Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

EKONOMI DAN KEADILAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Bisnis

Yang diampu oleh Dosen Mohammad Redy S.E, M.M

Disusun oleh :

Kelompok 3 kelas F

UNIVERSITAS MADURA

FALKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

i
2021

EKONOMI DAN KEADILAN

Kelompok 3

Ketua :

Ach Gufron (2019210051)

Anggota :

Ilham Amirullah (2019210087)

Supriyadi (2018210160)

Waris Efendi (2020210194)

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kehadirat Alllah SWT, karena atas berkat dan rahmatnya kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu menyelesaikan tugas makalah ini. Terutama dosen pengampu dalam mata
kuliah Etika Bisnis yang telah memberi tugas untuk membuat makalah ini sehingga kami
dapat mengetahui tentang Ekonomi dan Keadilan.

Kami harapkan makalah ini dapat berguna bagi pembaca guna melengkapi sumber yang
ada. Dan kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami
mohon kritik dan sarannya dari pembaca agar kedepannya kami bisa membuat makalah yang
lebih baik.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Pamekasan, 7 oktober 2021

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
C. Tujuan …………………………………………………………………...2
D. Metode Pembuatan Makalah…………………………………………….2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3

A. Hakikat keadilan ....................................................................................... 3


B. Pembagian keadilan .................................................................................. 4
C. Keadilan distributif .................................................................................. 5
D. Keadilan ekonomis.................................................................................... 9

BAB III PENUTUP……………………………………………………………10

A. Kesimpulan……………………………………………………………...10
B. Saran…………………………………………………………………….10

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keadilan merupakan suatu topik penting dalam etika telebih dalam konteks
ekonomi dan bisnis, karena tidak pernah sebatas perasaan atau sikap batin saja tetapi
menyangkut kepentingan atau barang yang dimiliki atau dituntut oleh berbagai pihak.
Antara ekonomi dan keadilan terjalin hubungan erat, karena dua-duanya berasal dari
sumber daya yang sama yaitu masalah kelangkaan. Kelangkaan adalah asal-usul dari
ekonomi dalam dua arti. Tentang barang yang melimpah ruah dan tidak menimbulkan
masalah ekonomi dan tentang barang yang tidak melimpah ruah namun menimbulkan
masalah ekonomi.
Ekonomi sebagai ilmu didefinisikan sebagai studi tentang cara bagaimana
masyarakat menggunakan sumber daya yang langka untuk memproduksikan
komoditas-komoditas yang berharga dan mendistribusikannya diantara orang-orang
yang berbeda. Masalah keadilan atau ketidakadilan baru muncul, jika tidak tersedia
barang cukup bagi semua orang yang menginginkannya. Adil tidaknya suatu keadaan
selalu terkait juga dengan kelangkaan.
Ekonomi dan keadilan selalu terkait atau sekurang-kurangnya seharusnya
terkait. Keadilan menjadi kata hampa belaka, bila tidak tersedia barang yang cukup
(kemakmuran) untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Tetapi kemakmuran saja tidak
menjamin adanya keadilan, bila kekayaan tidak terbagi dengan seimbang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa hakikat keadilan ?
2. Apa saja pembagian keadilan ?
3. Bagaimana keadilan distributif?
4. Bagaimana keadilan ekonomis ?

1
C. Tujuan
1. Agar mengetahui hakikat keadilan
2. Agar mengetahui pembagian keadilan
3. Untuk mengetahui keadilan distributif
4. Untuk mengetahui keadilan ekonomis

D. Metode Pembuatan Makalah


Kmi membuat makalh ini dengan beberapa metode antar lain:
• Pencarian ilmu dan teori yang berkaitan dengan materi yang kami bahas melalui
internet.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Keadilan
Orang-orang Roma kuno terkenal karena menciptakan suatu sistem hukum yang
bagus (Ius Romanum), yang masih dikagumi dan dipelajari sekarang ini juga, bukan
saja oleh para sejarawan tetapi juga oleh para ahli hukum. Pengarang Roma, Ulpianus,
yang dalam hal ini mengutip orang bernama Celcus, menggambarkan keadilan dengan
“tribuere cuique suum”. Dalam bahasa Inggris berbunyi “to give everybody his own”
atau dalam bahasa Indonesia “memberikan kepada setiap orang yang dia empunya”.
Bagi kita titik tolak untuk refleksi tentang keadilan adalah memberikan kepada setiap
orang apa yang menjadi haknya.
Tiga ciri khas penanda keadilan : keadilan tertuju pada orang lain, keadilan
harus ditegakan, dan keadilan menuntut persamaan. Tiga unsur hakiki yang terkandung
dalam pengertian keadilan itu perlu dijelaskan lebih lanjut.
Pertama, keadilan tertuju pada orang lain atau keadilan selalu ditandai other
directedness (J. Finnis). Masalah keadilan atau ketidakadilan hanya bisa timbul dalam
konteks antar-manusia. Untuk itu diperlukan sekurang-kurangnya dua orang manusia.
Kedua, keadilan harus ditegakkan atau dilaksanakan. Jadi, keadilan tidak
diharapkan saja atau dianjurkan saja. Keadilan mengikat kita, sehingga kita mempunyai
kewajiban. Ciri itu disebabkan karena keadilan selalu berkaitan dengan hak yang harus
dipenuhi. Oleh karena itu dalam konteks keadilan bisa dipakai “bahasa hak” atau
“bahasa kewajiban”, tanpa mengubah artinya. Dalam mitologi Romawi dewi Iustitia
(keadilan) digambarkan dengan memegang timbangan dalam tangan. Timbangan
menunjuk kepada cirri kedua: keadilan harus dilaksanakan persis sesuai dengan bobot
hak seseorang.
Ketiga, keadilan menuntut persamaan (equality). Atas dasar keadilan, kita harus
memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya, tanpa kecuali. Dewi Iustita
yang memegang timbangan dalam tangannya, digambarkan juga dengan matanya
tertutup dengan kain. Sifat terakhir ini menunjuk kepada ciri ketiga. Keadilan harus
dilaksanakan terhadap semua orang, tanpa melihat orangnya siapa.

3
B. Pembagian Keadilan
1. Pembagian Klasik
Cara membagi keadilan ini terutama ditemukan dalam kalangan thomisme,
aliran filsafat yang mengikuti jejak filsuf dan teolog besar, Thomas Aquinas (1225-
1274). Dia juga mendasarkan pandangan filosofisnya atas pemikiran Aristoteles
dalam masalah keadilan pun demikian. Keadilan dapat menyangkut kewajiban
individu-individu terhadap masyarakat, lalu kewajiban masyarakat terhadap
individu-individu dan akhirnya kewajiban antara individu-individu sata sama lain.
Tiga macam keadilan itu masing-masing disebut keadilan umum, distributive dan
komutatif. Hal itu sekarang perlu dijelaskan lebih rinci.
• Keadilan umum (general justice) : berdasarkan keadilan ini para anggota
masyarakat diwajibkan untuk member kepada masyarakat (secara konkret
berarti: negara) apa yang menjadi haknya. Keadilan umum ini menyajikan
landasan untuk paham common good (kebaikan umum atau kebaikan bersama).
Berarti kita harus menempatkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi.
• Keadilan distributive (distributive justice) : berdasarkan keadilan ini negara
(secara konkret berarti: pemerintah) harus membagi segalanya dengan cara
yang sama kepada para anggota masyarakat. Dalam bahasa Indonesia bisa
dipakai nama “keadilan membagi”.
• Keadilan komutatif (commutative justice) : berdasarkan keadilan ini setiap
orang harus memberikan kepada orang lain apa yang menjadi haknya. Hal itu
berlaku pada taraf individu maupun social. Dalam bahasa Indonesia bisa dipakai
nama “keadilan tukar-menukar”. Keadilan komutatif menjadi fundamennya,
jika orang mengadakan perjanjian atau kontrak.
2. Pembagian pengarang Modern
Pembagian keadilan menurut beberapa pengarang modern tentang etika
bisnis, khususnya John Boatrigh dan Manuel Velasquez. Mereka pun mendasarkan
pemikirannya dari Aristoteles. Maka tidak mengherankan, bila pembagian kedua
ini bertupang tindih dengan pembagian pertama.
• Keadilan distributive (distributive justice) : dimengerti dengan cara pembagian
klasik. Benefits and burdens.
• Keadilan retributive (retributive justice) : berkaitan dengan terjadinya
kesalahan. Hukuman atau denda yang diberikan kepada orang yang bersalah

4
haruslah bersifat adil. Tiga sayarat yang harus dipenuhi supaya hukuman dapat
dinilai adil. Pertama, kesengajaan dan kebebasan. Kedua, asas praduga tak
bersalah. Ketiga, Hukuman harus konsisten dan proporsional dengan
pelanggaran yang dilakukan. Syarat konsistensi terpenuhi, jika selalu diambil
tindakan terhadap suatu pelanggaran dan jika semua pelanggar dikenakan
hukuman yang sama. Syarat prroporsionalitas terpenuhi, jika hukuman atau
denda yang ditetapkan tidak melebihi kerugian yang diakibatkan.
• Keadilan kompensatoris (compensatory justice) menyangkut juga kesalahan
yang dilakukan, tetapi menurut aspek lain. Berdasarkan keadilan ini orang
mempunyai kewajiban moral untuk memberikan kompensasi atau ganti rugi
kepada orang atau instansi yang dirugikan. Supaya kewajiban kompensasi ini
berlaku, perlu terpenuhi tiga syarat. Pertama, tindakan yan mengakibatkan
kerugian harus salah atau disebabkan kelalaian. Kedua, perbuatan seseorang
harus sungguh-sungguh menyebabkan kerugian. Ketiga, kerugian harus
disebabkan oleh orang yang bebas.
3. Keadilan Individual dan Keadilan Sosial
Cara yang paling baik untuk menguraikan keadilan social dan adalah
membedakannya dengan keadilan individual. Pelaksanaan keadilan individual
tergantung pada kemauan atau keputusan satu orang atau bisa beberapa orang saja.
Dalam pelaksanaan keadilan social, tergantung dari struktur-struktur masyarakat di
bidang social-ekonomi, politik, budaya dan sebagainya.
Keadilan social terlaksana jika hak-hak social terpenuhi. Tetapi perlu diakui
bahwa keadilan individual sering kali dapat dilaksanakan dengan sempurna. Namun
keadilan social tidak pernah terlaksana dengan sempurna karena kompleksitas
masyarakat modern.

C. Keadilan distributif
Dalam etika modern ada 2 macam prinsip untuk keadilan distributif :
1. Prinsip formal
Menyatakan bahwa kasus-kasus yang sama harus diperlakukan dengan cara
yang sama, sedangkan kasus-kasus yang tidak sama boleh saja diperlakukan dengan
cara yang tidak sama.

5
2. Prinsip material
Beauchamp dan Bowie menyebut 6 prinsip mengenai prinsip material yang
melengkapi prinsip moral. Keadilan distributif terwujud, kalau diberikan :
1) Kepada setiap orang bagian yang sama ;
2) Kepada setiap orang sesuai dengan kebutuhan individualnya;
3) Kepada setiap orang sesuai dengan haknya;
4) Kepada setiap orang sesuai dengan usaha individualnya;
5) Kepada setiap orang sesuai dengan kontribusinya kepada masyarakat;
6) Kepada setiap orang sesuai dengan jasanya.
Berdasarkan prinsip-prinsip material terbentuklah beberapa teori keadilan
distributif.
1) Teori Egalitarianisme
Teori ini didasarkan pada prinsip pertama yaitu bahwa kita baru
membagi dengan adil, bila semua orang mendapat bagian yang sama (equal).
Pemikiran ini merupakan keyakinan umum sejak Revolusi Prancis
menumbangkan monarki absolut dan feodalisme. Dalam artikel pertamanya
yaitu Deklarasi Hak Manusia dan Warga Negara (1789). Beberapa tahun
sebelumnya di Amerika Serikat dalam The Declaration of Independence
(1776) sudah ditegaskan “All men are created equal”.
2) Teori Sosialistis
Teori ini memilih prinsip kebutuhan sebagai dasarnya. Masyarakat
diatur dengan adil, jika kebutuhan semua warganya terpenuhi, seperti
kebutuhan pokok/primer. Dalam teori sosialis terkenal prinsip oleh Karl Marx
(1818-1883) diambil oleh dari sosialis Prancis, Louis Blanc (1811-1882):
“From each according to his ability, to each according to his needs”.
3) Teori Liberalistis
Menolak pembagian atas dasar kebutuhan sebagai tidak adil karena
manusia adalah makhluk bebas. Berarti kita harus membagi menurut usaha-
usaha bebas dari individu-individu bersangkutan. Menolak pula sebagai sangat
tidak etis sikap free rider: benalu menumpang pada usaha orang lain tanpa
mengeluarkan air keringat sendiri. Teori ini digarisbawahi pentingnya dari
prinsip hak, usaha tetapi secara khusus prinsip jasa. Terutama prestasi dilihat
sebagai perwujudan pilihan bebas seseorang.

6
➢ John Rawls tentang keadilan distributif
John Rawls dilahirkan di Baltimore, Mayland , Amerika Serikat, tahun
1921. Pendidikannya di bidang ekonomi dan filsafat. Bukunya yang termasyur
berjudul A Theory of Justice (1971), salah satu buku filsafat dari abad ke 20
yang paling banyak ditanggapi dan dikomentari. Sebelum dan sesudahnya ia
menulis beberapa artikel namun baru tahun 1993 terrbit bukunya yang kedua
Political Liberalism, yang untuk merevisi oandangannya dalam buku perama,
antara lain dengan mengakui bahwa masyarakat modern sangat heterogen dan
karenanya toleransi harus menjadi ciri khas masyarakat yang adil.
Menurutnya keadilan distributif hanya muncul berkaitan dengan apa
yang tergantung pada kemauan manusia. Yang harus dibagi dengan adil dalam
masyarakat hanyalah the social primary goods yaitu :
1. Kebebasan-kebebasan dasar : mengemukakan pendapat, kebebasan hati
nurani, dasn kebebasan berkumpul, integrasi pribadi dan kebebasan
politik;
2. Kebebasan bergerak dan kebebasan memilih profesi;
3. Kuasa dan keuntungan yang berkaitan dengan jabatan-jabatan dan
posisi-posisi penuh tanggung jawab;
4. Pendapatan dan milik;
5. Dasar-dasar sosial dan harga diri.

Nilai-nilai dasar tersebut dibagi dengan adil jika menurut isinya (just)
dan menurut prosedurnya (fair). Metode serupa harus dipakai juga untuk
menentukan prinsip keadilan distributif. Perumuskan prinsip-prinsip itu harus
dimasuki the original position. Maksudnya, kita seolah-olah keluar dari
masyarakat di mana kita hidup, pada awal mula sejarah belum dimulai, dan
situasi khayalan dimana masyarakat belum terbentuk. Dengan begitu kita
berada dibalik the veil of ignorance/ dibalik selubung ketidaktahuan. Dengan
posisi itu kita dapat menyetujui prinsip-prinsip keadilan berikut ini.

Prinsip pertama : setiap orang mempunyai hak yang sama atas


kebebasan-kebebasan dasar yang paling luas yang dapat dicocokan dengan
kebebasan- kebebasan yang sejenis untuk semua orang, dan Prinsip kedua:
ketidak samaan sosial dan ekonomis diatur demikian rupa sehingga :

7
1. Menguntungkan terutama orang-orang yang minimal beruntung dan
serentak juga
2. Melekat pada jabatan-jabatan dan posisi-posisi yang terbuka bagi semua
orang dalam keadaan yang menjamin persamaan peluang yang fair.

Prinsip 1 dapat disebut “kebebasan yang sedapat mungkin sama”. Dalam


hal ini Rawls menganut egalitarianisme. Prinsip 2 bagian a disebut prinsip
perbedaan. Dengan itu Rawls menolak egalitarianisme radikal. Denagn prinsip
perbedaan itu sebenarnya Rawls meletakan dasar etis untuk Walfare State
Modern. Prinsip 2 bagian b disebut prinsip persamaan peluang yang fair.

Menurut Rawls, prinsip pertama harus diberi prioritas mutlak. Prinsip


2b harus ditempatkan di atas prinsip perbedaan (2a). Pada skala nilai dalam
masyrakat adil yang dicita-citakan Rawls, paling atas harus ditempatkan hak-
hak kebebasan yang klasik, yang pada kenyataannya sama dengan yang kita
sebut Hak Asasi Manusia. Lantas harus dijamin peluang yang sama bagi semua
warga negara untuk memangku jabatan yang penting. Akhirnya dapat diterima
perbedaan sosial-ekonomis tertentu demi peningkatan kesejahteraan bagi
orang-orang yang minimal beruntung.

➢ Robert Nozick tentang keadilan distributif


Nozick menjadi terkenal karena bukunya Anachy, State, and Utopia
(1974) yang memuat pemikiran liberalistisnya tentang keadilan. Teorinya
tentang keadilan distributif disebutnya “entilement theory”. Menurutnya kita
memiliki sesuatu dengan adil, jika pemilikan itu berasal dari keputusan bebas
yang mempunyai landasan hak. Ada 3 kemungkinan yang mengeluarkan 3
prinsip. Pertama, prinsip original acquisition: kita memperoleh sesuatu untuk
pertama kali. Kedua, prinsip transfer: kita memiliki sesuatu karena diberikan
oleh orang lain. Ketiga, prinsip rectification of injustice: kita mendapat sesuatu
kembali yang sebelumnya dicuri dari kita.
Nozick mempunyai 2 keberatan mendasar terhadap prinsip-prinsip
material keadilan distributif yang tradisional. Prinsip-prinsip itu bersifat
ahistoris dan mempunyaai pola yang ditentukan sebelumnya. Ketiga prinsip
Nozick merupakan prinsip-prinsip historis, artinya mereka tidak saja melihat

8
hasil pembagian tetapi mempertanggungjawabkan juga proses yang
melandaskan pembagian atau pemilikan. Keberatannya juga berlaku untuk
prinsip perbedaan dari Rawls karena Rawls melihat keadaan aktual dari mereka
yang minimal untung dan tidak memperhatikan mereka sampai terjerat dalam
keadaan itu.
Kesimpulan Nozick adalah bahwa keadilan harus ditegakkan, jika
diakui bakat-bakat dan sifat-sifat pribadi beserta segala konsekuensinya (seperti
hasil kerja) sebagai satu-satunya landasan hak. Ia juga berpendapat bahwa
prinsip dasar Immanuel Kant juga harus dipegang teguh. Tidak pernah menjadi
adil memerangi kemiskinan dengan memaksakan perubahan struktural dalam
masyarakat. Membantu orang miskin memang merupakan solidaritas tetapi
kewajiban itu termasuk etika pribadi dan haknya hanya boleh dijalankan dengan
keputusan-keputusan bebas.

D. Keadilan ekonomis
Keadilan memegang peranan penting dalam konteks ekonomi dan bisnis, karena
menyangkut barang yang diincar banyak orang untuk dimilki atau dipakai. Sejarawan
ide sosial dan politik yang berkebangsaan Kanada, C.B. MacPherson, berpendapat
bahwa dalam zaman modern keadilan ekonomis tidak banyak diperhatikan, sampai
muncul lagi dengan kuatnya sekitar pertengahan abad ke 19 dan berperang penting
dalam demokrasi-demokrasi parlementer sepangjang abad ke 20.
Masyarakat tidak mungkin dikatakan diatur dengan baik kalau tidak ditandai
dengan keadilan. Namun alangkah lebih baik keadilan harus berperan pada tahap sosial
maupun individual. Juga dalam konteks ekonomi dan bisnis. Keadilan ekonomis harus
diwujudkan dalam masyarakat, tetapi keadilan merupakan juga keutamaan yang harus
dimiliki oleh pelaku bisnis secara pribadi. Supaya dapat hidup dengan baik, disamping
nilai-nilai ekonomis, pebisnis pun harus memberi tempat juga kepada nilai-nilai moral
yaitu yang terpenting adalah keadilan.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ekonomi dan keadilan selalu terkait atau sekurang-kurangnya seharusnya
terkait. Keadilan menjadi kata hampa belaka, bila tidak tersedia barang yang cukup
(kemakmuran) untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Tetapi kemakmuran saja tidak
menjamin adanya keadilan, bila kekayaan tidak terbagi dengan seimbang.
Pengarang Roma, Ulpianus, yang dalam hal ini mengutip orang bernama
Celcus, menggambarkan keadilan dengan “tribuere cuique suum”. Dalam bahasa
Inggris berbunyi “to give everybody his own” atau dalam bahasa Indonesia
“memberikan kepada setiap orang yang dia empunya”. Bagi kita titik tolak untuk
refleksi tentang keadilan adalah memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi
haknya. Tiga ciri khas penanda keadilan:

a. keadilan tertuju pada orang lain,


b. keadilan harus ditegakan, dan
c. keadilan menuntut persamaan.

Keadilan memegang peranan penting dalam konteks ekonomi dan bisnis, karena
menyangkut barang yang diincar banyak orang untuk dimilki atau dipakai. Sejarawan
ide sosial dan politik yang berkebangsaan Kanada, C.B. MacPherson, berpendapat
bahwa dalam zaman modern keadilan ekonomis tidak banyak diperhatikan, sampai
muncul lagi dengan kuatnya sekitar pertengahan abad ke 19 dan berperang penting
dalam demokrasi-demokrasi parlementer sepangjang abad ke 20.

B. Saran
Uraian pada bab di atas sebagaimana telah memberikan sedikit pemahaman dan
pengetahuan kepada kita semua meskipun tiada kesempurnaan, karena memang
penulisan ini tidak terlepas dari kekurangan. Mudah-mudahan Allah SWT
melimpahkan hidayahnya kepada kita semua.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scibd.com/doc/260919860/ETIKA-BISNIS-Bab-3-Ekonomi-Keadilan

11

Anda mungkin juga menyukai