Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ETIKA BISNIS DAN PROFESI

“EKONOMI DAN KEADILAN”

Dosen Pengampu:

Panji Pramuditha, S. Sos., MM.

Disusun Oleh:

Rudhi Lesmana NIM: 21221230

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA “UNIKOM”

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdullillah puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang


memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada saya sehingga saya bisa
menyelesaikan makalah mengenai Ekonomi dan Keadilan ini tepat pada
waktunya. Tak lupa kami haturkan shalawat dan salam kepada junjungan kita nabi
besar Nabi Muhammad SAW, semoga kita mendapat syafaatnya kelak di hari
akhir. Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Etika
Bisnis & Profesi yang dibimbing oleh Bapak Panji Pramuditha, S. Sos., MM.
Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan
dari berbagai pihak. Untuk itu saya ucapkan banyak terima kasih atas segala
partisipasinya dalam menyelesaikan makalah ini.
Meski demikian, saya menyadari masih banyak sekali kekurangan dan
kekeliruan di dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa
maupun isi. Sehingga penulis secara terbuka menerima segala kritik dan saran
positif dari pembaca. Demikian apa yang dapat saya sampaikan. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat untuk masyarakat umumnya, dan para pembaca khususnya.

Bandung, 15 April 2022

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN.................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

C. Maksud dan Tujuan ...................................................................................... 2

BAB II .................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN .................................................................................................... 3

A. Hakikat Keadilan.......................................................................................... 3

B. Pembagian Keadilan .................................................................................... 4

C. Keadilan Distributif Pada Umumnya ........................................................... 6

D. John Rawls tentang keadilan distributive..................................................... 7

E. Robert Nozick tentang keadilan distributive ................................................ 8

F. Keadilan Ekonomis ...................................................................................... 9

SUPPORTING ARTICLE DAN CRITICAL REVIEW ................................. 10

A. Kekerasan di Papua akibat Ketidakadilan PT Freeport.............................. 10

B. Analisis Kasus ............................................................................................ 11

BAB III ................................................................................................................. 12

PENUTUP ............................................................................................................ 12

A. Kesimpulan ................................................................................................ 12

B. Saran........................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kaitan dengan keterlibatan sosial, tanggung jawab sosial


perusahaan berkaitan langsung dengan penciptaan atau perbaikan kondisi sosial
ekonomi yang semakin sejahtera dan merata. Tidak hanya dalam pengertian
bahwa terwujudnya keadilan akan menciptakan stabilitas sosial yang akan
menunjang kegiatan bisnis, melainkan juga dalam pengertian bahwa sejauh
prinsip keadilan dijalankan akan lahir wajah bisnis yang lebih baik dan etis.
Tidak mengherankan bahwa hingga sekarang keadilan selalu menjadi salah satu
topic penting dalam etika bisnis.
Masalah keadilan berkaitan secara timbal balik dengan kegiatan bisnis,
khususnya bisnis yang baik dan etis. Terwujudnya keadilan masyarakat, akan
melahirkan kondisi yang baik dan kondusif bagi kelangsungan bisnis. Praktik
bisnis yang baik, etis, dan adil akan mewujudkan keadilan dlm masyarakat.
Sebaliknya ketidakadilan yang merajalela akan menimbulkan gejolak sosial
yang meresahkan para pelaku bisnis.
Dalam kaitan dengan keterlibatan sosial, tanggung jawab sosial
perusahaan berkaitan langsung dengan penciptaan atau perbaikan kondisi sosial
ekonomi yang semakin sejahtera dan merata. Tidak hanya dalam pengertian
bahwa terwujudnya keadilan akan menciptakan stabilitas sosial yang akan
menunjang kegiatan bisnis, melainkan juga dalam pengertian bahwa sejauh
prinsip keadilan dijalankan akan lahir wajah bisnis yang lebih baik dan etis.
Tidak mengherankan bahwa hingga sekarang keadilan selalu menjadi salah satu
topic penting dalam etika bisnis.
Keadilan merupakan salah satu ciri hukum. Dalam hukum, tuntutan
keadilan mempunyai dua arti, yaitu formal dan arti material. Dalam arti formal.
Keadilan menuntut supaya hukum berlaku secara umum, semua orang dalam
situasi yang sama di perlakukan secara sama. Dengan kata lain hukum tidak
mengenal pengecualian. Oleh karena itu di hadapan hukum kedudukan orang
adalah sama, inilah yang disebut asas kesamaan atau kesamaan kedudukan.

1
Selain itu ciri keadilan, hukum juga memiliki ciri kepastian. Kepastian
di sini bukan semata-mata formal seperti apa yang tersurat dalam hukum, tetapi
kepastian yang dalam pelaksanaannya mengandalkan orientasi. Kepastian
tersebut menuntut agar hukum dirumuskan secara sempit dan ketat, sehingga
tidak terjadi kekaburan atau penafsiran yang berbeda – beda.
Keadilan dalam bidang ekonomi adalah satu keadaan atau situasi di
mana setiap orang memperoleh apa yang menjadi haknya. Ini lantas berarti
bahwa keadilan dalam bidang ekonomi adalah perlakuan yang adil bagi setiap
orang untuk mendapatkan penghidupan yang layak sesuai dengan kebutuhan
dan potensi yang ada.

B. Rumusan Masalah

Dalam penyusunan penulisan ini penulis membatasi beberapa sub


pokok bahasan meliputi :
1. Bagaimana Hakikat Keadilan?
2. Pembagian Keadilan?
3. Bagaimana Keadilan Distributif Pada Khususnya?
4. Bagaimana Pandangan John Rawls Tentang Keadilan Distributif?
5. Bagaimana Pandangan Robert Nozick Tentang Keadilan Distributif?

C. Maksud dan Tujuan

Adapun tujuan penulisan untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika


Bisnis dan Profesi dalam membuat makalah tentang Ekonomi dan Keadilan.
Maksud dari penulisan ini adalah :
1. Mengetahui bagaimana hakikat keadilan?
2. Mengetahuipembagian keadilan?
3. Mengetahui bagaimana keadilan distributif pada khususnya?
4. Mengetahui bagaimana pandangan john rawls tentang keadilan
distributif?
5. Mengetahui bagaimana pandangan robert nozick tentang keadilan
distributif?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Keadilan

Orang-orang Roma kuno terkenal karena menciptakan suatu sistem


hukum yang bagus (Ius Romanum), yang masih dikagumi dan dipelajari
sekarang ini juga, bukan saja oleh para sejarawan tetapi juga oleh para ahli
hukum. Pengarang Roma, Ulpianus, yang dalam hal ini mengutip orang
bernama Celcus, menggambarkan keadilan dengan “tribuere cuique suum”.
Dalam bahasa Inggris berbunyi “to give everybody his own” atau dalam bahasa
Indonesia “memberikan kepada setiap orang yang mempunyainya”. Bagi kita
titik tolak untuk refleksi tentang keadilan adalah memberikan kepada setiap
orang apa yang menjadi haknya.
Tiga ciri khas penanda keadilan adalah sebagai berikut:
1) Keadilan tertuju pada orang lain
Keadilan tertuju pada orang lain atau keadilan selalu ditandai other
directedness (J. Finnis). Masalah keadilan atau ketidakadilan hanya bisa
timbul dalam konteks antar-manusia. Untuk itu diperlukan sekurang-
kurangnya dua orang manusia
2) Keadilan harus ditegakan
Keadilan harus ditegakan atau dilaksanakan. Jadi, keadilan tidak
diharapkan saja atau dianjurkan saja. Keadilan mengikat kita, sehingga kita
mempunyai kewajiban. Ciri itu disebabkan karena keadilan selalu berkaitan
dengan hak yang harus dipenuhi. Oleh karena itu dalam konteks keadilan
bisa dipakai “bahasa hak” atau “bahasa kewajiban”, tanpa mengubah
artinya. Dalam mitologi Romawi dewi Iustitia (keadilan) digambarkan
dengan memegang timbangan dalam tangan. Timbangan menunjuk kepada
cirri kedua yaitu keadilan harus dilaksanakan persis sesuai dengan hak
seseorang.
3) Keadilan menuntut persamaan
Keadilan menuntut persamaan (equality). Atas dasar keadilan, kita
harus memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya, tanpa

3
kecuali. Dewi Iustita yang memegang timbanga dalam tangannya,
digambarkan juga dengan matanya tertutup dengan kain. Sifat terakhir ini
menunjuk kepada cirri ketiga yaitu keadilan harus dilaksanakan terhadap
semua orang, tanpa melihat orangnya siapa.

B. Pembagian Keadilan

Jenis-jenis Keadilan:
a. Pembagian Klasik
Cara membagi keadilan ini terutama ditemukan dalam kalangan
thomisme, aliran filsafat yang mengikuti jejak filsuf dan teolog besar,
Thomas Aquinas (1225-1274). Dia juga mendasarkan pandangan
filosofisnya atas pemikiran Aristoteles dalam masalah keadilan pun
demikian. Keadilan dapat menyangkut kewajiban individu-individu
terhadap masyarakat, lalu kewajiban masyarakat terhadap individu-individu
dan akhirnya kewajiban antara individu-individu satu sama lain. Tiga
macam keadilan, sebagai berikut:
1. Keadilan umum (general justice)
Berdasarkan keadilan ini para anggota masyarakat diwajibkan untuk
memberi kepada masyarakat (secara konkret berarti: negara) apa yang
menjadi haknya. Keadilan umum ini menyajikan landasan untuk paham
common good (kebaikan umum atau kebaikan bersama) dan
menempatkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi.
2. Keadilan distributive (distributive justice)
Berdasarkan keadilan ini negara (secara konkret berarti: pemerintah)
harus membagi segalanya dengan cara yang sama kepada para anggota
masyarakat. Dalam bahasa Indonesia bisa dipakai nama “keadilan
membagi”.
3. Keadilan komutatif (commutative justice)
Berdasarkan keadilan ini setiap orang harus memberikan kepada
orang lain apa yang menjadi haknya. Hal itu berlaku pada taraf individu
maupun sosial. Dalam bahasa Indonesia bisa dipakai nama “keadilan
tukar-menukar”. Keadilan komutatif menjadi fundamennya, jika orang
mengadakan perjanjian atau kontrak.

4
b. Pembagian Pengarangan Modern
Pembagian keadilan menurut beberapa pengarang modern tentang
etika bisnis, khususnya John Boatrigh dan Manuel Velasquez. Pembagian
tersebut adalah sebagai beriku:
1. Keadilan distributive (distributive justice)
Dimengerti dengan cara pembagian klasik. Benefits and burdens.
2. Keadilan retributive (retributive justice)
Berkaitan dengan terjadinya kesalahan. Hukuman atau denda yang
diberikan kepada orang yang bersalah haruslah bersifat adil. Tiga syarat
yang harus dipenuhi supaya hukuman dapat dinilai adil. Pertama,
kesengajaan dan kebebasan. Kedua, asas praduga tak bersalah. Ketiga,
Hukuman harus konsisten dan proporsional dengan pelanggaran yang
dilakukan. Syarat konsistensi terpenuhi, jika selalu diambil tindakan
terhadap suatu pelanggaran dan jika semua pelanggar dikenakan
hukuman yang sama. Syarat proporsionalitas terpenuhi, jika hukuman
atau denda yang ditetapkan tidak melebihi kerugian yang diakibatkan.
3. Keadilan kompensatoris (compensatory justice)
Menyangkut juga kesalahan yang dilakukan, tetapi menurut aspek
lain. Berdasarkan keadilan ini orang mempunyai kewajiban moral untuk
memberikan kompensasi atau ganti rugi kepada orang atau instansi yang
dirugikan. Supaya kewajiban kompensasi ini berlaku, perlu terpenuhi
tiga syarat. Pertama, tindakan yan mengakibatkan kerugian harus salah
atau disebabkan kelalaian. Kedua, perbuatan seseorang harus sungguh-
sungguh menyebabkan kerugian. Ketiga, kerugian harus disebabkan
oleh orang yang bebas.
4. Keadilan Individual dan Keadilan Sosial
Cara yang paling baik untuk menguraikan keadilan individual dan
sosial adalah membedakannya dengan keadilan individual. Pelaksanaan
keadilan individual tergantung pada kemauan atau keputusan satu orang
(atau bisa beberapa orang) saja. Dalam pelaksanaan keadilan sosial,
tergantung dari struktur-struktur masyarakat di bidang social-ekonomi,

5
politik, budaya dan sebagainya. Keadilan social terlaksana jika hak-hak
social terpenuhi.

C. Keadilan Distributif Pada Umumnya

Dalam etika modern ada 2 macam prinsip untuk keadilan distributif:


1. Prinsip formal
Menyatakan bahwa kasus-kasus yang sama harus diperlakukan dengan
cara yang sama, sedangkan kasus-kasus yang tidak sama boleh saja
diperlakukan dengan cara yang tidak sama.
2. Prinsip material
Beauchamp dan Bowie menyebut 6 prinsip mengenai prinsip material
yang melengkapi prinsip moral. Keadilan distributif terwujud, kalau
diberikan :
➢ Kepada setiap orang bagian yang sama ;
➢ Kepada setiap orang sesuai dengan kebutuhan individualnya;
➢ Kepada setiap orang sesuai dengan haknya;
➢ Kepada setiap orang sesuai dengan usaha individualnya;
➢ Kepada setiap orang sesuai dengan kontribusinya kepada masyarakat;
➢ Kepada setiap orang sesuai dengan jasanya.
Berdasarkan prinsip-prinsip material terbentuklah beberapa teori keadilan
distributif.
1) Teori Egalitarianisme
Teori ini didasarkan pada prinsip pertama yaitu bahwa kita baru
membagi dengan adil, bila semua orang mendapat bagian yang sama
(equal). Pemikiran ini merupakan keyakinan umum sejak Revolusi Prancis
menumbangkan monarki absolut dan feodalisme. Dalam artikel pertamanya
yaitu Deklarasi Hak Manusia dan Warga Negara (1789). Beberapa tahun
sebelumnya di Amerika Serikat dalam The Declaration of Independence
(1776) sudah ditegaskan “All men are created equal”.
2) Teori Sosialistis
Teori ini memilih prinsip kebutuhan sebagai dasarnya. Masyarakat
diatur dengan adil, jika kebutuhan semua warganya terpenuhi, seperti
kebutuhan pokok/primer. Dalam teori sosialis terkenal prinsip oleh Karl

6
Marx (1818-1883) diambil oleh dari sosialis Prancis, Louis Blanc (1811-
1882): “From each according to his ability, to each according to his needs”.
3) Teori Liberalistis
Menolak pembagian atas dasar kebutuhan sebagai tidak adil karena
manusia adalah makhluk bebas. Berarti kita harus membagi menurut usaha-
usaha bebas dari individu-individu bersangkutan. Teori ini digarisbawahi
pentingnya dari prinsip hak, usaha tetapi secara khusus prinsip jasa.
Terutama prestasi dilihat sebagai perwujudan pilihan bebas seseorang.

D. John Rawls tentang keadilan distributive

John Rawls dilahirkan di Baltimore, Mayland, Amerika Serikat, tahun


1921. Pendidikannya di bidang ekonomi dan filsafat. Bukunya yang termasyur
berjudul A Theory of Justice (1971), salah satu buku filsafat dari abad ke 20
yang paling banyak ditanggapi dan dikomentari. Sebelum dan sesudahnya ia
menulis beberapa artikel namun baru tahun 1993 terrbit bukunya yang kedua
Political Liberalism, yang untuk merevisi pandangannya dalam buku perama,
antara lain dengan mengakui bahwa masyarakat modern sangat heterogen dan
karenanya toleransi harus menjadi ciri khas masyarakat yang adil. Yang harus
dibagi dengan adil dalam masyarakat hanyalah the social primary goods yaitu:

1. Kebebasan-kebebasan dasar: mengemukakan pendapat, kebebasan hati


nurani, dasn kebebasan berkumpul, integrasi pribadi dan kebebasan politik;
2. Kebebasan bergerak dan kebebasan memilih profesi;
3. Kuasa dan keuntungan yang berkaitan dengan jabatan-jabatan dan posisi-
posisi penuh tanggung jawab;
4. Pendapatan dan milik;
5. Dasar-dasar sosial dan harga diri.

Nilai-nilai dasar tersebut dibagi dengan adil jika menurut isinya (just)
dan menurut prosedurnya (fair). Metode serupa harus dipakai juga untuk
menentukan prinsip keadilan distributif. Perumusan prinsip-prinsip itu harus
dimasuki the original position. Maksudnya, kita seolah-olah keluar dari
masyarakat di mana kita hidup, pada awal mula sejarah belum dimulai, dan
situasi khayalan dimana masyarakat belum terbentuk. Dengan begitu kita

7
berada dibalik the veil of ignorance/ dibalik selubung ketidaktahuan. Dengan
posisi itu kita dapat menyetujui prinsip- prinsip keadilan berikut ini.

➢ Prinsip pertama: setiap orang mempunyai hak yang sama atas kebebasan-
kebebasan dasar yang paling luas yang dapat dicocokan dengan kebebasan-
kebebasan yang sejenis untuk semua orang. Prinsip ini dapat disebut
“kebebasan yang sedapat mungkin sama”. Dalam hal ini Rawls menganut
egalitarianisme.
➢ Prinsip kedua: ketidak samaan sosial dan ekonomis diatur demikian rupa
sehingga: v menguntungkan terutama orang-orang yang minimal beruntung
dan serentak. Disebut juga prinsip perbedaan. Dengan itu Rawls menolak
egalitarianisme radikal. Dengan prinsip perbedaan itu sebenarnya Rawls
meletakan dasar etis untuk Walfare State Modern. v melekat pada jabatan-
jabatan dan posisi-posisi yang terbuka bagi semua orang dalam keadaan
yang menjamin persamaan peluang yang fair. Prinsip ini disebut juga
prinsip persamaan peluang yang fair.

Menurut Rawls, prinsip pertama harus diberi prioritas mutlak. Prinsip


2b harus ditempatkan di atas prinsip perbedaan (2a). Pada skala nilai dalam
masyrakat adil yang dicita-citakan Rawls, paling atas harus ditempatkan hak-
hak kebebasan yang klasik, yang pada kenyataannya sama dengan yang kita
sebut Hak Asasi Manusia. Lantas harus dijamin peluang yang sama bagi
semua warga negara untuk memangku jabatan yang penting. Akhirnya dapat
diterima perbedaan sosial- ekonomis tertentu demi peningkatan kesejahteraan
bagi orang-orang yang minimal beruntung.

E. Robert Nozick tentang keadilan distributive

Nozick menjadi terkenal karena bukunya Anachy, State, and Utopia


(1974) yang memuat pemikiran liberalistisnya tentang keadilan. Teorinya
tentang keadilan distributif disebutnya “entilement theory”. Menurutnya kita
memiliki sesuatu dengan adil, jika pemilikan itu berasal dari keputusan bebas
yang mempunyai landasan hak.
Ada 3 kemungkinan yang mengeluarkan 3 prinsip.
1. Prinsip original acquisition: kita memperoleh sesuatu untuk pertama kali.

8
2. Prinsip transfer: kita memiliki sesuatu karena diberikan oleh orang lain.
3. Prinsip rectification of injustice: kita mendapat sesuatu kembali yang
sebelumnya dicuri dari kita.
Ketiga prinsip ini merupakan prinsip – prinsip historis , artinya mereka
tidak saja melihat hasil pembagian tetapi mempertanggungjawabkan juga
proses yang melandaskan pembagian atau pemilikan.
Kesimpulan Nozick adalah bahwa keadilan harus ditegakkan, jika
diakui bakat-bakat dan sifat- sifat pribadi beserta segala konsekuensinya
(seperti hasil kerja) sebagai satu-satunya landasan hak. Ia juga berpendapat
bahwa prinsip dasar Immanuel Kant juga harus dipegang teguh. Tidak pernah
menjadi adil memerangi kemiskinan dengan memaksakan perubahan struktural
dalam masyarakat. Membantu orang miskin memang merupakan solidaritas
tetapi kewajiban itu termasuk etika pribadi dan haknya hanya boleh dijalankan
dengan keputusan-keputusan bebas.

F. Keadilan Ekonomis

Keadilan memegang peranan penting dalam konteks ekonomi dan


bisnis, karena menyangkut barang yang diincar banyak orang untuk dimilki
atau dipakai. Sejarawan ide sosial dan politik yang berkebangsaan Kanada, C.B.
MacPherson, berpendapat bahwa dalam zaman modern keadilan ekonomis
tidak banyak diperhatikan, sampai muncul lagi dengan kuatnya sekitar
pertengahan abad ke 19 dan berperang penting dalam demokrasi-demokrasi
parlementer sepangjang abad ke 20.
Masyarakat tidak mungkin dikatakan diatur dengan baik kalau tidak
ditandai dengan keadilan. Namun alangkah lebih baik keadilan harus berperan
pada tahap sosial maupun individual. Juga dalam konteks ekonomi dan bisnis.
Keadilan ekonomis harus diwujudkan dalam masyarakat, tetapi keadilan
merupakan juga keutamaan yang harus dimiliki oleh pelaku bisnis secara
pribadi. Supaya dapat hidup dengan baik, disamping nilai-nilai ekonomis,
pebisnis pun harus memberi tempat juga kepada nilai-nilai moral yaitu yang
terpenting adalah keadilan.

9
SUPPORTING ARTICLE DAN CRITICAL REVIEW

A. Kekerasan di Papua akibat Ketidakadilan PT Freeport


Insiden penembakan yang terjadi berturut-turut di Papua dinilai tidak
terlepas dari rangkaian persoalan ketidakadilan yang timbul akibat
beroperasinya PT Freeport Indonesia di Papua.
"PT Freeport menimbulkan kejahatan ekologi, tragedi kemanusiaan dan
penjajahan ekonomi bangsa," ungkap Direktur Eksekutif Nasional Wahana
Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Berry Nahdian Forqan saat jumpa pers di
kantor Walhi Jakarta, Kamis (16/7) siang.
Hadir pula dalam acara ini, Arkilaus Arnesius Baho dari Liga
Perjuangan Nasional Rakyat Papua Barat, serta Tinus Natkime, perwakilan hak
ulayat tanah operasi PT Freeport. Berry menegaskan, kekerasan yang terjadi di
Papua akibat adanya ketidakadilan dengan diberikan ruang sangat besar oleh
Pemerintah kepada PT Freeport untuk mengeksploitasi kekayaan tanah Papua.
"PT Freeport mengeksploitasi dan mengakses kehidupan politik, ekonomi, dan
sosial rakyat Papua. Ketika sudah kebablasan, pemerintah tidak berdaya,"
ungkapnya.
Kekerasan, perusakan lingkungan, dan ketidakadilan sosial, paparnya,
telah melekat dalam sejarah operasi PT Freeport di Papua yang mulai beroperasi
sejak tahun 1967. "Jangan hanya melihat persoalan pada kelompok-kelompok
tertentu di Papua yang melakukan kekerasan," ucapnya. Untuk itu, lanjut Berry,
jalan keluar untuk mengatasi segala kekerasan dan ketidakadilan yang selama
ini terjadi di Papua adalah dengan menghentikan total operasi PT Freeport.
"SBY jika punya komitmen terhadap rakyat Papua harus menghentikan operasi
PT Freeport," lontarnya.
Pemerintah, tambahnya, juga harus membentuk komite independen
yang beranggotakan pakar hukum, lingkungan, sosial untuk mengkaji ulang
segala aspek, mulai dari HAM, ekologi, sosial, hingga ekonomi Selain itu,
langkah lain, pemerintah memfasilitasi konsultasi publik yang menghadirkan
rakyat Papua terutama masyarakat sekitar PT Freeport untuk mendapatkan
gambaran sebenarnya yang selama ini terjadi. "Sambil langkah-langkah
tersebut berjalan, lakukan penegakan hukum terhadap kerusakan lingkungan

10
serta HAM," ujarnya.
Jika benar operasi ditutup, lanjutnya, PT Freeport harus bertanggung
jawab terhadap ekologi serta seluruh pekerja. "Para pekerja bisa dialihkan untuk
pemulihan ekologi dan ekonomi," kata Berry. (kcm)

B. Analisis Kasus
Berdasarkan kasus tersebut terbukti beberapa perusahaan Free Port tidak
menerapkan prinsip keadilan terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar.
a. Prinsip No Harm
Menurut Adam Smith prinsip paling pokok dari keadilan adalah prinsip
no harm atau prinsip tidak merugikan orang lain. Sudah sangat jelas dalam
kasus ini PT Free Port telah sangat merugkan bangsa indonesia terutama
merusak tanah papua. Kekerasan, perusakan lingkungan, dan ketidakadilan
sosial guna meraih keuntungan semata. Keruskaan lingkungan tersebut
tidak sepadan dengan keuntungan yang didapatkan rakyat Indonesia itu
sendiri.
b. Prinsip non intervention
Prinsip non intervention adalah prinsip tidak ikut campur tangan. Dalam
kasus PT Free Port prinsip no intervention jelas telah dilanggar, pemerintah
seolah ikut campur tangan dalam melinddungi PT Free Port dengan
melakukan perjanjian jangka pnjang yang membuat mereka boleh
beroperasi selama puluhan tahun di Indonesiia dan mengeruk kekayaan
alamnya.
c. Prinsip pertukaran yang adil
Prinsip keadilan tukar atau prinsip pertukaran dagang yang fair,
terutama terwujud dan terungkap dalam mekanisme harga dalam pasar. Ini
sesungguhnya merupakan penerapan lebih lanjut prinsip no harm secara
khusus dalam pertukaran dagang antara satu pihak dengan pihak lain dalam
pasar. Dalam kasus PT Free Port Masyarakat sekitar sangat diperlakukan
tidak adil karena. PT Free Port yang memperoleh keuntungan besar namun
tanah air merekalah yang dirusak dan dicemari lingkungannya, Harga yang
dibayar atas kerusakan tersebut tak sesuai dengan keuntungan yang
didapatkan oleh masyarakat sekitar.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

• Keadilan merupakan situasi di mana setiap orang memperoleh apa yang


menjadi haknya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari
kekayaan kita besama. Dengan demikian berarti keadilan adalah
keseimbangan antara hak dan kewajiban. Berbuat adil berarti menghargai
dan menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, sebaliknya berbuat
tidak adil berarti menginjak-injak harkat dan martabat manusia.

• Di dalam melaksanakan keadilan, terutama dalam keadilan dalam bisnis,


terwujudnya keadilan dalam tiap individu pelaku bisnis, akan melahirkan
kondisi yang baik dan kondusif bagi kelangsungan bisnis. Praktik bisnis
yang baik, etis, dan adil akan mewujudkan keadilan dlm masyarakat.
Sebaliknya ketidakadilan yang merajalela akan menimbulkan gejolak
sosial yang meresahkan para pelaku bisnis.

B. Saran

Untuk membentuk insan masyarakat yang adil didalam bisnis di


Indonesia yang sesuai dengan nilai-nilai hukum yang ada, perlu adanya
kesadaran bagi tiap individu baik dalam pelaku bisnis mapun kalangan
masyarakat biasa, dan juga kembali pada diri pribadi kita untuk mampu
menelaah dan menghormati harkat dan martabat sesama manusia agar tercipta
dan melahirkan kondisi yang positif terutama keadilan dalam penerapan
bisnis.

12
DAFTAR PUSTAKA

K. Bertens. (2000). Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: Kanisius.


Kompas.com. (2009). Kekerasan di Papua Akibat Ketidakadilan PT Freeport. Link:
https://news.kompas.com/read/2009/07/16/1249228/kekerasan.di.papua.ak
ibat.ketidakadilan.pt.freeport
Sudarmanto, E., Heriyani, N., Batubara, H. D. A., Prasetya, A. B., Fajrillah, F.,
Purba, B., ... & Dharma, E. (2020). Etika Bisnis. Yayasan Kita Menulis.

13

Anda mungkin juga menyukai