Anda di halaman 1dari 3

Jalan raya adalah suatu lintasan yang bertujuan untuk memindahkan

manusia dan barang dari tempat asal ketujuan. Kelancaran arus lalu lintas

dipengaruhi oleh kondisi jalan itu sendiri serta jenis perkerasan yang digunakan.

Untuk memperoleh jenis perkerasan yang berkualitas baik dan tahan lama hal

tersebut tergantung pada cara kita membuat/mengolah dan melakukan uji kelayakan

yang mengacu kepada spesifikasi yang ada.

Bahan perkerasan jalan adalah suatu bahan yang dipergunakan untuk

pembuatan konstruksi jalan, seperti bahan untuk pembentuk tanah dasar, lapisan

pondasi bawah, lapisan pondasi atas dan berbagai jenis bahan untuk lapisan

permukaan. Bahan tersebut dapat berupa bahan dari alam yang langsung

dipergunakan tanpa diolah terlebih dahulu ataupun bahan olahan yang diproses dari

bahan alam tadi. Bahan baku yang umum digunakan sebagai bahan perkerasan jalan

adalah bahan agregat ( pasir, kerikil, batu koral, batu pecah ), bahan pengikat (

semen Portland ataupun aspal ), bahan pengisi ( filler ) serta bahan additive kalau

diperlukan.

Pengetahuan mengenai bahan perkerasan jalan sangat penting yaitu

sehubungan untuk memanfaatkan bahan alam yang ada untuk digunakan sebagai

bahan perkerasan jalan serta bagaimana cara membuat/memproses suatu bahan

olahan tertentu yang akan digunakan untuk membuat perkerasan jalan dengan

kualitas baik dan tahan lama.

Kerusakan struktural perkerasan jalan di Indonesia sering terjadi sebelum

umur layanan selesai. Kondisi ini memunculkan pertanyaan mendasar tentang


bagaimana sesungguhnya pemberlakuan standar mutu perkerasan jalan tersebut

dimonitor dan dievaluasi. Hasil identifikasi menunjukkan kerusakan struktural

perkerasan jalan nasional dan propinsi banyak terjadi pada awal umur pelayanannya

karena ketidaktepatan prosedur (tatacara) pelaksanaan dan pengawasan kualitasnya

terhadap standar mutu yang digunakan. Secara umum, jenis kerusakan struktural

tersebut adalah: (i) permukaan perkerasan hasil pembangunan jalan baru

mengalami penurunan (ambles) dan bergelombang, dan

(ii) permukaan perkerasan hasil peningkatan dan pemeliharaan berkala mengalami

retak (cracking) dan berlubang (pothole).

Kerusakan hanya dievaluasi karena pengaruh air dan beban kendaraan

berlebih, sementara itu fakta di lapangan menunjukkan bahwa kegagalan konstruksi

jalan disebabkan tidak tercapainya kualitas pelaksanaan pekerjaan sesuai standar

mutu. Berdasarkan fakta tersebut, pertanyaan mendasar adalah mengapa kegagalan

mutu jalan terjadi dan bagaimana sesungguhnya kondisi penerapan standar mutu

jalan di Indonesia. Berbagai pengalaman empirik menyatakan bahwa kegagalan

mutu perkerasan jalan dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain: (i) kesalahan

perencanaan dan desain perkerasan; (ii) ketidaksesuaian pelaksanaan konstruksi

perkerasan terhadap spesifikasi teknis;

(iii) ketidaksesuaian laporan administrasi proyek terhadap fakta lapangan; dan (iv)

ketidaktepatan pengendalian mutu pelaksanaan pekerjaan terhadap standar mutu

yang digunakan.

Anda mungkin juga menyukai