Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN HALUSINASI

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi merupakan salah satu masalah keperawatan yang
dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa.

Tabel 5.1 Jenis Halusinasi Menurut Data Subjektif dan Objektif

Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif


Dengar/Suara Bicara atau tertawa sendiri Mendengar suara-suara atau
Marah-marah tanpa sebab kegaduhan
Mencondongkan telinga ke arah Mendengar suara yang
tertentu mengajak bercakap-cakap
Menutup telinga Mendengar suara memerintah
melakukan sesuatu yang
berbahaya
Penglihatan Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu Melihat bayangan, sinar,
Ketakutan pada sesuatu yang tidak bentuk geometris, bentuk
jelas kartun, melihat hantu atau
monster
Penghidu Tampak seperti mencium bau-bauan Mencium bau-bauan, seperti
tertentu bau darah, urine, feses,
Menutup hidung terkadang bau yang
menyenangkan
Pengecapan Sering meludah Merasakan rasa seperti darah,
Muntah urine atau feses
Perabaan Menggaruk-garuk permukaan kulit Mengatakan ada serangga di
permukaan kulit
Merasa seperti tersengat listrik

Pendokumentasian asuhan keperawatan dilakukan pada setiap tahap proses keperawatan.


Oleh karena itu, dokumentasi asuhan keperawatan jiwa harus mencantumkan dokumentasi
pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Diagnosis keperawatan

Setelah pengkajian dilakukan dan data subjektif dan objektif ditemukan pada pasien,
diagnosis keperawatan yang dapat dirumuskan adalah gangguan persepsi sensori:
Halusinasi (dengar, penglihatan, penghidu, dan peraba).

Tindakan keperawatan

Selanjutnya, setelah diagnosis keperawatan ditegakkan, perawat melakukan tindakan


keperawatan bukan hanya pada pasien, tetapi juga keluarga. Tindakan keperawatan pasien
halusinasi, yaitu sebagai berikut.

a. Tindakan keperawatan pada pasien


1. Tujuan keperawatan
a) Pasien dapat mengenali halusinasi yang dialaminya
b) Pasien dapat mengontrol halusinasinya
c) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal

Format Pengkajian Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi

Persepsi:

Halusinasi

 Pendengaran
 Penglihatan
 Perabaan
 Pengecapan
 Penghidu

Jelaskan:

 Isi halusinasi:
 Waktu terjadinya:
 Frekuensi halusinasi :…………………………………………
 Respons pasien : ………………………………………………

Masalah keperawatan : ………………………………………………


2. Tindakan keperawatan
a) Bantu pasien mengenali halusinasi
Untuk membantu pasien mengenali halusinasi, perawat dapat
berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang didengar, dilihat,
atau dirasa), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi,
situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan respons pasien saat
halusinasi muncul
b) Melatih pasien mengontrol halusinasi
Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi, perawat
dapat melatih pasien empat cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan
halusinasi. Keempat cara mengontrol halusinasi adalah sebagai berikut.
1) Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah cara mengendalikan diri terhadap
halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih
untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak
memedulikan halusinasinya.
Jika ini dapat dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri
dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi tetap
ada, tetapi dengan kemampuan ini, pasien tidak akan larut untuk
menuruti halusinasinya. Berikut ini tahapan intervensi yang dilakukan
perawat dalam mengajarkan pasien.
(a) Menjelaskan cara menghardik halusinasi.
(b) Memperagakan cara menghardik.
(c) Meminta pasien memperagakan ulang.
(d) Memantau penerapan cara, menguatkan perilaku pasien.
2) Bercakap-cakap dengan orang lain
Bercakap-cakap dengan orang lain dapat membantu mengontrol
halusinasi. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain, terjadi
distraksi; focus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke
percakapan yang dilakukan dengan orang lain.
3) Melakukan aktivitas yang terjadwal
Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan
menyibukkan diri melakukan aktivitas yang teratur. Dengan
beraktivitas secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak
waktu luang sendiri yang sering kali mencetuskan halusinasi. Oleh
karena itu, halusinasi dapat dikontrol dengan cara beraktivitas secara
teratur dari bangun pagi sampai tidur malam. Tahapan intervensi
perawat dalam memberikan aktivitas yang terjadwal, yaitu.
(a) Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi
halusinasi.
(b) Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan pasien.
(c) Melatih pasien melakukan aktivitas.
(d) Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang
telah dilatih. Upayakan pasien mempunyai aktivitas mulai dari
bangun pagi sampai tidur malam.
(e) Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan penguatan
terhadap perilaku pasien yang positif.
4) Minum obat secara teratur
Minum obat secara teratur dapat mengontrol halusinasi . Pasien
juga harus dilatih untuk minum obat secara teratur sesuai dengan
program terapi dokter. Pasien gangguan jiwa yang dirawat di rumah
sering mengalami putus obat sehingga pasien mengalami kekambuhan.
Jika kekambuhan terjadi, untuk mencapai kondisi seperti semula akan
membutuhkan waktu. Oleh karena itu, pasien harus dilatih minum obat
sesuai program dan berkelanjutan. Berikut ini intervensi yang dapat
dilakukan perawat agar pasien patuh minum obat.
(a) Jelaskan kegunaan obat.
(b) Jelaskan akibat jika putus obat.
(c) Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat.
(d) Jelaskan cara minum obat dengan prinsip 5 benar (benar obat,
benar pasien, benar cara, benar waktu, dan benar dosis).
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara mengontrol


halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan menghardik halusinasi.

Peragakan komunikasi di bawah ini!

Orientasi

“Selamat pagi! Saya perawat yang akan merawat Anda. Saya suster SS, senang
dipanggil suster S. Nama Anda siapa? Senang dipanggil apa?”

“Bagaimana perasaan D hari ini? Apa keluhan D saat ini?”

“Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini D
dengar, tetapi tidak tampak wujudnya? Dimana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama?
Bagaimana kalau 30 menit?”

Kerja

“Apakah D mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang dikatakan suara itu?”

“Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan D paling sering


mendengar suara itu? Berapa kali sehari D alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar?
Apakah pada waktu sendiri?”

Apa yang D rasakan pada saat mendengar suara itu? Apa yang D lakukan saat
mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara itu hilang?

Suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara
itu muncul?”D,ada empat cara untuk mencagah suara-suara itu muncul. pertama, deangan
menghardik suara itu tersebut,kedua,dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
Ketiga melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang keempat minum obat dengan
teratur.

Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu,yaitu dengan menghardik. Caranya adalah
saat suara-suara itu muncul langsung D bilang,pergi saya tidak mau dengaar.... saya tidak
mau dengar! Kamu suara palsu! Begitu diulang-ulang sampai suara itu tidak terdengar
lagi. Coba D peragakan! Nah begitu....bagus! coba lagi! Ya bagus, D sudah bisa
Terminasi

Bagaimana perasan D setelah memeragakan latihan tadi? Kalau suara-suara itu muncul
lagi,silahkan coba suara tersebut! Bagaimana kalau kita buat jadwal latihan menghardik
halusinasi dalam kegiatan jadwal harian pasien. Mau jam brapa latihannya? (anda
memasukan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan haruan pasien).
Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan mengendalikan suara-suara dengan
cara yang kedua? Pukul berapa D? Bagaimana kalau dua jam lagi? Dimana tempatnya”

“Baiklah sampai jumpa”

SP 2 Pasien : melatih pasien mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap bersama


orang lain.peragakan komunikasi di bawah ini

Orientasi

‘Selamat pagi,D! Bagaimana perasaan D hari ini? Apakah suara-suara masih mucul?
Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih? Berkurangkah suaranya? Bagus! Sesuai
janji kita tadi, saya akan latih cara yang kedua untuk mengontrol halusiansi dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latih selama 20 menit. Mau dimana? Di sini
saja?”

Kerja

“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusiansi adalah dengan bercakap-cakap


dengan orang lain. Jadi kalau D mulai mendengar suara-suara,langsung saja untuk mencari
teman untuk mengobrol minta teman untuk mengobrol degan D. Contohnya begini.”tolong
saya mulai dengar suara-suara .ayo ngobrol dengan saya! “atau kalau ada orang
dirumah,misalnya kakak D,katakan,”kak ayo ngobrol dengan D, D sedang dengar suara-
suara”begitu D ,coba D lakukan seperti saya tadi lakukan,ya,begitu. Bagus! Coba sekali
lagi! Bagus! Nah, latihan terus ya D”disini, D dapat mengajak perawat atau pasien lain
untuk bercakap-cakap.
Terminasi

Bagaimana perasaan D stelah latihan ini? Jadi sudah ada beberapa cara yang D
pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus cobalah kedua cara ini kalau D
mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukan dalam jadwal kegiatan hari D.
Mau jam brapa latihan bercakap-cakap?nah, nanti kalu secara teratur sewaktu suara-suara
itu muncul! Besok pagi saya akan kesini lagi. Bagaiman kalau kita lahih cara yang
ketiga,yaitu melakukan aktivitas jadwal?mau jam berpa? Bagaiman kalau jam 10 pagi?
Mau di mana? Disini lagi? Sampai bsok ya. Selamat pagi!” .

SP 3 Pasien : melatih pasien mengontrol halusinasi dengan melaksanakan aktivitas jadwal.

Orientasi

“Selamat pagi D! Bagaiman perasaan D hari ini?”

“Apakah suara-suara masih muncul?apakah sudah dipakai kedua cara yang telah kita
latih? Bagaimana hasilnya? bagus!”

“Sesuai janji kita,hari ini kita akan belajar cara ketiga untuk mencegah halusinasi
yaitu melakukan kegitan terjadwal .”

“Mau dimana kita berbicara?baik,kita duduk di ruanga tamu. Berapa lama kita
berbicara?bagaimana klau 30 menit? Baiklah.

Kerja

“Apakah yang bisa D lakukan?pagi-pagi kegiatanya,terus jam berikutnya apa?”(terus


kaji hingga dapat kegiatanya sampai malam).”wah banyak sekali kegiatanya! Mari kita
latih dua kegiatan hari ini (latihan kegiatan tersebut) bagus sekali jika D bisa lakukan!

“Kegiatan ini dapat D lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang
lain dapat kita latih agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.

Terminasi

Bagaimana perasaan D setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk mencegah
suara-suara? Bagus sekali! Coba sebut 3 cara cara yang telah kita latih untuk mencegah
suara-suara.bagus sekali! Mari kita masukkan jadwal kegiatan harian D. Coba lakukan
sesuai jadwal ya!”(perawat dapat melakukan aktivitas yang lain pada pertemuan berikut
sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam.)

“Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti kita membahas cara minum obat
yang baik serta guna obat. Mau jam berapa? Bagaiman kalau jam 12? Di riangan makan
ya! Sampai jumpa!”

Sp 4 Pasien : Melatih pasien minum obat teratur

Orientasi

“Selamat siang D! Bagaiman perasaan D siang ini? Apakah suara-suaranya masih


muncul? Apakah digunakan ke 3 cara yang telah kita latih? Apakah ketiga jadwal sudah
dilaksanakan? Apakah jadwal kegiatanya sudah dilaksanakan?apakh tadi pagi sudah
minum obat? Baik.hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obat yang D minum. Kita
akan diskusi selama 20 menit sambil menunggu makan siang. Disini aja yan D?”

Kerja

“D, adakah bedanya setelah minum obat secara teratur?apakah suara-suara berkurang
atau hilang? Minum obat sangat penting agar suara-suara yang D dengar dan mengganggu
selama ini tidak mengganggu lagi. Berapa banyak obat yang D minum?(perawat
menyiapkan obat pasien) ini yang warnanya oraenye (cropromazine, CPZ) gunanya untuk
menghilangkan suara-suara.obat yang bewarna putih (thyhexipendil, THP) gunakan agar
merasa rileks dan tidak kaku,sedangkan yang bewarna merah jambu (haloperidol,
HLP)berfungsi untuk menenangkan pikiran dan menghilangkan suara-suara .semua obat
ini diminu 3 kali sehari ,setiap pukul 7 pagi, 1 siang, dan 7 malam.kalu suara-suaranya
sudah hilang obatnya tidak boleh dihentikan.nanti konsultasikan dengan dokter,sebab
kalau putus obat. D akan kambuh dan sulit untuk sembuh seperti keadaan semula .kalau
obat habis,D bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. D juga harus teliti dalam
minum obat ini,berdasarkan obatnya benar, artinya D harus memastikan bahwa obat itu
benar punya D. Jangan keluru dengan obat punya orang lain,baca nama kemasanya.
Pastikan obat diminum pada waktunya,dengar cara yang benar,yaitu dimun sesudah
makan dan tepat waktunya. D juga perhatikan berapa obat yang harus diminum,dan D juga
harus cukup minum 10 gelas per hari.

Terminasi

Bagaimana perasan D setelah kita bercakap-cakap mengenai obat?sudah berapa cara


yang kita latih untuk mencegah suara-suara ?coba sebutkan?bagus! (jika jawabanya benar)
marikita masukan jadwal minum obat pada jadwal kegiatan D! jangan lupa pada waktunya
minta obat pada perawat atau pada keluarga kalau di rumah. Nah, makanan sudah datang!.

Besok kita ketemu lagi untuk melihat 4 cara mencegah suara yang telah kita
bicarakan. Mau pukul berapa? Bagaiman klau pukul 10 pagi? Sampai jumpa,selamat
pagi!”

b. Tindakan Keperawatan pada Keluarga

1. Tujuan Keperawatan

a) Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien, baik di rumah sakit maupun di
rumah
b) Keluarga dapat menjadi system pendukung yang efektif untuk pasien

2. Tindakan Keperawatan Keluarga

Keluarga merupakan factor penting yang menentukan keberhasilan asuhan


keperawatan pada pasien dengan halusinasi. Dukungan keluarga selama pasien
dirawat dirumah sakit sangat dibutuhkan sehingga pasien termotivasi untuk sembuh.
Demikian juga saat pasien tidak lagi dirawat dirumah sakit ( dirawat dirumah ).
Keluarga yang mendukung pasien secara konsisten akan membuat pasien mampu
mempertahankan program pengobatan secara optimal. Namun, jika keluarga tidak
mampu merawat pasien, mereka akan kambuh bahkan untuk memulihkan nya lagi
akan sangat sulit. Oleh karena itu, perawat harus memberikan pendidikan kesehatan
kepada keluarga agar keluarga mampu menjadi pendukung yang efektif bagi pasien
dengan halusinasi, baik saat dirumah sakit maupun dirumah. Tindakan keperawatan
yang dapt diberikan untuk keluarga pasien halusinasi adalah sebagai berikut.
a) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
b) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang
dialami pasien ,tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, dan cara
merawat pasien halusinasi.
c) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memeragakan cara merawat pasien
dengan halusinasi langsung dihadapan pasien.
d) Buat perencanaan pulang dengan keluarga.

SP 1 Keluarga : memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis


halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, dan cara-cara merawat pasien
halusinasi.

Orientasi

“ Selamat pagi Bapak/Ibuk ! saya SS, perawat yang merawat anak Bapak/Ibuk,
bagaimana perasaan bapak hari ini ? appa pendapat bapak tentang anak Bapak/Ibuk ?”

“Hari ini kita akan berdiskusi tentang masalah yang anak Bapak/Ibuk alami dan
bantuan apa yang dapat bapak berikan.”

“Kita mau diskusi dimana ? Bagaimana diruang wawancara ? Berapa lama waktu
Bapak/Ibuk ? Bagaimana kalau 30 menit ?”

Kerja

“Masalah apa yang bapak alami dalam merawat D? Apa yang Bapak/Ibuk lakukan ?”

“Ya, gejala yang dialami oleh anak Bapak/Ibuk itu disebut halusinasi, yaitu
mendengar atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada bendanya. Tanda-tandanya
bicara dan tertawa sendiri, atau marah-marah tanpa sebab. Jadi, jika anak Bapak/Ibuk
mengatakan mendengar suara-suara , sebenarnya suara itu tidak ada. Kalau anak
Bapak/Ibuk mengatakan melihat bayangan-bayangan, sebenarnya bayangan itu tidak ada.
Oleh karena itu, kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Terdapat
beberapa cara untuk membantu anak Bapak/Ibuk agar bisa mengendalikan halusinasi.
Cara-cara tersebut adalah : pertama, dihadapan anak Bapak/Ibuk, jangan membantah atau
mendukung halusinasi. Katakana saja Bapak/Ibuk percaya bahwa D memang mendengar
suara atau melihat bayangan, tetapi Bapak/Ibuk sendiri tidak mendengar atau melihat
nya. Kedua, jangan biarkan anak Bapak/Ibuk melamun dan sendiri karena kalau
melamun halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang yang mau bercakap-cakap
dengannya. Buat kegiatan keluarga seperti makan bersama dan ibadah bersama, terkait
dengan kegiatan, saya telah melatih anak Bapak/Ibuk untuk membuat jadwal kegiatan
sehari-hari. Tolong Bapak/Ibuk pantau pelaksanaannya dan berikan pujian jika D
berhasil melakukanya ! ketiga, bantu anak Bapak/Ibuk minum obat secara teratur. Jangan
menghentikan obat tanpa konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah melatih
anak Bapak/Ibuk untuk minum obat secara teratur. Jadi , Bapak/Ibuk dapat
mengingatkan kembali. Obatnya ada tiga macam, yang bewarna oranye namanya CPZ
gunanya untuk menghilangkan suara-suara atau bayangan. Yang bewarna putih namanya
THP berfungsi untuk membuat D tenang dan tidak kaku. Yang bewarna biru namaya
HLP gunanya menenangkan pikiran. Semua obat ini harus D minum 3 kali sehari pukul
7 pagi, 1 siang, dan 7 malam. Obat harus selalu diminum untuk mencegah kekambuhan.
Terakhir, jika ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi dengan cara
menepuk punggung D. Kemudian suruh D menghardik suara tersebut. D sudah saya
ajarkan cara untuk menghardik halusinasi. Sekarang, mari kita latihan memutus
halusinasi D. Sambil menepuk punggung anak Bapak/Ibuk, katakan : D, Sedang apa
kamu ?

Kamu ingatkan apa yang diajarkan perawat jika suara-suara itu datang? Ya, usir suara
itu! Tutup telinga kamu dan katakan pada suara itu saya tidk mau dengar! Ucapkan
berulang-ulang, sekarang coba bapak/ibu praktikkan cara yang baru saya ajarkan. Bagus
pak/bu!

Terminasi

“Bagaimana perasaan bapak/ibu etelah kita berdisikusi dan latihan memutuskan


halusinasi?

“ Sekarang coba bapak/ibu sebutkan kembali empat cara merawat

“Bagus sekali pak/bu! Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk
mempraktikkan cara memutuskan halusinasi langsung dihadapan ?

“Jam berapa kita bertemu? Baik, sampai jumpa.


SP 2 Keluarga : Melatih keluarga praktik merawat pasien langsung di hadapan pasien/
member kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien dengan
halusinasi langsung dihadapan pasien

Orientasi

“Selamat pagi! Bagaimana perasaan bapak/ibu pagi ini?

“Apakah bapak/ibu masih ingat bagaimana cara memutuskan halusinasi anak


bapak/ibu yang sedang mengalami halusinasi?

“Sesuai dengan perjanjian kita, selama 30 menit ini kita akan mempraktikkan cara
memutus halusinasi langsung dihadapan anak bapak/ibu. Mari kita datangi anak
bapak/ibu!

Kerja

“Selamat pagi, bapak/ibu sangat ingin membantu mengendalikan suara-sura yang


sering didengar. Untuk itu pagi ini bapak/ibu datang untuk memprajtikkan cara memutus
suara-suara yang didengar. Nanti kalau dengar suara-suara dan bicara atau tersenyum-
senyum sendiri, bapak/ibu akan mengingatkan ya? Sekaran, coba bapak/ibu peragakan
cara memutus halusinasi yang sedang dialami seperti yang sudah kita pelajari sebelumnya.
Tepuk pungung lalu suruh mengusir suara dengan menutup telinga dan menghardik suara
tersebut.

“Bagus sekali! Bagaimana ? senang dibantu bapak/ibu? Nah, bapak/ibu ingin melihat
jadwal harian. Baiklah sekarang saya dan orang tuamu keruangan perawat dulu.

Terminasi

“Bagaimana perasaan bapak atau ibu setelah mempraktikkan cara memutus halusinasi
langsung dihadapan anak bapak/ibu.

“Diingat-ingat pelajaran kita hari ini ya pak/bu. Bapak/ibu dapat melakukan cara itu
jika anak bapak/ibu mengalami halusinasi.

“Bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk membicarakan tentang jadwal
kegiatan harian dirumah. Pukul berapa bapak/ibu bisa datang? Kita bertemu ditempat ini
lagi ya? Sampai jumpa
SP 3Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

Orientasi

“Selamat pagi pak/bu, karena anaknya besok sudah boleh pulang maka sesuai janji
kita sekarang ketemu untuk membicarakan jadwal anaknya selama dirumah

“Bagaimana bapak/ibu, selama bapak/ibu membesuk apakah sudah mempraktikan


cara merawat anak kalian?

“Nah, sekarang kita bicarakan jadawlnya dirumah? Mari kita duduk diruang perawat!

“Berapa lama bapak/ibu ada waktu? Bagaimana kalau 30 menit?

Kerja

“Ini jadwal kegiatan dirumah sakit. Jadwal ini dapat dilanjutkan di rumah. Coba
bapak/ibu lihat mungkinkah dilakukan dirumah, siapa yang kira-kira akan memotivasi dan
mengingatkan? Pak/bu, jadwal yang telah dibuat selama anak kalian dirumah sakit tolong
dilanjutkan dirumah, baik jadwal aktivitas maupun minum obatnya.

“Hal-hal yang harus diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh
anak ibu dan bapak selama dirumah, misalnya kalau terus mendengar suara-suara yang
mengganggu dan tidak memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi, segera hubungi
suster anak bapak/ibu dipuskesmas terdekat dari rumah bapak/ibu, ini nomor telpon
puskesmasnya : (0651) 544xxx. Selanjutnya suster yang akan membantu memantau
perkembangan anak bapak/ibu selama dirumah.

Terminasi

“Bagaimana bapak/ibu? Ada yang ingin ditanyakan?

“Coba bapak/ibu sebutkan cara-cara merawat anak bapak/ibu dirumah!

“Bagus! Ini jadwalnya untuk dibawa pulang selanjutnya, silahkan ibu menyelesaikan
administrasi yang dibutuhkan. Kami akan siapkan ank bapak/ibu untuk pulang.
SUMBER :

Dr. Budi anna keliat dan akemat, S.kp. 2006. Model Praktik Keperawatan
Propesional Jiwa. Jakarta :EGC

Anda mungkin juga menyukai