Anda di halaman 1dari 6

Tinjauan Pustaka

Virus Penyebab Infeksi pada Otot


Ade Dharmawan
Staf Pengajar Bagian Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat korespondensi : ade.dharmawan@ukrida.ac.id

Abstrak
Otot merupakan massa jaringan lunak terbesar didalam tubuh, yang memiliki peran utama untuk
menjaga postural tubuh dan sebagai penggerak. Miositis merupakan peradangan pada otot dan
biasanya terjadi nekrosis, disebabkan terutama karena penyebaran dan invasi patogen bakteri atau
virus secara hematogen ke otot. Miositis merupakan penyakit yang jarang. Angka kejadian miositis
diperkirakan sebesar 50.000-70.000 orang pada tahun 2011 di Amerika Serikat. Virus merupakan
penyebab tersering miositis infeksi nonbakteri, miositis viral seringkali memberikan gambaran klinis
berupa mialgia, miositis multifokal, dan rhabdomiolisis. Penegakkan diagnosis miositis sangat penting
dalam penatalaksanaan kasus, diagnosis dapat ditegakan bila ditemukan pengumpulan cairan radang
pada pemeriksaan pencitraan. Uji diagnostik dengan pewarnaan Gram dan Gomori-Grocott
methenamine silver (GMS), pemeriksaan histopatologi, kultur, dan pemeriksaan standar untuk virus.

Kata Kunci: infeksi virus, miositis, rhabdomiolisis

Viral Infections in Muscles


Abstract
Muscle whose major roles are maintaining the body posture and allowing movement is the largest
tissue in the body. Myositis is an inflammation of the muscle which may lead to necrosis. It is mainly
caused by the spread and invasion of hematogenous bacterial or viral patogens to the muscles.
Myositis is a rare disease with the incidence estimated at 50,000-70,000 people in the United States.
Viruses are the most common cause of myositis of nonbacterial infections. Viral myositis often
presents with clinical manifestations such as myalgia, multifocal myositis, and rhabdomyolysis.
Diagnosis is essential in the management of myositis. The diagnosis is established if inflammatory
fluid collection is found within the muscles by imaging examination. Diagnostic tests should be
performed with Gram staining and Gomori-Grocott methenamine silver (GMS), histopathological,
culture, and standard examination for viruses.

Key Words: virus infections, myositis, rhabdomyolysis

Pendahuluan penetrasi juga merupakan mekanisme yang


penting pada infeksi (berkaitan dengan
Otot merupakan massa jaringan lunak mionekrosis klostridial). Secara umum
terbesar di dalam tubuh, yang memiliki peran peradangan otot juga dapat disebabkan oleh
utama yaitu menjaga postural tubuh dan berbagai gangguan virus. Miositis merupakan
sebagai penggerak. Miositis merupakan infeksi akut, sub akut, dan kronik pada otot
peradangan pada otot dan biasanya terjadi skeletal.1-3 Untuk mengkategorikan miositis
nekrosis, hal ini disebabkan terutama karena infeksi sangat terbantu dengan melihat
penyebaran patogen bakteri atau virus secara manifestasi klinis yang muncul. Hal ini dapat
hematogen ke otot, yang kemudian patogen bersifat khas, misalnya seperti pada gas
tersebut melakukan invasi ke otot. Inokulasi gangrene yang disebabkan oleh klostridium.
langsung pada otot, misalnya karena luka Atau bisa juga tidak bersifat khas, misalnya
gejala mialgia pada infeksi virus dan fokal tunggal dari otot, atau sebagai bagian
endokarditis infektif.2 Penyakit ini meliputi dari penyakit sistemik/diseminata.8 Gejala
polimiositis, dermatomiositis, juvenile pada otot yang disebabkan infeksi virus antara
dermatomyositis, dan inclusion body myositis. lain mialgia.2
Polimiositis, dermatomyositis, dan juvenile Mialgia adalah gejala yang menonjol dari
dermatomiositis merupakan kelainan berbagai infeksi, seperti dengue, influenza,
autoimun. Sedangkan inclusion body myositis serta Rocky mountain spotted fever, dan sering
memiliki kedua tanda, baik autoimun maupun dikaitkan dengan peningkatan kadar kreatinin
degenerasi serabut otot. Kelainan miopati fosfokinase ringan sampai sedang. Nyeri otot
heterogen ini ditandai oleh kelemahan otot, bilateral yang berat pada tungkai bawah
biasanya mengenai bagian proksimal dan kadang terjadi pada fase penyembuhan infeksi
simetris.4 influenza A atau B. Kekakuan otot dapat
terjadi pada otot gastroknemius dan soleus.
Epidemiologi Perubahan histologis termasuk adanya virion
dan mionekrosis, seringkali tanpa disertai
Miositis merupakan penyakit yang jarang. dengan tanda peradangan. Secara klinis
Angka kejadian miositis diperkirakan sebesar kadang-kadang ada kelemahan otot yang
50.000-70.000 orang pada tahun 2011 di signifikan, seringkali berkaitan dengan
Amerika Serikat.5 Sebuah studi di Romania rhabdomiolisis yang berat.2
yang dilakukan pada tahun 2013, dengan
jumlah 578 pasien yang didiagnosis secara Diagnosis
klinis dengan kasus infeksi virus pada saluran
pernapasan, didapatkan kasus miositis viral Penegakan diagnosis miositis sangat
akut terjadi pada 22 pasien atau 3,8% dari penting dalam penatalaksanaan kasus. Untuk
seluruh kasus.6 Pada sebuah studi di kasus miositis yang melibatkan area fokal otot
Hongkong yang dilakukan pada tahun 2003 – tertentu (misalnya ditemukan pengumpulan
2012, yang dilakukan secara retrospektif di cairan radang pada pemeriksaan pencitraan),
rumah sakit regional, didapatkan 71 kasus uji diagnostik harus disertai pengambilan
dengan diagnosis miositis.7 cairan tersebut. Pewarnaan Gram dan pulasan
lain seperti Gomori-Grocott methenamine
Patogenesis dan Gambaran Klinis silver [GMS] untuk jamur, pemeriksaan
histopatologi, dan kultur sebaiknya dilakukan
Patogenesis miositis infeksi seperti telah sesuai dengan anamnesis dan pemeriksaan
dijelaskan sebelumnya dapat terjadi melalui fisik. Pada keterlibatan otot secara difus,
penyebaran infeksi dari jaringan sekitar otot, pemeriksaan lanjutan dilakukan berdasarkan
atau melalui penyebaran hematogen. Secara gejala klinis dan hasil pemeriksaan fisis. Bila
umum, miositis infeksi jarang, terutama karena dicurigai penyebabnya adalah virus, dilakukan
adanya resistensi relatif otot terhadap infeksi. pemeriksaan standar untuk virus.8
Ketika terjadi miositis (khususnya yang
disebabkan oleh bakteri atau jamur), umumnya 1. Virus Penyebab Miositis
hal itu diakibatkan adanya kerusakan
struktural otot, misalnya karena trauma Virus merupakan etiologi miositis
tembus, pembedahan, insufisiensi vaskular, nonbakteri tersering di Amerika Serikat dan
serta keadaan imunosupresi.8 negara maju lain. Sindroma klinis meliputi
Virus (misalnya influenza), yang mialgia umum, polimiositis, dan/atau
merupakan penyebab tersering miositis infeksi rhabdomiolisis. Infeksi virus Influenza
nonbakteri, seringkali memberikan gambaran merupakan penyebab tersering; namun
klinis berupa keterlibatan otot yang difus berbagai virus lain juga dapat menyebabkan
dengan mialgia, miositis multifokal, dan/atau infeksi pada otot.8
rhabdomiolisis. Virus dapat menginfeksi otot a. Influenza
melalui invasi langsung atau secara tidak Nyeri otot merupakan gejala awal yang
langsung melalui mekanisme imun. Miositis umum pada perjalanan influenza. Kadang-
jamur lebih jarang, namun pernah ditemukan kadang nyeri otot bilateral yang berat pada
pada pasien imunokompromais dan tungkai bawah dapat terjadi pada fase
memberikan gambaran klinis berupa infeksi pemulihan influenza A dan B, khususnya pada
anak-anak, yang sering disebut miositis jinak diisolasi, kadang-kadang cukup berat, dapat
akut. Meskipun influenza B lebih jarang terjadi tanpa adanya rhabdomiolisis.2
dibandingkan dengan influenza A, namun Pemeriksaan identifikasi virus dapat
tingkat kejadian miositis yang terkait influenza dilakukan dari spesimen biopsi, virus dapat
B jauh lebih besar daripada influenza A. Otot diisolasi pada sel kultur primer ginjal monyet
rangka tampaknya memainkan peran penting atau Madin-Darby canine kidney cell line.
dalam infeksi virus Influenza A pada manusia Efek sitopatik dapat terlihat rata-rata pada hari
dan burung. Sel otot rangka manusia ke-4. Reverse transcriptase PCR (RT-PCR)
mendukung infeksi produktif virus Influenza A dan PCR multiplek dapat mendeteksi dan
secara in vitro, dan ada bukti kuat yang membedakan influenza A dan B, serta strain
mendukung keterlibatan otot skelet dengan nya (misal H5N1).11
penyakit influenza pada manusia. Kekakuan
otot dapat terlihat, terutama pada otot b. HIV (Human Immunodeficiency Virus)
gastroknemius dan soleus, serta dapat Kadang-kadang satu-satunya manifestasi
ditemukan pembengkakan pada betis. Refleks dari infeksi awal HIV tipe 1 (HIV-1) adalah
tendon dan kekuatan otot biasanya normal, polimiositis (mialgia, kelemahan otot, dan
namun seringkali kesulitan untuk berjalan. peningkatan kadar serum enzim otot). Antigen
Nyeri kaki dan kekakuan otot biasanya mereda virus HIV-1 dapat ditemukan pada limfosit T
dalam waktu kurang dari satu minggu.1,2,9 CD4+ pada area peradangan dan nekrosis
Miositis terkait influenza umumnya serabut otot. Selama infeksi HIV-1 yang
ditemukan pada anak-anak (meskipun orang berikutnya, berbagai bentuk penyakit otot
dewasa, termasuk orang lanjut usia, juga dapat dapat terjadi, termasuk di antaranya adalah
mengalami miositis). Alasan mengapa anak mialgia, baik secara lokal atau umum, miopati
memiliki risiko lebih tinggi mengalami HIV (polimiositis), badan inklusi dan
miositis adalah karena sel otot mereka masih nemaline myopati, atrofi otot yang menemani
imatur, sehingga bersifat permisif terhadap AIDS wasting syndrome atau vaskulitis,
infeksi. Miositis tampaknya lebih sering miositis infeksius oportunistik dan miopati
mengenai anak laki-laki (rasio 2:1) dan lebih mitokondrial dikaitkan dengan terapi anti-
berhubungan dengan Influenza B retrovirus. Presentasi klinis dari miopati HIV-
dibandingkan A. Hal ini diduga disebabkan 1 (polimiositis inflamasi) adalah kelemahan
adanya glikoprotein unik di strain B sehingga otot proksimal yang bersifat progresif. Miopati
membuat virus lebih bersifat miotropik.8,10 inflamasi terutama dapat mewakili proses
autoimun yang terkait dengan HIV dan
Diagnosis berespons secara klinis terhadap pemberian
prednisone.2
Seringkali terjadi peningkatan ringan
konsentrasi serum aldolase dan kreatin Diagnosis
fosfokinase. Spesimen dari biopsi Peningkatan kadar kreatin fosfokinase
menunjukkan perubahan degeneratif yang non serum dan perubahan pada elektromiografik
spesifik atau nekrosis otot dengan infiltrasi dapat membantu menegakkan diagnosis.
leukosit polimorfonuklear. Mengenai apakah Biopsy otot dapat membantu menyelesaikan
miositis ini umumnya disebabkan oleh invasi diagnosis diferensial yang panjang dan dapat
virus secara langsung atau oleh respon menuntun pemberian terapi yang spesifik.2
imunologis atau respon lainnya masih belum
diketahui. Replikasi virus secara langsung c. HTLV (human T-cell lymphotropic
dalam otot skeletal telah menunjukkan kasus virus)
fatal dari Influenza A. Rhabdomiolisis yang Miositis inflamasi dengan respon selular
mengancam nyawa dengan peningkatan lymphoplasmacytic telah dilaporkan pada
ekstrem kreatin fosfokinase dan mioglobin pasien dengan polimiositis yang terkait dengan
yang menginduksi terjadinya gagal ginjal akut human T-cell lymphotropic virus-1 (HTLV-1),
jarang terjadi setelah infeksi Influenza A. dan infiltrasi limfosit pada otot spesifik untuk
Prognosisnya baik, namun memerlukan virus dan determinan major histocompability
dialisis jangka pendek atau oksigenasi complex (MHC) kelas 1 telah ditunjukkan.
membrane ekstrakorporeal jika ada disfungsi Mungkin ada efek toksik langsung dari protein
miokardial. Miokarditis influenza yang Tax-1 dari HTLV-1 pada miosit, bahkan tanpa
adanya infeksi miosit. Selain itu aktivitas Diagnosis
limfosit sel T sitotoksik yang spesifik pada
Tax-1 ditemukan pada pasien dengan infeksi Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala
HTLV-1 dengan penyakit otot.2 yang timbul antara lain nyeri otot yang difus
(khususnya pada ekstremitas), kelemahan,
2. Rhabdomiolisis Akut bengkak, dan kekakuan merupakan gejala
yang sering menonjol, disertai dengan
Rhabdomiolisis merupakan sindrom akut peningkatan enzim otot (sering mencolok),
yang disebabkan oleh cederanya otot skelet mioglobinuria, dan bahkan dapat terjadi gagal
dan melibatkan kebocoran dalam jumlah yang ginjal akut. Dari trias rhabdomiolisis, gejala
besar bahan-bahan yang berpotensi yang paling sering timbul adalah kelemahan
menimbulkan bahaya dari intrasel ke dalam otot dan mialgia. Pemeriksaan Marker
plasma. Pada pasien dewasa gejala laboratorium yang sensitif adalah enzim
rhabdomiolisis ditandai dengan trias, yaitu kreatin kinase yang meningkat akibat cedera
kelemahan otot, mialgia dan urin berwarna pada miosit. Peningkatan enzim kreatin kinase
gelap akibat keluarnya mioglobin pada urin, bisa melebihi 4-5x nilai normal.2,13,14
sedangkan pada anak, tiga gejala yang timbul Pemeriksaan PCR dari spesimen biopsi otot
tidak selalu bersamaan.12 Mioglobinuria dapat dilakukan untuk mengidentifikasi virus
kadang terjadi setelah penyakit akut dengan yang diduga menjadi penyebab. 12
gejala yang menunjukkan infeksi saluran
pernapasan atas dan telah dikaitkan dengan 3. Sindrom Pleurodynia
berbagai patogen virus pernapasan termasuk
influenza A dan B, parainfluenza, adenovirus Pleurodynia adalah penyakit demam akut
dan severe acute respiratory syndrome– yang disebabkan oleh virus Coxsackie grup B
coronavirus. Rhabdomiolisis juga merupakan atau grup A (jarang) yang ditandai dengan
infeksi sistemik yang rumit yang disebabkan nyeri dada tajam yang tiba-tiba, terutama pada
oleh HIV, virus Epstein-Barr, rusuk bawah dan sternum. Nyeri tajam seperti
cytomegalovirus, human herpesvirus 6, teriris pisau (knifelike) yang dipicu oleh
measles virus, varicella virus, dengue virus, gerakan pernapasan. Kekakuan otot juga
West Nile virus, rabies virus, dan parvovirus mungkin ada. Nyeri abdomen juga muncul
B19.2 Rhabdomiolisis dapat terjadi pada semua pada beberapa pasien, pada pasien lain nyeri
stadium infeksi HIV, mekanisme HIV abdomen mungkin satu-satunya gejala yang
menyebabkan rhadomiolisis masih belum merupakan simulasi dari proses
jelas. namun diduga keterlibatan otot pada intraperitoneal. Virus Coxsackie grup B
pasien HIV disebabkan oleh mekanisme yang membuat lesi viseral dan beberapa miositis
dimediasi imun, yang diaktivasi oleh HIV fokal pada beberapa percobaan dengan hewan.
yang menimbulkan infiltrasi otot oleh sel Miositis belum menunjukkan sebagai tanda
inflamasi yang menyebabkan cedera pada patologis, baik pada kasus fatal infeksi virus
otot.12 Coxsackie grup B pada neonatus, pada
spesimen biopsi yang diperoleh dari otot
Epidemiologi pasien yang terkena pleurodynia epidemik,
namun hal ini dikaitkan dengan
National Hospital Discharge Survey rhabdomiolisis, komplikasi dari latihan ringan
melaporkan bahwa 26.000 kasus rhabomiolisis pada fase penyembuhan penyakit. Beberapa
terjadi setiap tahunnya di Amerika Serikat. Enterovirus lainnya jarang menimbulkan
Sebuah studi prevalensi di Tiongkok yang rhabdomiolisis. Miositis fokal dengan
dilakukan selama enam tahun, mendapatkan pembengkakan lokal dan infiltrasi sel
37 kasus rhabdomiolisis, dengan perbandingan mononuklear pada perivaskular miosit telah
jenis kelamin 26 laki-laki dan 11 perempuan. diamati pada pasien dengan infeksi virus
Usia penderita rhabdomiolisis akibat adanya Coxsackie A21.2
infeksi virus paling banyak terjadi pada usia 0 Dari sebuah percobaan hewan dapat terlihat
– 9 tahun. Insidens mioglobinuria yang efek sitotoksik setelah penempelan virus pada
menginduksi gagal ginjal akut pada pasien reseptor selular yang ditemukan pada miosit
rhabdomiolisis bervariasi antara 17 – 35%.13,14 jantung dan makrofag. Coxsackie virus grup B
(terutama) dan A, serta beberapa Enterovirus
lainnya merupakan penyebab utama yang Gejala Klinis
menimbulkan miokarditis dan pericarditis.
Umumnya laki-laki lebih sering terkena Gejala yang timbul dapat meliputi demam
penyakit ini. Baik miokarditis maupun dan nyeri dada seperti ditusuk-tusuk, biasanya
perikariditis sulit dibedakan dengan infark muncul mendadak, tetapi kadang didahului
miokard, namun pasien yang terkena infeksi oleh malaise, nyeri kepala, dan anoreksia.
ini umumnya memiliki prognosis yang baik Nyeri dada dapat berlangsung dua hari sampai
dan dapat sembuh sempurna. Penyebab dengan dua minggu. Nyeri abdomen dirasakan
miokarditis pada bayi paling sering adalah pada setengah kasus, dan pada anak-anak
Coxsackie virus grup B, onsetnya cepat dan gejala ini dapat merupakan keluhan utama
biasanya fatal.10 yang timbul. Umumnya penyakit ini dapat
sembuh sendiri dan pemulihannya berlangsung
Epidemiologi sempurna, meskipun sering terjadi relaps.16

Coxsackie virus grup B ada sekitar 24 % Diagnosis


dari seluruh Enterovirus. Insidens infeksi
Coxsackie virus B pada neonates diperkirakan Coxsackie virus dapat diisolasi dari
1 dari 2.000 kelahiran hidup di Amerika spesimen swab tenggorok, feses, dan cairan
Serikat. Sedangkan pada negara berkembang perikardial. Virus pada bilas tenggorok dapat
rata-rata 75% penduduknya ditemukan diperoleh selama beberapa hari pertama sejak
antibodi terhadap Coxsackie virus B. Laki-laki penyakit muncul, dan dari feses selama
lebih sering mengalami infeksi Coxsackie beberapa minggu pertama. Pada infeksi
virus B dibandingkan dengan wanita, dan usia Coxsackie virus A21, virus paling banyak
yang paling sering mengalami infeksi dijumpai pada sekresi nasal. Spesimen yang
Coxsackie virus B adalah usia kurang dari 5 diperoleh lalu diinokulasikan ke dalam kultur
tahun. Dari 372 studi prospektif dengan infeksi jaringan dan juga ke dalam tikus yang masih
enterovirus nonpolio pada anak usia 4-18 menyusu. Dalam kultur jaringan akan muncul
tahun didapatkan hanya sekitar 3% yang efek sitopatik dalam 5-14 hari. Pada tikus yang
berkembang menjadi pleurodynia, sedangkan masih menyusu, tanda-tanda penyakit biasanya
pada pasien dewasa didapatkan 30 kasus muncul dalam satu minggu untuk grup A dan
pleurodynia dari 78 kasus infeksi Coxsackie dua minggu untuk grup B. Virus diidentifikasi
virus B yang terkait dengan penyakit menurut lesi patologik yang dihasilkan dari
jantung.14 pemeriksaan imunologis. Karena teknik ini
sulit, maka isolasi virus dari tikus yang masih
Patogenesis menyusu jarang dikerjakan.16,17
Metode deteksi secara langsung merupakan
Transmisi infeksi Coxsackie virus terutama pemeriksaan cepat dan sensitif, yang berguna
melalui fekal-oral, dan kadang-kadang dari untuk sampel klinis. Uji Reverse transcriptase
sekret faringeal. Coxsackie virus yang tertelan PCR (RT-PCR) dapat mendeteksi banyak
kemudian menyebar dari faring atau mukosa serotipe atau lebih spesifik. Pemeriksaan ini
gastrointestinal melalui limfatik kemudian ke lebih menguntungkan dibandingkan dengan
dalam darah, lalu menginvasi otot lurik, metode kultur sel, karena banyak isolat klinis
jantung, atau pericardium, yang terjadi di enterovirus menunjukkan karakteristik
pembuluh darah kecil dan menyebabkan pertumbuhan yang kurang baik. Sensitivitas
terjadinya inflamasi akut. Otot lurik PCR mencapai 97% dan spesifisitasnya
merupakan struktur yang menjadi target dari mencapai 100%.16,17
Coxsackie virus dan bertanggung jawab Uji antibodi yang tersedia hanya tersedia
terhadap timbulnya nyeri dada yang berat. untuk Coxsackie virus grup B dan tidak
Virus ini memiliki masa inkubasi sekitar 1 mengekslusikan infeksi oleh enterovirus
minggu di saluran pencernaan, kemudian lainnya. Antibodi muncul pada onset gejala
menyebar secara hematogen dan melibatkan dan terus meningkat selama 6-12 minggu dan
organ target, paling sering adalah otot lurik, bertahan selama 3-6 bulan, setelah itu titer
tetapi dapat juga pada susunan saraf pusat dan antibodi akan menurun dan akan tetap ada
miokardium. 10,15 dengan kadar yang rendah. Peningkatan titer
empat kali pada masa akut dan konvalesen,
atau titer tunggal yang tinggi > 1:320 dapat 9. Desdouits, M., Munier, S., Prevost, M.
menegakkan diagnosis infeksi akut. Titer yang C., et al. Productive infection of human
rendah kemungkinan menunjukkan infeksi skeletal muscle cells by pandemic and
lampau, reaksi silang antar-serotipe dapat seasonal influenza A(H1N1) viruses.
terjadi.16,17 PLoS One, 8, e79628. 2013
10. Goering RV, et al. Mims' medical
Daftar Pustaka microbiology. 5th ed. 2013.
11. Murray PR, Rosenthal KS, Pfaller
1. Kuchipudi SV and K. Chang. Skeletal MA. Medical microbiology. 8th ed.
muscle in influenza virus infection- a Philadelphia: Elsevier Inc.,
key player or a bystander? British 2016;165-73
Journal of Virology, 2015 ; 2(2): 19-21.
12. Moanna A, Skarbinski J, Kalokhe AS, et
2. Mandell GL, et al. Principles and
al. Case Report: Primary human
practice of infectious diseases. 8th ed. immunodeficiency virus infection and
Philadelphia: Elsevier Inc., 2015. rhabdomyolysis. Journal of AIDS &
3. Zafar MJ. Infectious myositis.
Clinical Research. March, 2011. ISSN
http://emedicine.medscape.com/article/1
168167-overview. Last Updated: August 2155-6113
2017 13. Muscal E. Rhabdomyolysis.
4. Myositis. A physician’s guide to the http://emedicine.medscape.com/article/1
inflammatory myopathies. 2014 007814. Last Updated: November 2017.
5. Myositis. Your guide to understanding 14. Chen CY, Lin YR, Zhao LL, et al.
myositis. 2012 Clinical spectrum of rhabdomyolysis
6. Alucăi AB, Georgescu A, Chiriac C, et presented to pediatric emergency
al. Acute viral myositis–particular department. BMC Pediatrics. 2013
aspects in the epidemiology of 15. Petrache I. Pleurodynia.
respiratory virus diseases in 2013. BMC http://emedicine.medscape.com/article/3
Infectious Diseases 2013 13(Suppl 00049. Last Updated: August 2015.
1):P90 16. Brooks FG, et al (eds). Jawetz, Melnick
7. Sham CO, Tse K. Review of children & Adelberg's Medical Microbiology.
diagnosed with acute myositis of calves 27th ed. 2016.
admitted to a regional hospital in Hong 17. Olivier M. Coxsackie virus infection and
Kong in the period 2003-2012. HK J diagnosis. The Pathcare News. August
Paediatr (new series) 2015;20:145-50 2012.
8. Crum-Cianflone NF. Nonbacterial
myositis. Curr Infect Dis Rep. 2010
September; 12(5): 374–82

Anda mungkin juga menyukai