JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2015
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya sehingga sayadapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Anak Dengan Infeksi Virus Rabies” . Terselesaikannya makalah ini
tidak dapat lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini
saya ingin menyampaikan terima kasih kepada
Dalam menyelesaikan makalah ini saya telah berusaha untuk mencapai hasil yang
maksimum, tetapi dengan keterbatasan wawasan pengetahuan, pengalaman dan
kemampuan yang kami miliki, saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan
sempurnanya makalah ini sehingga dapat bermanfaat bagi para pembaca
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui secara umum dan keseluruhan mangenai penyakit Rabies
agar dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien anak dengan Rabies
sebaik mungkin.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari Rabies
2. Untuk mengetahui dan memahami etiologi dari Rabies
3. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dari Rabies
4. Untuk mengetahui dan memahami apa saja manifestasi klinis dari Rabies
5. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan yang tepat pada penderita
Rabies
6. Untuk mengetahui dan memahami apa saja komplikasi dari Rabies
7. Untuk mengetahui dan memahami proses keperawatan yang sesuai pada Rabies
1.3 Manfaat
1.4.1 Bagi mahasiswa
Mahasiswa di Jurusan Keperawatan mendapat informasi tentang konsep dasar
Rabies dan Asuhan Keperawatannya.
5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Rabies adalah suatu penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang dapat
menyerang semua jenis binatang berdarah panas dan manusia. Penyakit ini ditandai dengan
disfungsi hebat susunan saraf pusat dan hampir selalu berakhir dengan kematian. Rabies
merupakan salah satu penyakit menular tertua yang dikenal di Indonesia. Virus rabies
termasuk dalam genus Lyssavirus dan famili Rhabdoviridae. Genus Lyssavirus sendiri
terdiri dari 80 jenis virus dan virus rabies merupakan prototipe dari genus ini.
Sejarah penemuan rabies bermula 2000 tahun SM ketika Aristoteles menemukan bahwa
anjing dapat menularkan infeksi kepada anjing yang lain melalui gigitan. Ketika seorang
anak laki-laki berumur 9 tahun digigit oleh seekor anjing rabies pada tahun 1885, Louis
Pasteur mengobatinya dengan vaksin dari medulla spinalis anjing tersebut, menjadikannya
orang pertama yang mendapatkan imunitas, karena anak tersebut tidak menderita rabies.
2.1.2 Etiologi
Penyebab rabies adalah virus yaitu genus Rhabdovirus. Berbagai jenis hewan dapat
menularkan rabies ke manusia. Yang terbanyak adalah oleh hewan liar, khususnya musang,
kelelawar, rubah, dan serigala. anjing, kucing, hewan ternak, atau hewan berdarah panas
dapat menularkan rabies kepada manusia. Manusia tertular rabies melalui gigitan hewan
yang terinfeksi.
Rabies menyebar melalui kontak langsung terutama gigitan, air liur yang mengandung
virus masuk melalui luka gigitan. Selanjutnya virus tersebut masuk ke dalam tubuh menuju
otak, dan kemudian dari otak ke kelenjar ludah melalui syaraf sentrifugal serta ke pankreas.
6
2.1.3 Manifestasi Klinis
Masa inkubasi rabies berlangsung sangat panjang sehingga digolongkan kedalam
penyakit slow virus. Masa inkubasi 95% antara 3-4 bulan, masa inkubasi 1% bisa bervariasi
1-7 tahun. Pada anak-anak biasanya masa inkubasi lebih pendek dari orang dewasa. Masa
inkubasi dipengaruhi oleh dalam dan besarnya luka gigitan, lokasi luka gigitan (jauh
dekatnya ke dalam system syaraf pusat), derajat pathogenesis virus dan persarafan luka
gigitan. Luka pada kepala inkubasi 25-28 hari, ekstremitas 46-78 hari.
Pada manusia secara teoritis gejala klinis terdiri dari 4 stadium yang dalam keadaannya
sebenarnya sulit dipisahkan satu dari yang lainnya, yaitu : gejala prodormal non spesifik,
ensefalitis akut, disfungsi batang otak, dan koma (kematian).
Pada masa inkubasi ini, virus rabies menghindari sistem imun dan tidak ditemukan
adanya respon antibodi. Saat ini, pasien dapat tidak menunjukkan gejala apa – apa
(asimptomatik). Pada stadium prodromal, virus mulai memasuki sistem saraf pusat. Stadium
prodromal berlangsung 2 – 10 hari dan gejala tak spesifik mulai muncul berupa sakit kepala,
lemah, anoreksia, demam, rasa takut, cemas, nyeri otot, insomnia, mual, muntah, dan nyeri
perut. Parestesia atau nyeri pada lokasi inokulasi merupakan tanda patognomonik pada
rabies dan terjadi pada 50 % kasus pada stadium ini, dan tanda ini mungkin menjadi satu-
satunya tanda awal. (2,3,5,13) Setelah melewati stadium prodromal, maka dimulailah
stadium kelainan neurologi yang berlangsung sekitar 2 – 7 hari. Pada stadium ini, sudah
terjadi perkembangan penyakit pada otak dan gejalanya dapat berupa :
1. Bentuk spastik (furious rabies): peka terhadap rangsangan ringan, kontraksi otot farings
dan esofagus, kejang, aerofobia, kaku kuduk, delirium, semikoma, dan hidrofobia. Yang
sangat terkenal adalah hidrofobia di mana bila pasien diberikan segelas air minum, pasien
akan menerimanya karena ia sangat haus, dan mencoba meminumnya. Akan tetapi
kehendak ini dihalangi oleh spasme hebat otot-otot faring. Dengan demikian, ia menjadi
takut dengan air sehingga mendengar suara percikan air kran atau bahkan mendengar
perkataan air saja, sudah menyebabkan kontraksi hebat otot-otot tenggorok. Spasme otot-
otot faring maupun pernapasan dapat pula ditimbulkan oleh rangsangan sensorik seperti
meniupkan udara ke wajah pasien atau menyinari matanya. Pasien akan meninggal dalam
3 – 5 hari setelah mengalami gejala-gejala ini.
2. Bentuk demensia.
7
3. Kepekaan terhadap rangsangan bertambah, gila mendadak, dapat melakukan tindakan
kekerasan, koma, mati.
4. Bentuk paralitik (dumb rabies) : Pada bentuk ini pasien tampak lebih diam daripada tipe
furious. Gejala yang dapat muncul pada bentuk ini adalah demam dan rigiditas. Paralisis
yang terjadi bersifat simetrik dan mungkin menyeluruh atau bersifat ascending sehingga
dapat dikelirukan dengan Guillain-Barre Syndrome. Sistem sensoris biasanya masih
normal.
2.1.4 Patofisiologi
Setelah virus rabies masuk ke tubuh manusia, selama 2 minggu virus menetap pada
tempat masuk dan dijaringan otot di dekatnya virus berkembang biak atau langsung
mencapai ujung-ujung serabut saraf perifer tanpa menunjukkan perubahan-perubahan
fungsinya. Selubung virus menjadi satu dengan membran plasma dan protein ribonukleus
dan memasuki sitoplasma. Beberapa tempat pengikatan adalah reseptor asetil-kolin post-
sinapstik pada neuromuskular juction di susunan saraf pusat.
Dari saraf perifer virus menyebar secara sentripetal melalui endometrium sel-sel Schwan
dan melalui aliran aksoplasma mencapai ganglion dorsalis dalam waktu 60-72 jam dan
berkembang biak. Selanjutnya virus menyebar dengan kecepatan 3 mm/jam ke susunan saraf
pusat (medula spinalis dan otak) melalui cairan cerebrospinalis.
Di otak virus menyebar secara luas dan memperbanyak diri dalam semua bagian neuron,
kemudian bergerak ke perifer dalam serabut saraf eferen dan pada saraf volunter maupun
saraf otonom.
Penyebaran selanjutnya dari SSP ke saraf perifer termasuk serabut saraf otonom, otot
skeletal, otot jantung, kelenjar adrenal (medula), ginjal, mata, pankeas. Pada tahap
berikutnya virus akan terdapat pada kelenjar ludah, kelenjar lakrimalis, sistem respirasi.
Virus juga tersebar pada air susu dan urin
Dengan demikian, virus dapat menyerang hampir seluruh jaringan dan organ tubuh dan
berkembang biak dalam jaringan seperti kelenjar ludah. Khusus mengenai infeksi sistem
limbik, sebagaimana diketahui bahwa sistem limbik sangat berhubungan erat dengan fungsi
8
pengontrolan sikap emosional. Akibat pengaruh infeksi sel-sel dalam sistem limbik ini,
pasien akan menggigit mangsanya tanpa adanya provokasi dari luar
2.1.5 WOC
Rhabdovirus Gigitan hewan terinfeksi virus Manusia
K
Kelumpuhan otot palatum kekakuan otot-otot otot gerak ekstremitas
:
& pita suara faring & laring K
et
Kekakuan sendi
id
Komplikasi Penanganan
Neurologik
Fenotiazin, benzodiazepin,
Hiperaktif
Karbamazepin, fenitoin
Kejang fokal
Mannitol, gliserol
Endema serebri
Hindari stimulasi
Aerophobia
Pituari
Batasi cairan
SAHAD
Cairan, vasopressin
Diabetes insipidus
Pulmonal
Tidak ada
Hiperventilasi
10
Atelektasis Ventilator
Apnea Ventilator
Cardiovaskular
Cairan, dopamine
Hipotensi
Heparin
Trombosis arteri/vena
Lakukan pencegahan
Obstruksi vena cava superior
Resustasi
Henti jantung
Lain-lain
Tranfusi darah
Anemia
Lakukan pendinginan
Hipertermia
Selimut panas
Hipotermia
Pemberian cairan
Hipovolemia
Cairan parenteral
Ileus paralitik
Katerisasi
Retensio urin
Haemodialisis
Gagal ginjal akut
2.1.7 Penatalaksanaan
Penderita yang terkena gigitan Anjing atau Kucing atau Kera segera :
1. Cuci luka gigitan dengan sabun atau detergernt di air mengalir selama 10-15 menit
dan beri antiseptic (betadine, alcohol 70%, obat merah dll)
2. Segera ke puskesmas/ rabies center/ rumah sakit untuk mencari pertolongan
selanjutnya
11
Di puskesmas/ rabies center/ rumah sakit dilakukan :
1) Penanganan luka gigitan
- Cuci luka gigitan dengan sabun atau detergernt di air mengalir selama
10-15 menit dan beri antiseptic (betadine, alcohol 70%, obat merah
dll)
- Anamnesis apakah didahukui tindakan provokatif, hewan yang
menggigit menunjukkan gejala rabies, penderita gigitan hewan pernah
divaksinasi dan kapan, hewan penggigit pernah divaksinasi dan kapan.
- Identifikasi luka gigitan
Luka resiko tinggi : jilatan/ luka pada mukosa, luka diatas daerah bahu
(mukosa, leher, kepala) luka pada jari tangan, kaki, genetalia, luka
lebar/dalam dan luka yang banyak.
2) Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) atau Serum Anti Rabies (SAR)
1. Identitas Klien : Nama Klien, No. RM, Tempat Tanggal Lahir, Umur, Agama,
Pendidikan, Alamat, Jenis Kelamin, Penanggung Jawab
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Penyakit Dahulu : Penyakit waktu kecil , Pernah MRS, Alergi, Imunisasi
b. Riwayat Penyakit Sekarang : Keluhan utama, Tindakan pertama
c. Riwayat Penyakit Keluarga : Penyakit keturunan, Penyakit menular
d. Riwayat Antenatal : Keluhan selama hamil, ANC
e. Riwayat Natal : Umur kehamilan - Jenis persalinan, Keadaan bayi, Penyakit
saar persalinan
f. Riwayat Neonatal : Kondisi bayi, BB waktu lahir, TB waktu lahir
g. Riwayat Gizi : Pemberian ASI, Pemberian MPASI, Makan sehari-hari
h. Riwayat Psikososial : Yang mengasuh, Hub dengan keluarga, Hub dengan lingkungan
sekitar
12
i. Riwayat Tumbuh Kembang : Mengangkat kepala, Tengkurap, Duduk, Gigi tumbuh
pertama, Merangkak, Berdiri, Berjalan dituntun, Berjalan berpegangan, Berjalan
sendiri, Berbicara, Tidak ngompol
3. Pemeriksaan fisik
Umumnya ditemukan :
a. Status Pernafasan
b. Status Nutrisi
Kesulitan dalam menelan makanan, berapa berat badan pasien, mual dan muntah, porsi
makanan dihabiskan. status gizi
c. Status Neurosensori
d.Keamanan
Kejang, kelemahan
e. Integritas Ego
13
2.2.3 Intervensi
14
meminimalisir proses dokter dalam tubuh akan
peradangan untuk pemberian antibiotik kehilangan
meningkatkan guna mengurangi cairan lebih
peradangan proses peradangan banyak
4. Anjurkan pada pasien 2. Suhu tubuh harus
untuk memenuhi dipantau secara
kebutuhan nutrisi efektif guna
yang optimal mengetahui
sehingga perkembangan
metabolisme dalam dan kemajuan
tubuh dapat berjalan dari pasien
dengan lancar 3. Antibiotik
berperan
openting dalam
mengatasi proses
peradangan
4. Jika metabolisme
dalam tubuh
berjalan
sempurna maka
tingkat
kekebalan sistem
imun bisa
melawan semua
benda asing yang
masuk
Hambatan NOC 1. Monitoring vital 1. Mengetahui
mobilitas fisik Joint movement sign sebelum/ perkembangan
berhubungan : active sesudah latihan dan vital sign pasien
dengan Mobility level lihat respon pasien 2. Mengkolaborasik
kelumpuhan Self care: ADLs saat latihan an pemulihan
Tansverperform 2. Konsultasikan pasien
ance dengan terapi fisik 3. Membantu klien
Kriteria hasil: tentang rencana berjalan
- Klien meningkat ambulasi sesuai 4. Memberikan
dalam aktifitas dengan kebutuhan informasi dan
fisik 3. Bantu klien untuk pengetahuan
- Mengerti tujuan menggunakan untuk pasien
dari peningkatan tongkat saat berjalan 5. Mengetahui
mobilitas dan cegah terhadap kemampuan klien
- Memverbalisasi cidera 6. Melatih
kan perasaan 4. Ajarkan pasien atau kemampuan otot
dalam tenaga kesehatan pasien
meningkatkan lain tentang teknik 7. Menemani pasien
15
kekuatan dan ambulasi untuk
kemampuan 5. Kaji kemampuan memberikan
berpindah pasien dalam kenyamanan
- Memperagakan mobilisasi 8. Membantu pasien
penggunaan alat 6. Latih pasien dalam untuk berjalan
bantu pemenuhan
- Bantu untuk kebutuhan ADLs
mobilisasi secara mandiri
(walker) sesuai kemampuan
7. Damping dan bantu
pasien saat
mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan
ADLS pasien.
8. Berikan alat bantu
jika klien
memerlukan
2.2.4 Implementasi
16
Implementasi membutuhkan perawat untuk mengkaji kembali keadaan klien, menelaah,
dan memodifikasi rencana keperawatn yang sudah ada, mengidentifikasi area dimana bantuan
dibutuhkan untuk mengimple-mentasikan, mengkomunikasikan intervensi keperawatan.
Implementasi dari asuhan keperawatan juga membutuhkan pengetahuan tambahan
keterampilan dan personal. Setelah implementasi, perawat menuliskan dalam catatan klien
deskripsi singkat dari pengkajian keperawatan, Prosedur spesifik dan respon klien terhadap
asuhan keperawatan atau juga perawat bisa mendelegasikan implementasi pada tenaga
kesehatan lain termasuk memastikan bahwa orang yang didelegasikan terampil dalam tugas
dan dapat menjelaskan tugas sesuai dengan standar keperawatan.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau
intervensi keperawatan ditetapkan. Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan Rabies
adalah :
1. Bersihan jalan nafas kembali efektif, bebas dari mucus yang berlebihan.
2. Suhu tubuh kembali normal (bebas dari hipertermi).
3. Mobilitas fisik kembali normal, kendali otot dan sendi membaik.
17
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Rabies adalah suatu penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang dapat menyerang
semua jenis binatang berdarah panas dan manusia. Rabies menyebar melalui kontak
langsung terutama gigitan, air liur yang mengandung virus masuk melalui luka gigitan.
Selanjutnya virus tersebut masuk ke dalam tubuh menuju otak, dan kemudian dari otak ke
kelenjar ludah melalui syaraf sentrifugal serta ke pankreas.
3.2 Saran
Sebagai perawat harus selalu tanggap dalam penanganan penyakit rabiesa karena akan
mengakibatkan kematian jika terlambat menanganinya. Selain itu perawat juga memberi
health education kepada klien dan keluarga agar mereka faham dengan rabies dan bagaimana
pencegahannya. Dan bagi perawat yang memiliki kerabat/ teman yang mengalami tanda dan
gejala rabies, secara cepat melakukan pemeriksaan dini agar rabies dapat ditangani.
18
DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda Mirarif dan Hardhi.2015. Aplikasi NANDA NIC-NOC Jilid 2. Yogyakarta : MediAction
Publishing
Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadbrata, Siti Setiati; Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid III Edisi IV
Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Cetakan ke-7.
Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2006. Buku Pedoman Standar Pelayanan Medis dan
Standar Pelayanan Operasional Neurologi. Jakarta : PERDOSSI.
https://www.scribd.com/doc/302349699/Rabies-Word
http://www.surviveoutdoors.com/reference/rabies.html
19