Anda di halaman 1dari 17

EKONOMI DAN KEADILAN

Secara khusus keadilan itu penting dalam konteks ekonomi dan bisnis, karena tidak
pernah sebatas perasaan atau sikap batin saja tetapi menyangkut kepentingan atau barang yang
dimiliki atau dituntut oleh berbagai pihak. Dengan begitu, ekonomi dan keadilan terjalin
hubungan erat, karena keduanya berasal dari sumber yang sama. Sumber itu adalah masalah
kelangkaan. Ekonomi timbul karena keterbatasan sumberdaya. Barang yang tersedia selalu
langka sehingga kita mencarikan cara untuk membagikan atau mendistribusikan secara baik.
Tetapi apa bila barang yang tersedia dalam keadaan melimpah ruah tidak mungkin muncul
masalah ekonomi, karena barang itu tidak akan dijualbelikan dan akibatnya tidak akan diberi
harga. Misalnya, dipantai laut percuma saja kita berusaha menjual air laut, barang yang kita
tawarkan tidak akan laris, setiap orang yang menginginkannya dapat mengambilnya sendiri tanpa
membayar. Barang baru mendapat nilai ekonomis, bila tidak tersedia cukup untuk semua orang
yang mencarinya. Baru pada saat itulah suatu masyarakat mengembangakn system ekonomi dan
dan baru pada saat itulah ekonomi sebagai ilmu lahir.

Dengan begitu memang benar, seandainya tidka ada kelangkaan, tidak akan ada ekonomi
pula. Tetapi hal yang sama dapat diakatakan juga tentang keadilan (atau sekurang-kurangnya
tentang tipe keadilan yang paling penting, yaitu keadilan distributive); seandainya tidak ada
kelangkaan, tidak perlu keadilan pula. Selama barang tersedia dalam keadaan berlimpah-limpah,
tidak bisa muncul masalah keadilan. Masalah keadilan atau ketidakadilan baru muncul jika tidak
tersedia barang cukup bagi semua orang yang menginginkannya. Ekonomi dan keadilan selalu
terkait atau sekurang-kurangnya seharusnya terkait. Di tanah air kita keyakinan itu dirumuskan
dengan bagus, jika kita menggunakan ungkapan yang sudah menjadi baku “masyarakat yang adil
dan makmur”. Dua pengertian ini tidak bisa dilepas. Keadilan menjadi kata hampa belaka, bila
tidak tersedia barang yang cukup (kemakmuran) untuk memenuhi kebutuhan para warga
masyarkat.

1. Hakikat Keadilan

Apa itu keadilan? Kita bisa mulai dengan mendengarkan suatu definisi sederhana yang
sudah diberikan di zaman Kekaisaran Roma dan malah mempunyai akar-akar lebih tua lagi.
Orang-orang Roma kuno terkenal kerena menciptakan system hukum yang bagus (Ius

Pengantar Etika Bisnis “Ekonomi dan Keadilan” 1


Romanum) yang masih dikagumi dan dipelajari sekarang ini juga, bukan saja oleh sejarahwan
tetapi juga oleh para ahli hukum. “Definisi” yang dimaksudkan ini justru dikemukakan dalam
konteks hukum itu. Pengarang Roma, Ulpianus, yang dalam ini mengutip orang yang bernama
Celsu, menggambarkan keadilan dengan singkat sekali sebagai: “tribuere cuique suum”. Dalam
Bahasa Inggris terjemahannya berbunyi “to give everybody his own”, atau dalam Bahasa
Indonesia “memberikan kepada setiap orang yang dia empunya”. Penjelasan hukum Roma
tentang keadilan itu bias diterjemahkan sebagai: memberikan setiap orang yang menjadi haknya.

Ada tiga cirri khas yang selalu menandai keadilan:

a. Keadilan tertuju pada orang lain


Apabila orang berbicara tentang keadilan atau ketidakadilan terhadap dirinya sendii, ia
hanya menggunakan kata itu dalam arti kiasan, bukan dalam arti sesungguhnya. Masalah
keadilan atau ketidakadilan hanya bias timbul dalam onteks antar manusia.
b. keadilan harus ditegakan
keadilan mengikat kita, sehingga kita mempunyai kewajiban. Ciri kedua ini disebabkan
karena keadilan selalu berkaitan dengan hak yang harus dipenuhi. Cirri kedua ini
menekankan bahwa dalam konteks keadilan kita selalu berurusan dengan hak orang lain.
Kita bias memberikan sesuatu kepada orang lain karena berbagai alasan. Kalau kita
memberikan sesuatu karena alasan keadilan, kita selalu harus atau wajib memberikannya.
c. Keadilan menuntut persamaan
Atas dasar keadilan, kita harus memberikan kepada setiap orang apa yang mejadi haknya,
tanpa kecuali. Keadilan harus dilaksanakan terhadap semua orang, tanpa melihat
orangnya siapa.

2. Pembagian Keadilan

Adapun pembagan keadilan itu:

a. Pembagian Klasik
Disebut klasik karena mempunyai tradisi yang panjang. Cara membagi keadilan
ini terutama ditemukan dalam kalangan thomisme, aliran filsafat yang mengikkuti jejak
filsuf dan teolog besar, Thomas Aquinas (1225-1274). Thomas Aquinas sendiri pada
Pengantar Etika Bisnis “Ekonomi dan Keadilan” 2
umumnya mendasarkan pandangan filosofisnya atas pemikiran Aristoteles (384-322 SM)
dan dalam hal masalah keadilan juga demikian.
Keadilan bisa dibagi atas tiga, berkaitnan dengan tiga kewajiban (atau hak) yang bisa
dibedakan. Keadilan dapat menyangkut kewajiban individu-individu terhadap
masyarakat, lalu kewajiban masyarakat terhadap individu-individu, dan akhirnya
kewajiban antara individu-individu satu sama lain. Tiga macam keadilan ini masing-
masing disebut:
 Keadilan Umum
Berdasarkan keadilan ini para anggota masyarakat diwajibkan untuk member
kepada masyarakat (secara konkret bearti:Negara) apa yang menjadi haknya.
Keadilan ini menyajikan landasan untuk paham common good (kebaikan umum
atau kebaikan bersama). Karena adanya commom good, kita harus menempatkan
kepentingan umum diatas kepentingan pribadi. Hal ini merupakan kewajiban yang
tidak bisa ditawar-tawar, karena dasarnya adalah keadilan. Secara konkret
keadilan umum ini menjadi fundamen untuk kewajiban membayar pajak,
membela Negara (bandingkan UUD 1945 pasal 30), wajib militer (bagi Negara
yang mengenal kewajiban ini), masa bakti dokter di daerah, dan sebagainya.
Keadilan ini kadang-kadang disebut juga keadilan legal.
 Keadilan Distributive
Berdasarkan keadilan ini Negara (pemerintah) harus membagi segalanya dengan
cara yang sama kepada para anggota masyarakat. Di antara hal-hal yang dibagi
Negara kepada warganya ada hal-hal yang enak untuk didapat (contoh:
perlindungan hukum, tanda kehormatan, tunjangan bulanan untuk veteran, dan
sebagainya) dan ada hal-hal yang jutru tidak enak kalau kena (contoh: kewajiban
kerja bakti, ikut dalam siskampling, besar kecilnya beban pajak, dan sebagainya).
Tidak adil, bila pemimpin masyarkat mempraktekan “pilih kasih” dalam membagi
hal-hal yang enak maupun yang tidak enak. Tidak adil, bila pemerintah
mengistimewakna orang-orang yang tidak mempunyai hak khusus. Nepotisme
adalah salah satu cara untuk melanggar keadilan distributive.

Pengantar Etika Bisnis “Ekonomi dan Keadilan” 3


 Keadilan Komutatif
Berdasarkan keadilan ini setiap orang harus memberikan kepada orang lain apa
yang menjadi haknya. Hal itu berlaku pada taraf individual maupun social. Bukan
saja individu satu harus memberikan haknya kepada individu lain, melainkan juga
kelompok satu kepada kelompok lain. Dalam konteks bisnis, nisalnya, hal itu
beari bahwa perusahaan harus berlaku adil terhadap perusahaan lain. Keadilan
kominikatif menjadi fundamental, jika orang mengadakan perjanjian atau kontrak.
Karena itu prinsip etis “janji harus ditepati” berakar dalam keadilan. Keadilan
komunikatif dilanggar ketika kita mengambil apa yang menjadi hak seseorang.

b. Pembagian Pengarang Modern


Pembagian keadilan yang dikemukakan oleh beberapa pengarang modern tentang
etika bisnis, khususnya John Boatright dan Manuel Velasques. Mereka menandaskan
bahwa pembagian itu melanjutkan pemikiran Aristoteles. Dari situ sudah dapat
diperkirakan betapa pentingnya peran Aristoteles dalam teori keadilan. Maka tidak
mengherankan, bila pembagian kedua ini bertumbang tindih dengan pembagain pertama
 Keadilan Distributif
Dimengerti dengan cara yang sama seperti dalam pembagian klasik tadi. Benefits
and burdens, hal-hal yang enak untuk didapat maupun hal-hal yang menuntut
pengorbanan, harus dibagi adil.
 Keadilan Retributif
Berkaitan dengan terjadinya kesalahan. Hukuman atau denda yang diberikan
kepada oranng yang bersalah haruslah bersifat adil. Dasar hukum untuk
menghukum sudah dibicarakan dalam filsafat dan menimbulkan diskusi-diskusi
yang rumit. Bagaimana csranya agar hukuman itu berlangsung dengan adil?
Tanpa berusaha membahas seluruh permasalahannya, kita akan membatasi diri
pada tiga syarat yang harus dipenuhi supaya hukuman dapat dinilai adil: a) Orang
atau instansi yang dihukum harus tau apa yang dilakukannya dan dilakukannya
dengan bebas. Jadi, syaratnya adalah kesengajaan dan kebebasan. Orang bisnis
yang membuat produk merugikan konsumen, tapi sama sekali tidka tahu bahwa ia
merugikan konsumen, tidak bisa dihukum atas alasan itu. b) Harus dipastikan

Pengantar Etika Bisnis “Ekonomi dan Keadilan” 4


bahwa orang yang dihukum benar-benar melakukan perbuatan yang salah dan
kesalahannya harus dibuktikan dengan meyakinkan. Misalnya, jika perbuatan
dilakukan ketika belum dilarang, sin pelaku tidak bersalah. Perusahaan yang
diatur dengan baik akan memiliki prosedur baku untuk mneghukum atau
memberhentikan karyawan yang bersalah. Dalam bidang yuridis, syarat ini
membuahkan “asas praduga tak bersalah”; selama seseorang tidak terbukti
bersalah, ia harus dianggap tidak bersalah. c) Hukuman harus konsisten dan
proporsional dengan pelanggaran yang dilakukan. Syarat konsistensi terpenuhi,
jika selalu diambil tindakan terhadap suatu pelanggaran dan jika semua pelanggar
dikenakan hukum yang sama. Syarat proporsionalitas terpenuhi, jika hukumann
atau denda yang ditetapkan tidak melebihi kerugian yang diakibatkan. Kalau
diberikan hukuman ringan untuk pelanggaran berat atau hukuman berat untuk
pelanggarn ringan, cara menghukum itu tidak bisa disebut adil.
 Keadilan Kompensatoris
Menyangkut juga kesalahan yang dilakukan, tetapi menurut aspek lain.
Berdasarkan keadilan ini orang mempunyai kewajiban moral untuk memberikan
kompensasi atau ganti rugi kepada orang atau instansi yang dirugikan. Supaya
kewajiban kompensasi ini berlaku, perlu dipenuhi juga tiga syarat: a) Tindakan
yang mengakibatkan kerugian harus salah atau disebabkan kelalaian. Kalau
kerugian disebabkan karena tindakan yang sah, tidak ada kewajiban kompensasi.
Misalnya, perusahaan yang karena efisiensinya menyebabkan perusahaan lain
harus ditutup, tidak wajib memberikan kompensasi. b) perbuatan seseorang harus
sungguh-sungguh menyebabkan kerugian. Misalnya, jika orang lain menyebabkan
kecelakaan dengan sepada motor yang dipinjam dari saya, saya tidak wajib
memberikan ganti rugi kepada korban. c) Kerugian harus disebabkan oleh orang
yang bebas. Tidak ada kewajiban moral untuk member kompensasi bagi kerugian
yang disebabkan dalam keadaan tidak bebas (waktu tidur, misanya).

c. Keadilan Individual dan Keadilan Sosial


Pembagian ini tidka bertumpang indih dengan pembagian-pembagian
sebelumnya. Bagi Negara kita yang berideologi Pancasila, keadilan social tentu

Pengantar Etika Bisnis “Ekonomi dan Keadilan” 5


mempunyai makna sendiri. Dalam rangka teori keadilan, pengertian “keadilan social”
sering dipersoalkan dan diliputi ketidak jelasan yang cukup besar. Ada yang menganggap
bahwa keadilan social nama lain dari keadilan distributive, tapi ada yang berpendapat
bahwa keadilan social harus dibedakan dari keadila distributive. Filsuf dan ekonom
Austria-Amerika, F.A. von Hayek, yang menjadi pemegang Hadiah Nobel Ekonomi
1974, malah menolak “keadilan social” dengan cara sangat keras “Jika diskusi politik
mau menjadi jujur, perlulah orang mengakui bahwa istilah ini secara intelektual tidak
terhormat sama sekali, pertanda demagogi atau jurnalisme murahan, dan pemikir yang
bertanggung jawab harus malu untuk menggunakannya, karena sekali kehampaannya
diketahui penggunaannya sudah tidak jujur lagi”.
Dengan begitu dalam buku ini cara yang baik untuk menguraikan keadilan social
adalah mebedaknnya dengan keadilan individual. Dua macam keadilan ini berbeda,
karena pelaksanaannya berbeda. Pelaksanaan keadilan individual tergantung pada
kemauan atau keputusan satu orang (atau bisa juga beberapa orang) saja. Dalam keadilan
social tergantung dari struktur-struktur masyarakat di bidang social-ekonomi, politik,
budaya, dan sebagainya. Keadilan social tidak terlaksana jika struktur-struktur
masyarakat tidak memungkinkan. Karena itu disini orang berbicara juga tentang
ketidakadilan structural dan kemiskinan structural. Pada kenyataanny masalah keadilan
social terutama tampak dalam bentuk negatifnya: sebagai ketidakadilan social. Baru jika
struktur-struktur masyarakat tidak mengahsilkan keadaan yang adil, dirasakan adanya
masalah keadilan social. Tetapi dalam kehidupan sehari-hari banyak masalah tergolong
dalam keadilan individual saja. Pelaksanaan keadilan tergantung pada kemauan baik atau
buruk satu atau beberapa orang saja. Jika ia berkemauan baik, keadilan terlaksana. Jika ia
berkemauan buruk, keadilan tidak terlaksana. Tetapi dalam banyak kasus lain masalah
tidak semudah itu. Jika dalam suatu masyarakat banyak terdapat banyak pengangguran
yang mencari pekerjaan, tidak tergantung kebaikan hati para pengusaha apakah keinginan
mereka dipenuhi atau tidak. Pengusaha hanya bisa menampung tenaga kerja yang mereka
butuhkan. Pengangguran memang merupakan ketidakberesan dalam masyarakat dan
menjadi keadilan tidak adil, bila disebabkan karena struktur-struktur social ekonomi
dalam masyarat tidak adil. Jika dalam masyarakat banyak orang miskin tidak mendapat
pendidikan ataau pelayanan kesehatan, pemecah untuk masalah social ini tidak

Pengantar Etika Bisnis “Ekonomi dan Keadilan” 6


tergantung pada kehendak baik dari kehendak baik para kepala sekolah atau para direktur
rumah sakit. Malah mentri pendidikan dan mentri kesehatan dalam hal ini tidal berdaya.
Jika pendidikan dan pelayanan kesehatan dalam suatu masyarakat hanya tersedia untuk
orang berduit, masyarakat itu memang belum mewujudkan keadliana social. Tetapi
pelaksanaan keadilan social itu tidak tergantung pada beberapa individu saja. Hal ini
tergantung pada struktur-struktur social ekonomi politik yng ada.
Apabila kita mengerti keadilan sebagai “memeberikan kepada setiap orang yang
menjadi haknya” , maka kewajiban social terwujud, bila hak-hak social terpenuhi.
Beberapa contoh diatas tadi merupakan contoh dri hak-hak social. Setiap orang
mempunya hak atas pekerjaan, pendidikan, pelayanan kesehatan, dan hak social lainnya.
Keadilan social terlaksana, bila hak-hak social terpenuhi. Keadilan individual terlaksana,
bila hak-hak individual terpenuhi. Dalam kompleksitas masyarakat modern, keadilan
social tidak pernah dapat dilaksanakan dengan sempurna. Setiap perubahan dalam
masyarakat, seperti misalnya dinaikannya pajak, bisa mengakibatkan ketidakadilan
structural untuk golongan tertentu. Keadilan social merupakan cita-cita yang bisa
dihampiri semakin dekat, tapi tidak pernah bisa direalisasikan secara sempurna. Di satu
masyarakat keadilan social bisa terwujud jauh lebih baik daripada di masyarakat lain.
Tetapi praktis tidak ada satu masyarakat pun dimana tidak ada masalah social.

3. Keadilan Distributif pada khususnya

Jenis keadilan yang mengakibatkan paling banyak kesulitan adalah keadilan distributif.
Karena keadilan ini menyangkut masalah membagi. Dalam teori etika selalu sudah dikatakan,
dalam hal keadilan distributif keputusan kita harus didasarkan atas prinsip-prinsip tertentu.
Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah:

a. Formal  ditemukan oleh Aristoteles, dirumuskan dalam bahasa inggris “equals


ought to be treated equally and unequals may be treated unequally” yang berarti
kasus-kasus yang sama harus diperlakukan dengan cara yang sama, sedangkan kasus-
kasus yang tidak sama boleh saja diperlakukan secara tidak sama.
b. Material  menunjuk kepada salah satu aspek relevan yang bisa menjadi dasar untuk
membagi dengan adil hal-hal yang dicari oleh berbagai orang. Beauchamp and Bowie
menemukan 6 prinsip yang termasuk ke dalam material :
Pengantar Etika Bisnis “Ekonomi dan Keadilan” 7
- Kepada setiap orang bagian yang sama
Membagi rata kepada semua orang yang berkepentingan diberi bagian yang sama.
- Kepada setiap orang yang sesuai dengan kebutuhan individualnya
Membagi rata sesuai dengan kebutuhan masing-masing orang.
- Kepada setiap orang yang sesuai dengan haknya
Membagi rata sesuai dengan hak nya masing-masing tiap individu
- Kepada setiap orang yang sesuai dengan usaha individualnya
Mereka yang mengeluarkan banyak usaha dan keringat pantas untuk diperlakukan
berbeda dengan orang yang lain yang tidak berusaha.
- Kepada setiap orang yang sesuai dengan kontribusinya kepada masyarakat.
Yang memiliki jabatan tinggi boleh jika diperlakukan berbeda dengan orang lain.
- Kepada setiap orang yang sesuai dengan jasanya (merit)
Jasa menjadi alasan untuk memberikan sesuatu kepada satu orang yang tidak
diberikan kepada orang lain.
Teori keadilan distributif
1. Teori egalitarianisme
Kita baru membagi secara adil bila semua orang mendapat bagian yang sama.
“sama rata sama rasa” merupakan semboyan egalitarian yang khas. Pemikiran ini
merupakan keyakinan umum sejak zaman modern sejak revolusi Perancis. Yang
dimaksud sama dalam teori ini adalah manusia sama martabatnya tapi bukan dengan
intelegensi dan keterampilannya, maka dari itu teori egalitarianisme tidak cocok bila
diterapkan dalam sistem penggajian. Prinsip “pemerataan pendapatan” dipengaruhi
juga oleh pemikiran egalitarian. Agar masyarakat diatur dengan adil, perbedaan
pendapatan tidak boleh terlalu besar, biarpun tidak mungkin semua warga masyarakat
memperoleh pendapatan yang sama.
2. Teori sosialistis
Menurut teori ini masyarakat diatur dengan adil jika kebutuhan semua warganya
terpenuhi. Seperti kebutuhan sandang, pangan,papan. Teori ini memikirkan masalah
pekerjaan bagi kaum buruh. Cara mempraktekkan keadilan distributif ini
mengabaikan hak seseorang untuk memilih profesinya sendiri.

Pengantar Etika Bisnis “Ekonomi dan Keadilan” 8


3. Teori liberalistis
Dalam teori ini menolak pembagian atas dasar kebutuhan sebagai tidak adil. Yang
tidak berusaha tidak mempunyai hak untuk memperoleh sesuatu. Liberalisme
menolak sebagai sangat tidak etis sikap free rider. Dalam bidang prestasi teori ini
melihat sebagai perwujudan pilihan bebas seseorang.

Teori keadilan distributif yang membatasi diri pada satu prinsip saja ternyata sulit
untuk dipertahankan. Untuk membagi dengan adil, kita harus memperhatikan semua
prinsip material. Faktor subyektif pun tidak mungkin disingkirkan. Salah satu tugas untuk
setiap masyarakat demokratis ialah bersama sama mengembangkan kesepakatan tentang
yang bisa dinilai sebagai pembagian adil dalam situasi tertentu.

4. John Rawls Tentang Keadilan Distributive

John Rawls lahir di Baltimore, Maryland, Amerika Serikat pada 1921. Dari tahun 1962,
ia mengajar di Harvard University dan mengeluarkan buku berjudul A Theory of Justice (1971) .
kemudian pada tahun 1993 terbit buku keduanya berjudul Political Liberalism , yang mengakui
masyarakat modern heterogen dan karenanya toleransi harus menjadi cirri khas masyarakat adil.
Pandangan Rawls tentang keadilan biasa disebut juga egalitarianisme (prinsip material pertama).
Rawls berpendapat kita membagi dengan adil dalam masyarakat, jika kita membagi rata, kecuali
ada alasan untuk membagi dengan cara lain.

Menurut pandangan Rawls, yang harus dibagi dengan adil dalam masyarakat adalah the
social primary goods (nilai-nilai social yang primer). Artinya hal-hal yang sangat dibutuhkan
untuk bisa hidup pantas sebagai manusia dan warga masyarakat. Yang termasuk nilai-nilai sosial
primer adalah kebebasan-kebebasan dasar, kebebasan bergerak dan kebebasan memilih profesi,
kuasa dan keuntungan yang berkaitan dengan jabatan-jabatan dan posisi-posisi yang penuh
tanggung jawab, pendapatan dan milik serta dasar-dasar sosial dari harga diri (self respect).

Adapun prinsip-prinsip keadilan menurut Rawls :

1. Prisnsip pertama :setiap orang mempunyai hak yang sama atas kebebasan
kebebasan dasar yang paling luas yang dapat dicocokkan
Pengantar Etika Bisnis “Ekonomi dan Keadilan” 9
dengan kebebasan-kebebasan yang sejenis untuk semua
orang/ tetapi ada batasannya satu orang dengan kebebasan orang
lain. Contoh kebebasan hak mengikuti hati nurani, hak untuk
mengemukakan pendapat
2. Prinsip kedua :ketidaksamaan sosial dan ekonomis diatur demikian rupa
sehingga :
a. menguntungkan terutama orang-orang yang minimal
beruntung dan serentak juga .Disebut prinsip perbedaan. Untuk
mengatur masyarakat secara adil, tidak perlu semua orang
mendapat hal-hal yang sama. Contoh: memberikan kursus
ketrampilan hanya pada mereka yang miskin.
b. Melekat pada jabatan-jabatan dan posisi-posisi yang terbuka
bagi semua orang dalam keadaan yang menjamin persamaan
peluang yang fair. Disebut prinsip persamaan peluang yang
fair. Artinya, setiap orang harus mendapat peluang yang sama
dalam meraih sesuatu.

5. Robert Nozick Tentang Keadilan Distributif

Robert Nozick bisa dipandang sebagai antipode Rawls dalam pemikirannya tentang
keadilan. NamaNozick menjadi terkenal karena bukunyaAnarchy, State, and Utopia (1974) yang
memuat pemikiran liberalistisnya tentang keadilan. Teorinya tentang keadilan distributive
disebutnya sebagai “entitlement theory”. MenurutNozick, kita memiliki sesuatu dengan adil jika
pemilikan itu berasal dari keputusan bebas yang mempunyai landasan hak. Disini ada
kemungkinan yang memunculkan tiga prinsip. Pertama, prinsip“original acquisition: kita
memperoleh sesuatu untuk pertama kali dengan misalnya memproduksi hal itu. Kedua,
prinsip“transfer”: kita memiliki sesuatu karena diberikan oleh orang lain. Ketiga,
prinsip“rectification of injustice” : kita mendapat sesuatu kembali yang sebelumnya dicuri dari
kita.

Nozick mempunyai dua keberatan mendasar terhadap prinsip-prinsip keadilan distributif


yang tradisional. Prinsip-prinsip itu bersifat historis dan mempunyai pola yang telah ditentukan
sebelumnya(patterned). Dengan memandang kedua keberatan ini kita bisa memahami posisi
Pengantar Etika Bisnis “Ekonomi dan Keadilan” 10
Nozick sendiri dengan baik. Ketiga prinsip Nozick tadi merupakan prinsip-prinsip historis,
artinya mereka tidak saja melihat hasil pembagian tetapi mempertanggungjawabkan juga proses
yang melandaskan pembagian atau pemilikan. Sedangkan prinsip-prinsip tradisional (khususnya
“kebutuhan”) bersifata historis ,karena tidak memperhatikan bagaimana pembagian itu sampai
terjadi. Itulah “endstate principles”, kata Nozick yang berarti memperhatikan keadaan terakhir
dari suatu proses yang barangkali panjang dan penuh keputusan bebas dari pihak-pihak yang
bersangkutan.

Keberatan kedua adalah bahwa prinsip prinsip tradisional menerapkan pada pembagian
barang dengan suatu pola yang telah ditetapkan sebelumnya. Prinsip-prinsip itu semua bersifat
“patterned”. Tetapi memaksa pola seperti Itu berarti mengorbankan kebebasan. Supaya adil,
prinsip-prinsip yang berpola itu hanya bisa dipakai pada keadaan awal ketika semua orang masih
sama, tetapi tidak bisa dipakai lagi setelah para anggota masyarakat memiliki harta milik yang
berbeda-beda, akibat menjalani hak-haknya yang legitim dengan bebas. Sepintas, prinsip Rawls
luput dari keberatan kedua ini karena dirumuskan dalam posisi asal (original position), ketika
semua anggota masyarakat masih sama.

Kesimpulan Nozick adalah bahwa keadilan ditegakkan apabila diakui bakat-bakat dan
sifat-sifat pribadi beserta segala konsekuensinya (seperti hasil kerja) sebagai satu-satunya
landasan hak (entitlement). Masyarakat dimana beberapa orang hidup dalam keadaan berlimpah-
limpah, sedangkan orang lain menderita kekurangan, merupakan keadaan yang tidak boleh
diperbaiki dengan membuat orang kaya menjadi sarana belaka dengan tujuan mengentaskan
orang lain dari kemiskinan, Nozick berpendapat bahwa prinsip dasar dari Immanuel Kant disini
juga harus dipegang teguh. Tidak pernah menjadi adil memerangi kemiskinan dengan
memaksakan perubahan structural dalam masyarakat. Membantu orang miskin memang
merupakan kewajiban solidaritas. Tetapi menurut Nozick kewajiban itu termasuk etika pribadi
dan hanya boleh dijalankan dengan keputusan-keputusan bebas.

6. Keadilan Ekonomis

Keadilan memegang peranan penting dalam konteks ekonomi dan bisnis, karena
menyangkut barang yang diincar banyak orang untuk dimiliki atau dipakai. Dalam zaman
kuno,keadilan ekonomis diberi tempat penting, khususnya pada Aristoteles. Pemikiran ini

Pengantar Etika Bisnis “Ekonomi dan Keadilan” 11


dilanjutkan dalam masyarakt abad pertengahan, khususnya pada Thomas Aquinas. Keadilan
ekonomis dianggap sebagai sesuatu yang harus diusahakan karena tidak timbul dengan otomatis,
dan dianggap (seperti keadilan pada umumnya) sebagai suatu nilai etis. Dalam zaman
modern,keadilan ekonomis tidak banyak diperhatikan, sampai muncul lagi dengan kuatnya
sekitar pertengahan abad ke-19 dan bereperan penting dalam demokrasi-demokrasi parlementer
sepanjang abad ke-20.

Perhatian untuk keadilan secara konkret mengambil bentuk mengusahakan perbaikan dari
keadaan tidak adil. Seperti dikatakan Immanuel Kant,bahwa jauh lebih banyak orang menderita
akibat ketidak adilan dari pada akibat bencana alam. Ketidakadilan disebabkan oleh ulah
manusia dan harus diperbaikioleh manusia. Masyarakat disini tidak mungkin dikatakan diatur
dengan baik kalau tidak ditandai keadilan. Keadilan harus berperan pada tahap sosial maupun
individual, juga dalam konteks ekonomi dan bisnis.

Masyarakat tidak mungkin dikatakan diatur dengan baik (well-ordered) apabila tidak
ditandai keadilan. Tetapi hal itu bukan berarti bahwa keadilan hanya merupakan suatu cirri sosial
saja atau bahwa hanya masyarakat (institusi sosial) bisa disebut adil dalam arti yang
sesungguhnya. Keadilan harus berperan pada tahap sosial maupun individual. Dan dalam
konteks ekonomi dan bisnis salah satu nilai moral terpenting adalah keadilan.

Pengantar Etika Bisnis “Ekonomi dan Keadilan” 12


ARTIKEL

Kalijodo(beritajakarta.com)

Ini Pesan Senator Soal Penggusuran Kalijodo

FORUM KEADILAN, Jakarta – Rencana ngotot pemerintah guna merelokasi Kalijodo yang
nota bene mengantongi kartu penduduk DKI Jakarta mendapat perhatian senator asal ibu kota
Negara ini. Fahira Idris yang merupakan anggota DPD RI meminta selain rumah susun (rusun),
Pemerintah Provinsi (Pemprov) juga bisa memberikan fasilitas sekolah bagi anak-anak Warga
Kalijodo yang masih sekolah..

“Namanya warga mau digusur, pasti gusar, bingung mikirin nasibnya, mikirin priuknya, belum
lagi mikirin anak-anak yang harus pindah sekolah. Makanya, satu-satu kegusaran itu harus
dijawab oleh Pemprov DKI Jakarta, salah satunya memudahkan dan memfasilitasi anak-anak
mereka pindah kesekolah yang baru,” ujarnya lewat pesan eletronik yang diterima FORUM,
Rabu, (16/2).

Selain itu, dirinya yang kali ini melayangkan dukungan kepada pasukan Ahok bisa pula member
bantuan modal dan pelatihan usaha. “Tetapi, soal nasib anak-anak di sana yang masih bersekolah
juga harus dipikirikan solusinya dan disosialisasikan kewarga, agar satu per satu kegusaran
mereka bisa berkurang,” sebutnya.

“Memulai kehidupan baru, tempat tinggal baru, merinti susaha baru itu kan deg-deg-anya. Rasa
khawatir pasti menghantui karena ada keluarga yang harus diberi makan dan anak yang harus
diberi pendidikan. Makanya, Pemprov DKI berdialog secara intens-lah sebelum penggusuran.
Buat suasana adem, jangan keluarkan komentar-komentar yang membuat suasana semakin
panas, apalagi sampai ancam ngirim tank dan sebagainya,” tambah Wakil Ketua Komite III DPD
RI ini.

Hal yang perlu diperhatikan gubernur DKI Jakarta yakni bisa blusukan mendekati warga
Kalijodo. “Pokoknya, sedapat mungkin tidak terjadi bentrokan saat penertiban nanti. Memimpin
itu kan seni berkomunikasi dan mempersuasi rakyat. Kalau gubernur langsung datang, penghuni
juga pasti merasa diperhatikan dan kekhawatiran mereka bisa hilang. Sampaikan pilihan-pilihan

Pengantar Etika Bisnis “Ekonomi dan Keadilan” 13


alternative penghuni setelah penggusuran dan yakinkan mereka akan mendapat kehidupan dan
lingkungan yang lebih baik lagi,” pungkasnya.

Ranap Simanjutak (2016). “Ini Pesan Senator Soal Penggusuran Kalijodo”. 18 Februari 2016
diakses dari http://forumkeadilan.co/nusantara/ini-pesan-senator-soal-penggusuran-
kalijodo/padatanggal26Februari 2016

Pengantar Etika Bisnis “Ekonomi dan Keadilan” 14


ANLISIS

Dalam pembukaan mengenai ekonomi dan keadilan telah dikatakan bahwa ekonomi dan
keadilan terjalin hubungan erat, karena keduanya berasal dari sumber yang sama. Sumber itu
adalah masalah kelangkaan. Dan ekonomi sendiri timbul karena keterbatasan sumberdaya.
Dalam artikel diatas terjadi adanya masalah kelangkaaan, kelangkaan akan adanya pemerataan
sumber daya manusia. Dalam kasus ini, kita ketahui bahwa Kalijodo merupakan daerah yang
kumuh, bahkan daerah tersebuh telah dijadikan tempat prostitusi yang terkenal sebagai prostitusi
murah di daerah DKI Jakarta. Kenapa bisa demikian? Hal tersebut tidak terlepas dari sumber
manusianya itu sendiri, sumber daya manusia yang kurang berkualitas menimbulkan
ketimpangan social. Sehingga mereka tidak dapat memiliki perkerjaan yang lebih layak untuk
menyokong kehidupannya, karena mereka tidak memiliki keahlian dan pendidikan yang tinggi.
Dengan begitu timbullah permasalah ekonomi yang terjadi pada masyarakat Kalijodo. Melihat
dari permasalahan yang terjadi, sebenernya, pemerintah DKI Jakarta berinisiatif baik dengan
akan merelokasi warga Kalijodo ke rumah susun, yang lingkungannya lebih baik dan terawat
(tidak kumuh) seperti tempat tinggal mereka di Kalijodo, dan tempat tinggal mereka akan
dijadikan kawasan hijau, yang bearti hal ini pemerintah DKI Jakarta memikirkan masyarakatnya
secara menyeluruh, karena akan memberikan kawasan hijau yang pastinya akan memberikan
kenyamanan untuk daerah DKI Jakarta secara keseluruhan, yang terkenal dengan padatnya
polusi udara. Tetapi apabila kita lihat dari berbagai sudut pandang, apakah itu adil? Apakah
dengan adanya relokasi tersebut akan memunculkan keadilan? Atau bahkan dapat memunculkan
masalah ketidakadilan?

Apabila kita kaitkan antara ekonomi dan keadilan, salah satu ciri khas yang selalu
menandai keadilan yaitu keadilan menuntut persamaan. Telah dikatakan bahwa salah satu alasan
digusurnya wilayah Kalijodo adalah wilayah tersebut masuk dalam kawasan jalur hijau. Ini
adalah sebuah ketidakadilan ketika hanya warga Kalijodo saja yang digusur, sedangkan kawasan
elite yang ada di sepanjang bantaran sungan tidak ikut digusur. Ini menunjukkan bahwa keadilan
semakin mengerucut kebawah. Keadilan distributive mengatakan bahwa negara (pemerintah)
harus membagi segalanya dengan cara yang sama kepada para anggota masyarakat. Dalam kasus
ini terlihat jelas bahwa pemkot DKI mempraktekkan pilih kasih dalam melakukan penggusuran
di Kalijodo. Tidak adil apabila pemerintah lebih mengistimewakan orang-orang yang berada di

Pengantar Etika Bisnis “Ekonomi dan Keadilan” 15


kawasan elite dari pada mereka (warga Kalijodo) yang sebenarnya juga memiliki hak yang sama.
Lalu kenapa hanya Kalijodo? Tntu saja hal ini berkaitan dengan adanya kelangkaan sumber daya
manusia yang ada di kawasan kumuh Kalijodo. Nozick menyimpulkan bahwa keadilan
ditegakkan apabila diakui bakat-bakat dan sifat-sifat pribadi beserta segala konsekuensinya
(seperti hasil kerja) sebagai satu-satunya landasan hak (entitlement). Masyarakat dimana
beberapa orang hidup dalam keadaan berlimpah-limpah, sedangkan orang lain menderita
kekurangan, merupakan keadaan yang tidak boleh diperbaiki dengan membuat orang kaya
menjadi sarana belaka dengan tujuan mengentaskan orang lain dari kemiskinan, Nozick
berpendapat bahwa prinsip dasar dari Immanuel Kant disini juga harus dipegang teguh. Tidak
pernah menjadi adil memerangi kemiskinan dengan memaksakan perubahan structural dalam
masyarakat. Membantu orang miskin memang merupakan kewajiban solidaritas. Tetapi menurut
Nozick kewajiban itu termasuk etika pribadi dan hanya boleh dijalankan dengan keputusan-
keputusan bebas.

Lalu ketika kita tahu bahwa program kerja pemkot DIK baik utnuk masyarakat Jakarta
secara keseluruhan, kenapa warga Kalijodo alot untuk direlokasi ke tempat yang telah
disediakan? Tentu saja karena salah satunya, banyak sekali warga di Kalijodo yang memiliki
bisnis di sana. Apabila Kalijodo digusur, maka mereka harus membangun bisnis mereka dari
awal lagi. Keadilan selalu berhubungan erat dengan hak dan kewajiban. Warga Kalijodo
memiliki hak untuk memberikan aspirasinya dan pemerintah memiliki kewajiban untuk
mendengarkan suara mereka. Apabila pemerintah hanya asal gusur tanpa melihat apa yang
sebenarnya warga butuhkan, maka warga tidak akan mendapatkan keadilan. Pemerintah harus
bisa memberikan sokongan modal bagi warga yang ingin membuka usahanya kembali. Menurut
John Rawls dalam bukunya yang berjudul A Theory of Justice (1971) . kemudian pada tahun
1993 terbit buku keduanya berjudul Political Liberalism, mengakui masyarakat modern yang
heterogen dan karenanya toleransi harus menjadi ciri khas masyarakat adil. Pandangan Rawls
tentang keadilan biasa disebut juga egalitarianisme (prinsip material pertama). Rawls
berpendapat kita membagi dengan adil dalam masyarakat, jika kita membagi rata, kecuali ada
alasan untuk membagi dengan cara lain. Yang harus dibagi dengan adil dalam masyarakat adalah
the social primary goods (nilai-nilai social yang primer). Artinya hal-hal yang sangat dibutuhkan
untuk bisa hidup pantas sebagai manusia dan warga masyarakat. Sehingga, seperti apa yang akan
dikhawartirkan oleh Wakil Ketua Komite III DPD RI tidak akan terjadi, karena warga Kalijodo
Pengantar Etika Bisnis “Ekonomi dan Keadilan” 16
yang akan memulai kehidupan baru, tempat tinggal baru, merinti susaha baru itu tidak ada rasa
khawatir yang menghantui karena ada keluarga yang harus diberi makan dan anak yang harus
diberi pendidikan. Dengan begitu, Pemprov DKI harus berdialog secara intens-lah sebelum
penggusuran. Buat suasana adem, jangan keluarkan komentar-komentar yang membuat suasana
semakin panas, apalagi sampai ancam ngirim tank dan sebagainya.

Dan yang harus kita ketahu lagi adalahwa fakta bahwa warga Kalijodo bukanlah warga
kemarin sore. Artinya, banyak dari mereka sudah tinggal di wilayah tersebut selama puluhan
tahun bahkan sebelum diadakannya jalur hijau. Keadilan kompensatoris menyatakan bahwa
orang atau instansi mempunyai kewajiban moral untuk memberikan kompensasi atau ganti rugi
kepada mereka yang dirugikan. Dalam kasus ini maka pemerintah harus memberikan
kompensasi yang setimpal atas kehilangan yang warga Kalijodo alami apabilan mereka mau
direlokasi. Terlebih lagi kita sebaga Negara yagng berideologikan Pancasila, tentunya dapat
memaknai sendiri apa itu keadilan social, dimana keadilan social dalam pelaksanaannya
tergantung dari struktur-struktur masyarakat di bidang social-ekonomi, politik, budaya, dan
sebagainya. Keadilan social tidak terlaksana jika struktur-struktur masyarakat tidak
memungkinkan. Keadilan social tidak tergantung pada kemauan baik atau buruk satu atau
beberapa orang saja. Jika dalam masyarakat banyak orang miskin tidak mendapat pendidikan
atau pelayanan kesehatan, pemecah untuk masalah social ini tidak tergantung pada kehendak
baik dari kehendak baik para kepala sekolah atau para direktur rumah sakit. Malah mentri
pendidikan dan mentri kesehatan dalam hal ini tidal berdaya. Jika pendidikan dan pelayanan
kesehatan dalam suatu masyarakat hanya tersedia untuk orang berduit, masyarakat itu memang
belum mewujudkan keadliana social. Tetapi pelaksanaan keadilan social itu tidak tergantung
pada beberapa individu saja. Hal ini tergantung pada struktur-struktur social ekonomi politik yng
ada. Dengan begitu seperti apa yang telah diungkapkan Wakil Ketua Komite III DPD RI pemkot
DKI Jakarta harus mampu berkomunikasi dengan baik guna mempersuasi rakyat. Kalau
gubernur langsung datang, penghuni juga pasti merasa diperhatikan dan kekhawatiran mereka
bisa hilang. Sampaikan pilihan-pilihan alternative penghuni setelah penggusuran dan yakinkan
mereka akan mendapat kehidupan dan lingkungan yang lebih baik lagi.

Pengantar Etika Bisnis “Ekonomi dan Keadilan” 17

Anda mungkin juga menyukai