Anda di halaman 1dari 39

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sampah

1. Pengertian Sampah

Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah

sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang

dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan

sendirinya. Undang-Undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 tahun 2008

menyatakan sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia dan/atau dari

proses alam yang berbentuk padat.

Menurut Suryati (2014, p:3), sampah merupakan material sisa yang

tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Menurut Slamet (1994,

p:152) sampah ialah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang

punya dan bersifat padat. Dan menurut UU Republik Indonesia nomor 18

tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, pasal 1 menyebutkan bahwa sampah

adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan proses alam yang berbentuk

padat. Berdasarkan pengertian diatas, sampah adalah material sisa yang sudah

tidak digunakan lagi oleh manusia, berasal dari kegiatan manusia dan proses

alam yang terjadi.

12
13

2. Pembagian Sampah

Sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa kategori, seperti berikut:

a. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya.

1) Organik, misalnya, sisa makanan, daun, sayur, dan buah.

2) Anorganik, misalnya, logam, pecah-belah, abu, dan lain-lain.

b. Berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar

1) Mudah terbakar, misalnya, kertas plastik, daun kering, kayu.

2) Tidak mudah terbakar, misalnya, kaleng, besi, gelas, dan lain-

lain.

c. Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk.

1) Mudah membusuk, misalnya, sisa makanan, potongan daging,

dan sebagainya.

2) Sulit membusuk, misalnya, plastik, karet, kaleng, dan

sebagainya,

d. Berdasarkan ciri atau karakteristik sampah

1) Garbage, terdiri atas zat-zat yang mudah membusuk dan dapat

dengan cepat, khususnya jika cuaca panas. Proses pembusukan

sering kali menimbulkan bau busuk. Sampah jenis ini dapat

ditemukan di tempa pemukiman, rumah makan, rumah sakit,

pasar, dan sebagainya.

2) Rubbish, terbagi menjadi dua:

3) Rubbish mudah terbakar terdiri atas zat-zat organik, misalnya,

kertas, kayu, karet, daun kering, dan sebagainya.


14

4) Rubbish tidak mudah terbakar terdiri atas zat-zat anorganik,

misalnya, kaca, kaleng, dan sebagainya.

5) Ashes, semua sisa pembakaran dari industri.

6) Street sweeping, sampah dari jalan atau trotoar akibat aktivitas

mesin atau manusia.

7) Dead animal, bangkai binatang besar (anjing, kucing, dan

sebagainya) yang mati akibat kecelakaan atau secara alami.

8) House hold refuse, atau sampah campuran (misalnya, garbage,

ashes, rubbish) yang berasal dari perumahan.

9) Abandoned vehicle, berasal dari bangkai kendaraan

10) Demolision waste, berasal dari hasil sisa-sisa pembangunan

gedung

11) Contructions waste, berasal dari hasil sisa-sisa pembangunan

gedung, seperti tanah, batu, dan kayu.

12) Sampah industri, berasal dari pertanian, perkebunan, dan

industri

13) Santage solid, terdiri atas benda-benda solid atau kasar yang

biasanya berupa zat organik, pada pintu masuk pusat

pengolahan limbah cair.

14) Sampah khusus, atau sampah yang memerlukan penanganan

khusus seperti kaleng dan zat radioaktif. (Chandra, 2006,

p:111).

15)
15

3. Sumber dan Komposisi Sampah

a. Sumber sampah

Sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa

sumber berikut:

1) Pemukiman penduduk

Sampah di suatu pemukiman biasannya dihasilkan oleh suatu atu

beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asram

yang terdapat di desa atau kota. Jenis sampah yang dihasilkan

biasanya sisa makanan dan bahan sisa proses pengolahan makanan

atau sampah basah (garbage), sampah kering (rubbish), abu, atau

sampah sisa tumbuhan.

2) Tempat umum dan tempat perdagangan

Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang

berkumpul dan melakukan kegiatan, termasuk juga tempat

perdagangan. Jenis sampah yang dihasilkan dari tempat semacam itu

dapat berupa sisa sisa makanan, sampah kering, abu, sisa sias

bangunan, sampah khusus, dan terkadang sampah yang berbahaya.

3) Sarana layanan masyarakat milik pemerintah

Yang dimaksud disini antara lain tempat hiburan dan umum, jalan

umum, tempat parkir, tempat layanan kesehatan, komplek militer,

gedung pertemuan, pantai tempat berlibur, dan sarana pemerintah

lain. Tempat tersebut menghasilkan biasanya menghasilkan sampah

kering dan sampah khusus.


16

4) Industri berat dan ringan

Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan minuman,

industry kayu, industry kimia, industry logam, tempat pengolahan air

kotor dan air minum, dan kegiatan industry lainya, baik yang bersifat

distributive atau memproses bahan mentah saja. Sampah yang di

hasilkan biasanya sampah basah, sampah kering, sampah sisa sisa

bangunan, sampah khusus, dan sampah berbahaya.

5) Pertanian

Sampah dihasilkan dari tanaman atau binatang. Lokasi pertanian

seperti kebun, ladang, ataupun sawah yang menghasilkan sampah

berupa bahan bahan makanan yang telah membusuk, sampah

pertanian, pupuk, maupun bahan pembasmi serangga tanaman.

(Chandra, 2006, p:113).

b. Komposisi Sampah

Menurut Achmadi dalam fadillah (20015) secara umum komposisi

dari sampah di setiap kota bahkan negara hampir sama, yaitu:

Tabel 1. Komposisi Sampah di Setiap Kota atau Negara

No Komposisi Sampah Persentase %

1. Kertas dan Karton ± 35 %


2. Logam ±7%
3. Gelas ±5%
4. Sampah halaman dan dapur ± 37
5. Kayu ±3%
6. Plastik, karet, dan kulit ±7%
7. Lain-lain ±6%
17

Komposisi atau susunan bahan-bahan sampah merupakan hal yang

perlu diketahui hal ini penting kegunaannya untuk pemilahan sampah

serta pemilihan alat atau sarana yang diperlukan untuk pengelolaan

sampah.

4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Jumlah Sampah

Berikut beberapa faktor yang dapat memengaruhi jumlah sampah:

a. Jumlah penduduk.

Jumlah penduduk bergantung pada aktivitas dan kepadatan penduduk.

Semakin padat penduduk, sampah semakin menumpuk karena tempat

atau ruang untuk menampung sampah kurang. Semakin meningkat

aktivitas penduduk, sampah yang dihasilkan semakin banyak, misalnya

pada aktivias pembangunan, perdagangan, industri, dan sebagainya.

b. Sistem pengumpulan atau pembuangan sampah yang dipakai

Pengumpulan sampah dengan menggunakan gerobak lebih lambat jika

dibandingkan dengan truk.

c. Pengambilan bahan-bahan yang ada pada sampah untuk dipakai kembali.

Metode itu dilakukan karena bahan tersebut masih memiliki nilai

ekonomi bagi golongan tertentu. Frekuensi pengambilan dipengaruhi

oleh keadaan, jika harganya tinggi, sampah yang tertinggal sedikit.

d. Faktor geografis.

Lokasi tempat pembuangan apakah di daerah pegunungan, lembah,

pantai atau di dataran rendah.


18

e. Faktor waktu.

Bergantung pada faktor harian, mingguan, bulanan, atau tahunan.

Jumlah sampah per hari bervariasi menurut waktu. Contoh, jumlah

sampah pada siang hari lebih banyak daripada jumlah di pagi hari,

sedangkan sampah di daerah perdesaan tidak begitu bergantung pada

faktor waktu.

f. Faktor sosial ekonomi dan budaya.

Contoh, adat-istiadat dan taraf hidup dan mental masyarakat.

g. Pada musim hujan,

Sampah mungkin akan tersangkut pada selokan, pintu air, atau

penyaringan air limbah.

h. Kebiasaan masyarakat.

Contoh, jika seseorang suka mengonsumsi satu jenis makanan atau

tanaman, sampah makanan itu akan meningkat.

i. Kemajuan teknologi.

Akibat kemajuan teknologi, jumlah sampah dapat meningkat. Contoh,

plastik, kardus, rongsokan, AC, TV, kulkas, dan sebagainya.

j. Jenis sampah

Semakin maju tingkat kebudayaan suatu mayarakat, semakin kompleks

pula macam dan jenis sampahnya. (Chandra, 2006, p:112).


19

5. Hubungan Sampah Terhadap Masyarakat dan Lingkungan

Menurut Chandra, Budiman (2006) pengelolaan sampah di suatu daerah

akan membawa pengaruh bagi masyarakat maupun lingkungan daerah itu

sendiri. Pengaruhnya tentu saja ada yang positif dan juga ada yang negatif.

Pengaruh positif dari pengelolaan sampah ini terhadap masyarakat dan

lingkungan, antara lain:

a. Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa-rawa

dan dataran rendah

b. Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk

c. Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menjalani proses

pengelolaan yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk mencegah

pengaruh buruksampah terhadap ternak.

d. Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk

berkembang biak serangga atau binatang pengerat

e. Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubungannya

dengan sampah

f. Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup

masyarakat

g. Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuan budaya

masyarakat

h. Keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran dana

kesehatan suatu negara sehingga dana itu dapat digunakan untuk

keperluan lain.
20

Sedangkan pengaruh negatif dari sampah terhadap kesehatan,

lingkungan maupun sosial ekonomi dan budaya masyarakat, antara lain:

a. Pengaruh terhadap kesehatan

1) Pengolahan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah sebagai

tempat perkembangbiakan sektor penyakit seperti lalat atau tikus

2) Insidensi penyakit Demam Berdarah dengue akan meningkat karena

vector penyakit hidup dan berkembang biak dalam sampah kaleng

maupun ban bekas yang berisi air hujan

3) Terjadinya kecelakaan akibat pembuangan sampah secara sembarangan

misalnya luka akibat benda tajam seperti besi, kaca dan sebagainya

4) Gangguan psikosomatis, misalnya sesak nafas, insomnia, stress dan lain

lain.

b. Pengaruh terhadap lingkungan

1) Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata

2) Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan

gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk

3) Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan bahaya

kebakaran yang lebih luas

4) Pembuangan sampah ke dalam saluran pembuangan air akan

menyebabkan aliran air terganggu dan saluran air akan menjadi dangkal

5) Apabila musim hujan datang, sampah yang menumpuk dapat

menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencemaran pada sumber air

permukaan atau sumur dangkal


21

6) Air banjir dapat mengakibatkan kerusakan pada fasilitas masyarakat

seperti jalan, jembatan dan saluran air.

c. Pengaruh terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat

1) Pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan sosial

budaya masyarakat setempat

2) Keadaan lingkungan yang kurang baik dan jorok, akan menurunkan

minat dan hasrat orang lain (turis) untuk datang berkunjung ke daerah

tersebut

3) Dapat menyebabkan terjadinya perselisihan antara penduduk setempat

dan pihak pengelola (misalnya kasus TPA Bantar Gebang, Bekasi)

4) Angka kasus kesakitan meningkat dan mengurangi hari kerja dan

produktifitas masyarakat menurun

5) Kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak memerlukan dana yang

besar sehingga dana untuk sektor lain berkurang

6) Penurunan pemasukan daerah (devisa) akibat penurunan jumlah

wisatawan yang diikuti dengan penurunan penghasilan masyarakat

setempat

7) Penurunan mutu dan sumber daya alam sehingga mutu produksi

menurun dan tidak memiliki nilai ekonomis.

8) Penumpukan sampah di pinggir jalan menyebabkan kemacetan lalu

lintas yang dapat menghambat kegiatan transportasi barang dan jasa.


22

7. Pengelolaan Sampah

Menurut Reksosoebroto dalam Darmawan (2013), pengelolaan sampah

sangat penting untuk mencapai kualitas lingkungan yang bersih dan sehat,

dengan demikian sampah harus dikelola dengan sebaik-baiknya sedemikian

rupa sehingga hal-hal yang negatif bagi kehidupan tidak sampai terjadi. Dalam

ilmu kesehatan lingkungan, suatu pengelolaan sampah dianggap baik jika

sampah tersebut tidak menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit

serta sampah tersebut tidak menjadi media perantara menyebar luasnya suatu

penyakit. Syarat lainnya yang harus terpenuhi dalam pengelolaan sampah

ialah tidak mencemari udara, air, dan tanah, tidak menimbulkan bau (segi

estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan lain sebagainya.

Techobanoglous dalam Darmawan (2013) mengatakan pengelolaan

sampah adalah suatu bidang yang berhubungan dengan pengaturan terhadap

penimbunan, penyimpanan (sementara), pengumpulan, pemindahan dan

pengangkutan, pemrosesan dan pembuangan sampah dengan suatu cara yang

sesuai dengan prinsip-prinsip terbaik dari kesehatan masyarakat, ekonomi,

teknik (engineering), perlindungan alam (conservation), keindahan dan

pertimbangan lingkungan lainnya dan juga mempertimbangkan sikap

masyarakat.

Menurut Cunningham dalam Darmawan (2013) tahap pengelolaan

sampah modern terdiri dari 3R (Reduce, Reuse, Recycle) sebelum akhirnya

dimusnahkan atau dihancurkan.


23

Gambar 1. Tahap pengelolaan sampah

Sampah Dibuang Digunakan Produk

Pengolahan tahap akhir: Pengolahan tahap awal:

 Sanitary landfill  Reduce (mengurangi)


(penimbunan  Reuse (menggunakan
berlapis) kembali
 Incenaration  Recycle (mendaur
(pembakaran) ulang)
 Open dumping

(Sumber: Cunningham dalam Darmawan, 2013).

8. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengelolaan Sampah

Kenyataan yang ada saat ini, sampah menjadi sulit dikelola oleh karena

berbagai hal:

a. Pesatnya perkembangan teknologi, lebih cepat dari kemampuan

masyarakat untuk mengelola dan memahami masalah persampahan

b. Meningkatnya tingkat hidup masyarakat yang tidak disertai dengan

keselarasan pengetahuan tentang persampahan

c. Meningkatnya biaya operasi, pengelolaan dan konstruksi di segala bidang

termasuk bidang persampahan

d. Kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak efisien, tidak benar,

menimbulkan pencemaran air, udara dan tanah, sehingga juga

memperbanyak populasi vector pembawa penyakit seperti lalat dan tikus


24

e. Kegagalan dalam daur ulang maupun pemanfaatan kembali barang bekas

juga ketidakmampuan masyarakat dalam memelihara barangnya

sehingga cepat rusak, Ataupun produk manufaktur yang sangat rendah

mutunya, sehingga cepatmenjadi sampah Pengolahan.

f. Semakin sulitnya mendapatkan lahan sebagai Tempat Tembuangan Akhir

(TPA) sampah, selain tanah serta formasi tanah yang tidak cocok bagi

pembuangan sampah juga terjadi kompetisi yang semakin rumit akan

penggunaan tanah

g. Semakin banyaknya masyarakat yang berkeberatan bahwa daerahnya

dipakai sebagai tempat pembuangan sampah

h. Kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan

i. Sulitnya menyimpan sampah sementara yang cepat busuk, karena cuaca

yang semakin panas.

j. Sulitnya mencari partisipasi masyarakat untuk membuang sampah pada

tempatnya dan memelihara kebersihan

k. Pembiayaan yang tidak memadai, mengingat bahwa sampai saat ini

kebanyakan sampah dikelola oleh pemerintah

l. Pengelolaan sampah di masa lalu dan saat sekarang kurang

memperhatikan faktor non teknis dan non teknis seperti partisipasi

masyarakat dan penyuluhan tentang hidup sehat dan bersih. (Darmawan,

2013).
25

9. Metode Pengolahan Sampah

a. Penerapan prinsip 3-R, 4-R atau 5-R

Prinsip-prinsip yang dapat diterapkan dalam penanganan sampah

misalnya dengan menerapkan prinsip 3-R, 4-R atau 5-R. Penanganan

sampah 3-R adalah konsep penanganan sampah dengan cara Reduce

(mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), Recycle (mendaur ulang

sampah), sedangkan 4-R ditambah Replace (mengganti) mulai dari

sumbernya. Prinsip 5-R selain 4 prinsip tersebut di atas ditambah lagi

dengan Replant (menanam kembali). Penanganan sampah 4-R sangat

penting untuk dilaksanakan dalam rangka pengelolaan sampah padat

perkotaan yang efisien dan efektif, sehingga diharapkan dapat

mengurangi biaya pengelolaan sampah.

Gambar 2. 3R (Reduce, Reuse dan Recycle)

1) Reduce

Prinsip Reduce dilakukan dengan cara sebisa mungkin

melakukan minimalisasi barang atau material yang digunakan.

Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak

sampah yang dihasilkan.


26

Menurut Suyoto dalam fadillah (2015) tindakan yang dapat

dilakukan berkaitan dengan program reduce:

a) Hindari pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan

sampah dalam jumlah besar

b) Gunakan kembali wadah/kemasan untuk fungsi yang sama atau

fungsi lain.

c) Gunakan baterai yang dapat di charge kembali

d) Jual atau berikan sampah yang terpilah kepada pihak

yangmemerlukan

e) Ubah pola makan (pola makan sehat : mengkonsumsi makanan

segar, kurangi makanan kaleng/instan)

f) Membeli barang dalam kemasan besar (versus kemasan sachet)

Membeli barang dengan kemasan yang dapat di daur ulang

(kertas, daun dan lain lain)

g) Bawa kantong/tas belanja sendiri ketika berbelanja

h) Tolak penggunaan kantong plastik

i) Gunakan rantang untuk tempat membeli makanan

j) Pakai serbet/saputangan kain pengganti tisu

k) Kembali kepemakaian popok kain bagi para ibu

2) Reuse

Prinsip reuse dilakukan dengan cara sebisa mungkin memilih

barang-barang yang bisa dipakai kembali. Dan juga menghindari

pemakaian barang-barang yang hanya sekali pakai. Hal ini dapat


27

memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi

sampah.

Menurut Suyoto dalam fadillah (2015) tindakan yang dapat

dilakukan berkaitan dengan program reuse:

a) Pilih produk dengan pengemas yang dapat didaur ulang

b) Gunakan produk yang dapat diisi ulang (refill)

c) Kurangi penggunaan bahan sekali pakai

d) Plastik kresek digunakan untuk tempat sampah

e) Kaleng/baskom besar digunakan untuk pot bunga atau tempat

sampah

f) Gelas atau botol plastik untuk pot bibit, dan macam-macam

kerajinan

g) Bekas kemasan plastik tebal isi ulang digunakan sebagai tas

h) Styrofoam digunakan untuk alas pot atau lem

i) Potongan kain/baju bekas untuk lap, keset, dan lain-lain

j) Majalah atau buku untuk perpustakaan

k) Kertas koran digunakan untuk pembungkus

3) Recycle

Prinsip recycle dilakukan dengan cara sebisa mungkin, barang-

barang yang sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua

barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-

formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah

menjadi barang lain.


28

Menurut Suyoto dalam fadillah (2015) tindakan yang dapat

dilakukan berkaitan dengan program recycle:

a) Mengubah sampah plastik menjadi souvenir

b) Lakukan pengolahan sampah organik menjadi kompos

c) Mengubah sampah kertas menjadi lukisan atau mainan

miniature.

4) Replace

Prinsip replace dilakukan dengan cara lebih memperhatikan

barang yang digunakan sehari-hari. Dan juga mengganti barang-

barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih

tahan lama. Prinsip ini mengedepankan penggunaan bahan-bahan

yang ramah lingkungan seperti mengganti kantong plastik dengan

keranjang saat berbelanja, atau hindari penggunaan Styrofoam

karena banyak mengandung zat kimia berbahaya.

5) Replant

Prinsip replant dapat dilakukan dengan cara membuat hijau

lingkungan sekitar baik lingkungan rumah, perkantoran, pertokoan,

lahan kosong dan lain-lain. Penanaman kembali ini sebagian

menggunakan barang atau bahan yang diolah dari sampah.

b. Pengomposan

Kompos merupakan hasil fermentasi dari bahan-bahan organik

sehingga berubah bentuk, berwarna kehitam-hitaman dan tidak berbau.

Pengomposan merupakan proses penguraian bahan-bahan organik dalam


29

suhu yang tinggi sehingga mikroorganisme dapat aktif menguraikan

bahan-bahan organik sehingga dapat dihasilkan bahan yang dapat

digunakan tanah tanpa merugikan lingkungan (Santoso dalam fadillah,

2015).

10. Hambatan Dalam Pengelolaan Sampah

Menurut Slamet (2013, p:154), masalah pengelolaan sampah di

Indonesia merupakan masalah yang rumit karena:

a. Cepatnya perkembangan teknologi, lebih cepat daripada kemampuan

masyarakat untuk mengelola dan memahami persoalan persampahan

b. Meningkatnya tingkat hidup masyarakat, yang tidak disertai dengan

keselarasan pengetahuan tentang persampahan

c. Kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak efisien menimbulkan

pencemaran udara, tanah dan air, gangguan estetika dan memperbanyak

populasi lalat dan tikus

d. Semakin sulitnya mendapatkan lahan sebagai tempat pembuangan akhir

sampah, selain tanah serta formasi tanah yang tidak cocok bagi

pembuangan sampah, juga terjadi

e. Kompetisi yang semakin rumit akan penggunaan tanah.

f. Semakin banyaknya masyarakat yang berkeberatan bahwa daerahnya

dipakai tempat pembuangan sampah

g. Kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan

h. Sulitnya menyimpan sampah sementara yang cepat busuk, karena cuaca

yang panas.
30

i. Sulitnya mencari partisipasi masyarakat untuk membuang sampah pada

tempatnya dan memelihara kebersihan.

j. Pembiayaan yang tidak memadai, mengingat bahwa sampai saat ini

kebanyakan sampah dikelola oleh jawatan pemerintah.

k. Pengelolaan sampah dimasa lalu dan saat ini kurang memperhatikan faktor

non teknis seperti partisipasi masyarakat dan penyuluhan tentang hidup

sehat dan bersih.

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa faktor yang lebih dominan

menimbulkan hambatan dalam pengelolaan sampah adalah kurangnya

pengetahuan, tentang pengelolaan sampah, kebiasaan pengelolaan sampah

yang kurang baik dan kurangnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan

sampah.

B. Penyuluhan

1. Pengertian Penyuluhan

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang

dilakuka dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga

masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa

melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. (Fitriani

dalam Asfar A, 2018).

Dalam melakukan penyuluhan diperlukan adanya alat yang dapat

membantu dalam kegiatan seperti penggunaan media atau alat peraga agar

terjalinnya kesinambungan antara informasi yang diberikan oleh pemberi


31

informasi kepada penerima informasi. Media adalah suatu alat peraga dalam

promosi dibidang kesehatan yang dapat diartikan sebagai alat bantu untuk

promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium,

untuk memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi. (Kholid,

2014).

Menurut Mubarak, dkk (2007), Media merupakan sesuatu yang bersifat

menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan

audien (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar atau

memahami pada penerima pesan. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2014),

media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk

menampilkan pesan atau informasi yang tersedia yang ingin disampaikan oleh

komunikator, baik itu melalui media cetak, elektronik (TV, radio, komputer,

dan sebagainya) dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkan

pengetahuannya yang akhirnya diharapkan adanya perubahan perilaku ke arah

positif atau lebih baik.

Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang

ada pada setiap manusia diterima atau ditangkap dengan panca indera.

Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka

semakin banyak dan semaki jelas pula pengertian/pengetahuan yang

diperoleh. Dengan perkataan lain, alat peraga ini dimaksudkan untuk

mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu objek sehingga

mempermudah pemahaman (Notoatmodjo, 2007, p:62).


32

Seseorang atau masyarakat didalam proses pendidikan dapat

memperoleh pengalaman/pengetahuan melalui berbagai macam alat bantu

pendidikan. Tetapi masing-masing alat mempunyai intensitas yang berbeda-

beda didalam membantu permasalahan seseorang. Edgar Dale dalam

Notoatmodjo (2007 p:62), membagi alat peraga tersebut menjadi 11 macam,

dan sekaligus menggambarkan tingkat intensitas tiap alat tersebut dalam

sebuah kerucut.

Gambar 3. Kerucut Edgar Dale

1. Kata kata
1 2. Tulisan
3. Rekaman,
2
radio
3
4. Film
4
5. Televise
5
6. Pameran
6
7. Field trip
7 8. Demonstrasi
8 9. Sandiwara
9 10. Benda tiruan
10 11. Benda asli
11

(Sumber: Notoatmodjo, 2007, p:62)

Dari kerucut tersebut dapat dilihat bahwa lapisan yang paling dasar

adalah benda asli dan yang paling atas adalah kata-kata. Hal ini berarti bahwa

dalam proses pendidikan, benda asli mempunyai intensitas yang paling tinggi
33

untuk mempersepsikan bahan pendidikan/pengajaran. Sedangkan

penyampaian bahan yang hanya dengan kata-kata saja sangat kurang efektif

atau intensitasnya paling rendah. Jelas bahwa penggunaan alat peraga

merupakan pengalaman salah satu prinsip proses pendidikan (Notoatmodjo,

2007, p:63).

Alat peraga akan sangat membantu didalam melakukan penyuluhan

agar pesan-pesan kesehatan dapat disampaikan lebih jelas dan masyarakat

sasaran dapat menerima pesan tersebut dengan jelas dan tepat. Dengan alat

peraga orang dapat lebih mengerti fakta kesehatan yang dianggap rumit,

sehingga mereka dapat menghargai betapa bernilainya kesehatan bagi

kehidupan yang kemudian dapat terjadinya perubahan dan peningkatan

pengetahuan. Pengetahuan kesehatan tersebut akan berpengaruh terhadarp

perilaku dari masyarakat. Dan perilaku tersebut akan berpengaruh pada

meningkatnya indikator kesehatan masyarakat. (Notoatmodjo, 2007, p:63).

Agar intervensi tersebut efektif maka perlu dilakukan analisis terkait

perilaku. Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007) menjelaskan

bahwa perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu:

a. Faktor predisposisi (predisposising factors), yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

b. Faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan

fisik, tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan,

misalnya, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya.


34

c. Faktor pendorong (renforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan

perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok

referensi dari perilaku masyarakat.

2. Prinsip-Prinsip Penyuluhan

Prinsip penyuluhan kesehatan adalah bekerja bersama sasaran bukan

bekerja untuk sasara (Valera dalam Waryana, 2016). Terdapat beberapa

prinsip dalam penyuluhan partisipatif diantaranya yaitu menolong diri sendiri,

partisipasi, demokrasi, keterbukaan, kemandirian, membangun pengetahuan

dan adanya kerjasama serta koordinasi terhadap pihak-pihak terkait.

Penyuluhan kesehatan akan efektif apabila mengacu pada minat dan

kebutuhan masyarakat. Penyuluh kesehatan harus mengetahui kebutuhan apa

saja yang dapat dipenuhi dengan ketersediaan sumberdaya yang ada

(Waryana, 2016).

3. Tujuan Penyuluhan

Tujuan utama dari kegiatan penyuluhan yaitu mengubah perilaku

sasaran baik mengenai sikap, pengetahuan atau keterampilannya supaya tahu,

mau dan mampu untuk menerapkan inovasi demi perbaikan mutu hidupnya,

keluarganya dan masyarakat (Waryana, 2016).

Sedangkan menurut WHO tujuan dari penyuluhan kesehatan adalah

meningkatkan kemampuan masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan

baik fisik maupun mental sehingga produktif secara ekonomi maupun

sosialnya. Selain itu menurut Notoatmodjo (2010), menjelaskan bahwa


35

terdapat beberapa tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan

didalam pelaksanaan promosi kesehatan antara lain:

a. Media dapat mempermudah penyampaian informasi

b. Media dapat menghindari kesalahan persepsi

c. Dapat menjelaskan informasi

d. Media dapat mempermudah pengertian

e. Mengurangi komunikasi yang verbalistik

f. Dapat menampilkan objek yang tidak bisa ditangkap dengan mata

g. Memperlancar komunikasi,

h. Mempermudah penerima informasi oleh sasaran pendidikan. Seperti

diuraikan diatas bahwa pengetahuan yang ada pada seseorang diterima

melalui indera. Menurut penelitian para ahli, indera yang paling banyak

menyalurkan pengetahuan kedalam otak adalah mata. Kurang lebih 75%

sampai 87% dari pengetahuan manusia diperoleh/disalurkan melalui

mata. Sedangkan 13% sampai 25% lainnya tersalur melalui indera yang

lain. Dari sini dapat disimpulkan bahwa alat-alat visual yang lebih

mempermudah cara penyampaian dan penerimaan informasi atau bahan

pendidikan.

i. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami

dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik. Orang yang

melihat sesuatu yang memang diperlukan akan menarik perhatiannya, dan

apa yang dilihat dengan penuh perhatian akan memberikan pengertian


36

baru baginya, yang merupakan pendorong untuk melakukan/memakai

sesuatu yang baru tersebut.

j. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh. Didalam menerima

sesuatu yang baru, manusia mempunyai kecenderungan untuk melupakan

atau lupa terhadap pengertian yang telah diterima. Untuk mengatasi hal

ini, alat bantu akan membantu menegakkan pengetahuan-pengetahuan

yang telah diterima sehingga apa yang diterima akan lebih lama tersimpan

dalam ingatan.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyuluhan Kesehatan

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyuluhan dikelompokan dalam

empat kelompok besar yaitu faktor materi, lingkungan, instrumental dan

faktor individu. Faktor pertama, materi ikut menentukan proses dan hasil

penyuluhan. Faktor kedua yakni lingkungan fisik yang antara lain terdiri dari

suhu, kelembaban udara dan kondisi setempat, sedangkan faktor lingkungan

yang kedua adalah lingkungan sosial, yakni manusia dengan segala

interaksinya serta representasinya seperti keramaian atau kegaduhan. Faktor

ketiga adalah instrumental terdiri dari perangkat keras seperti perlengkapan

belajar dan alat-alat peraga, dan perangkat lunak seperti kurikulum, pengajar

atau fasilitator belajar serta metode dalam penyuluhan. Faktor keempat, yaitu

individu, kondisi individu dalam penyuluhan dibedakan dalam kondisi

fisiologis seperti kondisi panca indra (terutama penglihatan dan pendengaran).

(Notoatmodjo, 2013).
37

5. Penyuluhan Sebagai Proses Perubahan Perilaku

Penyuluhan sebagai proses pendidikan diartikan bahwa, kegiatan

penyebarluasan informasi dan penjelasan yang diberikan dapat merangsang

terjadinya proses perubahan perilaku yang dilakukan melalui proses

pendidikan atau kegiatan belajar. Artinya, perubahan perilaku yang

terjadi/dilakukan oleh sasaran tersebut berlangsung melalui proses belajar.

Hal ini penting untuk dipahami karena perubahan perilaku dapat melalui

beragam cara, seperti: pembujukan, pemberian insentif/hadiah atau bahkan

melalui kegiatan kegiatan pemaksaan (baik melalui penciptaan kondisi

lingkungan fisik maupun sosial ekonomi, maupun pemaksaan melalui aturan

dan ancamaancaman) (Waryana, 2016).

Penyuluhan sebagai proses belajar pendidikan, dalam konsep akademik

dapat mudah dipahami, tetapi dakam praktek kegiatan perlu dijelaskan lebih

lanjut. Sebab pendidikan yang berlangsung disini tidak bersifat vertikal yang

lebih berkesan menggurui tetapi merupakan pendidikan orang dewasa yang

bersifat horizontal (Mead, 1959 dalam Waryana, 2016) yang lebih bersifat

partisipatif. Dalam kaitan ini keberhasilan penyuluhan tidak diukur dari

seberapa banyak ajaran yang disampaikan tetapi seberapa jauh terjadi proses

belajar bersama yang dialogis, yang mampu menumbuhkan kesadaran (sikap),

pengetahuan dan keterampilan yang mampu mengubah perilaku kelompok

sasarannya kearah kegiatan dan kehidupan yang lebih menyejahterakan tiap

individu, keluarga dan masyarakatnya. Jadi pendidikan dalam penyuluhan

adalah proses belajar bersama. (Waryana, 2016).


38

6. Tahapan-Tahapan dalam Penyuluhan Kesehatan

Tahapan penyuluhan kesehatan menurut (Susilo, 2011) adalah:

a. Tahap Sensitisasi

Pada tahap sensitisasi dilakukan untuk memberikan informasi dan

kesadaran pada masyarakat tentang hal penting mengenai masalah

kesehatan seperti kesadaran pemanfaatan fasilitas kesehatan, wabah

penyakit, imunisasi. Pada tahap sensitisasi bertujuan memberikan

penjelasan mengenai pengetahuan, perubahan sikap, dan merubah

perilaku masyarakat melalui media siaran radio, poster dan selebaran

lainnya.

b. Tahap Publisitas

Pada tahap publisitas merupakan tahap lanjutan dari tahap sensitisasi.

Bentuk kegiatan yang dilakukan berupa press release yang dilakukan

Kementerian Kesehatan untuk memberikan penjelasan lebih lanjut jenis

atau macam pelayanan kesehatan.

c. Tahap Edukasi

Pada tahap edukasi merupakan tahap lanjutan dari tahap sensitisasi

yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap serta

mengarahkan pada perilaku yang diinginkan.

d. Tahap Motivasi

Tahap motivasi merupakan tahap lanjutan dari tahap edukasi, setelah

masyarakat mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan dengan benar,


39

masyarakat mampu mengubah perilakunya sesuai yang dianjurkan oleh

tenaga kesehatan.

7. Pendekatan Untuk Memilih Metode Penyuluhan

Menurut Waryana (2016), pengertian tentang penyuluhan menjelaskan

bahwa penyuluhan pada dasarnya merupakan proses komunikasi, yang

memiliki ciri khusus untuk mengkomunikasikan inovasi melalui pendidikan

yang memiliki sifat khusus sebagai sistem pendidikan non-formal.

Berdasarkan pengertian dari penyuluhan, pemilihan metode penyuluhan

melalui pendekatan-pendekatan dengan metode penyuluhan dan proses

komunikasi.

Untuk memilih metode komunikasi yang efektif, Mardikunto dalam

Waryana (2016) menjelaskan adanya tiga cara pendekatan yang dapat juga

diterapkan dalam pemilihan metode penyuluhan, yaitu didasarkan pada:

a. Media yang digunakan

Berdasarkan media yang digunakan, menurut Notoatmodjo tahun

2010, berdasarkan cara produksinya media dikelompokkan menjadi:

1) Media cetak, yaitu suatu media statis yang mengutamakan pesan-

pesan visual. Media cetak umumnya terdiri dari gambaran sejumlah

kata, gambar atau foto dalam tata warna. Adapun macam-macamnya

antara lain: poster, leaflet, booklet, brosur, flipchart, sticker, pamflet,

surat kabar.

2) Media elektronik, yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat

dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu


40

elektronik. Adapun macam-macamnya antara lain: TV, radio, film,

video film, CD, VCD.

3) Media luar ruangan, yaitu suatu media yang menyampaikan pesannya

duluar ruang secara umum melalui media cetak dan elektronik secara

statis. Adapun macam-macamnya antara lain: papan reklame,

spanduk, pameran, banner, TV layar lebar.

b. Sifat hubungan antara penyuluh dan penerima manfaat.

Berdasarkan hubungan penyuluh ke penerima manfaat, metode

penyuluhan dibedakan atas dua macam, yaitu:

1) Komunikasi langsung, baik melalui percakapan tatap muka atau lewat

media tertentu (telepon, facimile) yang memungkinkan penyuluh

dapat berkomunikasi secara langsung (memperoleh respon) dari

penerima manfaat dalam waktu yang relatif singkat terjadi interaksi

interpersonal.

2) Komunikasi tak langsung, baik lewat perantaraan orang lain, lewat

surat, atau media yang lain, yang tidak memungkinkan penyuluh dapat

menerima respon dari penerima manfaat dalam waktu yang relatif

singkat.

c. Pendekatan psiko-sosial yang dikaitkan dengan tahapan adopsinya

Penerima manfaat; seperti halnya dengan metode penyuluhan

berdasarkan media yang digunakan, metode penyuluh menurut keadaan

psiko-sosial penerima manfaat juga dibedakan dalam tiga hal, yaitu:


41

1) Pendekatan perorangan, artinya penyuluh berkomunikasi secara

pribadi dengan penerima manfaat, misalnya konseling gizi dengan

pasien, melalui kunjungan rumah, kunjungan di tempat penerima

manfaat, dll.

2) Pendekatan kelompok, manakala penyuluh berkomunikasi dengan

sekelompok penerima manfaat pada waktu yang sama, seperti pada

pertemuan diposyandu, PKK, penyelenggaraan latihan, dll.

3) Pendekatan masal, jika penyuluh berkomunikasi secara tak langsung

atau langsung dengan sejumlah penerima manfaat yang sangat

banyak bahkan mungkin terbesar tempat tinggalnya, misalnya

penyuluhan lewat TV, penyebaran selebaran, dll.

C. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007 p:139), pengetahuan adalah merupakan

hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan

terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra

manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari pendidikan,

pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain, media massa maupun

lingkungan. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan psikis dalam

menumbuhkan sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa

pengetahuan merupakan stimulasi terhadap tindakan seseorang.


42

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007, p:140), pengetahuan yang dicakup di

dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai kemampuan untuk mengingat suatu materi

yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk mengingat kembali (recall)

terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa

orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,

menguraikan, mengatakan dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi

harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang telah dipelajari.

Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus mengkonsumsi makanan

yang bergizi.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini

dapat diartikan sebagai penggunaan hukum - hukum, rumus, metode,


43

prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya

dapat menggunakan pedoman gizi seimbang sebagai panduan dalam

mengkonsumsi makanan bergizi sehari-hari.

d. Analisis (Analysis)

Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menyebarkan materi

untuk suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam

suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti

dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokan,

dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru dengan kata lain suatu kemampuan untuk menyusun suatu formulasi

baru dari formula-formula yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

berdasarkan suatu kriteria yang telah ada. Misalnya dapat

membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang

kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya anemia disuatu tempat,

dan sebagainya.
44

3. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Ariani (2014), ada beberapa faktor yang mempengaruhi

pengetahuan diantaranya adalah:

a. Faktor Internal

1) Pendidikan

Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya

seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka

peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka

semakin baik pula pengetahuannya.

2) Jenis kelamin

Jenis kelamin merupakan faktor yang mempengaruhi

pengetahuan salah satunya adalah perbedaan tingkat kesadaran

antara laki laki dengan perempuan. Pada umumnya perempuan

mempunyai kesadaran yang dalam mencaritahui formasi dari pada

laki-laki baik itu secara formal aupun informal.

3) Pekerjaan

Pekerjaan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan sehari-

hari. Pekerjaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

pengetahuan. Seseorang yang bekerja akan sering berinteraksi

dengan orang lain sehingga akan memiliki pengetahuan yang baik

pula. Pengalaman bekerja memberikan pengetahuan dan

keterampilan serta pengalaman belajar dalam bekerja akan dapat


45

mengembangkan kemampuan dalam mengambil keputusan yang

merupakan keterpaduan menalar secara ilmiah.

4) Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut

dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan,

atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat

digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini

dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang

diperoleh dalam memecahkan permasalahanyang dihadapi pada

masa lalu.

5) Usia

Semakin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan

mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu,

bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti

ketika berumur belasan tahun. Bertambahnya umur seseorang dapat

berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya,

akan tetapi pada umur-umurtertentu atau menjelang usia lanjut

kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan

berkurang.
46

b. Faktor Eksternal

1) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu,

baik lingkungan fisik, biologis maupun sosial. Lingkungan

berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam

individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi

karena adanya timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai

pengetahuan oleh setiap individu.

2) Sosial budaya

Sosial budaya merupakan suatu kebiasaan atau tradisi yang

dilakukan oleh seseorang tanpa melalui penalaran apakah yang

dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan

bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.

3) Status ekonomi

Status ekonomi juga akan menentukan tersedianya suatu

fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status

sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4) Sumber Informasi

Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan

seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah

tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media

misalnya televisi, radio, koran atau surat kabar maka hal itu akan

dapat meningkatkan pengetahuan seseorang. Selain itu media


47

informasi yang lainnya bisa melalui penyuluhan dibidang kesehatan

menggunakan berbagai media yaitu seperti leaflet, booklet, flipchart

atau video.

D. Sikap

1. Pengertian Sikap

Sikap adalah perasaan atau pandangan seseorang yang disertai

kecenderungan untuk bertindak terhadap suatu objek. Sikap merupakan

konsep yang paling penting dalam psikologi sosial yang membahas unsur

sikap baik sebagai individu maupun kelompok (Ariani, 2014).

2. Komponen Sikap

Menurut Azwar (2000, p:31), struktur sikap terdiri atas tiga (3)

komponen yang saling menunjang yaitu:

a. Komponen Kognitif

Komponen kognitif merupakan yang dipercaya oleh individu pemilik

sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan yang dimiliki individu

mengenai sesuatu yang dapat disamakan penanganan.

b. Komponen Afektif

Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek

emosional. Aspek emosional ini yang biasanya berakar paling dalam

sebagai komponen sikap dan meruapakan aspek yang paling bertahan

terhadap pengaruh pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap

seseorang komponen afektif.


48

c. Komponen Konatif

Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku

tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang dan berisi

kecenderungan untuk bertindak.

3. Tingkatan Sikap

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan

antara lain: (Notoatmodjo, 2007,p:144)

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (obyek).

b. Merespon (responding)

Memberian jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilhnya dengan

segala resiko merupakan sikap paling tinggi.


49

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap objek sikap

antara lain:

a. Pengalaman pribadi

Dasar pembentukan sikap yaitu pengalaman pribadi yang harus

meninggalkan kesan kuat.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang lain yang dianggap penting yaitu orang-orang yang kita

harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah laku dan opini kita,

orang yang tidak ingin dikecewakan yang berarti khusus bagi kita akan

mempeengaruhi pembentukan sikap terhadap sesuatu

c. Media massa

Dalam penyampaian informasi media massa membawa pesan

sugestif yang dapat mempengaruhi opini individu. Adanya informasi baru

mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya

sikap terhadap hal tersebut.

d. Lembaga Pendidikan dan lembaga agama

Suatu sistem yang mempunyai pengaruh dalam meletakan dasar

pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

e. Faktor Emosional

Tidak semua bentuk sikap selalu dipengaruhi oleh situasi lingkungan

dan pengalaman pribadi seseorang, kadang-kadang sesuatu bentuk sikap

merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai


50

penyalur frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

(Aswar, 2000 p:30).

E. Kerangka Teori

Pendidikan Usia Emosional Pengalaman

Lingkungan

Penyuluhan Pengetahuan
tentang Sosial budaya
pengelolaan
sampah rumah Sikap
tangga Status
ekonomi

Sumber
informasi

Gambar 4. Kerangka Teori

Anda mungkin juga menyukai

  • Case Report Ani
    Case Report Ani
    Dokumen9 halaman
    Case Report Ani
    suciika
    Belum ada peringkat
  • SKPI Gusri Maiselni
    SKPI Gusri Maiselni
    Dokumen6 halaman
    SKPI Gusri Maiselni
    suciika
    Belum ada peringkat
  • SKPI Gusri Maiselni
    SKPI Gusri Maiselni
    Dokumen6 halaman
    SKPI Gusri Maiselni
    suciika
    Belum ada peringkat
  • Daani
    Daani
    Dokumen1 halaman
    Daani
    suciika
    Belum ada peringkat
  • Ivann Jawa Barat Tari Topeng Tari Merak
    Ivann Jawa Barat Tari Topeng Tari Merak
    Dokumen2 halaman
    Ivann Jawa Barat Tari Topeng Tari Merak
    suciika
    Belum ada peringkat
  • SKPI Gusri Maiselni
    SKPI Gusri Maiselni
    Dokumen6 halaman
    SKPI Gusri Maiselni
    suciika
    Belum ada peringkat
  • Izin Observasi
    Izin Observasi
    Dokumen2 halaman
    Izin Observasi
    suciika
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Meningitis
    Laporan Pendahuluan Meningitis
    Dokumen7 halaman
    Laporan Pendahuluan Meningitis
    suciika
    Belum ada peringkat
  • Kgil, H
    Kgil, H
    Dokumen2 halaman
    Kgil, H
    suciika
    Belum ada peringkat
  • Daani
    Daani
    Dokumen1 halaman
    Daani
    suciika
    Belum ada peringkat
  • VINYET
    VINYET
    Dokumen5 halaman
    VINYET
    suciika
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    suciika
    Belum ada peringkat
  • Butik
    Butik
    Dokumen12 halaman
    Butik
    suciika
    Belum ada peringkat
  • Na Bisnis To
    Na Bisnis To
    Dokumen10 halaman
    Na Bisnis To
    suciika
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen10 halaman
    Bab I
    suciika
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen7 halaman
    Daftar Isi
    suciika
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen7 halaman
    Daftar Isi
    suciika
    Belum ada peringkat
  • Daftar Bagan
    Daftar Bagan
    Dokumen4 halaman
    Daftar Bagan
    suciika
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen10 halaman
    Bab I
    suciika
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen10 halaman
    Bab I
    suciika
    Belum ada peringkat
  • Struktur Organisasi
    Struktur Organisasi
    Dokumen1 halaman
    Struktur Organisasi
    suciika
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen8 halaman
    Bab Iv
    suciika
    Belum ada peringkat
  • Bab I Kewirausahaan
    Bab I Kewirausahaan
    Dokumen12 halaman
    Bab I Kewirausahaan
    suciika
    Belum ada peringkat