Anda di halaman 1dari 4

Ekonomi dan Keadilan Dalam Etika Bisnis

Keadilan merupakan hal vital dalam ekonomi atau bisnis. Karena keduanya sama-sama terkait dengan
pembagian barang dan jasa yang terbatas pada semua orang. Baik ekonomi maupun keadilan sama-sama
bertitik tolak dari terjadinya kelangkaan atau keterbatasan. Karena kelangkaan perlu ekonomi dan karena
kelangkaan pula perlu pembagian distribusi secara adil. Jika barang berlimpah maka tidak perlu lagi ada
ekonomi dan juga tidak perlu keadilan. Semakin barang langka maka semakin besar problem
distiribusinya, dan semakin besar problem keadilan yang ditimbulkan.
Keadilan juga merupakan topik penting dalam etika. Karena sebagaimana dikemukakan Bertens, "sulit
sekali untuk dibayangkan orang atau instansi yang berlaku etis tetapi tidak mempraktekkan keadilan atau
bersikap tak acuh pada ketidakadilan" (Bertens, 2000: 85).

A. Hakikat Keadilan

Keadilan pada hakikatnya adalah memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya (to give
everybody his own). Definisi ini popular pada masa roma kuno sebagaimana diungkapkan oleh Celcus
(175 M).
Keadilan mempunyai tiga unsur hakiki :
a. keadilan selalu tertuju pada orang lain. Masalah keadilan hanya bisa timbul dalam konteks antar
manusia, dengan kata lain konteks keadilan kita selalu berurusan dengan orang lain.
b. keadilan harus ditegakkan atau dilaksanakan. Keadilan tidak hanya diharapkan atau dianjurkan tapi
mengikat kita, sehingga kita mempunyai kewajiban. Dalam konteks keadilan kita selalu berurusan dengan
hak orang lain.
c. Keadilan menuntut persamaan ( equality ). Atas dasar keadilan kita harus memberikan kepada setiap
orang apa yang menjadi haknya tanpa kecuali.

B. Pembagian Keadilan

1. Pembagian Klasik
Keadilan berdasarkan pada pembagian klasik ada tiga macam.
a. Keadilan umum (general justice)
Berdasarkan keadilan ini para anggota masyarakat diwajibkan untuk memberi kepada masyarakat
(negara) apa yang menjadi haknya.
b. Keadilan distributif (distributive justice)
Berdasarkan keadilan ini negara (pemerintah) harus membagi segalanya dengan cara yang sama kepada
para anggota masyarakat.
c. Keadilan komutatif (commutative justice)
Berdasarkan keadilan ini setiap orang harus memberikan kepada orang lain apa yang menjadi haknya. Hal
itu berlaku pada taraf individual maupun sosial.

2. Pembagian Pengarang Modern


Menurut John Boatright dan Manuel Velasques, keadilan dibagi menjadi tiga :
a. Keadilan Distributif (distributive justice)
Benefits and burdens, hal-hal yang enak untuk didapat dan hal-hal yang menuntut pengorbanan harus
dibagi dengan adil.
b. Keadilan Retributif (retributive justice)
Berkaitan dengan terjadinya kesalahan. Hukuman atau denda yang diberikan kepada orang yang bersalah
harus bersifat adil.
Ada tiga syarat yang harus dipenuhi supaya hukuman dapat dinilai adil, yaitu :
- Orang atau instansi yang dihukum harus tahu apa yang dilakukannya dan harus dilakukannya dengan
bebas.
- Harus dipastikan bahwa orang yang dihukum benar-benar melakukan perbuatan yang salah dan
kesalahannya harus dibuktikan dengan meyakinkan.
- Hukuman harus konsisten dan proporsional dengan pelanggaran yang dilakukan.
c. Keadilan Kompensatoris (compensatory justice)
Menyangkut juga kesalahan yang dilakukan, tetapi menurut aspek lain. Berdasarkan keadilan ini orang
mempunyai kewajiban moral untuk memberikan kompensasi atau ganti rugi kepada orang atau instansi
yang dirugikan.
Kewajiban kompensasi ini akan berlaku jika terpenuhi tiga syarat :
- Tindakan yang mengakibatkan kerugian harus salah atau disebabkan kelalaian.
- Perbuatan seseorang harus sungguh-sungguh menyebabkan kerugian.
- Kerugian harus disebabkan oleh orang yang bebas.

3. Keadilan Individual dan Keadilan Social


Dua macam keadilan ini berbeda, karena pelaksanaannya berbeda. Pelaksanaan keadilan individual
tergantung pada kemauan atau keputusan satu orang ( atau bisa juga beberapa orang ) saja. Sedangkan
palaksanaan keadilan sosial, satu orang atau beberapa orang saja tidak berdaya. Pelaksanaan keadilan
sosial tergantung dari struktur-struktur masyarakat dibidang sosial ekonomi, politik budaya dan
sebagainya. Keadilan individual terlaksana bila hak-hak individual terpenuhi. Keadilan sosial terlaksana
bila hak-hak sosial terpenuhi. Keadilan individual sering dapat dilakukan secara sempurna, namun
keadilan sosial tidak pernah dapat dilakukan secara sempurna karena kompleksitas masyarakat modern.
Keadilan sosial menjadi penting khususnya di negara berkembang dimana kesenjangan tampak nyata di
masyarakat. Kesenjangan antara masyarakat kalangan atas dan masyarakat kalangan bawah. Kesenjangan
seperti ini dapat menimbulkan gejolak sosial, akibat ketidakadilan yang dirasakan oleh kalangan bawah
yang mayoritas. Keadilan sosial diperlukan untuk mempersempit atau meminimalisir terjadinya
kesenjangan antara masyarakat kalangan atas dan masyarakat kalangan bawah. Dengan demikian, maka
gejolak sosial bisa dihindari.

C. Keadilan Distributif pada Khususnya

Dalam teori etika modern sering disebut dua macam prinsip untuk keadilan distributif: prinsip formal dan
prinsip material. Prinsip formal hanya ada satu, yang menyatakan bahwa kasus-kasus yang sama harus
diperlakukan dengan cara yang sama sedangkan kasus-kasus yang tidak sama boleh saja diperlakukan

dengan cara yang tidak sama (equals ought to be treated equally and unequals may be treated unequally).
Prinsip material keadilan distributif melengkapi prinsip formal. Prinsip material menunjuk pada salah satu
aspek relevan yang bisa menjadi dasar untuk membagi dengan adil hal-hal yang dicari oleh berbagai
orang. Menurut Beauchamp dan Bowie ada enam prinsip material.
Keadilan distributif terwujud kalau setiap orang diberikan :
1. Bagian yang sama
Prinsip ini kita membagi dengan adil jika kita membagi rata: kepada semua orang yang berkepentingan
diberi bagian yang sama.
2. Kebutuhan
Prinsip ini menekankan bahwa kita berlaku adil jika kita membagi sesuai kebutuhan.
3. Hak
Hak merupakan hal yang penting bagi keadilan pada umumnya, termasuk keadilan distributive.
4. Usaha
Mereka yang mengeluarkan banyak usaha dan keringat untuk mencapai suatu tujuan pantas diperlakukan
dengan cara lain daripada orang yang tidak berusaha.
5. Kontribusi kepada masyarakat
Orang yang karena kontribusinya besar kepada masyarakat.
6. Jasa
Jasa menjadi alasan untuk memberikan sesuatu kepada satu orang yang tidak diberikan kepada orang lain.

Berdasarkan prinsip material tersebut, dibentuk tiga teori keadilan distributive :


1. Teori Egalitarianisme
Teori egalitarianisme berdasar atas prinsip yang pertama, bahwa kita baru membagi dengan adil bila
semua orang mendapat bagian yang sama (equal).
2. Teori Sosialistis
Teori sosialistis tentang keadilan distributif memilih prinsip kebutuhan sebagai dasarnya. Masyarakat
diatur dengan adil jika kebutuhan semua warganya terpenuhi.
3. Teori Liberalistis
Liberalisme menolak pembagian atas dasar kebutuhan sebagai tidak adil. Karena manusia adalah mahluk
bebas, kita harus membagi menurut usaha-usaha bebas dari individu-individu bersangkutan. Yang tidak
berusaha tidak mempunyai hak pula untuk memperoleh sesuatu.
Dalam teori liberalisme tentang keadilan distributif digarisbawahi pentingnya dari prinsip hak, prinsip
usaha, khususnya prinsip jasa atau prestasi.

D. Keadilan Distributif
a. Menurut john rawls
Menurut pandangan Rawls, yang harus dibagi dengan adil dalam masyarakat adalah the social primary
goods (nilai-nilai social yang primer). Artinya hal-hal yang sangat dibutuhkan untuk bisa hidup pantas
sebagai manusia dan warga masyarakat. Yang termasuk nilai-nilai sosial primer adalah kebebasankebebasan dasar, kebebasan bergerak dan kebebasan memilih profesi, kuasa dan keuntungan yang
berkaitan dengan jabatan-jabatan dan posisi-posisi yang penuh tanggung jawab, pendapatan dan milik
serta dasar-dasar sosial dari harga diri (self respect).
Adapun prinsip-prinsip keadilan menurut Rawls :
1. Prisnsip pertama

Kebebasan yang sedapat mungkin berlaku sama untuk semua. Contoh kebebasan beragama.
2. Prinsip kedua
a. Disebut prinsip perbedaan. Untuk mengatur masyarakat secara adil, tidak perlu semua orang mendapat
hal-hal yang sama. Contoh: memberikan kursus ketrampilan hanya pada mereka yang miskin.
b. Disebut prinsip persamaan peluang yang fair. Artinya, setiap orang harus mendapat peluang yang sama
dalam meraih sesuatu.
b. Menurut Robert Nozick
Teorinya tentang keadilan distributive disebutnya "entitlement theory" atau landasan hak. Menurutnya,
memiliki sesuatu dengan adil jika pemilikan itu berasal dari keputusan yang memiliki landasan hak. Ada
tiga kemungkinan yang menelurkan tiga prinsip :
1. Prinsip transfer (Principle of Transfer)
Apapun yang diperoleh secara adil dapat ditransfer dengan bebas.
2. Prinsip perolehan awal yang adil (principle of just initial acquision)
Penilaian tentang bagaimana orang pada awalnya sampai memiliki sesuatu yang dapat ditransfer menurut
prinsip pertama.
3. Prinsip pembetulan ketidakadilan (principle of rectification of injustice)
Bagaimana berhubungan dengan pemilikan (holding) jika hal ini diperoleh atau ditransfer melalui cara
yang tidak adil.
Nozick mengkritik pendapat Rawls sebagai ahistoris dan memiliki pola yang ditentukan sebelumnya
(patterned). Sementara ketiga teori Nozick tersebut bersifat historis, karena tidak hanya
mempertimbangkan hasil tetapi juga memperhatikan proses. Rawls hanya melihat keadaan aktual dari
masyarakat yang minimal beruntung, tidak memperhatikan mengapa mereka sampai terjerat dalam
keadaan itu. Sebagai contoh, bisa saja seseorang menjadi miskin karena malas atau bermain judi.
Selanjutnya, menurut Nozick pola patterned hanya bisa dipakai pada keadaan awal, ketika masing-masing
orang ada dalam kondisi yang sama. Namun ketika situasi sudah berbeda, dimana masing-masing orang
memiliki kekayaan yang berbeda, pola ini tidak dapat dilakukan.
E. Keadilan Ekonomis
Keadilan memiliki peran yang sangat penting dalam ekonomi dan bisnis. Karena menyangkut barang
yang diincar banyak orang untuk memiliki atau memakai. Dalam sejarahnya, wacana keadilan ekonomi
mengalami pasang surut. Pada zaman kuno keadilan ekonomis mendapat tempat yang amat penting
khususnya pada Aristoteles. Perhatian serupa juga tampak pada zaman pertengahan, khususnya pada
tokoh Thomas Aquinas. Keadilan dalam relasi-relasi ekonomis dianggap sebagai sesuatu yang harus
diusahakan, karena tidak terjadi secara otomatis. Pada masa modern, keadilan ekonomis tidak mendapat
perhatian hingga pada abad ke-19 dan mencapai puncaknya pada abad ke-20. Ketidakadilan merupakan
akibat ulah manusia, oleh karenanya harus diperbaiki oleh manusia sendiri.
Masyarakat tidak mungkin dikatakan well ordered (teratur dengan baik) kalau tidak ada keadilan.
Masyarakat yang makmur sekalipun belum dikatakan baik jika terjadi ketidakadilan. Keadilan,
sebagaimana kemakmuran merupakan tujuan yang dicita-citakan dan terus-menerus diupayakan. Karena
keadilan sosial tidak mungkin mencapai kesempurnaan.
Masyarakat bisa hidup dengan baik jika memberi tempat kepada nilai-nilai moral. Dan dalam konteks
ekonomi dan bisnis salah satu nilai moral terpenting adalah keadilan.

Anda mungkin juga menyukai