PLEXUS BRACHIALIS
Pembimbing
dr. Tranggono Yudo U., Sp. S, Msi. Med, FINA
Disusun oleh:
Jehezkiel Dirgantara T.M
2065050102
Telah disetujui
Pada :......................................2021
Disusun Oleh :
Jehezkiel Dirgantara T.M
2065050102
Pembimbing,
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan kemu
dahan dan kelancaran sehingga penulis dapat menyelesaikan neuroanatomi yang berjudul
“Plexus Brachialis”. Referat ini disusun guna memenuhi tugas Pembelajaran Jarak Jauh Kep
aniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf di RS UKI.
Adapun ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada orang tua penulis yang tidak pernah b
erhenti mendoakan dan mendukung kelancaran belajar selama masa pendidikan penulis. Penu
lis juga berterima kasih khususnya kepada dr. Tranggono Yudo U., Sp. S, Msi. Med,
FINA selaku pembimbing neuroanatomi penulis, yang selalu memberikan bimbingan, masuk
an, dan meluruskan pembelajaran penulis sampai referat ini terselesaikan.
Penulis menyadari akan kesalahan dan kekurangan yang terdapat dalam neuroanatomi ini.
Dengan demikian, besar harapan penulis akan saran dan masukan demi perbaikan di masa me
ndatang. Semoga neuroanatomi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pleksus brakhialis adalah pangkal dari serabut-serabut saraf yang berasal dari medulla
spinalis C5-Th 1, dan mempersarafi ekstremitas superior.1 Pleksus brakialis (plexus brachialis)
juga merupakan pleksus saraf somatik dibentuk oleh intercommunications antara rami ventral (akar)
dari saraf serviks 4 lebih rendah (C5-C8) dan saraf dada pertama (T1). Lesi pada pleksus brachialis
dapat diklasifisikasikan sesuai dengan derajat kerusakan saraf dan secara anatomi dibagi
menjadi cedera pleksus brakhialis atas dan bawah.1 Pleksus brakhialis merupakan sumber penting
nyeri bahu dan lengan.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
menyilang di belakang arteri untuk mencapai sisi medial bagian II arteri. Fasciculus
posterior terletak di belakang bagian ke dua arteri, dan fasciculus lateralis terletak
bagian II arteri. Jadi fasciculus pleksus membatasi bagian kedua A.Axillaris yang
dinyatakan seperti namanya. Sebagian besar cabang fasciculus yang membentuk
trunkus saraf utama ekstremitas superior melanjutkan hubungan dengan bagian kedua
A.Aksillaris.3
4
2. Pars infraclavicularis
Nn.thoracalis anterior, ada dua buah yang masing-masing berada di sebelah
lateral dan medial a.axillaris, mempersarafi mm.pectoralis.
N.musculocutaneus
N.medianus
7
N.ulnaris
N.radialis
Lesi pleksus brakhialis adalah lesi saraf yang menimbulkan kerusakan saraf yang
membentuk pleksus brakhialis, mulai dari “radiks” saraf hingga saraf terminal.
Keadaan ini dapat menimbulkan gangguan fungsi motorik, sensorik atau autonomik
pada ekstremitas atas. Istilah lain yang sering digunakan yaitu neuropati pleksus
brakhialis atau pleksopati brakhialis.5
Derajat kerusakan pada lesi saraf perifer dapat dilihat dari klasifikasi Sheddon
(1943) dan Sunderland (1951). Klasifikasi Sheddon, yaitu : 6
1. Neuropraksia
Pada tipe ini terjadi kerusakan mielin tetapi akson tetap intak. Dengan adanya
kerusakan mielin dapat menyebabkan hambatan konduksi saraf. Merupakan derajat
kerusakan yang paling ringan, pada tipe cedera ini tidak terjadi kerusakan pada
struktur terminal sehingga proses penyembuhan akan lebih cepat.
2. Aksonotmesis
Terjadi kerusakan akson namun semua struktur selubung saraf termasuk
endoneural masih tetap intak. terjadi degenerasi aksonal segmen saraf distal dari lesi
(degenerasi) Wallerian. Regenerasi saraf tergantung dari jarak lesi mencapai serabut
otot yang denervasi tersebut. Pemulihan sensorik cukup baik bila dibandingkan
motorik.
3. Neurotmesis
Terjadi ruptur saraf dimana proses pemulihan sangat sulit terjadi meskipun
dengan
penanganan bedah. Bila pun terjadi pemulihan, prosesnya akan sangat lama.
Neurotmesis merupakan derajat kerusakan paling berat.
Klasifikasi Sunderland lebih merinci kerusakan saraf yang terjadi dan membaginya
dalam 5 tingkat, yaitu :
3. Tipe III: aksonotmesis yang melibatkan selubung endoneural tetapi perineural dan
epineural masih intak.
4. Tipe IV: aksonotmesis melibatkan selubung endoneural, perineural, tetapi epineural
masih baik.
5. Tipe V : aksonotmesis melibatkan selubung endoneural, perineural dan epineural
(neurotmesis).
Gejala yang timbul umumnya unilateral berupa kelainan motorik, sensorik dan
bahkan autonomik pada bahu dan/atau ekstremitas atas. Gambaran klinisnya
mempunyai banyak variasi tergantung dari letak dan derajat kerusakan lesi. Lesi
10
Pada Pleksopati supraklavikuler lesi terjadi ditingkat radiks saraf, trunkus saraf atau
kombinasinya. Lesi ditingkat ini dua hingga tujuh kali lebih sering terjadi dibanding
lesi infraklavikuler.6
1. Lesi tingkat radiks
Pada lesi pleksus brakhialis ini berkaitan dengan avulsi radiks. Gambaran klinis
sesuai dengan dermatom dan miotomnya. Lesi di tingkat ini dapat terjadi partial
paralisis dan hilangnya sensorik inkomplit, karena otot-otot tangan dan lengan
biasanya dipersyarafi oleh beberapa radiks.7
Presentasi klinis diatas adalah untuk membantu penentuan level lesi radiks,
sedangkan kelemahan otot yang lebih lengkap terjadi sesuai miotom servikal berikut
ini :7
C5 : Rhomboideus, deltoid, biseps brachii, supraspinatus, infraspinatus,
brachialis, brachioradialis, supinator dan paraspinal
C6 : Deltoid, biseps brachii, brachioradialis, supraspinatus, infraspinatus,
supinator, pronator teres, fleksor carpi radialis, ekstensor digitorum
komunis dan paraspinal
C7 : Pronator teres, fleksor carpi radialis, ekstensor digitorum komunis, triceps
brachii dan paraspinal
11
C8/T1 : Triceps brachii, fleksor carpi ulnaris, fleksor digitorum profundus, abductor
digiti minimi, pronator kuardatus, abduktor pollicis brevis dan parapinal
2. Sindroma Erb-Duchenne
Lesi di radiks servikal atas (C5 dan C6) atau trunkus superior dan biasanya terjadi
akibat trauma. Pada bayi terjadi karena penarikan kepala saat proses kelahiran
dengan penyulit distokia bahu, sedangkan pada orang dewasa terjadi karena jatuh
pada bahu dengan kepala terlampau menekuk kesamping.5
Presentasi klinis pasien berupa waiter’s tip position dimana lengan berada dalam
posisi adduksi (kelemahan otot deltoid dan supraspinatus), rotasi internal pada bahu
(kelemahan otot teres minor dan infraspinatus), pronasi (kelemahan otot supinator
dan brachioradialis) dan pergelangan tangan fleksi (kelemahan otot ekstensor karpi
radialis longus dan brevis).6
Selain itu terdapat pula kelemahan pada otot biseps brakhialis, brakhialis,
pektoralis mayor, subscapularis, rhomboid, levatorscapula dan teres mayor. Refleks
bisep biasanya menghilang, sedangkan hipestesi terjadi pada bagian luar (lateral/
dari lengan atas dan tangan.7
12
Biasanya lesi pada pleksus brachialis terjadi akibat adanya trauma, seperti
kecelakaan lalu lintas atau cedera saat olahraga, merupakan penyebab kerusakan
pleksus brakhialis tersering. Laki laki lebih sering terkena dibandingkan perempuan.
Sebagian pasien berusia antara 20 sampai 30 tahun.5
Kerusakan pleksus brakhialis juga memiliki etiologi selain trauma seperti sindrom
skalenus, tumor, lesi alergi inflamasi, dan trauma lahir.5
1. Sindrom Skalenus
Pleksus brakhialis berjalan menembus struktur yang disebut hiatus skalenus, yang
di batasi oleh muskulus skalenus anterior dan media dan os. Costa I. Hiatus
normalnya memiliki rongga yang cukup untuk pleksus brakialis dan arteri subkalvia
yang menyertainya, tetapi abnormalitas patologis seperti yang di akibatkan cervical
ribs dapat membuat penyempitan yang bermakna pada hiatus. Pada kasus tersebut,
pleksus brakialis dan arteri subclavia harus melewati perlekatan cervical rib ke os
costa I dan rentan terhadap kompresi pada daerah ini.
Gejala sindrom skalenus yang paling menonjol adalah nyeri bergantung pada
posisi yang menjalar hingga ke ekstermitas atas. Parestesia dan hipestesia sering
terlihat, terutama pada sisi ulna tangan. Pada kasus lama dan berat, dapat terjadi
kelemahan jenis Klumpke. Kerusakan pada serabut saraf simpatis yang berjalan
bersama arteri subklavia juga sering menyebabkan gangguan vasomotor.5
Table. 2
Pleksus Brakhialis C5 – T1
Fungsi Otot Saraf
Adduksi dan rotasi interna lengan Pektoralis mayor N. Pektoralis medialis dan
dan depresi bahu dari posterior ke Pektoralis minor lateralis
anterior C5 – T1
Protaksi bahu Serratus anterior N. torasikus longus
C5 – C7
Elevasi dan adduksi scapula ke Levator scapulae N.dorsalis scapulae
arah vertebra Romboideus C4 – C5
Elevasi dan rotasi eksterna lengan Supraspinatus N. supraskapularis
Rotasi eksterna lengan pada bahu Infraspinatus C4- C6
C4-C6
Rotasi interna lengan pada bahu, Latisimus dorsi N.Torakodorsalis
serta adduksi dari anterior ke Teres Mayor C5 – C8
posterior dan depresi lengan yang Subslapularis
terangkat
Elevasi lateral lengan ke atas N.Aksilaris
hingga posisi horizontal Deltoideus C5 – C6
Rotasi eksterna lengan Teres minor C4 – C5
18
Table.2 (Lanjutan)
Pleksus Brakhialis C5 – T1
Fungsi Otot Saraf
N.Muskulokutaneus
Fleksi lengan dan lengan bawah, Biseps brakhii C5 – C6
supinasi
Elevasi dan adduksi lengan Korakobrakhialis C5- C7
Fleksi siku Brakhialis C5 -C6
N. medianus
Fleksi dan deviasi tangan kearah Fleksor karpi radialis C6 – C7
radial
Pronasi Pronator teres C6 – C7
Fleksi pergelangan tangan Palmaris longus C7 – T1
Fleksi sendi ibu jari Fleksor polisis longus C6 – C8
Fleksi sendi IP proksimal jari kedua Fleksor digitorum C7 – T1
hingga kelima superficialis
Fleksi sendi IP distal jari kedua dan Fleksor digitorum C7 – T1
ketiga profundus
abduksi metacarpal jari ke 1 Abductor polisis brevis C7 – T1
Fleksi sendi metakarpofalangeal Fleksor polisis brevis C7 – T1
(MP) ibu jari
Opsisi metacarpal jari ke 1
Fleksi sendi MP dan ekstesi sendi IP Oponens polisis brevis C6 – C7
jari ke 2 dan ke 3 Lumbrikales I, II C8 – T1
Table.2 (Lanjutan)
19
Pleksus Brakhialis C5 – T1
Fungsi Otot Saraf
N.Ulnaris
Fleksi sendi MP dan ekstensi sendi IP Lumbrikales III, IV C8 – T1
jari ke 4 dan ke 5
Fleksi dan deviasi tangan kearah Fleksor karpi ulnaris C7 – T1
ulnar Fleksor digitorum
Fleksi sendi IP distal jari ke 4 dan ke profundus C7 – T1
5 Adductor polisis
Abduksi metacarpal jari ke 1 Abductor digiti quinti C8 – T1
Abduksi jari ke 5 Oponens digit quinti C8 – T1
Opsisi jari ke 5 Fleksor digiti quinti brevis C7 – T1
Fleksi sendi MP jari ke 5 Interossei palmaris dan C7 – T1
Fleksi MP dan ekstensi sendri IP jari dorsalis C8 – T1
ke 3, 4, dan 5, serta abduksi dan
aduksi ketiga jari tersebut
N. Radialis
Ekstensi siku Triseps brakhii,ankoneus C6 – C8
Fleksi Siku Brakioradialis C5 – C6
Ekstensi dan deviasi lengan kearah Ekstensor karpi radialis C6 – C8
radial
Ekstensi pada sendi MP jari Ke 2 Ekstensor digitorum C6 – C8
hingga ke 5, meregangkan jari,
dorsofleksi tangan
Ekstensi jari ke 5 Ekstensor digiti quinti C6 – C8
Ekstensi dan devisiasi tangan kea rah Ekstensor karpi ulnaris C6 – C8
ulnar
Supinasi Supinator C5 – C7
Abduksi metacarpal 1, ekstensi Abductor polisis longus C6 – C7
tangan kea rah radial
Ekstensi ibu jari pada sendi MP Ekstensor polisis brevis C7 – C8
20
Table.2 (Lanjutan)
Pleksus Brakhialis C5 – T1
Fungsi Otot Saraf
N. Radialis
Ekstensi ibu jari pada sendi IP Ekstensor polisis longus C7, C8
Ekstensi jari ke 2 pada sendi MP Ekstensor indisis propius C6 – C8
DAFTAR PUSTAKA
1. Walsh JF (1877) The anatomy of the brachial plexus. Am J Med Sci 74:388–399
tandan, gejala ed. 4.J.Wita, Editor 201:, Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
7. Earsono (ed) 2005 buku ajar Neurologis klinis, cetakan ketiga. Penerbit Gajah Mada
University Press
21