FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Makassar, 22 Oktober 2018
LAPORAN PBL
MODUL 3
11020170063 FATMAWATI
110201700171 NURLAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2018
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan atas limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya
sehingga laporan hasil TUTORIAL dari kelompok 13 ini dapat terselesaikan
dengan baik. Dan tak lupa kami kirimkan salam dan shalawat kepada nabi
junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam
yang penuh kebodohan ke alam yang penuh kepintaran.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada setiap pihak yang telah
membantu dalam pembuatan laporan ini dan yang telah membantu selama masa
TUTORIAL khususnya kepada tutor pembimbing yang telah banyak membantu
selama proses PBL berlangsung. Dan kami juga mengucapkan permohonan maaf
kepada setiap pihak jika dalam proses PBL telah berbuat salah baik disengaja
maupun tidak disengaja.
Semoga Laporan hasil TUTORIAL ini dapat bermanfaat bagi setiap pihak
yang telah membaca laporan ini dan khusunya bagi tim penyusun sendiri.
Diharapkan setelah membaca laporan ini dapat memperluas pengetahuan pembaca
mengenai MUSCULOSKELETAL
Kelompok 13
KELOMPOK 13Page 1
SKENARIO :
KATA SULIT : -
KATA KUNCI :
PERTANYAAN :
KELOMPOK 13Page 2
JAWABAN :
KELOMPOK 13Page 3
menggambarkan komposisi saraf perifer yang berbeda, dengan hanya
beberapa pengecualian. Plexus brachialis memiliki dua bagian topografi.
Supraklavicularis pars yang terdiri dari saraf batang dan perifer yang
berasal dari batang atau ramus anterior saraf spinal (C5-T1). Pars
infraclavicularis terdiri dari fasciculus. Saraf pada lengan merupakan
cabang dari infraciavicularis pars. Namun, saraf di bahu, adalah cabang
dari supraclavicularis pars :
KELOMPOK 13Page 4
median. Medial fasculus bercabang ke dalam saraf ulnaris, medial medial
N. median, N. cutaneus medial brachii dan N. cutaneus medial antebrachii.
• Pars infraclavicularis:
Posterior fasciculus (C5-T1):
1). N. axillaris (C5-C6)
2). Saraf radial (C5-T1)
3). Ms. subscapulares (C5-C7)
4). Thoracodorsalis N. (C6-C8)
KELOMPOK 13Page 5
Saraf kulit ekstremitas atas, sisi kanan; dilihat dari ventral Semua
infraklavicularis pars saraf dari Plexus brachialis berkontribusi pada
persarafan sensorik dari bahu dan lengan. Bagian lateral bahu dipersarafi
oleh N. axillaris. Sisi lateral dan dorsal lengan atas, sisi dorsal lengan
bawah dan 2½ jari dari sisi dorsal radial dipersarafi oleh N radialis. N.
musculocutaneus memainkan peran dalam persarafan sensorik pada lengan
samping lateral. N. kutaneus medial N. dan N. kulit medial N. antebrachii
medial mempersarafi sisi medial lengan. N. medianus (3 ½ jari radial dari
sisi palmar) dan N ulnaris (2 ½ jari telapak tangan ulnaris palmar)
memasok tangan.
KELOMPOK 13Page 6
Dermatomi ekstremitas atas, sisi kanan; dilihat dari ventral. Area
spesifik kulit yang dipasok oleh satu segmen medula spinalis. Daerah kulit
ini disebut dermatome. Karena saraf kulit perifer di lengan mengandung
serabut saraf sensorik dari beberapa segmen sumsum tulang belakang,
dermatom tidak tepat sesuai dengan area kulit. yang dipasok oleh saraf
perifer. Tidak seperti orbit berbentuk sabuk dari dermatom, dermatom
lengan memiliki orientasi mengikuti tindakan longitudinal.
KELOMPOK 13Page 7
b. ANATOMI VASKULARISASI
c.
KELOMPOK 13Page 8
otot-otot fleksor superficial dan profundus lengan bawah sampai ke
pergelangan tangan. A. radialis bergerak melintasi Fovea radialis
(Tabatiere) lalu berjalan di antara dua Caput musculi interosseus dorsalis I
dan memasuki telapak tangan untuk memberikan suplai utama ke Arcus
palmaris profundus. A. ulnaris memberi cabang berupa A. interosseus
communis dan berjalan bersama dengan N. ulnaris ke arah sendi
pergelangan tangan melalui kanal GUYON ke telapak tangan. Di tempat
ini, A. ulnaris akan terus berjalan membentuk Arcus palmaris superficialis.
KELOMPOK 13Page 9
bersatu di dalam Trigonum clavipectorale (Fossa MOHRENHEIM)
dengan V. axillaris. Pada lengan atas, vena superficialis dapat terlihat
sangat halus atau bahkan hilang. V. basilica antebrachii mulai pada
dorsum tangan sisi ulna dan berlanjut pada sisi ventral ulna lengan bawah
serta kemudian memasuki.
2. Mekanisme Inflamasi
KELOMPOK 13Page 10
ke dalam jaringan lunak serta pengerasan jaringan akibat
pengumpulan cairan dan sel-sel (Ward, 1993). Mekanisme
terjadinya inflamasi secara umum dapat dilihat pada Gambar 2.
Adanya rangsang iritan atau cidera jaringan akan memicu
pelepasan mediator-mediator inflamasi. Senyawa ini dapat
mengakibatkan vasokontriksi singkat pada arteriola yang diikuti
oleh dilatasi pembuluh darah, venula dan pembuluh limfa serta
dapat meningkatkan permeabilitas vaskuler pada membran sel.
Peningkatan permeabilitas vaskuler yang lokal dipengaruhi oleh
komplemen melalui jalur klasik (kompleks antigen-antibodi), jalur
lectin (mannose binding lectin) ataupun jalur alternatif. 8
Peningkatan permeabilitas vaskuler lokal terjadi atas pengaruh
anafilatoksin (C3a, C4a, C5a). Aktivasi komplemen C3 dan C5
menghasilkan fragmen kecil C3a dan C5a yang merupakan
anafilatoksin yang dapat memacu degranulasi sel mast dan basofil
untuk melepaskan histamin. Histamin yang dilepas sel mast atas
pengaruh komplemen, meningkatkan permeabilitas vaskuler dan
kontraksi otot polos, memberikan jalan untuk migrasi sel-sel
leukosit serta keluarnya plasma yang mengandung banyak antibodi,
opsonin dan komplemen ke jaringan perifer tempat terjadinya
inflamasi (Abbas dkk., 2010). Sel-sel ini akan melapisi lumen
pembuluh darah selanjutnya akan menyusup keluar pembuluh
darah melalui sel-sel endotel (Ward, 1993). Aktivasi komplemen
C3a, C5a dan C5-6-7 dapat menarik dan mengerahkan selsel
fagosit baik mononuklear dan polimorfonuklear. C5a merupakan
kemoaktraktan untuk neutrofil yang juga merupakan anafilatoksin.
Makrofag yang diaktifkan melepaskan berbagai mediator yang ikut
berperan dalam reaksi inflamasi. Beberapa jam setelah perubahan
vaskuler, neutrofil menempel pada sel endotel dan bermigrasi
keluar pembuluh darah ke rongga jaringan, memakan patogen dan
melepaskan mediator yang berperan dalam respon inflamasi.
KELOMPOK 13Page 11
Makrofag jaringan yang diaktifkan akan melepaskan sitokin
diantaranya IL-1 (interleukin-1), IL-6 dan TNF-α (tumor necrosis
factor-α) yang menginduksi perubahan lokal dan sistemik. Ketiga
sitokin tersebut menginduksi koagulasi. IL-1 akan menginduksi
ekspresi molekul adhesi pada sel endotel sedangkan TNF-α akan
meningkatkan ekspresi selektin-E yang kemudian menginduksi
peningkatan eksresi intracellular adhesion molecule-1 (ICAM-1)
dan vascular cell adhesion molecule-1 (VCAM-1). Neutrofil,
monosit, dan limfosit mengenali molekul adhesi tersebut dan
bergerak ke dinding pembuluh darah selanjutnya 9 bergerak
menuju ke jaringan. IL-1 dan TNF-α juga berperan dalam memacu
makrofag dan sel endotel untuk memproduksi kemokin yang
berperan pada influks neutrofil melalui peningkatan ekspresi
molekul adhesi. IFN-γ (interferon-γ) dan TNF-α akan
mengaktifkan makrofag dan neutrofil yang dapat meningkatkan
fagositosis dan pelepasan enzim ke rongga jaringan (Abbas dkk.,
2010).
KELOMPOK 13Page 12
Mediator-mediator inflamasi dalam keadaan normal akan didegradasi
setelah dilepaskan dan diproduksi secara serempak jika ada picuan.
Selama proses inflamasi berlangsung, diproduksi sinyal untuk
menghentikan reaksi inflamasi. Mekanisme ini meliputi perubahan
produksi mediator proinflamasi menjadi mediator antiinflamasi 10 antara
lain antiinflamasi lipoxin, antiinflamasi sitokin, transforming growth
factor-β (TGF-β) dan perubahan kolinergik yang menghambat produksi
TNF pada makrofag. Sistem tersebut dibutuhkan untuk mencegah
terjadinya inflamasi yang berlebihan yang dapat memicu kerusakan
jaringan. Hal yang sama juga dapat terjadi ketika infeksi jaringan yang
terjadi terlalu besar dan respon inflamasi akut yang terjadi tidak mampu
mengatasinya. Proses inflamasi tersebut akan tetap berlangsung terus-
menerus dan dapat memicu terjadinya inflamasi kronis seperti yang
terlihat pada Gambar 3, misalnya pada mekanisme penyakit tukak
lambung (Kumar dkk., 2005).
KELOMPOK 13Page 13
Inflamasi diketahui berkontribusi pada patofisiologi dari banyak penyakit
kronis. Ketika proses inflamasi tersebut berlangsung secara terus menerus
akan menyebabkan kerusakan jaringan setempat dan fungsi jaringan
menjadi terganggu bahkan dapat 11 meluas sehingga mengakibatkan
kerusakan organ. Proses inilah yang kemudian akan mengakibatkan
berbagai macam penyakit (Kumar dkk., 2005). Interaksi antara sel dengan
sistem imun bawaan, sistem imun adaptif, dan mediator-mediator
inflamasi menginisiasi terjadinya inflamasi yang mendasari banyak
penyakit pada organ (Libby, 2007).
KELOMPOK 13Page 14
Proses signaling cellular redox, misalnya protein kinase biasa diawali
dengan transfer protein tyrosine kinase/ protein tyrosine phosphatase
(PTK/PTP). PTP dapat menginisiasi fosforilasi tirosin yang berkontribusi
terhadap patogenesis penyakit seperti kanker dan diabetes (Bouallegue
dkk., 2009; Parkkila dkk., 2009). Aktivasi NF-κB dapat merangsang
ekspresi mediator-mediator proinflamasi seperti COX-2, TNF-α, iNOS dan
molekul adhesi pada aorta dan ginjal (Kim dkk., 2002) serta menginisiasi
terjadinya inflamasi kronis (Rahman dkk., 2004; Yu & Chung, 2006).
Penghambatan mediator-mediator proinflamasi dan faktor trankripsinya
diperlukan dalam pengobatan penyakit yang terkait dengan inflamasi.
3. Manifestasi Klinis
Benjolan :
Pasien mungkin hadir dengan massa tanpa rasa sakit atau dengan
gejala dan tanda-tanda iritasi saraf atau kompresi tergantung pada ukuran
dan lokasi dari pembengkakan..Pembengkakan terbesar terletak di
belakang lutut.
KELOMPOK 13Page 15
Nyeri :
Biasanya tidak ada rasa sakit di sendi yang terlibat. untuk gejala
yang dialami. gejala yang muncul dapat berupa keterbatasan gerak,
parestesia dan kelemahan. umumnya soliter, dan jarang berdiameter di
atas 2 mm. dapat melibatkan hampir semua sendi pada tangan dan
pergelangan tangan. dorsal wrist, solar wrist, solar retinakular dan distal
interpalangeal merupakan gejala yang paling sering ditemukan pada
tangan dan pergelangan tangan.
Ukuran :
Pembengkakan memiliki kecenderungan untuk membesar dan
mengecil, karena cairan yang terdapat pada jaringan ekstraseluler
terserap kembali ke dalam sendi atau tendon pada proses reabsorpsi.
Kesemutan
Pembengkakan biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, tetapi
jika benjolan tersebut menekan pada saraf dapat menyebabkan nyeri
yang tajam, kesemutan, mati rasa atau kelemahan otot.
4. Diferensial Diagnostic
1. Kista Ganglion
a. Defenisi
Ganglion adalah suatu kista yang terbentuk dari kapsul suatu sendi
atau sarung suatu tendo. Kista ini berisi cairan kental jernih yang mirip
dengan jelly yang kaya protein. Kista inin merupakan tumor jaringan
lunak yang paling sering di dapatkan pada tangan. Ganglion biasanya
melekat pada sarung tendon pada tangan atau pergelangan tangan atau
melekat pada suatu sendi; namun ada pukla yang tidak memiliki
hubungan dengan struktur apa pun. Kista ini juga dapat di temukan di
kaki. Ukuran kista bervariasi, dapat bertambah besar atau mengecil
seiring berjalannya waktu bahkan menghilang. Selain itu, kadang dapat
mengalami inflamasi jika teriritasi. Konsistensi dapa lunak hingga
keras seperti batu akibat tekanan tinggi cairan yang mengisi kista
KELOMPOK 13Page 16
sehingga kadang didiagnosis sebagai tonjolan tulang. Ganglion timbul
pada tempat tempat berikut:
1. Pergelangan tangan- punggung tangan (“dorsal wurist
gangion”), pada telapak tangan (“volar wurist ganglion”),
atau kadang pada daerah ibu jari. Kista ini berasal dari salah
satu sendi pergelagan tangan, kadang diperberat oleh cedera
pada pergelangan tangan.
2. Telapak tangan pada dasar jari-jari (“flexor tendon sheat
cyst”). Kista ini berasal dari saluran yang menjaga tendon
jari pada tempatnya, dan kadang terjadi akibat terjadi akibat
iritasi pada tendon- tendinitis.
3. Bagian belakang tepi sendi jari (“mucous cyst”), terletak
disebelah dasar kuku. Kista in dapat menyebabkan lekukan
pada kuku, dan dapat menjadi terinfeksi dan meyebabkan
infeksi sendi walaupun jarang. Hal ini biasanya disebaabkan
artritis aatau taji tulang pada sendi.
b. Anatomi
Ganglion terjadi pada sendi, oleh karena itu perlu diketahui
mengenai anatomi sendi. Ganglion ditemukan pada sendi
diartrodial yang merupakan jenis sendi yang dapat digerakkan
dengan bebas dan ditemukan paling sering pada wrist joint. Hal ini
mungkin diakibatkan banyaknya gerakan yang dilakukan oleh wrist
joint sehingga banyak gesekan yang terjadi antar struktur di
daerah tersebut sehingga memungkinkan terjadinya reaksi inflamasi
dan pada akhirnya mengakibatkan timbulnya ganglion. Selain itu
wrist joint merupakan sendi yang kompleks karena terdiri dari
beberapa tulang sehingga kemungkinan timbulnya iritasi atau
trauma jaringan lebih besar. Jenis sendi diartrodial mempunyai
unsur-unsur seperti rongga sendi dan kapsul sendi. Kapsul sendi
terdiri dari selaput penutup fibrosa padat serta sinovium yang
KELOMPOK 13Page 17
membentuk suatu kantung yang melapisi seluruh sendi dan
membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi. Sinovium
tidak terlalu meluas melampaui permukaan sendi tetapi terlipat
sehingga memungkinkan gerakan sendi secara penuh. Lapisa-lapisan
bursa di seluruh persendian membentuk sinovium. Sinovium
menghasilkan cairan yang sangat kental yang membasahi permukaan
sendi. Cairan sinovial normalnya bening, tidak membeku, dan
tidak berwarna. Jumlah yang ditemukan pada tiap sendi relative sedikit
(1-3 ml). Asam hialuronidase adalah senyawa yang bertanggung
jawab atas viskositas cairan sinovial dan disintesis oleh sel-
sel pembungkus sinovial. Bagian cair dari cairan sinovial
diperkirakan berasal dari transudat plasma. Cairan sinovial juga
bertindak sebagai sumber nutrisi bagi tulang rawan sendi.
c. Epidemiologi
Kista ganglion merupakan tumor jaringan lunak sering ditemukan
padatangan dan pergelangan tangan. Kista ini dapat terjadi pada
berbagai usia termasuk anak-anak kurang lebih 15% terjadi pada usia
dibawah 21 tahun. 70% terjadi pada dekade kedua dan keempat
kehidupan. Perempuan tiga kalil ebih banyak menderita dibandingkan
laki-laki. Tidak ditemukan predileksi predileksi antara tangan kiri dan
kanan, dan tampaknya pekerjaan tidak meningkatkan resiko timbulnya
respons inflamasi dan memberikan tekanan pada kompartemen
dorsal pertama.4 Prevalensi tertinggi terjadi pada usia 30-55 tahun.
a. Etiologi
Penyebab sindrom De Quervain belum diketahui pasti. Beberapa faktor
yang dianggap menjadi penyebab yakni:
Overuse
KELOMPOK 13Page 18
Gerakan berlebihan dan terlalu membebani sendi carpometacarpal I
dapat menyebabkan ruptur dan peradangan akibat gesekan,
tekanan, dan iskemia daerah persedian.
Trauma langsung
Trauma yang langsung mengenai tendon otot abductor
pollicis longus dan extensor pollicis brevis dapat merusak jaringan
serta menyebabkan peradangan yang bisa menimbulkan nyeri.
Radang sendi
Kerusakan sendi akibat proses radang mengakibatkan erosi
tulang pada bagian tepi sendi akibat invasi jaringan granulasi dan
akibat resorbsi osteoklas. Kemudian pada tendon terjadi
tenosinovitis disertai invasi kolagen yang dapat menyebabkan
ruptur tendon.
b. Patofiologi
Gerakan dan beban berlebihan pada sekitar sendi carpometacarpal I
menimbulkan gesekan, tekanan, dan iskemia; apabila terusmenerus akan
menimbulkan peradangan, mengakibatkan bengkak dan nyeri. Inflamasi
daerah ini umumnya terjadi pada penggunaan tangan dan ibu jari untuk
kegiatan berulang atau repetitif.
De Quervain’s syndrome timbul akibat mikrotrauma kumulatif
(repetitif). Trauma minor repetitif atau penggunaan berlebihan jari-jari
tangan (overuse) menyebabkan malfungsi pembungkus tendon,
pembungkus tendon akan mengalami penurunan produksi dan kualitas
cairan sinovial. Cairan sinovial berfungsi sebagai lubrikan, sehingga
gangguan produksi dan kualitas mengakibatkan gesekan antara otot dan
pembungkus tendon. Proses gesekan yang terus-menerus akan
mengakibatkan inflamasi pembungkus tendon, diikuti proliferasi jaringan
ikat fibrosa. Proliferasi jaringan ikat fibrosa akan memenuhi hampir
seluruh pembungkus tendon menyebabkan pergerakan tendon terbatas.
Stenosis atau penyempitan pembungkus tendon tersebut akan
mempengaruhi pergerakan otototot abductor pollicis longus dan extensor
KELOMPOK 13Page 19
pollicis brevis. Pada kasus-kasus lanjut akan terjadi perlengketan tendon
dengan pembungkusnya. Gesekan otot-otot ini akan merangsang saraf di sekitar
otot, sehingga menimbulkan nyeri saat ibu jari digerakkan; nyeri ibu jari
merupakan keluhan utama penderita sindrom De Quervain.
c. Manifestasi klinik
Gejala dan keluhan yang dapat ditimbulkan oleh sindrom ini
antara lain rasa nyeri saat menggerakkan pergelangan tangan, timbul
bengkak sekitar pergelangan tangan, spasme m.abdductor policis longus
dan m.ekstensor policis brevis, serta ada nyeri tekan sekitar processus
styloideus radii. Gejala yang di timbulkan oleh De Quervain Syndrome
termasuk di dalamnya adalah nyeri dan terjadi pembengkakan di area
styloideus radii.Nyeri terjadi saat digerakkan ke arah ulnar deviasi wrist
joint, fleksi yang disertai adduksi ibu jari atau adduksi ibu jari. Nyeri juga
terjadi akibat kelelahan dengan kurangnya kekuatan untuk menggenggam
serta kemapuan menjepit.Pembengkakan biasanya terlihat pada kondisi
yang bersifat kronik.
Berikut gejala yang di dapatkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik :
1. Rasa nyeri sekitar ibu jari,
2. Bengkak pergelangan tangan sisi ibu jari,
3. Rasa tebal sekitar ibu jari,
4. Penumpukan cairan pada daerah yang bengkak,
5. Krepitasi saat menggerakkan ibu jari,
6. Sendi ibu jari terasa kaku saat bergerak,
7. Penurunan lingkup gerak sendi carpometacarpa.
d. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaannya sindrom De Quervain meliputi non-
bedah dan pembedahan, yang bertujuan untuk mengatasi peradangan pada
kompartemen dorsal pertama pergelangan tangan.
KELOMPOK 13Page 20
e. Tatalaksana non-bedah
1. Edukasi menghindari pekerjaan yang menggunakan jari-jari tangan.
2. Pasien dianjurkan untuk mengistirahatkan (imobilisasi)
kompartemen dorsal pertama ibu jari untuk mencegah edema lebih
lanjut. Idealnya, imobilisasi sekitar 4-6 minggu.
3. Dapat dilakukan kompres dingin untuk membantu mengurangi
edema.
4. Jika gejala berlanjut, dapat diberikan anti-inflamasi oral atau injeksi.
Nonsteroidal anti-inammatory drug (NSAIDS) Ibuprofren yang
merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk nyeri sedang.
f. Tatalaksana bedah
Diperlukan bila terapi non-bedah tidak efektif lagi, terutama pada
kasus-kasus lanjut telah terjadi perlengketan pembungkus tendon atau
pada pasien yang memiliki prognosis kurang baik dengan terapi non-
bedah seperti:
1. Pasien dengan nyeri hebat (VAS/ Visual Analogue Scale >8/10)
dan inflamasi sepanjang nervus radialis atau kompartemen
ekstensor pertama
2. Pasien yang tidak mentoleransi NSAIDS, sehingga proses
penyembuhan sangat lambat
3. Pasien tidak mampu memahami edukasi selama masa
pengobatan seperti pembatasan gerak ibu jari
4. Pembengkakan hebat pada bagian dorsal kompartemen ekstensor
pertama pergelangan tangan Pembedahan dilakukan dengan
anestesi lokal dan menggunakan torniket. Dibuat insisi kulit
sepanjang 3 sentimeter pada area kompartemen dorsal pertama
pergelangan tangan; dimulai dari dorsal ke volar dengan arah
transversal oblik sejajar lipatan kulit melewati daerah lunak
kompartemen dorsal pertama.
KELOMPOK 13Page 21
5. Penatalaksanaan dan pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Penunjang
MRI atau USG dapat digunakan ketika diagnosa masih belum jelas.
1. Kista mukus dievaluasi dengan standar PA, lateral dan radiograf oblik
tegak pada jarijari yang terkena.
2. Pada radiologi, ganglion interosseous mungkin di lokasi sentral atau sisi
tulang yang terkena. Radiologi juga dapat menggambarkan ganglion
juxtaosseous yang menembus tulang. Lesinya adalah radiolusen dengan
border sklerotik. Ganglion ini sering terjadi dekat permukaan sendi.
3. MRI digunakan untuk melihat ganglion yang tidak terlihat dengan
radiologi konvensional.
4. Axial, Coronal, atau Sagital CT-Scan digunakan untuk melihat kista
ganglion yang samara-samar.
5. Bone Scan dipakai untuk menentukan apakah suatu masa intraosseous
merupakan metabolik aktif dan menyebabkan nyeri.
KELOMPOK 13Page 22
Terapi
1. Konservatif:
2. Operatif :
KELOMPOK 13Page 23
6. Perspektif Islam
Dari riwayat Imam Muslim dari Jabir bin Abdillah dia berkata bahwa
Nabi bersabda,
“Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan
penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa
Ta’ala.” (HR. Muslim)
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu).
KELOMPOK 13Page 24
Daftar pustaka :
KELOMPOK 13Page 25