9617 - Modul 1 Nyeri Perut Akut

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 34

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BLOK GASTROENTEROHEPATOLOGI Makassar, 18 Desember 2018

LAPORAN TUTORIAL MODUL 1

BLOK GASTROENTEROHEPATOLOGI

“SKENARIO 1”

Dosen Pembimbing :
dr. Dahlia M.Kes
dr. Sri julyani,M.Kes,Sp.PK
Disusun Oleh :
Kelompok 1

A.MUJTAHIDA BARATENG (11020120021)


ESTI SETYANINGSIH (11020130160)
MUHAMMAD ILHAMSYAH DANDUNG (11020170008)
RESITA AULIA BUDIMAN (11020170018)
VIVI DEVIYANA (11020170019)
MOH. YUSRIL (11020170052)
HASNIA (11020170073)
TRI DINI HARIANTI (11020170116)
MUHAMMAD SYUKUR (11020170139)
WIDYA ARJUNI (11020170173)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-
Nya sehingga laporan tutorial ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Aamiin.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan tutorial ini,


karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun senantiasa kami harapkan
guna memacu kami menciptakan karya-karya yang lebih bagus.

Akhir kata, kami ingin menghaturkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan karya tulis ini, terutama
kepada:
1. dr. Dahlia M,Kes selaku tutor pertama
2. dr. Sri julyani,M.Kes,Sp.PK selaku tutor kedua
3. Teman-teman yang telah mendukung dan turut memberikan motivasi dalam
menyelesaikan laporan tutorial ini.

Semoga Allah SWT dapat memberikan bala[san setimpal atas segala


kebaikan dan pengorbanan dengan limpahan rahmat dari-Nya. Aamiin yaa Robbal
A’lamiin.

Makassar,18 desember 2018

Kelompok 1
➢ SKENARIO 1

Seorang perempuan berusia 20 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan


nyeri perut kanan bawah yang dirasakan sejak 1 hari yang lalu. Demam ada,
mual dan muntah ada.

➢ KATA SULIT

- Tidak terdapat kata sulit

➢ KATA KUNCI

- Perempuan berusia 20 tahun

- Keluhan nyeri perut kanan bawah

- Dirasakan sejak 1 hari yang lalu

- Demam ada

- Mual muntah ada

➢ PERTANYAAN PENTING

1. Jelaskan apa itu nyeri !

2. Jelaskan & sebutkan macam” nyeri !

3. Jelaskan hubungan dari nyeri perutnya dengan gejala penyrtanya !

4. Jelaskan langkah – langkah diagnosis !

5. Jelaskan diagnosis banding dari scenari


JAWAB PERTANYAAN

1. Definisi Nyeri

Nyeri adalah fenomena kompleks yang mencakup baik


komponen sensoris diskriminatif dan motivasional-afektif.
Komponen sensoris-diskriminatif nyeri bergantung pada proyeksi
traktus ke atas (termasuk traktus spinotalamikus dan
trigeminotalamikus) menuju korteks serebral. Pemrosesan sensoris
pada tingkatan-tingkatan yang lebih tinggi ini menghasilkan persepsi
kualitas nyeri (tusukan, terbakar, sakit), lokasi rangsangan nyeri, dan
intensitas nyeri. Respon motivasional-afektif terhadap rangsangan
nyeri mencakup perhatian dan bangkitan, reflex somatik dan otonom,
respon endokrin, dan perubahan emosional. Hal ini menjelaskan
secara kolektif untuk sifat tidak menyenangkan dari rangsangan yang
menyakitkan.

Definisi nyeri seperti yang diajukan oleh Perhimpunan Internasional


dalam mempelajari nyeri menekankan sifat kompleks nyeri sebagai
suatu keadaan fisik, emosional, dan psikologis. Hal ini dikenali bahwa
nyeri tidak harus berkorelasi dengan derajat kerusakan jaringan yang
hadir. Kegagalan untuk menghargai faktor-faktor kompleks yang
mempengaruhi pengalaman nyeri maupun ketergantungan
sepenuhnya pada temuan pemeriksaan fisik dan uji laboratorium
mungkin mengarahkan pada kesalahpahaman maupun pengobatan
yang tidak adekuat terhadap nyeri. Konsep anatomis yang terlalu
disederhanakan merupakan predisposisi terhadap intervensi
terapeutik sederhana, seperti neurektomi atau rhizotomi, yang
mungkin mengintensifkan nyeri atau membuat nyeri baru dan kerap
kali sangat mengganggu. Sistem nosiseptif sangatlah kompleks dan
mudah beradaptasi. Sensitivitas sebagian besar komponennya dapat
diatur ulang oleh sejumlah keadaan fisiologis dan patologis. Berbagai
pengobatan inovatif sedang dikembangkan yang menargetkan
penyebab nyeri melalui aksi pada transduksi, transmisi, interpretasi,
dan modulasi nyeri baik pada sistem saraf perifer (PNS) maupun
sistem saraf pusat (CNS).

Refernsi : Putra, kadek Agus Heryana. Fisiologi Nyeri. Bagian Ilmu


Anastesi.Fakultas Kedokteran Udayana. 2017. Halaman 22

2. Macam – macam nyeri ?

1) Nyeri Neuropatik
Nyeri neuropatik adalah nyeri yang menetap setelah cedera
jaringan telah sembuh dan ditandai dengan penurunan ambang batas
sensorik dan nosiseptif (alodinia dan hiperalgesia). Cedera saraf
perifer akibat trauma, pembedahan, atau penyakit (contohnya
diabetes) sering kali menimbulkan komplikasi berupa nyeri
neuropatik. Pasien kanker memiliki risiko yang lebih tinggi untuk
menderita nyeri neuropatik yang disebabkan oleh radioterapi atau
berbagai macam agen kemoterapi. Meskipun nyeri akut dan inflamasi
biasanya dianggap sebagai suatu mekanisme adaptif dari sistem nyeri
untuk memberikan peringatan dan perlindungan, nyeri neuropatik
sebenarnya mencerminkan fungsi maladaptif (patofisiologis) dari
sistem nyeri yang telah rusak. Pada kebanyakan pasien, nyeri
neuropatik akan menetap sepanjang hidupnya dan akan memberikan
dampak negatif pada kualitas hidup dari segi fisik, emosional, dan
juga sosial. Saat ini, keefektifan terapi nyeri neuropatik masih bersifat
terbatas, dimana hanya sebagai terapi simtomatik untuk nyeri
neuropatik. Opioid, gabapentin, amitriptilin, dan preparat kanabis
telah dicoba dan keefektifan terapi ini terbukti masih tebatas. Proses
patofisiologis dari nyeri neuropatik memiliki ciri khas berupa respon
neuroinflamasi yang muncul setelah terjadinya aktivasi dari sistem
kekebalan tubuh nonspesifik (innate immune system). Toll-like
receptor 2 dan 4 (TLR2 dan TLR4) yang ditemukan pada mikroglia
tampaknya memicu aktivasi glial, yang memulai jalur proinflamasi
dan transduksi sinyal yang akhirnya memicu produksi dari sitokin
proinflamasi. Alodinia yang sudah terjadi dapat dikembalikan dengan
antagonis reseptor TLR4 yang diberikan secara intratekal, yang
mencegah aktivasi dari faktor transkripsi NF-ĸB (nuclear factor
kappalight-chain-enhancer of activated B cells) dan mencegah
overproduksi TNF-α (tumor necrosis factor-alpha) di dalam medula
spinalis setelah terjadinya cedera saraf skiatik. Central cannabinoid
receptor 2 (CB2) tampaknya memiliki peran protektif dan
administrasi agonis reseptor CB2 dapat menumpilkan respon
neuroinflamasi dan dengan ini dapat mencegah terjadinya neuropati
perifer dengan menghalangi jalur-jalur sinyal tertentu.
Gambaran patologis umum dari kerusakan saraf meliputi
terjadinya mielinisasi/demielinisasi segmental yang abnormal serta
aksonopati, dimulai dari terjadinya deficit transpor metabolik dan
aksoplasmik hingga terjadinya transeksi akson yang nyata (aksotomi).
Setelah cedera saraf terjadi, stump proksimal dari akson akan menutup
dan membentuk suatu pembengkakan terminal atau "end bulb", dan
sejumlah prosesus halus (tunas seperti "kecambah") akan mulai
tumbuh dari end bulb dalam kurun waktu 1 atau 2 hari. Tunas yang
mulai tumbuh ini biasanya memanjang didalam tabung endoneurial
mereka dan akan mengembalikan sensasi normal pada target perifer
yang sesuai. Namun, saat pertumbuhan akson terhambat, seperti yang
terjadi pada amputasi anggota gerak tubuh/ekstremitas, end bulb
beserta tunasnya akan membentuk suatu massa kusut di ujung saraf,
yang disebut dengan suatu neuroma ujung saraf (nerve-end neuroma).
Biasanya, ektopik firing yang dihasilkan oleh end bulb dan tunasnya
di dalam neuroma, dan oleh badan sel pada DRG, secara signifikan
berkontribusi terhadap hipersensitivitas nosiseptif dan
mekanosensitifitas ektopik yang timbul setelah terjadinya cedera
saraf.

2) Nyeri Viseral
Walaupun nyeri somatik dapat dengan mudah dilokalisir dan
ditandai oleh sensasi yang jelas, namun nyeri viseral bersifat difus dan
sulit dilokalisir, biasanya mengacu pada area-area somatic
(contohnya, otot dan kulit), dan biasanya diasosiasikan dengan reaksi
emosional dan otonom yang lebih kuat. Nyeri visceral sering
dihasilkan oleh stimuli yang berbeda dari stimuli untuk aktivasi
nociceptors somatik. Karakteristik ini mungkin disebabkan oleh
adanya inervasi saraf ganda dan struktur yang unik dari ujung reseptif
viseral.
Di antara semua jaringan di dalam tubuh, visera bersifat unik
karena masing-masing organ menerima persarafan dari dua jenis
kelompok saraf, yaitu nervus vagal dan nervus spinalis atau pelvic
nerve dan nervus spinalis, dan inervasi aferen viseral juga lebih jarang
dibandingkan dengan inervasi somatik. Serabut aferen viseral di
medula spinalis memiliki badan sel yang terletak di dorsal root
ganglia (DRG) dan berakhir di dalam kornu dorsalis spinalis.
Terminasi sentral dari aferen viseral di nervus spinalis terjadi pada
lamina I, II, V, dan X dan penyampaian informasi sensorik viseral
adalah melalui traktus spinotalamikus yang kontralateral atau
kolumna dorsalis yang ipsilateral ke area otak di supraspinal. Neuron-
neuron spinalis ini juga menerima input konvergen dari struktur
viseral dan struktur somatik lainnya, sehingga memberikan dasar
struktural untuk referred pain; sebagai contoh, nyeri pada rahang kiri
dan lengan kiri yang menyertai iskemia miokard biasanya dimediasi
oleh konvergensi dari area sensori viseral dan juga somatik. Struktur
saraf lainnya yang menyampaikan informasi nyeri dari organ-organ di
rongga toraks dan abdomen adalah nervus vagus, yang memiliki
badan sel di ganglion nodusum dan terminal sentral didalam nukleus
traktus solitarius. Inervasi aferen vagus memainkan peran penting
dalam munculnya reaksi otonom dan emosional yang menonjol pada
penyakit-penyakit visceral yang diasosiasikan dengan rasa nyeri
(Gambar 6-7). Mayoritas serabut aferen viseral adalah berupa serabut
Aδ yang bermielin tipis atau serabut C yang tidak termielinisasi
dengan ujung-ujung saraf bebas yang tidak terselubung
(unencapsulated), dan sejumlah kecil serabut Aβ yang diasosiasikan
dengan badan Pacini di mesenterium. Mechanosensitive endings
dengan diferensiasi terbaik terdapat pada intraganglionic laminar
endings (IGLEs) dan susunan intramuskular yang terkait dengan
serat-serat aferen vagal yang menginervasi gaster. Sebagian besar
neuron sensori visceral ini mengandung substansia P dan/atau CGRP,
dan mereka juga mengekspresikan reseptor faktor pertumbuhan saraf
yaitu TrkA. Biomarker-biomarker tesebut akan meningkat secara
signifikan dan nociceptor juga akan tesensitisasi saat peradangan
viseral terjadi. Tidak seperti stimuli noksius yang menginduksi nyeri
somatik, banyak juga stimuli yang merusak (seperti pemotongan,
pembakaran, penjepitan) tidak akan menimbulkan rasa sakit saat
dilakukan pada struktur viseral. Aktivasi nociceptor visceral
umumnya disebabkan oleh iskemia, peregangan ligamen, spasme otot.
polos, atau distensi dari struktur-struktur berongga seperti kantong
empedu, duktus biliaris komunis, atau ureter. Rangsangan-rangsangan
tersebut terjadi akibat proses patologis viseral, dan rasa nyeri yang
ditimbulkan dapat berfungsi sebagai mekanisme untuk bertahan hidup
dengan dilakukannya imobilitas.

3.
3) Nyeri Somatik

Nyeri somatik digambarkan dengan nyeri yang tajam, menusuk,

mudah dilokalisasi dan rasa terbakar yang biasanya berasal dari kulit,
jaringan subkutan, membran mukosa, otot skeletal, tendon, tulang dan
peritoneum. Nyeri insisi bedah, tahap kedua persalinan, atau iritasi
peritoneal adalah nyeri somatik. Penyakit yang menyebar pada
dinding parietal, yang menyebabkan rasa nyeri menusuk disampaikan
oleh nervus spinalis. Pada bagian ini dinding parietal menyerupai kulit
dimana dipersarafi secara luas oleh nervus spinalis. Adapun, insisi
pada peritoneum parietal sandgatlah nyeri, dimana insisi pada
peritoneum Universitas Sumatera Utara viseralis tidak nyeri sama
sekali. Berbeda dengan nyeri viseral, nyeri parietal biasanya
terlokalisasi langsung pada daerah yang rusak Munculnya jalur nyeri
viseral dan parietal menghasilkan lokalisasi dari nyeri dari viseral
pada daerah permukaan tubuh pada waktu yang sama. Sebagai contoh,
rangsang nyeri berasal dari apendiks yang inflamasi melalui serat –
serat nyeri pada sistem saraf simpatis ke rantai simpatis lalu ke spinal
cord pada T10 ke T11. Nyeri ini menjalar ke daerah umbilikus dan
nyeri menusuk dan kram sebagai karakternya. Sebagai tambahan,
rangsangan nyeri berasal dari peritoneum parietal dimana inflamasi
apendiks menyentuh dinding abdomen, rangsangan ini melewati
nervus spinalis masuk ke spinal cord pada L1 sampai L2. Nyeri
menusuk berlokasi langsung pada permukaan peritoneal yang
teriritasi di kuadran kanan bawah.

Referensi : Putra, kadek Agus Heryana. Fisiologi Nyeri. Bagian Ilmu


Anastesi.Fakultas Kedokteran Udayana. 2017. Halaman 22
3. Hubungan dari nyeri perut dengan gejala penyerta ?

I. Sindroma Nyeri Regional yang Kompleks

Klasifikasi Nyeri Kronis dari International Association for the


Study of Pain (IASP) mendefinisikan sindroma nyeri regional yang
kompleks (complex regional pain syndrome – CRPS) sebagai
"berbagai kondisi menyakitkan setelah terjadinya cedera, yang
muncul secara regional dengan gejala abnormal didominasi oleh regio
distal, baik tingkat dan durasinya telah melebihi perjalanan klinis yang
seharusnya, dimana sering mengakibatkan penurunan fungsi motorik
yang signifikan, dan menunjukkan perkembangan yang bervariasi dari
waktu ke waktu. Sindroma nyeri kronis ini memiliki karakteristik
klinis yang berbeda seperti nyeri spontan, alodinia, hiperalgesia,
edema, kelainan otonom, gangguan gerakan aktif dan pasif, dan
perubahan trofik pada kulit dan jaringan subkutan. Terdapat dua jenis
CRPS, tipe I (distrofi reflek simpatis) dan tipe II (kausalgia), yang
dibedakan dengan adanya suatu cedera saraf mayor yang dapat
diidentifikasi dalam CRPS II dan tidak adanya cedera saraf mayor
pada CRPS I. CRPS I lebih sering terjadi daripada CRPS II, dan
populasi penderita lebih sering adalah wanita dibandingkan dengan
laki-laki (2:1 hingga 4:1). Insiden kejadian CRPS I adalah sebesar 1%
hingga 2% pada fraktur, 12% pada lesi otak, dan 5% pada infark
miokard, dan kejadian CRPS II pada cedera saraf perifer bervariasi
dari 2% hingga 14% pada kasus-kasus yang berbeda, dengan nilai
rata-rata sebesar 4%. Kriteria klinis IASP berikut diterapkan untuk
mendiagnosis CRPS.

CRPS tipe I:

(a) tipe I adalah sindroma yang muncul setelah mengalami


kejadian yang berbahaya/noksius.
(b) terjadi nyeri spontan atau alodinia/hiperalgesia, yang tidak
hanya terbatas pada satu area saraf perifer saja, dan sifatnya
tidak proporsional dengan peristiwa penyebab nyeri
tersebut
(c) ditemukannya edema atau bekas edema, abnormalitas pada
aliran darah kulit, atau aktivitas sudomotor yang abnormal
di area nyeri sejak terjadinya peristiwa penyebab nyeri.
(d) diagnosis ini di eksklusi apabila kondisi/penyebab dari rasa
nyeri dan disfungsi jaringan telah ditemukan.

CRPS tipe II :
(a) tipe II adalah sindrom yang muncul setelah tejadinya cedera
saraf; terjadi nyeri spontan atau alodinia/hiperalgesia dan
tidak hanya terbatas pada area saraf yang cedera saja;
(b) ditemukannya edema atau bekas edema, abnormalitas pada
aliran darah kulit, atau aktivitas sudomotor yang abnormal
di area nyeri sejak terjadinya peristiwa penyebab nyeri; dan
(c) diagnosis ini dieksklusi apabila kondisi/penyebab dari rasa
nyeri dan disfungsi jaringan telah ditemukan.
Mekanisme yang mendasari patogenesis CRPS masih belum
jelas, walaupun sudah diakui bahwa CRPS adalah penyakit neurologis
yang melibatkan sistem otonom, sensorik, dan motoric serta area
kortikal yang terlibat dalam pemrosesan informasi kognitif dan
afektif, dan komponen inflamasi nampaknya berperan penting dalam
fase akut penyakit ini. Regimen pengobatan yang efektif untuk CRPS
sampai saat ini masih sangat sedikit.

II. Mual-Muntah

Mual adalah perasaan tidak enak di dalam perut yang sering


berakhir dengan muntah. Muntah adalah pengeluaran isi lambung
melalui mulut. PENYEBAB Mual dan muntah disebabkan oleh
pengaktivan pusat muntah di otak.
Gangguan yang sering muncul pada penderita penyakit dispepsia
salah satunya adalah mual dan muntah. Penggunaan obat-obatan
antiemetika dimaksudkan untuk menekan rangsang mual dan muntah
itu sendiri. Akibat yang timbul setelah muntah bergantung pada
berapa seringnya terjadi muntah dan berapa lama keadaan tersebut
berlangsung. Pada muntah yang terjadi hanya sesekali saja
pengaruhnya praktis tidak ada. Akan tetapi pada muntah yang terus.
Penderita dispepsia yang mengalami keluhan mual dan muntah lebih
mendominasi dengan prosentase hingga 50%. Mual dan muntah
terjadi karena adanya reaksi inflamasi pada lambung yang
merangsang pusat muntah di medulla oblongata. Apabila terjadi
rangsangan pada pusat muntah maka akan terjadi mekanisme muntah
seperti pada umumnya

Referensi : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Balai Penerbit FK UI.
Jakarta : 20
Thieara Ramadanika UNAIR.ac.id Definisi Mual dan Muntah

4. Langkah – langkah diagnosis

A. APPENDISITIS

Anamnesis
Anamnesis dalam apendisitis akut dapat dibagi dalam beberapa
kategori utama: usia, jenis kelamin, nyeri abdomen, dan gejala sistemik.
1. Usia dan Jenis Kelamin
Yang sangat tua dan sangat muda, masing-masing
menampilkan sekitar 10 persen penyajian pasien nyeri abdomen
akut. Tetapi pasien di atas usia 65 tahun mempunyai dua kali insiden
penyakit bedah (30 persen) sebagai sebab nyeri abdomennya
dibandingkan pasien di bawah usia 65 tahun. Pada usia dewasa,
wanita lebih mungkin tampil dengan nyeri abdomen dibanding pria,
tetapi pada pria yang menampilkan gejala ini mempunyai insidens
penyakit bedah yang lebih tinggi. Sistem genitourinarius lazim
menyebabkan nyeri abdomen pada wanita meliputi penyakit
peradangan pelvis, infeksi tractus urinarius, dismenore dan
kehamilan ektopik.
2. Nyeri
Nyeri tanda abdomen akuta. Ini bisa ditandai oleh cara
mulainya, sifat, faktor pencetus atau lokalisasinya. Ada tiga jenis
mulainya nyeri abdomen: eksplosif, cepat dan bertahap. Pasien yang
mendadak dicekam nyeri eksplosif menderita sekali, lebih mungkin
menderita pecahnya viskus berongga ke dalam cavitas peritonealis
bebas atau menderita ‘vascular accident’ berkelanjutan. Kolik
berasal dari ginjal dan saluran empedu bisa dimulai mendadak,
tetapi jarang menyebabkan nyeri begitu parah, sehingga pasien tak
berdaya. Pasien dengan nyeri yang cepat dimulai, yang cepat
memburuk mungkin menderita pankreatitis akuta, trombosis
mesenterica atau strangulasi usus halus. Pasien dengan nyeri yang
dimulai beratahap mungkin menderita peradangan peritoneum,
seperti yang terlihat dalam apendisitis atau divertikulitis. Keparahan
nyeri bisa ditandai sebagai menyiksa, parah, tumpul atau seperti
kolik. Nyeri menyiksa tak berespon terhadap narkotika
menggambarkan suatu lesi vaskular akuta seperti ruptura aneurisma
abdominalis atau infark usus. Pasien infark usus khas menderita
nyeri melebihi proporsi gambaran fisik dan laboratorium. Nyeri
yang parah tetapi mudah dikendalikan oleh obat khas peritonitis
akibat vikus yang pecah atau pankreatitis akut. Nyeri tumpul, samar-
samar yang sukar dilokalisasi menggambarkan suatu proses
peradangan dan lazim presentasi awal apendisitis. Nyeri kolik yang
ditandai sebagai kram dan dorongan (rush) menggam barkan
gastroenteritis. Nyeri akibat obstruksi usus halus mekanik juga
bersifat kolik, tetapi mempunyai pola berirama dengan interval
bebas nyeri bergantian dengan kolik parah. Dorongan peristaltik
menyertai gastronteritis tidak perlu terkoordinasi dengan nyeri
kolik.
Pemeriksaan Fisik

▪ Inspeksi: pada apendisitis akut sering ditemukan adanya


abdominal swelling, sehingga pada inspeksi biasa ditemukan
distensi perut.

▪ Palpasi: kecurigaan menderita apendisitis akan timbul pada


saat dokter melakukan palpasi perut dan kebahagian paha
kanan. Pada daerah perut kanan bawah seringkali bila
ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan
terasa nyeri (Blumberg sign). Nyeri perut kanan bawah
merupakan kunci dari diagnosis apendisitis akut.

Juga ada 4 hal yang penting dalam mendiagnosa apendisitis akut:

1. Nyeri mula-mula di epigastrium (nyeri visceral) yang beberapa


waktu kemudian menjalar ke perut kanan bawah.

2. Muntah oleh karena nyeri visceral.

3. Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus)

4. Gejala lain adalah badan lemas dan kurang nafsu makan, penderita
nampak sakit, menghindari pergerakan di sekitar perut yang terasa
nyeri.

Jika sudah terjadi perforasi, nyeri akan terjadi pada seluruh


perut, tetapi paling terasa nyeri pada titik Mc Burney. Jika sudah
infiltrat, insfeksi juga terjadi jika orang dapat menahan sakit, dan
kita akan merasakan seperti ada tumor di titik Mc. Burney.
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium:

a.Leukosit meningkat sebagai respon untuk melindungi tubuh terhadap


mikroorganisme yang menyerang pada apendisitis akut dan jika perforasi
akan terjadi leukositosis yang lebih tinggi lagi.

b.Hb (hemoglobin) tampak normal.

c.Laju Endap Darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis


infiltrate.

d.Urine penting untuk melihat apakah ada infeksi pada ginjal.

Pemeriksaan radiologi:

Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnose


appendicitis akut, kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat
ditemukan gambaran sebagai berikut:

a. Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan cairan

b. Kadang ada fekolit (sumbatan)

c. Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam


diafragma.

Ultrasonografi mungkin bersifat diagnostik. Radiografi toraks


menyingkirkan penyakit lapangan paru kanan bawah, yang dapat
menyerupai nyeri kuadran kanan bawah karena iritasi saraf

Referensi : Jacoby RF.Obscure Cause Ofacute Lower Gastrointestinal


Bledding. In Acute Bleeding Diagnosis and Trearment. Hal 199-218
B. CA COLON

1. ANAMNESA

➢ Identitas mencakup :

- Nama

- Umur

- Pekerjaan

- Agama

- Alamat

- Pendidikan terakhir dll

➢ Keluhan utama pasien


BAB bercampur sedikit darah sejak 3 minggu yang lalu dengan darah
berwarna merah segar.

➢ Keluhan tambahan pasien


Nyeri di daerah ulu hati sehingga tidak nafsu makan, berat badan pasien
turun drastis, dan ada benjolan teraba di lipat paha kanan pasien.

➢ Riwayat Penyakit Terdahulu dan Perjalanan penyakit

Tidak ada riwayat wasir sebelumnya.

Pada perjalanan penyakit, perlu juga tanyakan beberapa hal


berikut mengenai keluhan pasien antara lain:

- Perubahan pola kebiasaan buang air besar baik berupa diare atau
konstipasi.

- Perasaan buang air besar tidak tuntas

- Adanya darah dalam feses, bisa berwarna merah segar atau hitam.

- Bentuk feses yang lebih kecil dari biasanya

- Penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya


- Rasa tidak enak di perut atau rasa nyeri di perut (kolik, kembung,
rasa penuh,buang gas sering dan nyeri, tenesmus).

- Rasa capai yang menetap

- Muntah

- Riwayat kanker dalam keluarga

- Riwayat polip usus

- Riwayat kolitis ulserosa

- Riwayat kanker payudara/ ovarium

- Kebiasaan makan (rendah serat, banyak lemak)

2. PEMERIKSAAN

a. fisik

Pada pemeriksaan fisik perlu diperhatikan status gizi, anemia,


adanya benjolan di abdomen, nyeri tekan abdomen, pembesaran hati
maupun kelenjar limfe. pada stadium lanjut didapatkan tanda-tanda
obstruksi maupun perforasi. pemeriksaan digital (colok dubur)
untuk mendeteksi adanya benjolan, darah dalam feses atau adanya
kelainan lain.

b. Penunjang

 L
aboratorium

- Pemeriksaan feses untuk darah tersamar (occult body)

 P
enunjang:

- CEA (Carcinoma Embryonic Antigen)


CEA sering memberi hasil positif palsu atau negatif palsu,
maka CEA tidak dapat dipakai untuk diagnosis dini, terutama pada
orang yang asimtomatis. Peranan penting dari CEA ialah bila
diagnosis karsinoma kolon sudah ditegakan dan ternyata CEA
meninggi yang kemudian menurun setelah operasi. Maka CEA
penting untuk tindak lanjut. Bila kemudian hari CEA meninggi lagi
maka kemungkinan residif dan metastasis besar sekali. CEA (+)
6-10 bulan lebih dahulu sebelum timbulnya gejala residif dan
metastasis.

Radiologi

Pemeriksaan barium enema dengan menggunakan kontras ganda


(double contrast) untuk mendeteksi lesi kolon kecil.

Gambar 1: Double kontras barium enema

Kolonoskopi

Merupakan cara pemeriksaan mukosa kolon yang sangat


akurat dan dapat sel melakukan biopsi pada lesi yang mencurigakan.
Pemeriksaan kolon yang lengkap dapat mencapai › 95% pasien.
Rasa tidak nyaman yang timbul sangat bergantung pada operator.
Untuk itu sedikit obat penenang intravena at membantu meskipun
ada risiko perforasi dan perdarahan, tetapi kejadian seperti ini
<0,5%. Kolonoskopi dengan enema barium, terutama untuk
mendeteksi lesi kecil adenoma.

Kolonoskopi merupakan prosedur terbaik pada pasien -


kirakan ada polip kolon. Kolonoskopi mempunyai sensifitas (95%)
dan spesifisitas (99%) paling tinggi disbanding modalitas yang lain
untuk mendeteksi polip adenomatosus. Di samping itu dapat
melakukan biopsi dan polipektomi untuk mengangkat polip. Secara
endoskopi sulit untuk membedakan jenis-jenis polip secara
histologi, oleh karena itu biopsi dan polipektomi penting
menegakkan diagnosis secara histologi.
Referensi : Cunningham, Leveno, Bloom, et al. Obstetri Williams. Edisi ke-
23. Volume 1. Jakarta: EGC; 2013.

C. Kehamilan ektopik
Anamnesis

Kita menanyakan keluhan utama pasien datang kepada kita,


lalu riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat
penyakit keluarga, riwayat penyakit sosial, dll. Namun pada kasus
KET ini terdapat keluhan khas seperti berikut

 Nyeri perut

Merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu


Pada kehamilan ektopik yang terganggu rasa nyeri perut bawah
bertambah sering dan keras. Rasa nyeri mungkin unilateral atau
bilateral pada abdomen bagian bawah atau pada seluruh abdomen,
atau malahan di abdomen bagian atas. Dengan adanya
hemiperitoneum , rasa nyeri akibat iritasi diafragma bisa dialami
pasien. Diperkirakan bahwa serangan nyeri hebat pada ruptura
kehamilan ektopik, ini disebabkan oleh darah yang mengalir ke
kavum peritonei.
 Perdarahan

Gangguan kehamilan sedikit saja sudah dapat menimbulkan


perdarahan yang berasal dari uterus. Perdarahan dapat berlangsung
kontinyu dan biasanya berwarna hitam. Selama fungsi endokrin
plasenta masih bertahan, perdarahan uterus biasanya tidak
ditemukan, tetapi bila dukungan endokrin dari endometrium sudah
tidak memadai lagi, mukosa uterus akan mengalami perdarahan.
Perdarahan tersebut biasanya sedikit-sedikit, berwarna coklat gelap
dan dapat terputus-putus atau terus menerus. Meskipun perdarahan
vaginal yang masif lebih menunjukkan kemungkinan abortus
inkompletus intrauteri daripada kehamilan ektopik, tetapi
perdarahan semacam ini bisa terjadi pada kehamilan tuba.

 Amenorea

Amenorea sering ditemukan walau hanya pendek sebelum


diikuti perdarahan, malah kadang-kadang tidak amenorea. Tidak ada
riwayat haid yang terlambat bukan berarti kemungkinan kehamilan
tuba dapat disingkirkan. Salah satu sebabnya adalah karena pasien
menganggap perdarahan pervaginam sebagai periode menstruasi
yang normal, dengan demikian memberikan tanggal haid yang
keliru.

Pemeriksaan Fisik

 Pemeriksaan umum:

Penderita tampak kesakitan dan pucat. Pada perdarahan


dalam rongga perut tanda-tanda syok dapat ditemukan. Pada jenis
tidak mendadak perut bagian bawah hanya sedikit menggembung
dan nyeri tekan. Kehamilan ektopik yang belum terganggu tidak
dapat didiagnosis secara tepat semata-mata atas adanya gejala-gejala
klinis dan pemeriksaan fisik.
 Pemeriksaan ginekologi

Tanda-tanda kehamilan muda mungkin ditemukan.


Pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat
diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan kadang-kadang
teraba tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditentukan.
Kavum Douglas yang menonjol dan nyeri-raba menunjukkan
adanya hematokel retrouterina. Suhu kadang-kadang naik sehingga
menyukarkan perbedaan dengan infeksi pelvik.

Hampir semua kehamilan ektopik didiagnosis antara kehamilan 5


dan 12 minggu. Identifikasi dari tempat implantasi embrio lebih
awal dari pada kehamilan 5 minggu melampaui kemampuan teknik-
teknik diagnostik yang ada. Pada usia kehamilan 12 minggu,
kehamilan ektopik telah memperlihatkan gejala-gejala sekunder
terhadap terjadinya ruptur atau uterus pada wanita dengan
kehamilan intrauteri yang normal telah mengalami pembesaran yang
berbeda dengan bentuk dari kehamilan ektopik.

Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan Laboratorium

- Human Chorionic Gonadotropin (β-hCG)

Penentuan kehamilan secara cepat dan akurat sangat penting


dalam mengevaluasi wanita dengan keluhan yang mengarah kepada
kehamilan ektopik. Uji-uji kehamilan serum dan urin yang saat ini
ada dan menggunakan metode ELISA untuk β-hCG cukup sensitif
untuk kadar 10-20 mlU/mL dan positif pada lebih dari 99%
kehamilan ektopik. Namun, meskipun jarang pernah dilaporkan
kasus-kasus kehamilan ektopik dengan pemeriksaan β-hCG serum
yang negatif.
- Progesteron Serum

Pengukuran progesterone serum satu kali sudah dapat


digunakan untuk menetapkan bahwa kehamilan berkembang normal
dengan tingkat kepercayaan tinggi. Nilai yang melebihi 25 ng/mL
menyingkirkan kehamilan ektopik dengan sensitivitas 92,5%. Nilai
< 5ng/mL menandakan kehamilan intrauterus dengan janin
meninggal atau suatu kehamilan ektopik. Karena pada sebagian
besar kehamilan ektopik kadar progesterone bervariasi antara 10 dan
25ng/mL maka pemakaian klinis pemeriksaan ini terbatas.

- Hemogram

Setelah perdarahan, volume darah yang berkurang akan


dipulihkan ke arah normal dengan hemodilusi dalam satu hari atau
lebih. Bahkan setelah perdarahan yang cukup banyak, hemoglobin
atau hematokrit mungkin hanya memperlihatkan penurunan ringan.
Karena itu, setelah perdarahan akut, penurunan kadar hemoglobin
atau hematokrit setelah beberapa jam merupakan indeks yang lebih
bermanfaat daripada kadar awal. Pada sekitar separuh wanita dengan
kehamilan ektopik terganggu (ruptur), dapat dijumpai leukositosis
dengan derajat bervariasi hingga 30.000/μL

Referensi : Kurniawan Arri, Mutiara Hanna. Kehamilan Ektopik di


Abdomen. 2016. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

5. Diagnosis banding :

APPENDISITIS

Definisi

Apendisitis adalah kondisi dimana infeksi terjadi di umbai cacing.


Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak
kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing
yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi
dikarenakan oleh peritonitis dan syok ketika umbai cacing yang
terinfeksi hancur

Epidemiologi

Insiden apendisistis di Negara maju lebih tinggi dari pada di


Negara berkembang. Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur,
hanya pada anak kurang dari satu tahun jarang terjadi. Insiden
tertinggi terjadi pada kelompok umur 20-30 tahun, setelah itu
menurun. Insiden pada pria dengan perbandingannya 1,4 lebih banyak
dari pada wanita

Patofisiologi

Apendisitis kemungkinan dimulai oleh obstruksi dari lumen ini


sesuai dengan pengamatan epidemiologi bahwa apendisitis
berhubungan dengan asupan serat dalam makanan yang rendah.
Pada stadium awal dari apendisitis, terlebih dahulu terjadi inflamasi
mukosa. Inflamasi ini kemudian berlanjut ke submukosa dan
melibatkan lapisan muskular dan serosa (peritoneal). Cairan eksudat
fibrinopurulenta terbentuk pada permukaan serosa dan berlanjut ke
beberapa permukaan peritoneal yang bersebelahan, seperti usus atau
dinding abdomen, menyebabkan peritonitis lokal .
Dalam stadium ini mukosa glandular yang nekrosis terkelupas ke
dalam lumen, yang menjadi distensi dengan pus. Akhirnya, arteri yang
menyuplai apendiks menjadi bertrombosit dan apendiks yang kurang
suplai darah menjadi nekrosis atau gangren. Perforasi akan segera
terjadi dan menyebar ke rongga peritoneal. Jika perforasi yang terjadi
dibungkus oleh omentum, abses lokal akan terjadi.

Gambaran klinis

Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari


oleh radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda
setempat, disertai maupun tidak disertai rangsang peritoneum lokal.
Gejala klasik apendisitis ialah nyeri samar-samar dan tumpul yang
merupakan nyeri viseral di daerah epigastrium di sekitar umbilikus.
Keluhan ini sering disertai mual dan kadang ada muntah. Umumnya
nafsu makan menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke
kanan bawah ke titik Mc. Burney. Disini nyeri dirasakan lebih tajam
dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat.
Kadang tidak ada nyeri epigastrium, tetapi terdapat konstipasi
sehingga penderita merasa memerlukan obat pencahar. Tindakan itu
dianggap berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya perforasi.
Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, karena letaknya
terlindung oleh sekum, tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu
jelas dan tidak tanda rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih ke arah
perut sisi kanan atau nyeri timbul pada saat berjalan karena kontraksi
m.psoas mayor yang menegang dari dorsal. Apendiks yang terletak
di rongga pelvis, bila meradang, dapat menimbulkan gejala dan tanda
rangsangan sigmoid atau rektum sehingga peristaltis meningkat,
pengosongan rektum akan menjadi lebih cepat dan berulang-ulang.
Jika apendiks tadi menempel ke kandung kemih, dapat terjadi
peningkatan frekuensi kencing karena rangsangan dindingnya.

Pemeriksaan penunjang

Pada pemeriksaan laboratorium darah, biasanya didapati


peningkatan jumlah leukosit (sel darah putih). Urinalisa diperlukan
untuk menyingkirkan penyakit lainnya berupa peradangan saluran
kemih. Pada pasien wanita, pemeriksaan dokter kebidanan dan
kandungan diperlukan untuk menyingkirkan diagnosis kelainan
peradangan saluran telur/kista indung telur kanan atau KET
(kehamilan diluar kandungan). Pemeriksaan radiologi berupa foto
barium usus buntu (Appendicogram) dapat membantu melihat
terjadinya sumbatan atau adanya kotoran (skibala) didalam lumen
usus buntu. Pemeriksaan USG (Ultrasonografi) dan CT scan bisa
membantu dakam menegakkan adanya peradangan akut usus buntu
atau penyakit lainnya di daerah rongga panggul.
Namun dari semua pemeriksaan pembantu ini, yang menentukan
diagnosis apendisitis akut adalah pemeriksaan secara klinis.
Pemeriksaan CT scan hanya dipakai bila didapat keraguan dalam
menegakkan diagnosis. Pada anak-anak dan orang tua penegakan
diagnosis apendisitis lebih sulit dan dokter bedah biasanya lebih
agresif dalam bertindak.
Pengobatan

Pengobatan tunggal yang terbaik untuk usus buntu yang sudah


meradang/apendisitis akut adalah dengan jalan membuang
penyebabnya (operasi appendektomi). Pasien biasanya telah
dipersiapkan dengan puasa antara 4 sampai 6 jam sebelum operasi dan
dilakukan pemasangan cairan infus agar tidak terjadi dehidrasi.
Pembiusan akan dilakukan oleh dokter ahli anastesi dengan
pembiusan umum atau spinal/lumbal. Pada umumnya, teknik
konvensional operasi pengangkatan usus buntu dengan cara irisan
pada kulit perut kanan bawah di atas daerah apendiks.
Perbaikan keadaan umum dengan infus, pemberian antibiotik
untuk kuman gram negatif dan positif serta kuman anaerob, dan
pemasangan pipa nasogastrik perlu dilakukan sebelum pembedahan.
Alternatif lain operasi pengangkatan usus buntu yaitu dengan cara
bedah laparoskopi. Operasi ini dilakukan dengan bantuan video
camera yang dimasukkan ke dalam rongga perut sehingga jelas dapat
melihat dan melakukan appendektomi dan juga dapat memeriksa
organ-organ di dalam perut lebih lengkap selain apendiks.
Keuntungan bedah laparoskopi ini selain yang disebut diatas, yaitu
luka operasi lebih kecil, biasanya antara satu dan setengah sentimeter
sehingga secara kosmetik lebih baik.
Referensi : Sjamsuhidajat, R., De Jong, W., 2004. Buku-Ajar Ilmu Bedah.
Edisi 2. Jakarta:EGC, 639-645.
CA COLON
Defenisi
Kanker colon adalah suatu kanker yang yang berada di colon.
Kanker colon adalah penyebab kedua kematian di Amerika Serikat
setelah kanker paru-paru ( ACS 1998 ). Kanker kolon adalah suatu
bentuk keganasan dari masa abnormal neoplasma yang muncul dari
jaringan ephitelial dari colon.

Epidemiologi
Kira-kira 152.000 orang di amerika serikat terdiagnosa kanker
Colon pada tahun 1992 dan 57.000 orang meninggal karena kanker ini
pada tahun yang sama (ACS 1993). Sebagian besar klien pada
kanker Colon mempunyai frekuensi yang sama antara laki-
laki dan perempuan. Kanker pada colon kanan biasanya terjadi pada
wanita dan Ca pada rektum biasanya terjadi pada laki-laki. Insidennya
meningkat sesuai dengan usia (kebanyakan pada pasien yang berusia
lebih dari 55 tahun) dan makin tinggi pada individu dengan riwayat
keluarga yang mengalami kanker kolon.

Penyebab
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui,
tetapi faktor resiko telah teridentifikasi, termasuk riwayat
atau riwayat kanker kolon atau polip dalam keluarga, riwayat
penyakit usus inflamasi kronis, dan diet tinggi lemak, protein, dan
daging rendah serat. Kelebihan lemak diyakini mengubah flora
bakteri dan menjadi senyawa yang mempunyai sifat karsinogen.
Patofisiologi
Kanker kolon dan rektum terutama (95%) adenokarsinoma (mun
cul dari lapisan epitel usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat
menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta
meluas ke dalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari
tumor primer dan menyebar kebagian tubuh yang lain (paling sering
di hati). carsinoma colon sebagian besar mengasilkan
adenomatus polip. Biasanya tumor ini tumbuh tidak terditeksi samp
ai gejala muncul secara perlahan dan tampak membahayakan. Penya
kit ini menyebar dalam beberapa metode. Tumor mungkin menyebar
dalam tempat tertentu pada lapisan dalam diperut,
mencapaaiserosa dan mesenterikfat.Kemudian tumor mulai melekat
pada organ yang ada disekitarnya, kemudian meluas kedalam lumen
pada usus besar atau menyebar ke limpa atau pada sistem
sirkulasi. Sistem sirkulasi ini langsung masuk dari tumor utama
melewati pembuluh darah pada usus besar melalui limpa, setelah sel
tumor masuk pada system sirkulasi, biasanya sel
bergerak menuju liver. Tempat yang kedua adalah tempat yang jauh
kemudian metastase ke paru-paru. Tempat metastase yang lain
termasuk :
- Kelenjar Adrenalin
- Ginjal
- Kulit
- Tulang
- Otak
Penambahan untuk infeksi secara langsung dan menyebar melalui
limpa dan sistem sirkulasi, tumor colon juga dapat meyebar pada
bagian peritonial sebelum pembedahan tumor dilakukan. penyebaran
terjadi kerika tumor dihilangkan dari sel kanker dari tumor pecah
menuju ke rongga peritonial.

Penatalaksanaan
Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV.
Dan NGT. Apabila terdapat perdarahan yang cukup bermakna, terapi
komponen darah dapat diberikan.
1. Penatalaksanaan non bedah
Tim medis dapat menilai kanker tiap pasien
untuk menentukan rencana pengobatan yang baik dengan
mempertimbangkan usia, komplikasi penyakit dan kualitas.
a. Terapi radiasi
Persiapan penggunaan radiasi dapat diberikan pada pasien y
ang menderita Ca kolorektal yang besar, walaupun ini tidah
dilaksanankan secara rutin. Radiasi dapat digunakan post
operatif sampai bataspenyebaran metastase. Sebagai ukuran
nyeri, terapi radiasi menurunkan nyeri, perdarahan, obstruksi
usus besar atau metastase ke paru dalam perkembangan
penyakit Terapi radiasi sekarang digunakan pada periode pra,
intra dan post operatif untuk memperkecil tumor, mencapai
hasil yang lebih baik dari pembedahan, dan untuk mengurangi
resiko kekambuhan.
b. Kemoterapi
Obat non sitotoksik memajukan pengobatan terhadap Ca
kolorektalkecuali batas tumor pada anal kanal. Bagaimanapun
fluorouracil (5FU,Adrucil) dan levamisole (ergamisol) telah
direkomendasikan terhadap standar terapi untuk stadium khusus
pada penyakit (contoh stadium III) untuk mempertahankan.
Kemoterapi juga digunakan sesudah pembedahan digunakan
unutuk mengontro gejala-
gejala metastase dan mengurangi penyebaran metastase.Kemot
erapi intrahepatik arterial sering digunakan 5 FU yang
digunakan pada klien dengan metastasis liver.
2. Penatalaksanaan bedah
Pembedahan dpat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang
terbatas di satu sisi dapat diangkat dengan kolonoskop. Laparo
skop digunakan sebagai pedoman dalam membuat keputusan di
colon. Reseksi kolon dengan atau tanpa kolostomi dan reseksi
perineal abdomen adalah prosedur umum pembedahan
terhadap Ca kolorektal.
Referensi : Alteri, R. et al. (2011). Colorectal Cancer Facts & Figure 2011-
2013. Atlanta: American Cancer Society.

KEHAMILAN EKTOPIK
Definisi

Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang tempat


implantasi/nidasi/melekatnya buah kehamilan diluar tempat yang
muncul, yakni diluar rongga rahim, kehamilan dengan implantasi
terjadi diluar rongga uterus. Kehamilan ektopik yang paling banyak
terjadi adalah di tuba, hal ini disebabkan oleh adanya hambatan
perjalanan ovum yang tidak dibuahi ke kavum uteri, hal ini dapat
disebabkan oleh

a. Adanya sikatrik pada tuba

b. Gangguan kelainan bawaan pada tuba

c. Gangguan fisiologis pada tuba karena pengaruh hormonal

Etiologi

Faktor yang memengaruhi gangguan pada saluran tuba di


antaranya seperti merokok, infeksi panggul, endometriosis, dan
beberapa tindakan medis operatif yang pernah dijalani. Merokok dan
infeksi panggul dapat menyebabkan gangguan pergerakan sel rambut
silia di saluran tuba, dan penurunan kekebalan tubuh. Perubahan
anatomis tuba akibat tindakan medis yang pernah dilakukan maupun
dilakukan KB
Patofisiologi

Pada kehamilan normal, proses pembuahan (pertemuan sel telur


dengan sperma) terjadi pada tuba, kemudian sel telur yang telah
dibuahi digerakkan dan berimplantasi pada endometrium rongga
rahim. Kehamilan ektopik yang dapat disebabkan antara lain faktor
di dalam tuba dan luar tuba, sehingga hasil pembuahan terhambat atau
tidak bisa masuk ke rongga rahim, sehingga sel telur yang telah
dibuahi tumbuh dan berimplantasi (menempel) di beberapa tempat
pada organ reproduksi wanita selain rongga rahim, antara lain di tuba
falopii (saluran telur), kanalis servikalis (leher rahim), ovarium
(indung telur), dan rongga perut. Yang terbanyak terjadi di tuba falopii
(90%).

Manifestasi klinis

Gambaran klinik dari kehamilan ektopik terganggu tergantung


pada lokasinya. Tanda dan gejalanya sangat bervariasi tergantung
pada ruptur atau tidaknya kehamilan tersebut. Adapun gejala dan hasil
pemeriksaan laboratorium antara lain :
a. Amenore

b. Gejala kehamilan muda

c. Nyeri perut bagian bawah pada ruptur tuba nyeri terjadi tiba-tiba
dan hebat, menyebabkan penderita pingsan sampai shock. Pada
abortus tuba nyeri mula-mula pada satu sisi, menjalar ke tempat
lain. Bila darah sampai diafragma bisa menyebabkan nyeri bahu
dan bila terjadi hematokel retrouterina terdapat nyeri defekasi

d. Perdarahan pervagina bewarna coklat

e. Mual dan muntah

f. Rasa nyeri di bagian kanan atau kiri perut ibu

g. Perut semakin membesar dan keras

h. Suhu badan agak naik

i. Nadi cepat

j. Tekanan darah menurun

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium : kadar hemoglobin, leukosit, tes


kehamilan bila baru terganggu.

2. Ultrasonografi

3. Laparoskopi atau laparatomi sebagai pendekatan diagnosa


terakhir

Penatalaksanaan

Untuk menentukan tatalaksana kehamilan abdominal ada


beberapa hal yang harus dipertimbangkan, yaitu komplikasi yang
dialami ibu, kelainan kongenital janin, usia kehamilan, ketersediaan
fasilitas perawatan neonatus. Janin yang sudah meninggal menjadi
indikasi untuk melakukan operasi, untuk menghindari resikoinfeksi,
perdarahan, dan DIC. Jika janin masih hidup, harus segera dilakukan
laparotomi karena risiko terlepasnya plasenta dan terjadinya
perdarahan yang hebat. Tapi bila usia kehamilan di atas 24 minggu,
keadaan ibu dan janin baik, operasi dapat ditunda untuk memberi
waktu bagi janin menjadi lebih matang, tetapi harus dilakukan
observasi yang ketat untuk mengantisipasi terjadinya perdarahan,
yang dapat mengancam jiwa penderita. Pada kasus ini dilakukan
laparotomi, dengan pertimbangan ibu yang sudah mengalami keluhan
nyeri pada abdomen, hasil laboratorium dengan nilai Hb dan Ht yang
rendah menandakan adanya perdarahan, hasil ultrasonography
didapatkan massa kompleks di posterior uterus dicurigai perdarahan.
Tindakan tersebut dinilai tepat karena dapat mencegah terjadinya
komplikasi yang lebih lanjut pada ibu. Bagaimana tatalaksana
plasenta pada kehamilan abdominal masih menjadi perdebatan.
Pelepasan plasenta sebagian dapat mengakibatkan perdarahan yang
hebat. Pengangkatan plasenta secara utuh dilakukan hanya bila
pembuluh darah yang mendarahi plasenta tersebut dapat diidentifikasi
dan dilakukan ligasi. Regresi total plasenta akan terjadi sempurna
dalam waktu 4 bulan.

Pemberian methotrexate untuk mempercepat involusi plasenta


tidak dianjurkan karena degradasi jaringan plasenta secara cepat
dapat menyebabkan akumulasi dari jaringan nekrotik, dimana
merupakan media yang ideal bagi pertumbuhan bakteri dan terjadinya
sepsis.7,9,11 Pada kasus ini masalah penanganan plasenta tidak
menjadi kendala karena usia kehamilan yang masih sangat muda yaitu
33 hari berdasarkan perhitungan mens terakhir, pada usia kehamilan
tersebut plasenta belum terbentuk.
Referensi:
- Santoso, Budi. Analisis Faktor Risiko Kehamilan Ektopik. 2017.
Departemen Obstetri dan Ginekologi FK.Unair RSUD. Dr. Soetomo
Surabaya
- Kurniawan Arri, Mutiara Hanna. Kehamilan Ektopik di Abdomen. 2016.
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
DAFTAR PUSTAKA

1. Putra, kadek Agus Heryana. Fisiologi Nyeri. Bagian Ilmu


Anastesi.Fakultas Kedokteran Udayana. 2017. Halaman 22
2. Putra, Kadek Agus Heryana. Fisiologi Nyeri. Bagian Ilmu
Anastesi.Fakultas Kedokteran Udayana. 2017. Halaman 22
3. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Balai Penerbit FK UI. Jakarta : 20
Thieara Ramadanika UNAIR.ac.id Definisi Mual dan Muntah
4. Jacoby RF.Obscure Cause Ofacute Lower Gastrointestinal Bledding. In
Acute Bleeding Diagnosis and Trearment. Hal 199-218
Cunningham, Leveno, Bloom, et al. Obstetri Williams. Edisi ke-23. Volume
1. Jakarta: EGC; 2013.
Kurniawan Arri, Mutiara Hanna. Kehamilan Ektopik di Abdomen. 2016.
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

5. Sjamsuhidajat, R., De Jong, W., 2004. Buku-Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.


Jakarta:EGC, 639-645.
Alteri, R. et al. (2011). Colorectal Cancer Facts & Figure 2011-2013.
Atlanta: American Cancer Society.
Santoso, Budi. Analisis Faktor Risiko Kehamilan Ektopik. 2017.
Departemen Obstetri dan Ginekologi FK.Unair RSUD. Dr. Soetomo
Surabaya

Anda mungkin juga menyukai