Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Manusia dalam menjalani kehidupannya membutuhkan berbagai hal
untuk memenuhi kebutuhan. Dalam memenuhi kebutuhan tersebut setiap
individu harus mendapatkannya dengan melakukan pembelian, meminjam
atau pun dengan sistem barter. Untuk membeli dan meminjam saat ini
memang sangat sering dilakukan dan dimungkinkan terjadi. Untuk barter
memang mungkin terjadi tetapi saat ini sistem tersebut jarang sekali
dipergunakan.
Seperti yang kita ketahui manusia dalam usaha pemenuhan kebutuhan
sehari-hari setiap orang memiliki berbagai cara sesuai dengan
perkembangan kehidupan saat ini, misalnya pinjam-meminjam. Ketika terjadi
hubungan pinjam meminjam maka timbul hak dan kewajiban, ketika terjadi
wan prestasi maka disinilah timbulnya pemikiran mengenai apa yang
dinamakan jaminan. Atas dasar fenomena inilah kami membuat makalah
dengan judul “Hukum Jaminan” untuk memberikan wawasan mengenai
hukum jaminan di Indonesia.
1.2 Tujuan
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Komersial.
Adapun tujuan yang hendak dicapai oleh penulis dari pembuatan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui tentang jaminan umum
2. Mengetahui tentang jaminan kebendaan tertentu
3. Mengetahui tentang gadai
4. Mengetahui tentang hipotik
5. Mengetahui tentang fiducia
6. Mengetahui tentang hak tanggungan
1.3 Ruang lingkup materi
Ruang lingkup hukum jaminan meliputi jaminan umum dan khusus.
Jaminan khusus terbagi 2 yaitu, jaminan kebendaan dan jaminan
perorangan. Jaminan kebendaan terbagi 2 yaitu benda bergerak meliputi
gadai dan fidusia. Jaminan benda tidak bergerak meliputi hak tanggungan,
fidusia khususnya rumah susun, hipotik kapal laut dan pesawat udara.
Sedangkan jaminan perorangan meliputi borg, tanggung menanggung
(tanggung renteng), dan garansi bank.

1|Hukum Jaminan
BAB II
LANDASAN TEORI
Pengertian hukum jaminan menurut para ahli:

1. Prof. Sri Soedewi Masjhoen Sofwan


menuturkan bahwa hukum jaminan merupakan hukum mengatur
konstruksi yuridis yang memungkinkan pemberian fasilitas kredit,
dengan menjaminkan benda-benda yang dibelinya sebagai jaminan.
2. J satrio
Hukum jaminan adalah peraturan hukum yang mengatur jaminan-
jaminan piutang seorang kreditor terhadap debitor. Pada defiisi yang
diungkapkan oleh Satrio memfokuskan pada pengaturan pada hak-
hak kreditor semata-mata,tetapi tidak memperhatikan hak-hak debitor.
3. Salim H.S
Hukum jaminan adalah keseluruhan aturan hukum yang
mengatur hubungan hukum antara pemberi dan penerima jaminan
dalam kaitannya dengan pembebebanan jaminan untuk mendapatkan
fasilitas kredit.

4. Prof. M. Ali Mansyur


Hukum jaminan adalah hukum yang mengatur hubungan hukum
antara kreditor dan debitor yang berkaitan dengan pembebanan
jaminan atas pemberian kredit.

Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa hukum


jaminan adalah peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum antara
pemberi jaminan dengan penerima jaminan dengan menjaminkan benda-
benda sebagai jaminan.

2|Hukum Jaminan
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Jaminan Umum


Istilah jaminan merupakan terjemahan dari Bahasa Belanda yaitu
“zekerheid” atau “cautie”, yang secara umum merupakan cara-cara kreditur
menjamin dipenuhinya tagihannya, disamping pertanggung jawab umum debitur
terhadap barang-barangnya.
Pelunasan hutang dengan jaminan umum didasarkan pada pasal 1131KUH
Perdata dan pasal 1132 KUH Perdata.
Dalam pasal 1131 KUH Perdata dinyatakan bahwa segala kebendaan
debitur baik yang ada maupun yang akan ada baik bergerak maupun yang tidak
bergerak merupakan jaminan terhadap pelunasan hutang yang dibuatnya.
Sedangkan pasal 1132 KUH Perdata menyebutkan harta kekayaan debitur
menjadi jaminan secara bersama-sama bagi semua kreditur yang memberikan
hutang kepadanya.
Benda jaminan itu tidak ditunjuk secara khusus dan tidak diperuntukkan
untuk kreditur, sedang hasil penjualan benda jaminan itu dibagi-bagi di antara
para kreditur seimbang dengan piutangnya masing-masing. Para kreditur ini
mempunyai kedudukan yang sama, tidak ada yang lebih didahulukan dalam
pemenuhan piutangnya. (Kreditur konkuren).
Pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan
yakni besar kecilnya piutang masing-masing kecuali diantara para berpiutang itu
ada alasan-alasan sah untuk didahulukan.
Dalam hal ini benda yang dapat dijadikan pelunasan jaminan umum apabila
telah memenuhi persyaratan antara lain :
1. Benda tersebut bersifat ekonomis (dapat dinilai dengan uang).
2. Benda tersebut dapat dipindah tangankan haknya kepada pihak lain.

3.2 Jaminan Kebendaan Tertentu


Jaminan kebendaan dapat diadakan antara kreditor dengan debitornya,
tetapi juga dapat diadakan antara kreditor dengan seorang pihak ketiga yang
menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban dari si berutang (debitor).
Jaminan yang bersifat kebendaan yaitu adanya benda tertentu yang
dijadikan jaminan (zakelijk). Ilmu hukum tidak membatasi kebendaan yang dapat
dijadikan jaminan hanya saja kebendaan yang dijaminkan tersebut haruslah milik
dari pihak yang memberikan jaminan kebendaan tersebut.
Pemberian jaminan kebendaan selalu berupa menyendirikan suatu bagian
dari kekayaan seseorang, si pemberi jaminan, dan menyediakannya guna

3|Hukum Jaminan
pemenuhan (pembayaran) kewajiban (utang) dari seorang debitor. Kekayaan
tersebut dapat berupa kekayaan si debitor itu sendiri atau kekayaan pihak ketiga.
Pemberian jaminan kebendaan ini kepada si berpiutang (kreditor) tertentu,
memberikan kepada si berpiutang tersebut suatu hak privilege (hak istimewa)
terhadap kreditor lainnya.
Jaminan kebendaan mempunyai ciri-ciri “kebendaan” dalam arti
memberikan hak mendahului di atas benda-benda tertentu dan mempunyai sifat
melekat dan mengikuti benda yang bersangkutan.
Syarat-syarat benda jaminan :
 Dapat secara mudah membantu perolehan kredit itu oleh pihak yang
memerlukannya
 Tidak melemahkan potensi (kekuatan) si pencari kredit untuk melakukan atau
meneruskan usahanya.
 Memberikan kepastian kepada si kreditur, dalam arti bahwa barang jaminan
setiap waktu tersedia untuk dieksekusi, bila perlu dapat mudah diuangkan
untuk melunasi hutangnya si penerima kredit.

Perjanjian Jaminan Kebendaan


Merupakan hak mutlak atas suatu benda tertentu yang dijadikan objek
jaminan untuk suatu ketika dapat diuangkan bagi pelunasan atau pembayaran
utang apabila debitur melakukan cidera janji atau ingkar janji.
Subekti memberikan pengertian perjanjian jaminan kebendaan sebagai
berikut:
”Pemberian jaminan kebendaan selalu berupa menyendirikan suatu bagian dari
kekayaan seseorang, si pemberi jaminan, dan menyediakannya guna
pemenuhan (pembayaran) kewajiban (hutang) seorang debitur”

Hak preferen yang dikandung dalam jaminan kebendaan memberikan


kedudukan istimewa kepada para kreditur. Sebagai kreditur preferen, mereka
memiliki hak untuk didahuukan daripada kreditur lain dalam pengambilan
pelunasan piutang dari benda objek jaminan. Bahkan apabila kreitur pailit para
kreditur ini dapat bertindak terhadap benda objek jaminan seolah-olah tidak ada
kepailitan, benda objek jaminan tidak dimasukkan ke dalam harga kepailitan
(boedel pailit), kreditur preferen disini merupakan kreditur separatis.

3.3 Gadai
Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seseorang yang berpiutang atas
suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang yang berutang
atau oleh seorang lain atas namanya, dan memberikan kekuasaan kepada orang
yang berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara
didahulukan daripada orang-orang yang berpiutang lainnya; dengan

4|Hukum Jaminan
pengecualian biaya untuk melelang barang tersebut. dimana seseorang itu harus
menggadaikan barangnya untuk mendapatkan uang
a. Sifat-sifat gadai
1. Gadai adalah untuk benda bergerak baik yang berwujud maupun tidak
berwujud.
2. Gadai bersifat accesoir artinya merupakan tambahan dari perjanjian
pokok untuk menjaga jangan sampai debitor itu lalai membayar
hutangnya kembali.
3. Adanya sifat kebendaan
4. Syarat inbezieztelling, artinya benda gadai harus keluar dari
kekuasaan memberi gadai, atau benda gadai diserahkan dari pemberi
gadai kepada pemegang gadai.
5. Hak untuk menjual atas kekuasaan sendiri.
6. Hak preferensi sesuai dengan pasal 1130 dan pasal 1150 KUHP
7. Hak gadai tidak dapat dibagi-bagi artinya sebagian hak gadai tidak
akan menjadi hapus dengan dibayarnya sebagian dengan hutang
oleh karena itu gadai tetap melekat atas seluruh benda itu.
b. Objek gadai
Semua benda bergerak dan pada dasarnya bisa digadaikan, baik benda
bergerak berwujud maupun tidak berwujud yang berupa berbagai hak untuk
mendapatkan pembayaran uang, yakni berwujud surat-surat piutang kepada
pembawa, atas tunjuk, dan atas koma.
c. Hak pemegang gadai
1. Berhak untuk menjual benda digadaikan atas kekuasaan sendiri
2. Berhak untuk mendapatkan ganti rugi yang berupa biaya yang telah
dikeluarkan untuk menyelamatkan benda gadai.
3. Berhak menahan benda gadai sampai ada pelunasan hutangdari debitur.
4. Berhak mempunyai referensi
5. Berhak untuk menjual benda gadai dengan perantara hakim
6. Atas ijin hakim tetap menguasai benda gadai.
d. Kewajiban pemegang gadai
1. Pasal 1157 ayat 1 KUHP perdata pemegang gadai bertanggung jawab
atas hilangnya harga barang yang digadaikan yang terjadi atas
kelalaiannya.
2. Pasal 1156 KUHP ayat 2 berkewajiban untuk memberitahukan pemberi
gadai jika barang gadai dijual.
3. Pasal 1159 KUHP ayat 1 beranggung jawab terhadap hasil penjualan
barang gadai

5|Hukum Jaminan
4. Kewaijban untuk mengembalikan benda gadai jika debitur melunasi
hutangnya.
5. Kewajiban untuk melelang benda gadai.
e. Hapusnya gadai
1. Perjanjian pokok
2. Musnahnya benda gadai
3. Pelaksanaan eksekusi
4. Pemegang gadai telah melepaskan hak gadai secara sukarela
5. Pemegang gadai telah kehilangan kekuasaan atas benda gadai
6. Penyalahgunaan benda gadai

3.4 Hipotik
Hipotek adalah suatu hak kebendaan atas benda-benda tak bergerak, untuk
mengambil penggantian daripadanya bagi pelunasan suatu perikatan (Pasal
1162 KUH Per) Menurut Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, S.H dengan
mengacu pasal 1162 KUHPer, hipotek adalah suatu hak kebendaan atas benda
tak bergerak, untuk mengambil penggantaian daripadanya bagi pelunasan suatu
perutangan (verbintenis).
a. Sifat dari Hipotek
Hipotek sifatnya adalah cessoir, yaitu adanya tergantung pada perjanjian
pokok. Pada dasarnya sifatnya sebagai berikut.
1. Hipotek telah didahulukan pemenuhannya dari piutang yang lain (Pasal
1133 KUHPer)
2. Hipotek tidak dapat dibagi-bagi dan meletak diatas seluruh benda yang
menjadi objeknya (Pasal 1163 ayat 1 KUHPer)
3. Hak hipotek senantiasa mengikuti bendanya (Pasal 1163 ayat 2 KUHPer)
4. Objek hipotek adalah barang tetap, baik yang berwujud maupun yang
berupa hak atas tanah (Pasal 1164 KUHPer)
5. Hak hipotek hanya berisi tentang hak pelunasan utang saja dan tidak
mengandung hak untuk menguasai/memiliki bendanya.

b. Subjek dan Objek Hipotek


Menurut Pasal 1164 KUHPer, yang dapat dibebani dengan hipotek adalah
1. Benda tak bergerak
2. Hak pakai hasil atas benda tersebut
3. Hak opstal dan hak erfpact
4. Bunga tanah
5. Bunga sepersepuluh
6. Pasar-pasar yang diakui oleh Pemerintah beserta hak istimewa yang
melekat padanya.

Diluar Pasal 1164 KUHPeryang dapat dibebani hipotek adalah.

6|Hukum Jaminan
1. Bagian yang tak dapat dibagi-bagi pada benda tak bergerak yang
berupakan hak milik bersama
2. Kapal (diatur dalam KUHD). Selanjutnya menurut Pasal 1167 KUHPer,
benda bergerak tidak dapat dibebani dengn hipotek.

c. Syarat Hipotek
1. Harus dengan akta notaris, kecuali dalam hal yang tegas ditunjuk UU
(Pasal 1171 KUHPer)
2. Harus didaftarkan ke Kantor Balik Nama (Pasal 1179 KUHPer)

d. Hapusnya Hipotek
Menurut Pasal 1209 KUHPer, yaitu
1. Hapusnya perikatan pokoknya
2. Si berpiutang melepaskan hipoteknya
3. Penetapan tingkat oleh hakim

e. Prosedur terjadinya hipotik

1. Perjanjian pemberian kredit/perjanjian membuka kredit dengan


kesanggupan jaminan hipotik. Proses ini terjadi di Bank, baik bank
pemerintah maupun bank swasta. Fase ini merupakan perjanjian yang
bersifat pokok, obligator, dan berbentuk bebas.
2. Perjanjian pemberian hipotik. Perjanjian ini menurut Undang-Undang
merupakan perjanjian yang bersifat accesoir dan dikehendaki
mengandung unsur kebendaan. Perjanjian in harus dilaksanakan dengan
akte PPAT yang dibuat oleh pejabat pembuat akte tanah.
3. Pemasangan Hipotik atau pendaftaran hipotik. Proses ini terjadi di
Kantor Pendaftaran Tanah (KPT) sekarang disebut dengan seksi
Pendaftaran Tanah.

3.5 Fiducia
a. Pengertian Fidusia
Surat perjanjian accesor antar debitor dan kreditor yang isinya penyerahan
hak milik secara kepercayaan atas benda bergerak milik debitor kepada kreditor.

b. Jaminan Fidusia
Menurut UU No. 42 tahun 1999 pasal 1angka
(1) Pengalihan suatu atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa hak
kepemilikannya diahlikan dan penguasaan tetap ada pada pemilik benda.
(2) Pasal 1 angka 2 UUJF : Hak jaminan atas benda bergerak baik yang
berwujud maupun tidak berwujud dan tidak bergerak khususnya

7|Hukum Jaminan
bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan yang tetap berada
dalam penguasaan pemberi fidusia sebagai agunan atas perlunasan
uatang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada
pemberi fidusia terhadap kreditur lainnya.

c. Objek Jaminan Fidusia


Benda segala sesuatu yang dapat memiliki dan dialihkan yang terdaftar
maupun tidak terdaftar yang bergerak maupun yang tidak bergerak dan yang
tidak dapat dibebani hak tanggungan atau hipotik.

d. Syarat Sah Fidusia


1. Adanya Perjanjian yang zakelijk
2. Adanya tutel untuk peralihan hak
3. Kewenangan untuk menguasai bendanya dari orang yang menyerahkan
4. Adanya cara tertentu untuk penyrahan

d. Hapusnya jaminan Fidusia


a. hapusnya utang yang dijamin dengan fidusia
b. pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh debitur
c. musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia

3.6 Hak Tanggungan


a. Pengertian Hak Tanggungan
Hak tanggungan menurut ketentuan Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor
4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang
Berkaitan Dengan Tanah, adalah :“Hak tanggungan atas tanah beserta benda-
benda yang berkaitan dengantanah, yang selanjutnya disebut hak tanggungan,
adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana
dimaksud dalamUndang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang
merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utangtertentu, yang
memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap
kreditor- kreditor lainnya.

b. Sifat dan Ciri Hak Tanggungan

8|Hukum Jaminan
Hak tanggungan sebagai lembaga jaminan atas tanah yang kuat danmampu
memberikan kepastian hukum bagi para pihak, mempunyai dengan ciri-ciri
sebagai berikut :

1. Memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahului kepada


pemegangnya (kreditor tertentu). Dari definisi mengenai hak tanggungan
sebagaimana dikemukakandi atas, diketahui bahwa hak tanggungan
memberikan kedudukan yangdiutamakan kepada kreditor terhadap
kreditor-kreditor lain. Yang dimaksud dengan “kedudukan yang
diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor lain”.
2. Selalu mengikuti objek yang dijaminkan di tangan siapapun objek itu
berada. Ketentuan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan
Tanah menyatakan bahwa hak tanggungan tetap mengikuti objeknya
dalam tangan siapapun objek tersebut berada, sehingga hak tanggungan
tidak akan berakhir sekalipun objek hak tanggungan itu beralih ke pihak
lain oleh sebab apa pun juga.
3. Memenuhi asas spesialitas dan asas publisitas, sehingga dapat mengikat
pihak ketiga dan memberikan kepastian hukum kepada pihak yang
berkepentingan. Asas spesialitas diaplikasikan dengan cara pembuatan
Akta Pemberian Hak Tanggungan oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah.
Sedangkan asas publisitas diterapkan pada saat pendaftaran
pemberianhak tanggungan di Kantor Pertanahan. Pendaftaran tersebut
merupakan syarat mutlak untuk lahirnya hak tanggungan tersebut dan
mengikatnya hak tanggungan terhadap pihak ketiga
4. Mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya. Keistimewaan lain dari hak
tanggungan yaitu bahwa hak tanggungan merupakan hak jaminan atas
tanah yang mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya. Apabila debitor
wanprestasi tidak perlu ditempuh cara gugatan perdata biasa yang
memakan waktu dan biaya. Bagi kreditor pemegang hak tanggungan
disediakan cara-cara khusus, sebagaimana yang telah diatur dalam pasal
20 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas
Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. dana
kepada masyarakat dan secara tidak langsung dapat menciptakan iklim
yang kondusif dan lebih sehat dalam pertumbuhan dan perkembangan
perekonomian.

Disamping memiliki empat ciri di atas Hak Tanggungan juga mempunyai


beberapa sifat, seperti :

a. Hak Tanggungan tidak dapat dibagi-bagi


Maksud dari hak tanggungan tidak dapat dibagi-bagi, yaitu
haktanggungan membebani secara utuh objeknya dan setiap bagian
daripadanya. Pelunasan sebagian utang yang dijamin tidak membebaskan
sebagian objek dari beban hak tanggungan. Hak tanggungan yang
bersangkutan tetap membebani seluruh objek untuk sisa utang yangbelum

9|Hukum Jaminan
dilunasi. Akan tetapi seiring berkembangnya kebutuhan akan
perumahan,ketentuan tersebut ternyata menimbulkan permasalahan yaitu
dalam halsuatu proyek perumahan atau rumah susun ingin diadakan
pemisahan.

b. Hak tanggungan merupakan perjanjian accesoir.


Hak tanggungan diberikan untuk menjamin pelunsaan hutang debitor
kepada kreditor, oleh karena itu hak tanggungan merupakan perjanjian
accesoir pada suatu perjanjian yang menimbulkan hubungan hukum utang-
piutang sebagai perjanjian pokok. Kelahiran, eksistensi, peralihan, eksekusi,
berakhir dan hapusnya hak tanggungan dengan sendirinya ditentukan oleh
peralihan dan hapusnya piutang yang dijamin pelunasannya

c. Objek Hak Tanggungan


Pasal 4 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan
Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah,
menyebutkan bahwa yang menjadi Objek Hak Tanggungan adalah :
a. Hak milik;
b. Hak guna usaha;
c. Hak guna bangunan;
d. Hak pakai atas tanah negara, yang menurut ketentuan yang berlaku wajib
didaftar dan menurut sifatnya dapat dipindah tangankan dapat juga dibebani
dengan hak tanggungan.

d. Subjek Hak Tanggungan


Subjek Hak Tanggungan adalah:
1. Pemberi Hak Tanggungan
Pemberi hak tanggungan adalah orang perseorangan atau badan
hukum yang mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan
hukum terhadap objek hak tanggungan yang bersangkutan.
2. Pemegang Hak Tanggungan
Pemegang hak tanggungan adalah orang perseorangan atau badan
hukum yang berkedudukan sebagai pihak yang berpiutang. Penerima
hak tanggungan, yang sesudah pemasangan hak tanggungan akan
menjadi pemegang hak tanggungan, yang adalah juga kreditor dalam
perikatan pokok, juga bisa orang perseorangan maupun badan
hukum.

e. Hapusnya Hak Tanggungan


Dalam Pasal 18 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah

10 | H u k u m J a m i n a n
disebutkan sebab-sebab hapusnya hak tanggungan, sebagai berikut:
a. Hapusnya hutang yang dijamin dengan hak tanggungan.
b. Dilepaskannya hak tanggungan oleh pemegang hak tanggungan.
c. Pembersihan hak tanggungan berdasarkan penetapan peringkat oleh
d. Ketua Pengadilan Negeri.
e. Hapusnya hak atas tanah yang dibebani hak tanggungan

11 | H u k u m J a m i n a n
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan inti dari hukum jaminan adalah ketentuan hukum yang
mengatur hubungan hukum antara pemberi jaminan atau debitur dengan
penerima jaminan.
Jaminan adalah sejenis harta yang dipercayakan kepada pengadilan untuk
membujuk pembebasan seorang tersangka dari penjara, dengan pemahaman
bahwa sang tersangka akan kembali ke persidangan atau membiarkan
jaminannya hangus (sekaligus menjadikan sang tersangka bersalah
atas kejahatan kegagalan kehadiran). Biasanya jaminan berupa uang akan
dikembalikan pada akhir persidangan jika sang tersangka hadir dalam setiap
persidangan.
Fungsi Hukuman Jaminan adalah untuk meyakinkan bank atau kreditor,
bahwa debitor mempunyai kemampuan untuk mengembalikan atau melunasi
kredit yang diberikan kepadanya sesuai dengan persyaratan dan perjanjian kredit
yang telah disepakati bersama.
Adapun beberapa hukum jaminan yang perlu dipelajari yaitu jaminan umum,
jaminan kebendaan tertentu. Dalam benda tidak bergerak dibahas tentang gadai,
hipotik, fiducia dan hak tanggungan yang memiliki fungsi pada masing-masing
jaminan.

4.2 Saran
Sebaiknya pemerintah atau instansi yang berkaitan dengan masalah Hukum
lebih aktif lagi memberikan pengarahan tentang hukum kepada Aparat penegak
hukum dan masyarakat baik secara langsung maupun melalui media cetak dan
elektronik yang saat ini banyak sekali dijumpai, mengenai aturan aturan hukum
dalam hal jaminan dimana saat ini banyak sekali digunakan oleh masyarakat. Hal
ini sangatlah penting menggingat semakin banyaknya permasalahan hukum di
Masyarakat. Oleh sebab itu, pengetahuan masyarakat dan aparat hukum
digunakan untuk meminimalisir lebih lanjut tentang kesalahan yang terjadi
mengingat negara Indonesia adalah Negara Hukum yang seharusnya taat
dengan hukum, tidak hanya membuat hukum.

12 | H u k u m J a m i n a n
Daftar Pustaka
Sofwan, Sri Soedewi Masjchun, 1977, Beberapa Masalah Pelaksanaan
Lembaga Jaminan Khususnya Fiducia di Dalam Praktek dan
Pelaksaannya di Indonesia, Yogyakarta : Fakultas Hukum Universitas
Gadjah Mada
Subekti, 1986, Jaminan-jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum
Indonesia, Bandung : Alumni
Sofwan, Sri Soedewi Masjchun, 1982, Himpunan Karya Tentang Hukum
Jaminan, Yogyakarta : Liberty
Perangin, Effendi, 1987, Praktek Penggunaan Tanah Sebagai Jaminan Kredit,
Jakarta : CV. Rajawali
Simanjuntak, P.N.H, 2014, Hukum Perdata Indonesia, Jakarta : Prenademedia
Group

13 | H u k u m J a m i n a n

Anda mungkin juga menyukai