada bisnis Anda.
a. Regulasi pajak
Salah satu kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia
adalah kebijakan fiskal, yakni kebijakan ekonomi yang digunakan
untuk mengelola perekonomian negara agar menjadi lebih baik.
Caranya adalah dengan fokus pada penerimaan dan pengeluaran
pemerintah. Secara tidak langsung, kebijakan fiskal bisa berpengaruh
terhadap bisnis di Indonesia, yakni dalam hal pajak.
5
Rudi Post, “Konflik Pemerintah Dengan Bisnis”. Blog Rudi Post,
https://rudipost.wordpress.com/2012/02/04/hubungan-bisnis-pemerintah/ (4 Februari 2012)
Pasalnya, salah satu sumber pemasukan pemerintah berasal dari pajak,
termasuk pajak bisnis. Pebisnis diharuskan untuk membayar pajak
sejumlah sekian persen dari hasil keuntungan mereka. Belum lagi pajak
gedung jika Anda memiliki kantor. Alhasil, demi bisa membayar pajak
kepada pemerintah, pebisnis menaikkan harga produk yang dijual.
Itulah mengapa saat konsumen membeli makan di restoran, misalnya,
mereka diharuskan untuk membayar pajak sebanyak 10%.
Nah, kondisi IHSG ini juga cukup dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah
yang berlaku. Pada Maret 2018 lalu, misalnya, pemerintah sempat mengumumkan
tentang penurunan tarif jalan tol. Hal ini berdampak pada keuangan PT Jasa
Marga (Persero) Tbk selaku pihak yang membangun jalan tol di Indonesia.
Pasalnya, salah satu pemasukan berasal dari tarif jalan tol. Dilansir
dari bisnis.com, Jasa Marga harus membayar cicilan pokok ke bank serta obligasi,
sekaligus tetap melanjutkan proyek pembangunan jalan tol yang tentu saja
membutuhkan dana besar
1. Hubungan industrial
6
Midtrans. “Dampak Kebijakan Bisnis dalam Perusahaan” . Blog Midtrans,
https://blog.midtrans.com/dampak-kebijakan-pemerintah-terhadap-bisnis/ (11 Juni 2018)
d. Peran-peran tertentu yang berupaya menjembatani
e. Interaksi antara pekerja dan pengusaha
f. Aspek-aspek politik, sosial, ekonomi dan kultural yang
g. Mempengaruhi HI
h. Fenomena konflik industrial
a. Business Unionism
b. Social Unionism
7
Lutfan Nisa, “Hubungan Antara Bisnis dengan Karyawan” . Blog Lutfan Nisa,
http://lutfannisa.blogspot.com/2012/09/hubungan-antara-karyawan-dan-perusahaan.html (21
September 2012)
bagaimana karyawan dapat bekerja. Hal yang akan saya bahas disini
adalah menjalin hubungan baik dengan karyawan, berikut caranya :
a. Outing
b. Liburan
c. Makan Siang
Makan siang bersama mungkin menurut sebagian orang tidak berarti tapi
menurut saya mulailah menjalin hubungan baik melalui hal kecil seperti makan siang
bersama sehingga membuat karyawan merasa di hargai oleh perusahaan.
d. Penghargaan
8
Komposiana, “Jalin Hubungan Baik Antar Karyawan” . Official Website Of Komposiana,
https://www.kompasiana.com/caracepatefektif.blogspot.com/55003b3ba33311e572510240/jali
n-hubungan-baik-antara-perusahaan-dan-karyawan-part-i (28 Oktober 2018)
Konsumsi erat sekali dan saling membantu satu sama lainnya dalam mencapai
kemajuannya.
RTK menyediakan dan RTP membutuhkan factor-faktor produksi berupa alam,
tenaga kerja, modal dan skill. Kemudian RTP akan membayar harga faktor
produksi ini berupa rente tanah, upah buruh, bunga modal dan laba pengusaha.
Faktor-faktor produksi tadi di olah atau diproses dalam Rumah Tangga
Perusahaan untuk menghasilkan barang-barang dan jasa dan dijual ke Rumah
Tangga Konsumsi. Rumah Tangga Konsumsi membayar barang dan jasa ini
dengan tenaga belinya, ini disebut daya beli efektif (efective demand), artinya
permintaan terhadap suatu barang yang diikuti dengan membayar harga barang
tersebut. Adapula Potensil demand atau daya beli pontensil atau permintaan
potensil yaitu permintaan yang baru merupakan keinginan saja belum diikuti
dengan tindakan membeli karna belum cukup uang. Pada saat uangnya cukup dia
baru membeli barang itu. Hubungan ini akan berjalan terus menerus, majunya
RTP akan akan memberikan kepada RTK berupa kemakmuran RTK. RTP yang
makin berkembang akan membutuhkan alam, tenaga kerja, modal dan skill yang
makin meningkat pula.Contoh : Pabrik PT Semen Padang , yang membutuhkan
tanah, tenaga kerja, modal dan skill. 9
9
Ibnu Hasan Hasibuan, “Hubungan Bisnis dengan Masyarakat”. Blog Ibnu Hasan
Hasibuan, https://ibnuhasanhasibuan.wordpress.com/hubungan-bisnis-dan-masyarakat/ ( 12
September 2017)
hubungan yang bersifat interaktif. Hubungan ini tidak hanya dalam satu
negara, tetapi meliputi berbagai negara yang terintegrasi dalam hubungan
perdagangan dunia yang nuansanya kini telah berubah. Perubahan nuansa
perkembangan dunia itu menuntut segera dibenahinya etika bisnis.
Pasalnya, kondisi hukum yang melingkupi dunia usaha terlalu jauh
tertinggal dari pertumbuhan serta perkembangan dibidang ekonomi.
Jalinan hubungan usaha dengan pihak-pihak lain yang terkait begitu
kompleks. Akibatnya, ketika dunia usaha melaju pesat, ada pihak-pihak
yang tertinggal dan dirugikan, karena peranti hukum dan aturan main
dunia usaha belum mendapatkan perhatian yang seimbang.
Pelaku bisnis dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat,
bukan hanya dalam bentuk “uang” dengan jalan memberikan sumbangan,
melainkan lebih kompleks lagi. Artinya sebagai contoh kesempatan yang
dimiliki oleh pelaku bisnis untuk menjual pada tingkat harga yang tinggi
sewaktu terjadinya excess demand harus menjadi perhatian dan kepedulian
bagi pelaku bisnis dengan tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk
meraup keuntungan yang berlipat ganda. Jadi, dalam keadaan excess
demand pelaku bisnis harus mampu mengembangkan
dan memanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap masyarakat
sekitarnya. Tanggung jawab sosial bisa dalam bentuk kepedulian terhadap
masyarakat di sekitarnya, terutama dalam hal pendidikan, kesehatan,
pemberian latihan keterampilan, dan lain sebagainya.
Etika bisnis merupakan penerapan tanggung jawab sosial suatu
bisnis yang timbul dari dalam perusahaan itu sendiri. Bisnis selalu
berhubungan dengan masalah-masalah etis dalam melakukan kegiatan
sehari-hari. Hal ini dapat dipandang sebagai etika pergaulan bisnis. Seperti
halnya manusia pribadi juga memiliki etika pergaulan antar manusia dan
masyarakat luas, maka pergaulan bisnis dengan masyarakat umum juga
memiliki etika pergaulan yaitu etika pergaulan bisnis.10
2. Penyebab Pergeseran Moralitas di Masyarakat
10
Aditya, “Etika Bisnis Saling Ketergantungan dengan Masyarakat” . Blog Aditya,
http://adityaoaditya.blogspot.com/2013/11/etika-bisnis-dalam-masyarakat.html (22 November
2013)
Pada perusahaan yang bergerak di bisnis infotainment dianggap
memiliki tingkat serius dalam mempengaruhi dan mendorong
terbentuknya moralitas di masyrakat. Masyrakat saat ini begitu mengemari
setiap informasi yang disajikan oleh media dengan konsep infotaiment.
Konsep media infotaiment bersifat menghibur dan memposisikan
masyrakat sebagai pihak yang menikmati informasi dan turut membayar
informasi tersebut dalam bentuk membeli produk seperti yang didengar
dari infitaiment tersebut.
Masyrakat melihat informasi ini dari dua sisi, ada yang melihatnya
sebagai informasi semata, namun ada yang melihat ini lebih dari sekedar
informasi berarti ia berkeinginan untuk mempraktikan informasi tersebut
dengan melakkukan peninjauan langsung dan menikmati tempat-tempat
yang sebutkan tersebut.
Sehingga dalam konteks moral dan etika, sebuah busnis yang baik
adalah yang mengedepankan etika dan menjunjung nilai-nilai moral.
Sangat berbahaya jika bisnis dijalankan hanya berlandaskan keinginan
untuk meraih keuntungan semata, dan menghiraukan moral serta etika.
Jika itu dilakukan artinya bisnis dilakukan hanya mengejar keuntungan
semata, tanpa memikirkan posisinya sebagai agent of development (agen
pembangunan). Padahal yang dimaksud dengan pembangunan adalah
termasuk pembangunan dalam arti yang luas yaitu termasuk pembangunan
dalam berbentuk manusia yang beretika yang bermoral tinggi, atau lebih
jauh membentuk manusia yang seutuhnya.
Karena harus diakui jika moral dan etika telah bergeser dari
koridornya maka kondisi dan struktur masyarakat juga akan kehilangan
arah, mengambang bagaikan pohon yang telah dicabut dari akarnya. Suatu
masyarakat yang bermoralitas dan beretika tinggi akan mendukung
pembentukan National building yang diharapkan.11
11
Oni Andri Samputra, “Etika Bisnis Tentang Moralitas”. Blog Oni Andri Samputra,
http://onilucky.blogspot.com/2017/10/makalah-etika-bisnis-tentang-moralitas.html (20 Oktober
2017)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah hasil kerja sama kami ini jauh dari
kesempurnaan, untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk memotivasi kami dalam membuat makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA