PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Manusia dalam menjalani kehidupannya membutuhkan berbagai hal
untuk memenuhi kebutuhan. Dalam memenuhi kebutuhan tersebut setiap
individu harus mendapatkannya dengan melakukan pembelian, meminjam
atau pun dengan sistem barter. Untuk membeli dan meminjam saat ini
memang sangat sering dilakukan dan dimungkinkan terjadi. Untuk barter
memang mungkin terjadi tetapi saat ini sistem tersebut jarang sekali
dipergunakan.
Seperti yang kita ketahui manusia dalam usaha pemenuhan kebutuhan
sehari-hari setiap orang memiliki berbagai cara sesuai dengan
perkembangan kehidupan saat ini, misalnya pinjam-meminjam. Ketika terjadi
hubungan pinjam meminjam maka timbul hak dan kewajiban, ketika terjadi
wan prestasi maka disinilah timbulnya pemikiran mengenai apa yang
dinamakan jaminan. Atas dasar fenomena inilah kami membuat makalah
dengan judul Hukum Jaminan untuk memberikan wawasan mengenai
hukum jaminan di Indonesia.
1.2 Tujuan
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Komersial.
Adapun tujuan yang hendak dicapai oleh penulis dari pembuatan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui tentang jaminan umum
2. Mengetahui tentang jaminan kebendaan tertentu
3. Mengetahui tentang gadai
4. Mengetahui tentang hipotik
5. Mengetahui tentang fiducia
6. Mengetahui tentang hak tanggungan
1.3 Ruang lingkup materi
Ruang lingkup hukum jaminan meliputi jaminan umum dan khusus.
Jaminan khusus terbagi 2 yaitu, jaminan kebendaan dan jaminan
perorangan. Jaminan kebendaan terbagi 2 yaitu benda bergerak meliputi
gadai dan fidusia. Jaminan benda tidak bergerak meliputi hak tanggungan,
fidusia khususnya rumah susun, hipotik kapal laut dan pesawat udara.
Sedangkan jaminan perorangan meliputi borg, tanggung menanggung
(tanggung renteng), dan garansi bank.
1|Hukum Jaminan
BAB II
LANDASAN TEORI
Pengertian hukum jaminan menurut para ahli:
2|Hukum Jaminan
BAB III
PEMBAHASAN
3|Hukum Jaminan
pemenuhan (pembayaran) kewajiban (utang) dari seorang debitor. Kekayaan
tersebut dapat berupa kekayaan si debitor itu sendiri atau kekayaan pihak ketiga.
Pemberian jaminan kebendaan ini kepada si berpiutang (kreditor) tertentu,
memberikan kepada si berpiutang tersebut suatu hak privilege (hak istimewa)
terhadap kreditor lainnya.
Jaminan kebendaan mempunyai ciri-ciri kebendaan dalam arti
memberikan hak mendahului di atas benda-benda tertentu dan mempunyai sifat
melekat dan mengikuti benda yang bersangkutan.
Syarat-syarat benda jaminan :
Dapat secara mudah membantu perolehan kredit itu oleh pihak yang
memerlukannya
Tidak melemahkan potensi (kekuatan) si pencari kredit untuk melakukan atau
meneruskan usahanya.
Memberikan kepastian kepada si kreditur, dalam arti bahwa barang jaminan
setiap waktu tersedia untuk dieksekusi, bila perlu dapat mudah diuangkan
untuk melunasi hutangnya si penerima kredit.
3.3 Gadai
Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seseorang yang berpiutang atas
suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang yang berutang
atau oleh seorang lain atas namanya, dan memberikan kekuasaan kepada orang
yang berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara
didahulukan daripada orang-orang yang berpiutang lainnya; dengan
4|Hukum Jaminan
pengecualian biaya untuk melelang barang tersebut. dimana seseorang itu harus
menggadaikan barangnya untuk mendapatkan uang
a. Sifat-sifat gadai
1. Gadai adalah untuk benda bergerak baik yang berwujud maupun tidak
berwujud.
2. Gadai bersifat accesoir artinya merupakan tambahan dari perjanjian
pokok untuk menjaga jangan sampai debitor itu lalai membayar
hutangnya kembali.
3. Adanya sifat kebendaan
4. Syarat inbezieztelling, artinya benda gadai harus keluar dari
kekuasaan memberi gadai, atau benda gadai diserahkan dari pemberi
gadai kepada pemegang gadai.
5. Hak untuk menjual atas kekuasaan sendiri.
6. Hak preferensi sesuai dengan pasal 1130 dan pasal 1150 KUHP
7. Hak gadai tidak dapat dibagi-bagi artinya sebagian hak gadai tidak
akan menjadi hapus dengan dibayarnya sebagian dengan hutang
oleh karena itu gadai tetap melekat atas seluruh benda itu.
b. Objek gadai
Semua benda bergerak dan pada dasarnya bisa digadaikan, baik benda
bergerak berwujud maupun tidak berwujud yang berupa berbagai hak untuk
mendapatkan pembayaran uang, yakni berwujud surat-surat piutang kepada
pembawa, atas tunjuk, dan atas koma.
c. Hak pemegang gadai
1. Berhak untuk menjual benda digadaikan atas kekuasaan sendiri
2. Berhak untuk mendapatkan ganti rugi yang berupa biaya yang telah
dikeluarkan untuk menyelamatkan benda gadai.
3. Berhak menahan benda gadai sampai ada pelunasan hutangdari debitur.
4. Berhak mempunyai referensi
5. Berhak untuk menjual benda gadai dengan perantara hakim
6. Atas ijin hakim tetap menguasai benda gadai.
d. Kewajiban pemegang gadai
1. Pasal 1157 ayat 1 KUHP perdata pemegang gadai bertanggung jawab
atas hilangnya harga barang yang digadaikan yang terjadi atas
kelalaiannya.
2. Pasal 1156 KUHP ayat 2 berkewajiban untuk memberitahukan pemberi
gadai jika barang gadai dijual.
3. Pasal 1159 KUHP ayat 1 beranggung jawab terhadap hasil penjualan
barang gadai
5|Hukum Jaminan
4. Kewaijban untuk mengembalikan benda gadai jika debitur melunasi
hutangnya.
5. Kewajiban untuk melelang benda gadai.
e. Hapusnya gadai
1. Perjanjian pokok
2. Musnahnya benda gadai
3. Pelaksanaan eksekusi
4. Pemegang gadai telah melepaskan hak gadai secara sukarela
5. Pemegang gadai telah kehilangan kekuasaan atas benda gadai
6. Penyalahgunaan benda gadai
3.4 Hipotik
Hipotek adalah suatu hak kebendaan atas benda-benda tak bergerak, untuk
mengambil penggantian daripadanya bagi pelunasan suatu perikatan (Pasal
1162 KUH Per) Menurut Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, S.H dengan
mengacu pasal 1162 KUHPer, hipotek adalah suatu hak kebendaan atas benda
tak bergerak, untuk mengambil penggantaian daripadanya bagi pelunasan suatu
perutangan (verbintenis).
a. Sifat dari Hipotek
Hipotek sifatnya adalah cessoir, yaitu adanya tergantung pada perjanjian
pokok. Pada dasarnya sifatnya sebagai berikut.
1. Hipotek telah didahulukan pemenuhannya dari piutang yang lain (Pasal
1133 KUHPer)
2. Hipotek tidak dapat dibagi-bagi dan meletak diatas seluruh benda yang
menjadi objeknya (Pasal 1163 ayat 1 KUHPer)
3. Hak hipotek senantiasa mengikuti bendanya (Pasal 1163 ayat 2 KUHPer)
4. Objek hipotek adalah barang tetap, baik yang berwujud maupun yang
berupa hak atas tanah (Pasal 1164 KUHPer)
5. Hak hipotek hanya berisi tentang hak pelunasan utang saja dan tidak
mengandung hak untuk menguasai/memiliki bendanya.
6|Hukum Jaminan
1. Bagian yang tak dapat dibagi-bagi pada benda tak bergerak yang
berupakan hak milik bersama
2. Kapal (diatur dalam KUHD). Selanjutnya menurut Pasal 1167 KUHPer,
benda bergerak tidak dapat dibebani dengn hipotek.
c. Syarat Hipotek
1. Harus dengan akta notaris, kecuali dalam hal yang tegas ditunjuk UU
(Pasal 1171 KUHPer)
2. Harus didaftarkan ke Kantor Balik Nama (Pasal 1179 KUHPer)
d. Hapusnya Hipotek
Menurut Pasal 1209 KUHPer, yaitu
1. Hapusnya perikatan pokoknya
2. Si berpiutang melepaskan hipoteknya
3. Penetapan tingkat oleh hakim
3.5 Fiducia
a. Pengertian Fidusia
Surat perjanjian accesor antar debitor dan kreditor yang isinya penyerahan
hak milik secara kepercayaan atas benda bergerak milik debitor kepada kreditor.
b. Jaminan Fidusia
Menurut UU No. 42 tahun 1999 pasal 1angka
(1) Pengalihan suatu atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa hak
kepemilikannya diahlikan dan penguasaan tetap ada pada pemilik benda.
(2) Pasal 1 angka 2 UUJF : Hak jaminan atas benda bergerak baik yang
berwujud maupun tidak berwujud dan tidak bergerak khususnya
7|Hukum Jaminan
bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan yang tetap berada
dalam penguasaan pemberi fidusia sebagai agunan atas perlunasan
uatang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada
pemberi fidusia terhadap kreditur lainnya.
8|Hukum Jaminan
Hak tanggungan sebagai lembaga jaminan atas tanah yang kuat danmampu
memberikan kepastian hukum bagi para pihak, mempunyai dengan ciri-ciri
sebagai berikut :
9|Hukum Jaminan
dilunasi. Akan tetapi seiring berkembangnya kebutuhan akan
perumahan,ketentuan tersebut ternyata menimbulkan permasalahan yaitu
dalam halsuatu proyek perumahan atau rumah susun ingin diadakan
pemisahan.
10 | H u k u m J a m i n a n
disebutkan sebab-sebab hapusnya hak tanggungan, sebagai berikut:
a. Hapusnya hutang yang dijamin dengan hak tanggungan.
b. Dilepaskannya hak tanggungan oleh pemegang hak tanggungan.
c. Pembersihan hak tanggungan berdasarkan penetapan peringkat oleh
d. Ketua Pengadilan Negeri.
e. Hapusnya hak atas tanah yang dibebani hak tanggungan
11 | H u k u m J a m i n a n
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan inti dari hukum jaminan adalah ketentuan hukum yang
mengatur hubungan hukum antara pemberi jaminan atau debitur dengan
penerima jaminan.
Jaminan adalah sejenis harta yang dipercayakan kepada pengadilan untuk
membujuk pembebasan seorang tersangka dari penjara, dengan pemahaman
bahwa sang tersangka akan kembali ke persidangan atau membiarkan
jaminannya hangus (sekaligus menjadikan sang tersangka bersalah
atas kejahatan kegagalan kehadiran). Biasanya jaminan berupa uang akan
dikembalikan pada akhir persidangan jika sang tersangka hadir dalam setiap
persidangan.
Fungsi Hukuman Jaminan adalah untuk meyakinkan bank atau kreditor,
bahwa debitor mempunyai kemampuan untuk mengembalikan atau melunasi
kredit yang diberikan kepadanya sesuai dengan persyaratan dan perjanjian kredit
yang telah disepakati bersama.
Adapun beberapa hukum jaminan yang perlu dipelajari yaitu jaminan umum,
jaminan kebendaan tertentu. Dalam benda tidak bergerak dibahas tentang gadai,
hipotik, fiducia dan hak tanggungan yang memiliki fungsi pada masing-masing
jaminan.
4.2 Saran
Sebaiknya pemerintah atau instansi yang berkaitan dengan masalah Hukum
lebih aktif lagi memberikan pengarahan tentang hukum kepada Aparat penegak
hukum dan masyarakat baik secara langsung maupun melalui media cetak dan
elektronik yang saat ini banyak sekali dijumpai, mengenai aturan aturan hukum
dalam hal jaminan dimana saat ini banyak sekali digunakan oleh masyarakat. Hal
ini sangatlah penting menggingat semakin banyaknya permasalahan hukum di
Masyarakat. Oleh sebab itu, pengetahuan masyarakat dan aparat hukum
digunakan untuk meminimalisir lebih lanjut tentang kesalahan yang terjadi
mengingat negara Indonesia adalah Negara Hukum yang seharusnya taat
dengan hukum, tidak hanya membuat hukum.
12 | H u k u m J a m i n a n
Daftar Pustaka
Sofwan, Sri Soedewi Masjchun, 1977, Beberapa Masalah Pelaksanaan
Lembaga Jaminan Khususnya Fiducia di Dalam Praktek dan
Pelaksaannya di Indonesia, Yogyakarta : Fakultas Hukum Universitas
Gadjah Mada
Subekti, 1986, Jaminan-jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum
Indonesia, Bandung : Alumni
Sofwan, Sri Soedewi Masjchun, 1982, Himpunan Karya Tentang Hukum
Jaminan, Yogyakarta : Liberty
Perangin, Effendi, 1987, Praktek Penggunaan Tanah Sebagai Jaminan Kredit,
Jakarta : CV. Rajawali
Simanjuntak, P.N.H, 2014, Hukum Perdata Indonesia, Jakarta : Prenademedia
Group
13 | H u k u m J a m i n a n