Anda di halaman 1dari 10

TELAAH ARTIKEL PENELITIAN

Judul

: THE EFFECT OF STRATEGY AND ORGANIZATIONAL STRUCTURE


ON THE ADOPTION AND IMPLEMENTATION OF ACTIVITY-BASED
COSTING

Penulis

: Maurice Gosselin

Publikasi

: 1997

MASALAH PENELITIAN
Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah adanya fenomena ABC Paradox. Beberapa
waktu yang lalu banyak akuntan manajemen dan para akademisi yang menunjukkan bahwa ActivityBased Costing (ABC) merupakan suatu metode perhitungan biaya yang paling efektif atau baik untuk
digunakan. Namun, survei penelitian yang terdahulu membuktikan bahwa proses pendifusian ABC
tidak dilakukan secara terus menerus (National Association of Accountants, 1991; Institute of
Management Accountants, 1993; Armitage & Nichelson, 1993; Innes & Mitchell, 1991, 1995; Cobb et
al., 1992; Lukka, 1994). Bahkan, terdapat bukti bahwa beberapa perusahaan yang mulai
mengimplementasikan ABC memutuskan untuk menghentikan proses implementasi tersebut
(Hongren, 1990; Janes & Mitchell, 1991; Nanni et al, 1992; Madison & Power, 1993). Hal ini
merupakan inti dari ABC Paradox, yang menyatakan bahwa jika memang ABC bermanfaat, mengapa
banyak perusahaan tidak secara nyata melaksanakannya?
ABC Paradox dapat dipahami melalui bagaimana faktor-faktor kontekstual seperti strategi dan
struktur organisasional mempengaruhi adopsi dan implementasi ABC.
TEORI DAN HIPOTESIS
Dalam artikel ini, ABC dianggap sebagai sebuah tingkatan dalam activity management (AM).
AM diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, yaitu: activity analysis, activity cost analysis, dan ABC.
Tiga tingkatan tersebut menunjukkan rentang dari activity analysis yang sederhana tanpa penelusuran
biaya sampai pelaporan ABC secara lengkap.
ABC memiliki karakteristik-karakteristik dari inovasi secara teknik maupun administratif.
Kemauan suatu perusahaan untuk berinovasi tergantung atau banyak dipengaruhi oleh strategi bisnis
dan struktur organisasional. Artikel ini memandang ABC Paradox dari perspektif inovasi.
STRATEGI BISNIS DAN PROSES DIFUSI UNTUK INOVASI
Strategi memainkan peran kunci dalam difusi inovasi proses. Kebutuhan untuk berinovasi
didorong oleh jenis strategi yang digunakan oleh SBU. Miles dan Snow (1978), (1994)

mengidentifikasi empat jenis strategis organisasi sesuai dengan tingkat di mana mereka mengubah
produk mereka dan pasar: prospectors, defender, analisis dan reaktor. Perbedaan mendasar antara jenis
ini adalah tingkat perubahan dalam domain organisasi. Prospectors ditandai dengan dinamika mereka
dalam mencari peluang pasar, kemampuan mereka untuk mengembangkan dan memproduksi produkproduk baru untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, investasi mereka dalam jumlah besar sumber
daya keuangan yang terkait dengan penelitian dan pengembangan, serta peningkatan kerja sama tim
mereka. defender memiliki strategi yang merupakan kebalikan dari prospectors. Analisis berdiri di
antara dua kategori tersebut, berbagi karakteristik dari kedua prospectors dan defender. Reaktor tidak
mengikuti sebuah strategi sadar. Mereka dipandang sebagai tipe organisasi disfungsional. Premis dari
Miles dan Snow tipologi adalah pencari itu, Strategi defender dan analyzer, jika diterapkan dengan
benar, dapat mengakibatkan kinerja yang efektif. Kebutuhan prospectors 'untuk informasi mencakup
lebih luas daripada defender karena pencarian mereka untuk peluang pasar-produk menunjukkan
bahwa prospectors cenderung menyesuaikan sistem manajemen biaya untuk kebutuhan pengguna
untuk tingkat yang lebih besar daripada defender (Simons, 1987, 1988). Dengan demikian, hipotesis
berikut diuji:
Hipotesis 1 (Hl): Sebuah strategi prospektor secara positif terkait dengan penerapan tingkat
AM.
STRUKTUR ORGANISASI DAN PROSES DIFUSI INOVASI UNTUK
Struktur organisasi mempengaruhi kemampuan organisasi untuk berhasil mengadopsi dan
menerapkan inovasi (Damanpour, 1991). Pada bagian ini, model dual-core dan model ambidextrous
terkait dengan adopsi dan implementasi proses pendekatan AM. Kedua teori mengandalkan terutama
pada perbedaan dalam sifat inovasi dan dalam tahap proses difusi. Damanpour (1991) menemukan
dukungan untuk model-model.
MODEL DUAL-CORE
Model dual-core terletak pada perbedaan antara inovasi administratif dan teknisan, 1966;
Daft, 1978). AM memiliki karakteristik dari kedua inovasi teknis dan administratif. AA dan ACA
diklasifikasikan sebagai inovasi teknis karena fokus mereka terutama pada proses dan kegiatan. AA
dan ACA berdampak pada bagaimana produk yang diproduksi dan jasa diberikan. Jika organisasi
memutuskan untuk melampaui tingkat AA dan ACA dan menginstal ABC, maka inovasi menjadi lebih
administratif dari teknis. ABC adalah Inovasi administratif karena pelaksanaannya dapat

menyebabkan

prosedur

administrasi

baru,

kebijakan

dan

struktur

organisasi.

Jika

kita

mempertimbangkan AA dan ACA sebagai inovasi teknis dan ABC sebagai administrasi, model
dualcore menunjukkan bahwa organisasi dengan karakteristik organik akan lebih mudah mengadopsi
AA dan ACA sementara organisasi mekanistik akan memutuskan untuk mengejar ABC. Dengan
demikian, hipotesis berikut diuji.
Hipotesis 2 (H2): Di antara organisasi yang mengadopsi pendekatan AM, struktur mekanistik
secara positif terkait dengan organisasi yang mengadopsi ABC.
MODEL AMBIDEXTROUS
Model ambidextrous didasarkan pada perbedaan antara inisiasi dan implementasi tahap
inovasi (Duncan, 1976). Menurut teori ini, inisiasi inovasi lebih mudah dalam organisasi organik
sementara pelaksanaannya difasilitasi dalam organisasi mekanistik. Damanpour (199 1) menunjukkan
bahwa penelitian di bidang ini belum menghasilkan temuan ke arah proposisi teori itu. Namun, Zmud
(1982) dalam studi tentang pengaruh sentralisasi dan formalisasi pada difusi praktek perangkat lunak
modern, menemukan bahwa proposisi model ambidextrous yang akurat untuk inovasi teknis tetapi
tidak untuk inovasi administratif. AA dan ACA adalah tahap inisiasi ABC. Organisasi yang
mengadopsi ABC harus melalui dua tingkat ini untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan
untuk pelaksanaan. Horngren (1990), Nanni et al. (1992) Innes dan Mitchell (199 1) dan Madison dan
Power (1993) telah menunjukkan bahwa banyak organisasi yang mengadopsi ABC menghentikan
proses sebelum Implementasi. Organisasi organik yang mengadopsi ABC mungkin lebih tergoda
untuk membatasi proses inovasi ke AA atau tingkat ACA. Organisasi mekanistik yang mengadopsi
ABC akan lebih memilih untuk mengejar ABC sepanjang jalan. Oleh karena itu, hipotesis berikut
diuji.
Hipotesis 3 (H3): Di antara organisasi-organisasi yang mengadopsi ABC, struktur mekanistik
secara positif terkait dengan organisasi yang menerapkan ABC.
DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode survei melalui surat dalam pengumpulan datanya tentang
adopsi dan implementasi inovasi dalam sistem manajemen biaya, bentuk strategi, dan struktur
organisasional. Untuk memastikan bahwa tingkat respon akan cukup tinggi digunakanlah Total Design
Method.
KUESIONER DAN POPULASI YANG DISURVEI
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari delapan halaman termasuk
halaman depan dan belakang. Kuesioner ini dikirimkan kepada controller dan vice-president dari

organisasi. Populasi yang disurvei terdiri dari perusahaan manufaktur Kanada yang terdaftar dalam
Financial Post CanCorps CD-ROM. Populasi dibatasi pada 1555 perusahaan yang terdaftar di
CanCorp. Populasi tersebut terdiri dari lima kategori industri yang memiliki keberagaman produk dan
kompleksitas proses produksi. Daftar perusahaan disaring untuk memastikan kecukupan data. Kriteria
perusahaan yang tidak termasuk dalam data yang akan diteliti antara lain:
1. Perusahaan yang terdaftar dua kali dalam kategori industri yang berbeda, hanya dianggap
sebagai satu perusahaan saja.
2. Semua perusahaan dengan tingkat penjualan di bawah 20 juta dollar Kanada
3. Perusahaan yang sangat terdiversifikasi usahanya atau berbentuk korporasi
4. Perusahaan pabrikan atau perusahaan yang hanya mendistribusikan cadangannya ke
perusahaan lain
5. Perusahaan yang ditutup
Dari hasil screening tersebut diperoleh sampel penelitian sebesar 415 perusahaan.
PENGUKURAN

Tiga kategori variabel digunakan untuk mengklasifikasi strategic bussiness unit (SBU) dan
menguji ketiga hipotesis tersebut. Variabel-variabel tersebut terdiri dari:
1. AM Adopters (AMADO)
Nilai 1 untuk organisasi yang mengadopsi berbagai level AM, dan nilai 0 bagi yang tidak
mengadopsi pendekatan AM.
2. ABC Adopters(ABCADO)
Nilai 1 untuk organisasi yang mengadopsi ABC, dan nilai 0 bagi yang mengadopsi AA dan
ACA.
3. ABC Implementers (ABCIM)
Nilai 1 untuk SBU yang mengimplementasikan ABC, dan nilai 0 bagi yang
mengimplementasikan AA atau ACA atau tidak mengimplementasikan ABC.
Metode berlapis (multiple methods) digunakan untuk menggolongkan organisasi berdasarkan
jenis strategi mereka. Pertama, responden menggolongkan organisasi mereka sendiri sebagai
prospectors, defenders, dan analyzers. Kedua, kevalidan dari penggolongan di cross-check. Dua
variabel dummy digunakan untuk strategi, terdiri dari:
1. PRO

Nilai 1 jika SBU adalah prospector, dan nilai 0 jika SBU adalah analyzers atau defenders.
2. ANA
Nilai 1 jika SBU adalah analyzers, dan nilai 0 jika SBU adalah prospector atau defenders.
Sentralisasi, diferensiasi vertikal, dan formalisasi digunakan untuk mengoperasionalisasi
struktur organik dan mekanistik. Adapun uraian masing-masing variabel adalah sebagai berikut:
1. CENT (Sentralisasi)
Sentralisasi menunjukkan konsentrasi dari kekuasaan dalam pengambilan keputusan dalam
suatu tingkat hierarki tertentu. Organisasi mekanistik lebih tersentralisasi daripada organisasi
organik. Sentralisasi diukur menggunakan suatu rangkaian 20 keputusan baku dan
diidentifikasi dengan skala 5 titik, mulai dari lini supervisor hingga kepala manajer kantor.
Untuk mengukur konsistensi internal, dihitung Cronbach alpha untuk skor sentralisasi.
2. VERT (Diferensiasi vertikal)
Diferensiasi vertikal ditunjukkan dalam tingkat kedalaman struktur organisasi. Hal ini
dicerminkan dalam jumlah tingkatan hierarki di bawah chief executive officer (CEO).
Diferensiasi vertikal lebih rendah pada organisasi organik daripada organisasi mekanistik.
3. FORM (Formalisasi)
Formalisasi menunjukkan derajat dimana pekerjaan dalam suatu organisasi distandarkan.
Pengukuran tingkat formalisasi dilakukan melalui 4 pernyataan tentang seberapa jauh aturan,
prosedur, dan kebijakan distandarkan. Skala tunggal disusun dengan merata-rata skor dari 4
pernyataaan berkaitan dengan formalisasi.
ANALISIS DATA
GAMBARAN UMUM DAN STATISTIK DESKRIPTIF
Pengiriman surat awal dilakukan ke 415 SBU yang berlokasi di Kanada. Dari 162 kuesioner
yang kembali terdapat 161 kuesional yang lengkap dan dapat digunakan. Hal ini menghasilkan tingkat
respon sebesar 39 persen. Respon dari 20 responden awal dan 20 responden akhir yang mengadopsi
pendekatan AM, mengimplementasi pendekatan AM, dan variabel struktur organisasional dan jenis
strategi tersebut kemudian dibandingkan. Hasilnya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
dua kelompok tersebut. Melihat dari tingkat respon yang tinggi dan hasil dari prosedur untuk menguji
nonresponse bias, studi ini dianggap tidak terjadi nonresponse bias.
Mayoritas responden mengadopsi pendekatan AM mencapai tingkat 75,8 persen (122 SBU)

dari seluruh responden. Dari 122 SBU yang mengadopsi pendekatan AM, 45 mengadopsi AA atau
ACA, dan 77 mengadopsi ABC. Pada bagian kedua kuesioner, responden ditanyai untuk mengindikasi
jenis pendekatan AM yang akhirnya mereka implementasikan. Dari 45 SBU yang mengadopsi AA
atau ACA tidak mengimplementasikan level terpilih. Mayoritas SBU (24) mengimplementasikan AA
atau ACA. Secara mengejutkan, 9 SBU mengimplementasi ABC walaupun mereka sudah
memutuskan untuk mengadopsi level yang lebih awal dari pendekatan AM. Juga terdapat 12 SBU
yang tidak mengimplementasikan semua pendekatan AM.
Dari 77 SBU yang mengadopsi ABC, hanya 49 SBU yang menimplementasikan ABC dan 22
SBU berhenti pada level AA atau ACA. Juga terdapat 6 SBU yang mengadopsi ABC tetapi tidak
memutuskan untuk mengimplementasi semua pendekatan AM.

Strategi dan penentu organisasi. Pada bagian ketiga kuesioner, responden diminta untuk
memilih profil strategis, dari tiga yang diciptakan oleh snow dan Hrebiniak (1980) yang digambarkan
SBU mereka. 60 SBU diklasifikasikan sebagai prospectors, mewakili 37% dari responden, 54 analisis
34% dan 47 pembela 29%. Hal ini sesuai dengan Miles dan Snow (1978) yang memperkirakan bahwa
prospectors, pembela dan analisa akan merata di setiap industri. Untuk setiap jenis strategi, organisasi
diklasifikasikan sesuai dengan jenis pendekatan AM, jika ada, mereka mengadopsi. Sebuah analisis
Cm-Square menegaskan bahwa pengadopsi pendekatan lebih banyak daripada analisis dan pembela
(Chi Square = 4,43 dengan nilai p = 0,03). Dari 122 prospectors, analisis dan pembela yang
mengadopsi AA, ACA atau ABC yamg sudah diklasifikasikan menurut jenis pendekatan AM. 35
prospectors mengadopsi ABC sementara hanya 27 analisis dan 15 pembela yang mengadopsi ABC.
Sebuah analisis C & i-Square menegaskan bahwa prospector mengadopsi ABC lebih banyak daripada

analisis dan pembela (Cm-Square = 4,23 dengan ap-value = 0,04).


HIPOTESIS PENGUJIAN
Dalam artikel ini, regresi logistik yang digunakan untuk menguji hipotesis. Regresi logistik
dipilih karena merupakan tes lebih kuat dari analisis korelasi dan Chi-Square. Dalam literatur inovasi,
analisis korelasi paling sering digunakan pendekatan untuk pengujian hipotesis (Damanpour, 1991).
Pada bagian ini, koefisien korelasi pengadopsi dan pengimplementaisan menggunakan 3 variable
yaitu (Amado, ABCADO dan ABCIM), strategi variabel boneka (PRO dan ANA) dan variabel
struktural (CENT, Vert dan FORM) diperiksa untuk lebih memahami hubungan antara variabel.
Hipotesis 1 menyatakan bahwa strategi prospektor secara positif terkait dengan keputusan untuk
mengadopsi pendekatan AM. Dan sesuai dengan table 1 di bawah ini

Tabel 2 melaporkan hasil regresi logistik. koefisien Parsial Chi-Square untuk strategi variabel
boneka dan ukuran diperiksa. Mereka menunjukkan bahwa strategi prospektor secara signifikan
berhubungan dengan manajer

Keputusan untuk mengadopsi pendekatan AM. Analisis juga cenderung menerapkan


pendekatan AM lebih dari pembela. Ukuran tidak adopsi pendekatan AM. Hasil ini konsisten dengan
Hl. Strategi bersaing mempengaruhi keputusan manajer untuk mengadopsi pendekatan AM.
Hipotesis tentang jenis pendekatan AM diadopsi. Untuk menguji hipotesis 2, 122 SBU yang

mengadopsi pendekatan AM dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama terdiri dari 45
organisasi yang memutuskan untuk mengejar AA atau ACA. Kelompok kedua terdiri atas 77 SBU
yang mengadopsi ABC. Kedua prosedur berikut dilakukan. Pertama, pentingnya koefisien korelasi
Spearman antara ABCADO dan sentralisasi, diferensiasi vertikal dan formalisasi antara SBU yang
mengadopsi pendekatan AM diperiksa. Tabel 3 meliputi koefisien tersebut. The ABC variabel adopter,
ABCADO, secara signifikan berkorelasi dengan diferensiasi vertikal meskipun tidak dengan
sentralisasi, formalisasi dan ukuran. Kedua, regresi logistik berikut ini juga digunakan untuk menguji
H2: ABCADO = a + b1CENT + b2Vert + b3FORM + b4SIZE + e

Hasil regresi logistik ini ditunjukkan pada Tabel 4. tes Chi-Square Partial digunakan untuk
menguji signifikansi masing-masing variabel. Hanya koefisien untuk diferensiasi vertikal signifikan
dengan nilai p di bawah 0,01. Dengan demikian, SBU dengan jumlah yang lebih tinggi dari tingkat
hirarki yang lebih mungkin untuk mengadopsi ABC. Semua variabel lain tidak memiliki dampak yang
signifikan terhadap ABCADO. Hasil tes ini menunjukkan bahwa H2 dikonfirmasi. *
Hanya satu penentu organisasi, diferensiasi vertikal, ternyata memiliki dampak yang
signifikan terhadap keputusan untuk mengadopsi ABC. Diferensiasi vertikal merupakan penentu
penting dalam mekanistik model / organik karena menangkap bagaimana birokrasi proses keputusan
dalam organisasi. Pemilihan sebuah inovasi administratif seperti ABC difasilitasi di SBU yang
memiliki tingkat yang lebih tinggi diferensiasi vertikal karena jenis inovasi jauh lebih formal. Hasil ini
konsisten dengan model dual-core (Daft, 1978). Ketika sebuah organisasi mekanistik memutuskan
untuk berinovasi di bidang manajemen biaya, ia lebih suka untuk memilih inovasi administratif seperti
ABC.
Pelaksanaan AA dan ACA atau ABC antar SBU yang buruk mengadopsi ABC. H3 mencoba
untuk memberikan beberapa wawasan mengapa perusahaan yang mengadopsi ABC tidak harus
mengimplementasikannya. Untuk menguji H3, 77 organisasi yang mengadopsi ABC dibagi menjadi
dua groups.The kelompok pertama termasuk 28 organisasi yang telah memutuskan untuk mengejar

ABC tapi itu akhirnya dilaksanakan hanya AA atau ACA atau tidak
DISKUSI
Hasil-hasil dari analisis yang terlihat di bagian ini membuat kita menyimpulkan bahwa
strategi dan struktur organisasional berpengaruh terhadap keputusan untuk mengadopsi dan
mengimplementasi pendekatan AM. Strategi kompetitif yang bersaing melalui inovasi dalam hal
pengembangan produk dan pasar cenderung terbuka terhadap teknik-teknik baru yang memungkinkan
mereka untuk mengembangkan pemrosesan dan informasi. Hal ini yang menjelaskan mengapa strategi
prospector berhubungan dengan adopsi pendekatan AM.
Struktur organisasional juga merupakan determinan yang penting dalam proses difusi inovasi,
hal ini mempengaruhi SBU dalam menentukan pendekatan AM yang dipilih. Organisasi mekanistik
lebih mengutamakan sistem formal daripada organisasi organik yang menyukai sistem informal. AA
dan ACA lebih bersifat informal, sedangkan ABC lebih formal. Hasil penelitian ini menjelaskan
beberapa alasan yang mendukung hal ini. Derajat diferensiasi vertikal berhubungan secara positif
dengan adopsi ABC dari sampel SBU yang digunakan disini. Tingkatan lebih tinggi dari diferensiasi
vertikal secara karakteristik berhubungan dengan struktur organisasi mekanistik. Jadi, organisasi
mekanistik cenderung mengadopsi ABC, sedangkan organisasi mekanik cendrung mengadopsi AA
atau ACA.
Struktur organisasional juga mempengaruhi proses implementasi. Inovasi administratif seperti
ABC lebih mudah diimplementasikan dalam organisasi mekanistik, sedangkan AA atau ACA yang
merupakan inovasi teknik lebih mudah diimplentasikan dalam organisasi organik. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa diantara SBU yang mengadopsi ABC, SBU yang lebih formal dan tersentralisasi
cenderung mengimplementasikan ABC, sedangkan yang lainnya memilih mengimplementasikan AA
dan ACA.
SIMPULAN
Penelitian ini berusaha untuk menyediakan beberapa pandangan terhadap fenomena ABC
Paradox. Temuan-temuan yang diperoleh dalam penelitian ini memperlihatkan bahwa adopsi dan
implementasi pendekatan AM tergantung pada beberapa faktor kontekstual. Jenis strategi organisasi
yang dipilih mendorong kebutuhan inovasi dalam bidang manajemen aktivitas. Struktur organisasi
mempengaruhi kemampuan organisasi dalam mengimplementasi inovasi. Organisasi organik lebih
sesuai mengimplementasikan AA dan ACA sedangkan organisasi mekanistik cenderung lebih berhasil

mengimplementasikan ABC.
Hasil menunjukkan bahwa strategi prospector berhubungan dengan keputusan manajer untuk
mengadopsi pendekatan AM. Studi ini juga menunjukkan bahwa struktur organisasi memiliki peranan
penting dalam pemilihan jenis pendekatan AM. Ditemukan bahwa organisasi dengan tingkat
diferensiasi vertikal yang tinggi cenderung mengadopsi ABC dibandingkan dengan organisasi yang
tingkatan diferensiasi vertikalnya lebih rendah. Sentralisasi dan formalisasi berhubungan signifikan
dengan implementasi ABC diantara organisasi yang mengadopsi ABC.
Beberapa keterbatasan penelitian yang dikemukakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Walaupun tingkat respon berada di atas 39 persen, namun masih tetap ada potensi
nonresponse bias.
2. Operasionalisasi strategi kompetitif dan struktur organisasional mungkin dapat menjadi
masalah
3. Skor untuk sentralisasi, formalisasi, dan diferensiasi vertikal mungkin berhubungan erat
dengan tiap industri SBU.
4. Walaupun semua model penelitian ini signifikan berdasarkan uji Chi-square, namun masih
sangat rendah bila berdasarkan Agresti (1990)
5. Meskipun SBU teridentifikasi, namun kuesioner penelitian ini dikirimkan kepada controller
atau vice-president.

Kontribusi penelitian ini antara lain meningkatkan pemahaman kita terhadap proses difusi
inovasi akuntansi manajemen seperti ABC. Selain itu, kontribusi dalam hal hubungan antara
determinan organisasional dengan adopsi dan implementasi ABC. Penelitian ini

memperkaya

referensi tentang ABC dimana hanya terbatas pada cerita keberhasilan dari implementasi ABC.
Penelitian ini menyediakan beberapa penjelasan atas faktor-faktor kontekstual yang mempengaruhi
difusi dari suatu inovasi akuntansi manajemen seperti ABC. Penelitian ini merupakan karya pertama
dari program penelitian atas difusi inovasi akuntasi manajemen dalam organisasi masa kini.

Anda mungkin juga menyukai