Category: Uncategorized
Leave a comment
BAB I
KONSEP MEDIS
Definisi
Skoliosis berasal dari kata Yunani yang berarti lengkungan, mengandung arti kondisi patologik.
Skoliosis merupakan masalah ortopedik yang sering terjadi adalah pelengkungan lateral dari
medulla spinalis yang dapat terjadi di sepanjang spinal tersebut. Pelengkungan pada area
toraks merupakan scoliosis yang paling sering terjadi, meskipun pelengkungan pada area
servikal dan area lumbal adalah scoliosis yang paling parah.
Kesimpulan, skoliosis mengandung arti kondisi patologik yaitu kelengkungan tulang belakang yang
abnormal ke arah samping (kiri atau kanan ).
Skoliosis merupakan pembengkokan kearah samping dari tulang belakang yang merupakan suatu
deformitas (kelainan) daripada suatu penyakit.
Skoliosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang dimana terjadi pembengkokan tulang
belakang ke arah samping kiri atau kanan.Kelainan skoliosis ini sepintas terlihat sangat
sederhana.Namun apabila diamati lebih jauh sesungguhnya terjadi perubahan yang luarbiasa
pada tulang belakang akibat perubahan bentuk tulang belakang secara tiga dimensi, yaitu
perubahan sturktur penyokong tulang belakang seperti jaringan lunak sekitarnya dan struktur
lainnya (Rahayussalim, 2007).Skoliosis ini biasanya membentuk kurva “C” atau kurva “S”.
Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah samping, yang dapat
terjadi pada segmen servikal (leher), torakal (dada) maupun lumbal (pinggang).Skolisis
merupakan penyakit tulang belakang yang menjadi bengkok ke samping kiri atau kanan
sehingga wujudnya merupakan bengkok benjolan yang dapat dilihat dengan jelas dari arah
belakang.Penyakit ini juga sulit untuk dikenali kecuali setelah penderita meningkat menjadi
dewasa (Mion, Rosmawati, 2007).
Klasifikasi
Skoliosis dibagi dalam dua jenis yaitu struktural dan bukan struktural.
Skoliosis struktural
Skoliosis tipe ini bersifat irreversibel ( tidak dapat di perbaiki ) dan dengan rotasi dari tulang
punggung Komponen penting dari deformitas itu adalah rotasi vertebra, processus spinosus
memutar kearah konkavitas kurva.
Skosiliosis Idiopatik. adalah bentuk yang paling umum terjadi dan diklasifikasikan menjadi 3
kelompok :
Skoliosis Neuromuskuler, anak yang menderita penyakit neuromuskuler (seperti paralisis otak,
spina bifida, atau distrofi muskuler) yang secara langsung menyebabkan deformitas.
Skoliosis tipe ini bersifat reversibel (dapat dikembalikan ke bentuk semula), dan tanpa perputaran
(rotasi) dari tulang punggung..Pada skoliosis postural, deformitas bersifat sekunder atau
sebagai kompensasi terhadap beberapa keadaan diluar tulang belakang, misalnya dengan
kaki yang pendek, atau kemiringan pelvis akibat kontraktur pinggul, bila pasien duduk atau
dalam keadaan fleksi maka kurva tersebut menghilang.
Functional: Pada tipe scoliosis ini, spine adalah normal, namun suatu lekukan abnormal
berkembang karena suatu persoalan ditempat lain didalam tubuh. Ini dapat disebabkan oleh
satu kaki adalah lebih pendek daripada yang lainnya atau oleh kekejangan-kekejangan di
punggung.
Neuromuscular: Pada tipe scoliosis ini, ada suatu persoalan ketika tulang-tulang dari spine
terbentuk. Baik tulang-tulang dari spine gagal untuk membentuk sepenuhnya, atau mereka
gagal untuk berpisah satu dari lainnya.Tipe scoliosis ini berkembang pada orang-orang
dengan kelainn-kelainan lain termasuk kerusakan-kerusakan kelahiran, penyakit otot
(muscular dystrophy), cerebral palsy, atau penyakit Marfan. Jika lekukan hadir waktu
dilahirkan, ia disebut congenital. Tipe scoliosis ini seringkali adalah jauh lebih parah dan
memerlukan perawatan yang lebih agresif daripada bentuk-bentuk lain dari scoliosis.
Degenerative: Tidak seperti bentuk-bentuk lain dari scoliosis yang ditemukan pada anak-anak dan
remaja-remaja, degenerative scoliosis terjadi pada dewasa-dewasa yang lebih tua. Ia
disebabkan oleh perubahan-perubahan pada spine yang disebabkan oleh arthritis.
Kelemahan dari ligamen-ligamen dan jaringan-jaringan lunak lain yang normal dari spine
digabungkan dengan spur-spur tulang yang abnormal dapat menjurus pada suatu lekukan
dari spine yang abnormal.
Lain-Lain: Ada penyebab-penyebab potensial lain dari scoliosis, termasuk tumor-tumor spine
seperti osteoid osteoma. Ini adalah tumor jinak yang dapat terjadi pada spine dan
menyebabkan nyeri/sakit.Nyeri menyebabkan orang-orang untuk bersandar pada sisi yang
berlawanan untuk mengurangi jumlah dari tekanan yang diterapkan pada tumor.Ini dapat
menjurus pada suatu kelainan bentuk spine.
Etiologi
Penyebab terjadinya skoliosis belum diketahui secara pasti, tapi dapat diduga dipengaruhi oleh
diantaranya kondisi osteopatik, seperti fraktur, penyakit tulang, penyakit arthritis, dan
infeksi.Scoliosis tidak hanya disebabkan oleh sikap duduk yang salah.
Menurut penelitian di Amerika Serikat, memanggul beban yang berat seperti tas punggung, bisa
menjadi salah satu pemicu scoliosis.
2) Neuromuskuler, pengendalian otot yang buruk atau kelemahan otot atau kelumpuhan
akibat penyakit berikut :Cerebral palsy, Distrofi otot, Polio, Osteoporosis juvenile.
Gejala Klinis
2) Bahu dan atau pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya
3) Nyeri punggung
5) Skoliosis yang berat (dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60 ) bisa menyebabkan
gangguan pernafasan.
Kebanyakan pada punggung bagian atas, tulang belakang membengkok ke kanan dan pada
punggung bagian bawah, tulang belakang membengkok ke kiri; sehingga bahu kanan lebih
tinggi dari bahu kiri.Pinggul kanan juga mungkin lebih tinggi dari pinggul kiri. Awalnya
penderita mungkin tidak menyadari atau merasakan sakit pada tubuhnya karena memang
skoliosis tidak selalu memberikan gejala–gejala yang mudah dikenali.Jika ada pun, gejala
tersebut tidak terlalu dianggap serius karena kebanyakan mereka hanya merasakan pegal–
pegal di daerah punggung dan pinggang mereka saja.
Menurut Dr Siow dalam artikel yang ditulis oleh Norlaila H. Jamaluddin (Jamaluddin, 2007),
skoliosis tidak menunjukkan gejala awal.Kesannya hanya dapat dilihat apabila tulang
belakang mulai bengkok.Jika keadaan bertambah buruk, skoliosis menyebabkan tulang rusuk
tertonjol keluar dan penderita mungkin mengalami masalah sakit belakang serta sukar
bernafas.
Dalam kebanyakan kondisi, skoliosis hanya diberi perhatian apabila penderita mulai menitik
beratkan soal penampilan diri.Walaupun skoliosis tidak mendatangkan rasa sakit, rata-rata
penderita merasa malu dan rendah diri.
Skoliosis pada masyarakat indonesia dapat dijumpai mulai dari derajat yang sangat ringan sampai
pada derajat yang sangat berat.
Derajat pembengkokan biasanya diukur dengan cara Cobb dan disebut sudut Cobb. Dari besarnya
sudut skoliosis dapat dibagi menjadi (Kawiyana dalam Soetjiningsih, 2004) :
Pada skoliosis derajat berat (lebih dari 40 derajat), hanya dapat diluruskan melalui operasi.
Patofisiologi
Kelainan bentuk tulang punggung yang disebut skoliosis ini berawal dari adanya syaraf yang lemah
atau bahkan lumpuh yang menarik ruas2 tulang belakang. Tarikan ini berfungsi untuk
menjaga ruas tulang belakang berada pada garis yangnormal yang bentuknya seperti
penggaris atau lurus. Tetapi karena suatu hal, diantaranya kebiasaan duduk yang miring,
membuat sebagian syaraf yang bekerja menjadi lemah. Bila ini terus berulang menjadi
kebiasaan, maka syaraf itu bahkan akan mati. Ini berakibat pada ketidakseimbangan tarikan
pada ruas tulang belakang. Oleh karena itu, tulang belakang penderita bengkok atau seperti
huruf S atau huruf.
Komplikasi
Walaupun skoliosis tidak mendatangkan rasa sakit, penderita perlu dirawat seawal mungkin.
Tanpa perawatan, tulang belakang menjadi semakin bengkok dan menimbulkan berbagai
komplikasi seperti :
Ini boleh berlaku jika tulang belakang membengkok melebihi 60 derajat. Tulang rusuk akan
menekan paru-paru dan jantung, menyebabkan penderita sukar bernafas dan cepat capai.
Justru, jantung juga akan mengalami kesukaran memompa darah. Dalam keadaan ini,
penderita lebih mudah mengalami penyakit paru-paru dan pneumonia.
Semua penderita, baik dewasa atau kanak-kanak, berisiko tinggi mengalami masalah sakit tulang
belakang kronik. Jika tidak dirawat, penderita mungkin akan menghidap masalah sakit sendi.
Tulang belakang juga mengalami lebih banyak masalah apabila penderita berumur 50 atau 60
tahun.
Prognosis
Penderita skoliosis idiopatik yang menjalani pembedahan juga memiliki prognosis yang baik dan
bisa hidup secara aktif dan sehat. Penderita skoliosis neuromuskuler selalu memiliki penyakit
lainnya yang serius (misalnya cerebral palsy atau distrofi otot).Karena itu tujuan dari
pembedahan biasanya adalah memungkinkan anak bisa duduk tegak pada kursi roda. Bayi
yang menderita skoliosis kongenital memiliki sejumlah kelainan bentuk yang mendasarinya,
sehingga penanganannyapun tidak mudah dan perlu dilakukan beberapa kali pembedahan.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan dasar yang penting adalah foto polos (roentgen) tulang punggung yang meliputi :
a) Foto AP dan lateral ada posisi berdiri : foto ini bertujuan untuk menentukan derajat
pembengkokan skoliosis.
b) Foto AP telungkup
c) Foto force bending R and L : foto ini bertujuan untuk menentukan derajat pembengkokan
setelah dilakukan bending.
d) Foto pelvik AP
Pada keadaan tertentu seperti adanya defisit neurologis, kekakuan pada leher, atau sakit kepala.
Pengobatan
Pengobatan yang dilakukan tergantung kepada penyebab, derajat, dan lokasi kelengkungan serta
stadium pertumbuhan tulang. Jika kelengkungan kurang dari 20 derajat, biasanya tidak perlu
pengobatan, tetapi penderita harus menjalani pemeriksaan secara teratur setiap 6 bulan.
Pada anak- anak yang masih tumbuh, kelengkungan biasanya bertambah sampai 25-30, karena
itu biasanya dianjurkan untuk menggunakan brace (alat penyangga) untuk memperlambat
progresivitas kelengkungan vertebra. Brace dari Milwaukee & Boston efektif dalam
mengendalikan progresivitas skoliosis, tetapi harus dipasang selama 23 jam/hari sampai
masa pertumbuhan anak berhenti.
Brace tidak efektif digunakan pada skoliosis kongenital maupun neuromuskular. Jika
kelengkungan mencapai 40 atau lebih, biasanya dilakukan pembedahan.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
Pengkajian
Pengkajian fisik meliputi:
Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang.
Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran
anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi
biasanya menandakan adanya patah tulang.
Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang), Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang
bagian dada), Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang berlebihan)
Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan,
adanya kekakuan sendi.
Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran masing-masing otot.
Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau atropfi, nyeri otot.
Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu ekstremitas lebih
pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang berhubungan dengan caraberjalan
abnormal (mis. cara berjalan spastic hemiparesis – stroke, cara berjalan selangkah-selangkah
– penyakit lower motor neuron, cara berjalan bergetar – penyakit Parkinson).
Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih dingin dari lainnya dan
adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan
waktu pengisian kapiler.
Pemeriksaan penunjang
X-Ray Proyeksi Foto polos : Harus diambil dengan posterior dan lateral penuh terhadap tulang
belakang dan krista iliaka dengan posisi tegak, untuk menilai derajat kurva dengan metode
Cobb dan menilai maturitas skeletal dengan metode Risser. Kurva structural akan
memperlihatkan rotasi vertebra ; pada proyeksi posterior-anterior, vertebra yang mengarah
ke puncak prosessus spinosus menyimpang kegaris tengah; ujung atas dan bawah kurva
diidentifikasi sewaktu tingkat simetri vertebra diperoleh kembali.
Skoliometer adalah sebuah alat untuk mengukur sudut kurvaturai. Cara pengukuran dengan
skoliometer dilakukan pada pasien dengan posisi membungkuk, kemudian atur posisi pasien
karena posisi ini akan berubah-ubah tergantung pada lokasi kurvatura, sebagai contoh kurva
dibawah vertebra lumbal akan membutuhkan posisi membungkuk lebih jauh dibanding kurva
pada thorakal. Kemudian letakkan skoliometer pada apeks kurva, biarkan skoliometer tanpa
ditekan, kemudian baca angka derajat kurva. Pada screening, pengukuran ini signifikan
apabila hasil yang diperoleh lebih besar dari 5 derajat, hal ini biasanya menunjukkan derajat
kurvatura > 200 pada pengukuran cobb’s angle pada radiologi sehingga memerlukan evaluasi
yang lanjut.
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan postur tubuh yang tidak seimbang.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman.
Gangguan citra tubuh atau konsep diri yang berhubungan dengan postur tubuh yang miring ke
lateral.
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit dan pengobatan.
Intervensi
Intervensi :
R//: perubahan simetrisan dada menunjukan terjadi penekanan paru-paru oleh tulang belakang.
Intervensi :
R//: bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri, menentukan pilihan intervensi, menentkan evektivitas
terapi.
R//: dengan latihan posturan secara rutin mempercepat proses perbaiki posisi tubuh.
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan postur tubuh yang tidak seimbang.
Intervensi :
R//: pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diri tentang keterbatasan fisik actual,
memerlukan informasi/intervensi untukmeningkatkan kemajuan ksehatan.
R//: memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energy, meningkatkan rasa control diri/harga
diri, dan membantu menurunkan isolasi social.
R//: Keluarga yang kooperatif dapat meringankan petugas, dan memberikan kenyamanan pada
pasien.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman.
Kriteria hasil :
Intervensi
Mandiri :
Berikan tempat tidur yang nyaman dan beberapa milik pribadi, misalnya ; bantal dan guling.
Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan dalam pola lama dan lingkungan baru.
R// : Bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stres dan ansietas dapat
berkurang.
Cocokkan dengan teman sekamar yang mempunyai pola tidur serupa dan kebutuhan malam hari.
R// : Menurunkan kemungkinan bahwa teman sekamar yang “burung hantu” dapat menunda
pasien untuk terlelap atau menyebabkan terbangun.
Dorong beberapa aktifitas fisik pada siang hari, jamin pasien berhenti beraktifitas beberapa jam
sebelum tidur.
R// : Aktivitas siang hari dapat membantu pasien menggunakan energi dan siap untuk tidur
malam hari.
Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi, rendhkan tempat tidur bila mungkin.
R// : Pagar tempat tidur memberikan keamanan dan dapat digunakan untuk membantu merubah
posisi
Kolaborasi :
R// :untuk membantu pasien tidur atau istirahat selama periode transisi dari
rumah ke lingkungan baru
Gangguan citra tubuh atau konsep diri berhubungan dengan postur tubuh yang miring ke lateral.
Intervensi :
R/: membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah.
Diskusikan presepsi pasien tentang diri dan hubungannya dengan perubahan dan bagaimana
pasien melihat dirinya dalam pola/peran fungsi biasanya.
R//: membantu mengartikan masalah sehubungan dengan pola hidup sebelumnya dan membantu
dalam pemecahan masalah.
Dorong /berikan kunjungan oleh orang yang menderita skoliosis, khususnya yang sudah berhasil
dalam rehabilitasi.
R//: teman senasib yang telah melalui pengalaman yang sama bertindak sebagai model peran dan
dapat memberikan keabsahan pernyataan dan juga harapan untuk pemulihan dan masa
dengan normal.
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit dan pengobatan.
Intervensi :
*Mandiri
Rasional : Memudahkan klien dalam memahami dan mengerti tentang proses penyakitnya.
Rasional : Kesembuhan bukan hanya dipe-roleh dari pengobatan atau pera-watan tetapi yang
menentukan adalah Tuhan.
sehari-hari)
– menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan,
dan tekanan darah masih dalam rentang normal.
Intervensi
Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.
Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah
oksigen adekuat ke jaringan.
Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan tirah baring
bila di indikasikan.
Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan
regangan jantung dan paru.
Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan
kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa memaksakan diri).
Rasional : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus
otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri dan rasa terkontrol.
Intervensi:
Jelaskan tentang pengobatan: nama, jadwal, tujuan, dosis dan efe sampingnya.
Implementasi
Evaluasi
Kecemasan berkurang
Pemahaman pengetahuan
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pengkajian
No. RM : 027
I. DATA UMUM
Identitas Klien
Nama : Tn. K
Umur : 45 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Lama bekerja : 15 Tahun
Ruangan : Mawar
Nama : Ny. R
Umur : 44 Tahun
Pendidikan : SMA
Riwayat Penyakit
bekerja
Quality :intermiten
Severity : skala 6
Penyebab :–
Riwayat perawatan :–
Riwayat operasi :–
Riwayat pengobatan :–
yang lalu.
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien
: Tinggal serumah
Tidak ada riwayat keluarga menderita penyakit yang sama dengan klien
V. RIWAYAT PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL
Harapan klien thp keadaan peny-nya : Klien berharap nyerinya hilang agar
yang dideritanya.
penyakitnya.
masyarakat .
Aktifitas sosial :–
Bahasa yang sering digunakan : Bahasa Indonesia
Makan
BB 55kg
Setelah MRS : Nafsu makan klien makan menurun 2x sehari porsi kecil.
BB 50kg
Minum
Setelah MRS :Klien minum 3-5 gelas sehari pada keadaan ini klien tidak
Sebelum MRS : Klien tidak pernah tidur siang, tidur 4-5 jam sehari.
Setelah MRS : Klien tidur 3-4 jam sehari pada keadaan ini klien mengalami
Eliminasi
Eliminasi urine/BAK
Personal hygiene
Keadaan umum
Kehilangan BB : 5 Kg
Vital sign :
TD : 120/80 mmHg
N : 70 x /menit
pernafasan : 25 x / menit
Suhu : 36,5 ºC
Tingkat kesadaran: 10
Head to toe
Kulit/integuman :
Kepala :
Kuku :
o Inspeksi : agak kotor
Mata/penglihatan :
Hidung/penghidupan :
o inspeksi : skimetris kiri dan kanan, tidak ada pengeluaran secret, fungsi
penciuman baik
Telinga/pendengaran :
o inspeksi : simeris kiri dan kanan, tidak ada pengeluaran secret, fungsi
pendengaran baik
Leher :
Dada :
Abdomen :
ditemukan
Extremitas atas:
o inspeksi : pergerakan klien terbatas, tidak ada hematom dan udem pada
tangan
Extremitas bawah:
Sistem respiratory :
o auskultasi : sonor
Sistem kardiovaskuler:
o inspeksi : kesadaran baik, bentuk dada normal chest, wajah Nampak
o palpasi : tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada nyeri tekan
o perkusi :–
Sistem gastrointestinal :–
Sistem urinaria :–
Sistem reproduksi :–
Sistem muskuloskeletal:
Sistem neurologi :
Sistem endokrin :-
Sistem penglihatan :
Sistem pendengaran :
o inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak ada pengeluaran secret, fungsi
pendengaran baik
Pemeriksaan diagnostik
7 Januari 2012
Penatalaksanaan Medis
yang abnormal.
SKOLIOSIS
Klasifikasi Data
Data Subyektif :
Data Obyektif :
– Aktifitas terbatas
Analisa Data
NO
DATA
PENYEBAB
MASALAH
Data Subyektif :
Data Obyektif :
Pernafasan : 25 x/menit
melebihi 60 derajat
Ekspansi dada
Ketidak efektifan pola nafas
Data Subyektif :
Data Obyektif :
Nyeri dipresepsikan
Nyeri
Nyeri
Data Subyektif :
Data Obyektif :
– Aktifitas terbatas
Posisi tubuh miring ke lateral
Data Subyektif :
Data Obyektif :
Diagnosa keperawatan
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan postur tubuh yang tidak seimbang.
Gangguan citra tubuh atau konsep diri berhubungan dengan postur tubuh yang miring ke lateral.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. K
DENGAN SKOLIOSIS
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
RASIONAL
Data Subyektif :
Data Obyektif :
Pernafasan : 25 x/menit.
R//: perubahan simetrisan dada menunjukan terjadi penekanan paru-paru oleh tulang belakang.
Nyeri punggung yang berhubungan dengan posisi tubuh miring ke lateral ditandai dengan:
Data Subyektif :
– Klien mengeluh nyeri di punggungnya ketika beraktivitas (bekerja)
Data Obyektif :
R//: bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri, menentukan pilihan intervensi, menentkan evektivitas
terapi.
R//: dengan latihan posturan secara rutin mempercepat proses perbaiki posisi tubuh.
Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan postur tubuh yang tidak seimbang ditandai
dengan :
Data Subyektif :
Data Obyektif :
– Aktifitas terbatas
Tujuan: Gangguan mobilitas fisik teratasi.
R//: pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diri tentang keterbatasan fisik actual,
memerlukan informasi/intervensi untukmeningkatkan kemajuan ksehatan.
R//: memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energy, meningkatkan rasa control diri/harga
diri, dan membantu menurunkan isolasi social.
R//: Keluarga yang kooperatif dapat meringankan petugas, dan memberikan kenyamanan pada
pasien.
Gangguan citra tubuh atau konsep diri yang berhubungan dengan postur tubuh yang miring ke
lateralditandai dengan :
Data Subyektif :
– Klien merasa malu dengan keadaannya
Data Obyektif :
Dorong /berikan kunjungan oleh orang yang menderita skoliosis, khususnya yang sudah berhasil
dalam rehabilitasi.
R/: membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah.
R//: membantu mengartikan masalah sehubungan dengan pola hidup sebelumnya dan membantu
dalam pemecahan masalah.
R//: teman senasib yang telah melalui pengalaman yang sama bertindak sebagai model peran dan
dapat memberikan keabsahan pernyataan dan juga harapan untuk pemulihan dan masa
dengan normal.
DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Jakarta: EGC.