Anda di halaman 1dari 24

NEUROANATOMI

PLEXUS BRACHIALIS

Pembimbing
dr. Tranggono Yudo U., Sp. S, Msi. Med, FINA

Disusun oleh:
Jehezkiel Dirgantara T.M
2065050102

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF


PERIODE 1 MARET 2021 – 13 MARET 2021
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
NEUROANATOMI
PLEXUS BRACHIALIS

Neuroanatomi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf

Rumah Sakit Umum Universitas Kristen Indonesia

Telah disetujui

Pada :......................................2021

Disusun Oleh :
Jehezkiel Dirgantara T.M
2065050102

Pembimbing,

dr. Tranggono Yudo U., Sp. S, Msi. Med, FINA

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan kemu
dahan dan kelancaran sehingga penulis dapat menyelesaikan neuroanatomi yang berjudul
“Plexus Brachialis”. Referat ini disusun guna memenuhi tugas Pembelajaran Jarak Jauh Kep
aniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf di RS UKI.

Adapun ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada orang tua penulis yang tidak pernah b
erhenti mendoakan dan mendukung kelancaran belajar selama masa pendidikan penulis. Penu
lis juga berterima kasih khususnya kepada dr. Tranggono Yudo U., Sp. S, Msi. Med,
FINA selaku pembimbing neuroanatomi penulis, yang selalu memberikan bimbingan, masuk
an, dan meluruskan pembelajaran penulis sampai referat ini terselesaikan.

Penulis menyadari akan kesalahan dan kekurangan yang terdapat dalam neuroanatomi ini.
Dengan demikian, besar harapan penulis akan saran dan masukan demi perbaikan di masa me
ndatang. Semoga neuroanatomi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta, Maret 2021

Jehezkiel Dirgantara T.M

ii
1

BAB I

PENDAHULUAN
Pleksus brakhialis adalah pangkal dari serabut-serabut saraf yang berasal dari medulla
spinalis C5-Th 1, dan mempersarafi ekstremitas superior.1 Pleksus brakialis (plexus brachialis)
juga merupakan pleksus saraf somatik dibentuk oleh intercommunications antara rami ventral (akar)
dari saraf serviks 4 lebih rendah (C5-C8) dan saraf dada pertama (T1). Lesi pada pleksus brachialis
dapat diklasifisikasikan sesuai dengan derajat kerusakan saraf dan secara anatomi dibagi
menjadi cedera pleksus brakhialis atas dan bawah.1 Pleksus brakhialis merupakan sumber penting
nyeri bahu dan lengan.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Anatomi Pleksus Brakhialis


Pleksus brakialis merupakan jaringan saraf yang kompleks, memanjang dari leher ke
ketiak, yang memasok motorik, sensorik, dan simpatik ke ekstremitas atas. Biasanya,
itu dibentuk oleh penyatuan primer ventral rami dari saraf tulang belakang, C5 – C8 &
T1, yang disebut "Akar" dari pleksus brakialis. Akar brakialis pleksus terletak di antara
otot skalenus anterior dan medius.1
Saraf tulang belakang dibentuk oleh penyatuan akar saraf tulang belakang ventral
dan dorsal saat mereka muncul melalui foramina intervertebralis. Saat mereka keluar
dari foramina intervertebralis, akarnya biasanya terdiri dari satu fasikula besar,
dikelilingi oleh sedikit epineurium.2
Saraf - saraf yang menuju ke ekstermitas superior mempunyai fungsi penting
sebagai berikut : persarafan sensorik ke kulit dan struktur struktur dalam, seperti sendi,
persarafan motorik otot - otot, mempengaruhi diameter pembuluh darah oleh saraf
vasomotor simpatis, dan menyarafi kelenjar keringat melalu saraf sekretomotorik
parasimpatis.3
Pleksus brachialis dibentuk oleh belahan anterior saraf spinal C.5,6,7 dan 8 serta
hampir seluruh saraf spinal T.1. Cabang dari C.5 dan C.6 membentuk trunkus superior,
saraf spinalis C.7 merupakan trunkus medius dan cabang dari C.8 dan T.1 membentuk
trunkus inferior.4
Ketiga trunkus terletak di fossa supraklavikularis sedikit distal dari muskulus
skalenus anterior. Cabang-cabang tersebut saling jalin - menjalin. Cabang - cabang
anterior trunkus superior dan medius (C.5,6 dan C.7) kemudian tergabung menjadi satu
berkas yang dinamakan fasikulus lateralis. Cabang anterior trunkus medius (C.7) dan
trunkus inferior (C.8 dan T.1) membentuk fasikulus medialis. Cabang-cabang posterior
ketiga trunkus tersebut diatas menyusun fasikulus posterior. Fasikulus - fasikulus
dinamakan medialis, dan posterior karena kedudukan masing-masing terhadap arteri
subklavia.4
Ketiga fasciculus plexus brachialis terletak di atas dan lateral terhadap bagian
pertama A. Aksillaris (bagian pertama A. Aksillaris terletak dari pinggir lateral iga 1
sampai batas atas M. Pectoralis minor, dan bagian III terletak dari pinggir bawah M.
Pectoralis minor sampai pinggir bawah M. Teres Major). Fasciculus medialis
3

menyilang di belakang arteri untuk mencapai sisi medial bagian II arteri. Fasciculus
posterior terletak di belakang bagian ke dua arteri, dan fasciculus lateralis terletak
bagian II arteri. Jadi fasciculus pleksus membatasi bagian kedua A.Axillaris yang
dinyatakan seperti namanya. Sebagian besar cabang fasciculus yang membentuk
trunkus saraf utama ekstremitas superior melanjutkan hubungan dengan bagian kedua
A.Aksillaris.3
4

Gambar 1. Persarafan Pleksus Brakhialis


5

Gambar 2. Persarafan Pleksus Brakhialis

Gambar 3. Pleksus Brachialis (secara skematis)

Menurut letaknya terhadap clavicula percabangan plexus brachialis dibagi menjadi


pars supraclavicularis dan pars infraclavicularis.
1. Pars Supraclavicularis1
· N.Thoracalis Posterior, setelah tembus m.scalenus medius segera bercabang dua
menjadi n.dorsalis scapulae dan n.thoracalis longus, n.dorsalis scapulae berjalan
ke caudodorsal, berada disebelah profunda m.levator scapulae, berada diantara
m.rhamboideus major et minor dan m.serratus posterior superior (berjalan
bersama-sama dengan ramus ascendens dan ramus descendens arteria transversa
colli), n.thoracalis longus berjalan ke caudal disebelah dorsal plexus brachialis
dan vasa axillaris, lalu mengikuti tepi lateral m.serratus anterior.

· N.Subclavius, berada disebelah ventral plexus brachialis. Disebelah lateral dari


n.phrenicus, menuju ke m.subclavius (berada di sebelah ventral vasa subclavia).
Sering dari nervus ini dipercabangkan n.phrenicus (n.phrenicus accesorius).

· N.Supraclavicularis, berjalan ke arah dorsolateral, ditutupi oleh m.omohyoideus


venter inferior dan tepi anterior m.trapezius, lalu berjalan disebelah caudal
ligamentum tranversum scapulae superius, masuk ke dalam fossa supra spinata,
6

selanjutnya melalui collum scapulae dan berada di sebelah ventral dari


ligamentum transversum scapulae inferius masuk ke dalam fossa infra spinata.

2. Pars infraclavicularis
 Nn.thoracalis anterior, ada dua buah yang masing-masing berada di sebelah
lateral dan medial a.axillaris, mempersarafi mm.pectoralis.

 Nn.subscapularis, biasanya ada dua buah, berjalan ke caudal, di sebelah dorsal


plexus brachialis, bersifat motoris untuk m.subscapularis dan m.teres major

 N.thoraco dorsalis, berjalan mengikuti a.thoraco dorsalis pada dinding posterior


fossa axillaris menuju ke m.latissimus dorsi (motoris)

 N.axillaris, disebut n.circumflexus, berjalan ke arah latero-caudal, berada di


sebelah ventral m.subscapularis, di sebelah dorsal a.axillaris, menyilang m.teres
minor, meninggalkan fossa axillaris dengan melalui fissura axillaris lateralis
bersama-sama dengan a.circumflexa humeri posterior, memberi cabang-cabang
ke m.terres minor dan m.delthoideus, selanjutnya menembus fascia brachii
diantara caput logum m.triceps brachii, menuju ke kulit sebagai n.cutaneus
brachii lateralis.

 N.cutaneus brachii medialis, berjalan melalui fossa axillaris menuju ke bagian


proximal brachium, tembus fascia axillaris di beberapa tempat untuk
mempersarafi kulit pada regio brachium bagian medial (sampai di epicondylus
medialis humeri). Seringkali saraf ini membentuk perhubungan dengan ramus
lateralis n.intercostalis ke II sebagai nervus intercostobrachialis, yang juga
menuju brachium dekat pada fossa axullaris. Saraf ini berasal dari fasciculus
medialis.

 N.cutaneus antebrachii medialis, berasal dari fasciculu medialis, berada


disebelah medial a.axillaris, menembusi fascia brachii setinggi hiatus basilicus
dan mempersarafi kulit pada regio antebrachium bagian medial.

3. Cabang Terminal Pleksus Brakhialis

 N.musculocutaneus

 N.medianus
7

 N.ulnaris

 N.radialis

Gambar 4. Pleksus Brachialis5


8

Gambar 5. Persebaran dermatom inervasi sensoris Pleksus Brachialis

II.2 Lesi Pada Plexus Brachialis

Lesi pleksus brakhialis adalah lesi saraf yang menimbulkan kerusakan saraf yang
membentuk pleksus brakhialis, mulai dari “radiks” saraf hingga saraf terminal.
Keadaan ini dapat menimbulkan gangguan fungsi motorik, sensorik atau autonomik
pada ekstremitas atas. Istilah lain yang sering digunakan yaitu neuropati pleksus
brakhialis atau pleksopati brakhialis.5

II.2.1 Derajat Kerusakan Lesi Pada Plexus Brachialis

Derajat kerusakan pada lesi saraf perifer dapat dilihat dari klasifikasi Sheddon
(1943) dan Sunderland (1951). Klasifikasi Sheddon, yaitu : 6
1. Neuropraksia
Pada tipe ini terjadi kerusakan mielin tetapi akson tetap intak. Dengan adanya
kerusakan mielin dapat menyebabkan hambatan konduksi saraf. Merupakan derajat
kerusakan yang paling ringan, pada tipe cedera ini tidak terjadi kerusakan pada
struktur terminal sehingga proses penyembuhan akan lebih cepat.
2. Aksonotmesis
Terjadi kerusakan akson namun semua struktur selubung saraf termasuk
endoneural masih tetap intak. terjadi degenerasi aksonal segmen saraf distal dari lesi
(degenerasi) Wallerian. Regenerasi saraf tergantung dari jarak lesi mencapai serabut
otot yang denervasi tersebut. Pemulihan sensorik cukup baik bila dibandingkan
motorik.
3. Neurotmesis
Terjadi ruptur saraf dimana proses pemulihan sangat sulit terjadi meskipun
dengan
penanganan bedah. Bila pun terjadi pemulihan, prosesnya akan sangat lama.
Neurotmesis merupakan derajat kerusakan paling berat.

Klasifikasi Sunderland lebih merinci kerusakan saraf yang terjadi dan membaginya
dalam 5 tingkat, yaitu :

1. Tipe I : hambatan dalam konduksi (neuropraksia)


2. Tipe II : cedera akson tetapi selubung endoneural tetap intak (aksonotmesis)
9

3. Tipe III: aksonotmesis yang melibatkan selubung endoneural tetapi perineural dan
epineural masih intak.
4. Tipe IV: aksonotmesis melibatkan selubung endoneural, perineural, tetapi epineural
masih baik.
5. Tipe V : aksonotmesis melibatkan selubung endoneural, perineural dan epineural
(neurotmesis).

Gambar 6. Klasifikasi Cedera Saraf

Gejala yang timbul umumnya unilateral berupa kelainan motorik, sensorik dan
bahkan autonomik pada bahu dan/atau ekstremitas atas. Gambaran klinisnya
mempunyai banyak variasi tergantung dari letak dan derajat kerusakan lesi. Lesi
10

pleksus brakhialis dapat dibagi atas pleksopati supraklavikular dan pleksopati


infraklavikular.6

Gambar 7. Pleksus supraclavikular dan infraklavikular

II.2.2 Pleksopati Supraklavikuler

Pada Pleksopati supraklavikuler lesi terjadi ditingkat radiks saraf, trunkus saraf atau
kombinasinya. Lesi ditingkat ini dua hingga tujuh kali lebih sering terjadi dibanding
lesi infraklavikuler.6
1. Lesi tingkat radiks
Pada lesi pleksus brakhialis ini berkaitan dengan avulsi radiks. Gambaran klinis
sesuai dengan dermatom dan miotomnya. Lesi di tingkat ini dapat terjadi partial
paralisis dan hilangnya sensorik inkomplit, karena otot-otot tangan dan lengan
biasanya dipersyarafi oleh beberapa radiks.7

Tabel 1. Presentasi Klinis pada Lesi Radiks

Presentasi klinis diatas adalah untuk membantu penentuan level lesi radiks,
sedangkan kelemahan otot yang lebih lengkap terjadi sesuai miotom servikal berikut
ini :7
C5 : Rhomboideus, deltoid, biseps brachii, supraspinatus, infraspinatus,
brachialis, brachioradialis, supinator dan paraspinal
C6 : Deltoid, biseps brachii, brachioradialis, supraspinatus, infraspinatus,
supinator, pronator teres, fleksor carpi radialis, ekstensor digitorum
komunis dan paraspinal
C7 : Pronator teres, fleksor carpi radialis, ekstensor digitorum komunis, triceps
brachii dan paraspinal
11

C8/T1 : Triceps brachii, fleksor carpi ulnaris, fleksor digitorum profundus, abductor
digiti minimi, pronator kuardatus, abduktor pollicis brevis dan parapinal

Gambar 8. Gambar Miotom Servikal

2. Sindroma Erb-Duchenne
Lesi di radiks servikal atas (C5 dan C6) atau trunkus superior dan biasanya terjadi
akibat trauma. Pada bayi terjadi karena penarikan kepala saat proses kelahiran
dengan penyulit distokia bahu, sedangkan pada orang dewasa terjadi karena jatuh
pada bahu dengan kepala terlampau menekuk kesamping.5
Presentasi klinis pasien berupa waiter’s tip position dimana lengan berada dalam
posisi adduksi (kelemahan otot deltoid dan supraspinatus), rotasi internal pada bahu
(kelemahan otot teres minor dan infraspinatus), pronasi (kelemahan otot supinator
dan brachioradialis) dan pergelangan tangan fleksi (kelemahan otot ekstensor karpi
radialis longus dan brevis).6
Selain itu terdapat pula kelemahan pada otot biseps brakhialis, brakhialis,
pektoralis mayor, subscapularis, rhomboid, levatorscapula dan teres mayor. Refleks
bisep biasanya menghilang, sedangkan hipestesi terjadi pada bagian luar (lateral/
dari lengan atas dan tangan.7
12

3. Sindroma Klumpke’s Paralysis


Lesi di radiks servikal bawah (C8, T1) atau trunkus inferior dimana penyebab
pada bayi baru dilahirkan adalah karena penarikan bahu untuk mengeluarkan kepala,
sedangkan pada orang dewasa biasanya saat mau jatuh dari ketinggian tangannya
memegang sesuatu kemudian bahu tertarik.
Presentasi klinis berupa deformitas clawhand (kelemahan otot lumbrikalis)
sedangkan fungsi otot gelang bahu baik. Selain itu juga terdapat kelumpuhan pada
otot fleksor carpi ulnaris, fleksor digitorum, interosei, tenar dan hipotenar sehingga
tangan terlihat atrofi. Disabilitas motorik sama dengan kombinasi lesi n. Medianus
dan ulnaris. Kelainan sensorik berupa hipestesi pada bagian dalam sisi ulnar dari
lengan dan tangan. 5,6,7
4. Lesi di trunkus superior
Gejala klinisnya sama dengan sindroma Erb di tingkat radiks dan sulit dibedakan.
Namun pada lesi di trunkus superior tidak didapatkan kelumpuhan otot rhomboid,
seratus anterior, levator scapula dan saraf supraspinatus & infraspinatus. Terdapat
gangguan sensorik di lateral deltoid, aspek lateral lengan atas dan lengan bawah
hingga ibu jari tangan.6
5. Lesi di trunkus media
Sangat jarang terjadi dan biasanya melibatkan daerah pleksus lainnya (trunkus
superior dan/atau trunkus inferior) Gejala klinis didapatkan kelemahan otot triceps
dan otot-otot yang dipersyarafi n. Radialis (ekstensor tangan/, serta kelainan sensorik
biasanya terjadi pada dorsal lengan dan tangan.6
6. Lesi di trunkus inferior
Gejala klinisnya yang hampir sama dengan sindroma Klumpke di tingkat radiks.
Terdapat kelemahan pada otot - otot tangan dan jari - jari terutama untuk gerakan
fleksi, selain itu juga kelemahan otot-otot spinal intrinsik tangan. gangguan sensorik
terjadi pada aspek medial dari lengan dan tangan.6
7. Lesi Pan-supraklavikular (radiks C5-T1 / semua trunkus)
Pada lesi ini terjadi kelemahan seluruh otot ekstremitas atas, defisit sensorik yang
jelas pada seluruh ekstremitas atas dan mungkin terdapat nyeri. Otot rhomboid,
seratus anterior dan otot-otot spinal mungkin tidak lemah tergantung dari letak lesi
proksimal (radiks) atau lebih ke distal (trunkus).6
13

II.2.3 Pleksopati Infraklavikuler

Pada pleksopati infraklavikuler terjadi lesi ditingkat fasikulus dan/atau saraf


terminal. Lesi infraklavikuler ini jarang terjadi dibanding supraklavikuler namun
umumnya mempunyai prognosis lebih baik. Penyebab utama terjadi pleksopati
infraklavikuler biasanya adalah trauma dapat tertutup (kecelakaan lalu lintas) maupun
terbuka (luka tembak). Mayoritas disertai oleh kerusakan struktur didekatnya (dislokasi
kaput humerus, fraktur klavikula, scapula atau humerus). Gambaran klinis sesuai
dengan lesinya: 5,7
1. Lesi di fasikulus lateral
Dapat terjadi akibat dislokasi tulang humerus. lesi disini akan mengenai daerah
yang dipersyarafi oleh n. Muskulocutaneus dan sebagian dari n. Medianus. Gejala
klinisnya yaitu kelemahan otot fleksor lengan bawah dan pronator lengan bawah,
sedangkan otot-otot intrinsik tangan tidak terkena. Kelainan sensorik terjadi di
lateral lengan bawah dan jari I - III tangan.6

2. Lesi di fasikulus medial


Disebabkan oleh dislokasi subkorakoid dari humerus. kelemahan dan gejala
sensorik terjadi dikawasan motorik dan sensorik n. ulnaris. lesi disini akan mengenai
seluruh fungsi otot intrinsik tangan seperti fleksor, ekstensor dan abduktor jari-jari
tangan, juga fleksor ulnar pergelangan tangan. Secara keseluruhan kelainan hampir
menyerupai lesi di trunkus inferior. Kelainan sensorik terlihat pada lengan atas dan
bawah medial, tangan dan 2 jari tangan bagian medial.6
3. Lesi di fasikulus posterior
Lesi ini jarang terjadi. gejala klinisnya yaitu terdapat kelemahan dan defisit
sensorik dikawasan n. Radialis. Otot deltoid (abduksi dan fleksi bahu), otot-otot
ekstensor lengan, tangan dan jari-jari tangan mengalami kelemahan. Defisit sensorik
terjadi pada daerah posterior dan lateral deltoid, juga aspek dorsal lengan, tangan
dan jari-jari tangan.6

II.3 Etiologi Lesi Pada Plexus Brachialis


14

Biasanya lesi pada pleksus brachialis terjadi akibat adanya trauma, seperti
kecelakaan lalu lintas atau cedera saat olahraga, merupakan penyebab kerusakan
pleksus brakhialis tersering. Laki laki lebih sering terkena dibandingkan perempuan.
Sebagian pasien berusia antara 20 sampai 30 tahun.5

Kerusakan pleksus brakhialis juga memiliki etiologi selain trauma seperti sindrom
skalenus, tumor, lesi alergi inflamasi, dan trauma lahir.5

1. Sindrom Skalenus

Pleksus brakhialis berjalan menembus struktur yang disebut hiatus skalenus, yang
di batasi oleh muskulus skalenus anterior dan media dan os. Costa I. Hiatus
normalnya memiliki rongga yang cukup untuk pleksus brakialis dan arteri subkalvia
yang menyertainya, tetapi abnormalitas patologis seperti yang di akibatkan cervical
ribs dapat membuat penyempitan yang bermakna pada hiatus. Pada kasus tersebut,
pleksus brakialis dan arteri subclavia harus melewati perlekatan cervical rib ke os
costa I dan rentan terhadap kompresi pada daerah ini.

Gejala sindrom skalenus yang paling menonjol adalah nyeri bergantung pada
posisi yang menjalar hingga ke ekstermitas atas. Parestesia dan hipestesia sering
terlihat, terutama pada sisi ulna tangan. Pada kasus lama dan berat, dapat terjadi
kelemahan jenis Klumpke. Kerusakan pada serabut saraf simpatis yang berjalan
bersama arteri subklavia juga sering menyebabkan gangguan vasomotor.5

Gambar 9. Scalenus Syndrom


15

2. Sindrom Saraf Perifer


Penyebab kelumpuhan saraf perifer terisolasi yang lebih sering adalah : kompresi
saraf di titik yang rentan secara anatomis atau daerah leher botol ( sindrom scalenus,
sindrom terowongan kubital, sindrom terowobangan karpal), cedera traumatik, dan
iskemia. Gambaran klinis yang khas pada kelumpuhan n. radialis, n.medianus, n.
ulnaris ditunjukan pada gambar 10.

Gambar 10. Gambaran klinis

3. Sindrom terowongan karpal


Sindrom terowongan karpal disebabkan oleh kerusakan nervus medianus di
dalam terowongan karpal, yang dapat menyepit di tempat lewatnya nervus di bawah
ligamentum transversum karpal. Pasien umumnya mengeluh nyeri dan parestesia
pada tangan yang terkena, yang terutama memberat pada malam hari dan dapat
dirasakan hingga seluruh ekstermitas atas, serta rasa seperti terjadi pembengkakan
pada pergelangan atau seluruh tangan. Abnormalitas trofik dan atrofi otot otot tenar
lateral sering terjadi pada kasus lanjut. Nervus medianus mengandung proporsi
serabut otonom yang luar biasa besar, sehingga lesi nervus medianus sering
menyebabkan sindrom nyeri regional kompleks.
16

Gambar 11. Carpal tunnel syndrome

4. Sindrom terowongan kubital ( lesi nervus ulnaris)


Kelumpuhan nervus ulnaris merupakan kondisi saraf tepi tersering kedua, setelah
kelumpuhan n.medianus. Nervus ulnaris terutama rentan terjadi cedera pada tempat
lewatnya saraf melalui terowongan kubital, pada sisi medial aspek ekstensor siku.
Kerusakan saraf di lokasi ini dapat terjadi akibat trauma akut atau, yang lebih sering
oleh tekanan kronik, misalnya kebiasaan menekan siku pada permukaan yang keras,
yang dapat menjadi postur yang tidak dapat dihindari pada pekerjaan tertentu.
Parestesia dan hipestesia pada tangan bagian ulnar, pada kasus kasus lanjut, disertai
oleh atrofi otot otot hipotenar dan m. abductor polisis.

5. Diagnosis lesi radicular dan lesi saraf tepi


Fungsi masing masing otot serta persarafan radikularnya dan saraf tepi terdapat
pada Table. 1. Informasi pada table ini dapat di gunakan untuk menentukan apakah
kelemahan otot pada distribusi tertentu disebabkan oleh radicular atau lesi saraf
perifer, dan untuk melokalisasi lesi pada radiks atau saraf tertentu yang terkena.
17

Table. 2
Pleksus Brakhialis C5 – T1
Fungsi Otot Saraf
Adduksi dan rotasi interna lengan Pektoralis mayor N. Pektoralis medialis dan
dan depresi bahu dari posterior ke Pektoralis minor lateralis
anterior C5 – T1
Protaksi bahu Serratus anterior N. torasikus longus
C5 – C7
Elevasi dan adduksi scapula ke Levator scapulae N.dorsalis scapulae
arah vertebra Romboideus C4 – C5
Elevasi dan rotasi eksterna lengan Supraspinatus N. supraskapularis
Rotasi eksterna lengan pada bahu Infraspinatus C4- C6
C4-C6
Rotasi interna lengan pada bahu, Latisimus dorsi N.Torakodorsalis
serta adduksi dari anterior ke Teres Mayor C5 – C8
posterior dan depresi lengan yang Subslapularis
terangkat
Elevasi lateral lengan ke atas N.Aksilaris
hingga posisi horizontal Deltoideus C5 – C6
Rotasi eksterna lengan Teres minor C4 – C5
18

Table.2 (Lanjutan)
Pleksus Brakhialis C5 – T1
Fungsi Otot Saraf
N.Muskulokutaneus
Fleksi lengan dan lengan bawah, Biseps brakhii C5 – C6
supinasi
Elevasi dan adduksi lengan Korakobrakhialis C5- C7
Fleksi siku Brakhialis C5 -C6
N. medianus
Fleksi dan deviasi tangan kearah Fleksor karpi radialis C6 – C7
radial
Pronasi Pronator teres C6 – C7
Fleksi pergelangan tangan Palmaris longus C7 – T1
Fleksi sendi ibu jari Fleksor polisis longus C6 – C8
Fleksi sendi IP proksimal jari kedua Fleksor digitorum C7 – T1
hingga kelima superficialis
Fleksi sendi IP distal jari kedua dan Fleksor digitorum C7 – T1
ketiga profundus
abduksi metacarpal jari ke 1 Abductor polisis brevis C7 – T1
Fleksi sendi metakarpofalangeal Fleksor polisis brevis C7 – T1
(MP) ibu jari
Opsisi metacarpal jari ke 1
Fleksi sendi MP dan ekstesi sendi IP Oponens polisis brevis C6 – C7
jari ke 2 dan ke 3 Lumbrikales I, II C8 – T1

Table.2 (Lanjutan)
19

Pleksus Brakhialis C5 – T1
Fungsi Otot Saraf
N.Ulnaris
Fleksi sendi MP dan ekstensi sendi IP Lumbrikales III, IV C8 – T1
jari ke 4 dan ke 5
Fleksi dan deviasi tangan kearah Fleksor karpi ulnaris C7 – T1
ulnar Fleksor digitorum
Fleksi sendi IP distal jari ke 4 dan ke profundus C7 – T1
5 Adductor polisis
Abduksi metacarpal jari ke 1 Abductor digiti quinti C8 – T1
Abduksi jari ke 5 Oponens digit quinti C8 – T1
Opsisi jari ke 5 Fleksor digiti quinti brevis C7 – T1
Fleksi sendi MP jari ke 5 Interossei palmaris dan C7 – T1
Fleksi MP dan ekstensi sendri IP jari dorsalis C8 – T1
ke 3, 4, dan 5, serta abduksi dan
aduksi ketiga jari tersebut

N. Radialis
Ekstensi siku Triseps brakhii,ankoneus C6 – C8
Fleksi Siku Brakioradialis C5 – C6
Ekstensi dan deviasi lengan kearah Ekstensor karpi radialis C6 – C8
radial
Ekstensi pada sendi MP jari Ke 2 Ekstensor digitorum C6 – C8
hingga ke 5, meregangkan jari,
dorsofleksi tangan
Ekstensi jari ke 5 Ekstensor digiti quinti C6 – C8
Ekstensi dan devisiasi tangan kea rah Ekstensor karpi ulnaris C6 – C8
ulnar
Supinasi Supinator C5 – C7
Abduksi metacarpal 1, ekstensi Abductor polisis longus C6 – C7
tangan kea rah radial
Ekstensi ibu jari pada sendi MP Ekstensor polisis brevis C7 – C8
20

Table.2 (Lanjutan)
Pleksus Brakhialis C5 – T1
Fungsi Otot Saraf
N. Radialis
Ekstensi ibu jari pada sendi IP Ekstensor polisis longus C7, C8
Ekstensi jari ke 2 pada sendi MP Ekstensor indisis propius C6 – C8
DAFTAR PUSTAKA
1. Walsh JF (1877) The anatomy of the brachial plexus. Am J Med Sci 74:388–399

2. Bonnel F (1984) Microscopic anatomy of the adult human brachial plexus: an

anatomical and histological basis for microsurgery.Microsurgery :107–118

3. Snell, R., Ekstremitas superior, in Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran, J.

Oswari, Editor. 2012, Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

4. Mardjono. Mahar., Shidarta Priguna. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat,Jakarta

5. Baehr, M. and Frotscher. M, Diagnosis topik neurologi DUUS anatomi, fisiologi,

tandan, gejala ed. 4.J.Wita, Editor 201:, Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

6. Wedantho Sigit, 2007 (Kelumpuhan Plexus Brachialis: Divisi Orthopaedi

Traumatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

7. Earsono (ed) 2005 buku ajar Neurologis klinis, cetakan ketiga. Penerbit Gajah Mada

University Press

21

Anda mungkin juga menyukai