PENDAHULUAN
Kata geologi berasal dari bahasa Yunani, geo berarti bumi dan logos berarti
ilmu. Jadi geologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari bumi, komposisinya,
struktur, sifat-sifat fisik, sejarah, dan proses pembentukannya. Jadi pada saat
mempelajari geologi, konsep penting yang harus diingat adalah “Present is the key to
the past” dimana kita akan banyak mempelajari tentang masa lalu seperti proses
Ilmu geologi secara tradisional terbagi menjadi dua bagian, yaitu geologi fisik
dan geologi sejarah. Namun, kita hanya akan membahas mengenai Geologi Fisik yang
menjadi salah satu mata kuliah di program studi Teknik Pertambangan. Geologi Fisik
atau Physical Geology merupakan ilmu geologi yang mempelajari tentang material-
material penyusun bumi seperti susunan dan komposisi dari bahan-bahan yang
membentuk bumi, selaput udara yang mengitari bumi, khususnya bagian yang melekat
dan berinteraksi dengan bumi, kemudian selaput air atau hidrosfir, serta proses-proses
yang bekerja di atas permukaan bumi seperti pelapukan, pengikisan, pemindahan dan
pengendapan. yang Dipicu oleh energi Matahari dan tarikan gaya berat bumi.
pengembangan berbagai potensi yang dimiliki baik dalam sektor ekonomi atau sosial
budaya. Kabupaten barru memiliki sifat geologi yaitu seri endapan gunung api yang
meliputi 32.411 Ha (27.59% dari total wilayah kabupaten), dengan berbagai jenis
1
batuan penyusunnya. Litologi penyusun geologi Kabupaten Barru dapat dibagi menjadi
11 kelompok (1) kompleks ophioloit Barru (2) batuan malihan (3) kompleks Melange
(4) formasi Belangbaru (5) Formasi Mallawa (6) Formasi Tonasa (7) formasi Camba (8)
anggota batuan gunung api camba (9) anggota batu gamping formasi Camba (10)
batu gamping formasi Walanae dan (11) endapan alluvium. Pada umumnya kondisi
topografi Kabupaten Barru berupa dataran tinggi dan perbukitan pada ketinggian 100-
Kabupaten, sedangkan bagian barat, topografis wilayah dengan ketinggian 0-20 m dpl
Mata kuliah geologi fisik adalah salah satu mata kuliah yang tidak bisa lepas
dari praktik lapangan. Seperti yang diketahui bahwa praktik tanpa teori adalah buta
penyusun bumi yang berada di daerah Barru siap untuk diteliti. Berdasarkan uraian di
atas maka ditetapkan fieldtrip geologi fisik akan dilaksanakan di Kampus Lapangan
Maksud praktikan mengikuti kegiatan field trip kali ini adalah untuk melulusi
kompas geologi dan palu geologi serta dapat mengetahui cara mengukur
2
1.3 Batasan Masalah
kerak bumi, yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Selain itu
praktikan mengukur strike dan dip dari sebuah singkapan batuan dan mengamati
Kegiatan Field Trip atau praktik lapangan mata kuliah geologi fisik
dilaksanakan pada hari Sabtu dan Minggu, tanggal 5 dan 6 Desember 2015. Field trip
Barru, Provinsi Sulawesi Selatan. Kami menggunakan 3 unit bus untuk mahasiswa dan
mobil untuk dosen pembimbing. Kami berangkat dari Kampus Teknik Unhas Gowa
pada pukul 09.00 WITA dan tiba di Kampus Lapangan Unhas Barru sekitar pukul 15.20
WITA.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
besar, yaitu (1) batuan beku, (2) batuan sedimen, dan (3) batuan malihan atau
yang erat satu dengan lainnya, dan batuan beku dianggap sebagai “nenek moyang”
dari batuan lainnya. Dari sejarah pembentukan Bumi, diperoleh gambaran bahwa pada
awalnya seluruh bagian luar dari Bumi ini terdiri dari batuan beku. Dengan perjalanan
satu kelompok batuan ke kelompok lainnya, merupakan suatu siklus yang dinamakan
“daur batuan”. Konsep daur batuan ini merupakan landasan utama dari Geologi Fisik
yang diutarakan oleh James Hutton. Dalam daur tersebut, batuan beku terbentuk
sebagai akibat dari pendinginan dan pembekuan magma. Pendinginan magma yang
berupa lelehan silikat, akan diikuti oleh proses penghabluran yang dapat berlangsung
di bawah atau di atas permukaan Bumi melalui erupsi gunung berapi. Kelompok
pelapukan.
4
Gambar 2.1 Rock Cycle atau siklus batuan
yang telah dihancurkan ini akan berpindah dari tempatnya berkumpul oleh gaya berat,
air yang mengalir d iatas dan di bawah permukaan, angin yang bertiup, gelombang di
juga dikenal sebagai alat pengikis, yang dalam bekerjanya berupaya untuk meratakan
atau bahan yang larut, kemudian akan diendapkan di tempat-tempat tertentu sebagai
sedimen. Proses berikutnya adalah terjadinya ubahan dari sedimen yang bersifat lepas,
menjadi batuan yang keras, melalui pembebanan dan perekatan oleh senyawa mineral
Apabila terhadap batuan sedimen ini terjadi peningkatan tekanan dan suhu
sebagai akibat dari penimbunan atau terlibat dalam proses pembentukan pegunungan,
5
dengan keadaan lingkungan yang baru, dan terbentuk batuan malihan atau batuan
metamorfis. Apabila batuan metamorfis ini masih mengalami peningkatan tekanan dan
suhu, maka ia akan kembali leleh dan berubah menjadi magma. Panah-panah dalam
gambar, menunjukan bahwa jalannya siklus dapat terganggu dengan adanya jalan-
jalan pintas yang dapat ditempuh, seperti dari batuan beku menjadi batuan
magma dan batuan beku. Batuan sedimen dilain pihak dapat kembali menjadi sedimen
Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin
dan mengeras dengan atau tanpa proses kritalisasi baik di bawah permukaan sebagai
batuan instrusif maupun di atas permukaan bumi sebagai ekstrutif. Batuan beku dalam
bahasa latin dinamakan igneus (dibaca ignis) yang artinya api. Berdasarkan teksturnya
batuan beku ini bisa dibedakan lagi menjadi batuan beku plutonik dan vulkanik. Batuan
beku plutonik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang relatif lebih lambat
sehingga mineral-mineral penyusunnya relatif besar. Contoh batuan beku plutonik ini
seperti gabro, diorite, dan granit (yang sering dijadikan hiasan rumah). Sedangkan
batuan beku vulkanik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang sangat cepat
(misalnya akibat letusan gunung api) sehingga mineral penyusunnya lebih kecil.
Contohnya adalah basalt, andesit (yang sering dijadikan pondasi rumah), dan dacite.
Batuan beku insteusif atau instrusi atau plutonik adalah batuan beku yang
telah menjadi kristal dari sebuah magma yang meleleh di bawah permukaan Bumi.
Magma yang membeku di bawah tanah sebelum mereka mencapai permukaan bumi
disebut dengan nama pluton. Nama Pluto diambil dari nama Dewa Romawi dunia
bawah tanah. Batuan dari jenis ini juga disebut sebagai batuan beku plutonik atau
6
batuan beku intrusif. Sedangkan batuan belu ekstrusif adalah batuan beku yang terjadi
karena keluarnya magma ke permukaan bumi dan menjadi lava atau meledak secara
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil
perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun
organisme, yang di endapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian
mengalami pembatuan.
1. Sedimen klastik yaitu diangkut dari tempat asal kemudian diendapkan tanpa
2. Sedimen kimiawi, endapan hasil pelarutan kimiawi. misal : gips, batu garam.
3. Sedimen organik, Dipengaruhi unsur organik. sebagai contoh batu bara dan
batu gamping.
1. Sedimen aquatis, diendapkan oleh air. contoh batu pasir dan lumpur
2. Sedimen aeolis, sedimen yang diendapkan oleh angin. tanah los dan pasir
3. Sedimen glasial, terbentuk karena tenaga gletser. misal morena, tanah lim.
1. Sedimen teretis, berada di darat. misal tanah loss, batu tuff, breksi.
4. Sedimen palludal atau limnis, berada dirawa atau danau. contoh gambut
7
5. Sedimen glasial, contoh batu morena yang terjadi daerah es.
Batuan metamorf atau yang disebut juga dengan nama batuan malihan
adalah sekelompok batuan yang merupakan hasil dari ubahan atau transformasi dari
suatu tipe batuan yang sudah ada sebelumnya (protolith) oleh suatu proses yang
dinamakan metamorfosis atau perubahan bentuk. Batu gneis, batu sabak, batu
marmer dan batu skist merupakan beberapa contoh dari batuan metamorf.
sebagai akibat dari adanya suhu yang sangat tinggi (sebagai akibat dari
sebagai akibat dari adanya tekanan yang tinggi (berasal dari tenaga endogen)
dalam waktu yang lama. Contohnya batu lumpur (mud stone) menjadi batu
tulis (slate).
metamorfose sebagai akibat dari adanya pengaruh gas-gas yang ada pada
batuan akibat perubahan tekanan, temperatur dan adanya aktifitas kimia fluida/gas
atau variasi dari ketiga faktor tersebut. Proses metamorfosa merupakan proses
isokimia, dimana tidak terjadi penambahan unsur-unsur kimia pada batuan yang
8
mengalami metamorfosa. Temperatur berkisar antara 2000 C – 8000 C, tanpa melalui
fase cair.
temperatur, tekanan dan adanya aktifitas kimia fluida atau gas. Perubahan temperatur
dapat terjadi oleh karena berbagai macam sebab, antara lain oleh adanya pemanasan
akibat intrusi magmatit dan perubahan gradien geothermal. Panas dalam skala kecil
juga dapat terjadi akibat adanya gesekan atau friksi selama terjadinya deformasi suatu
massa batuan. Pada batuan silikat batas bawah terjadinya metamorfosa pada
umumnya pada suhu 1500 C + 500 C yang ditandai dengan munculnya mineral-mineral
berkisar 6500 C – 11000 C, tergantung pada jenis batuan asalnya (Bucher & Frey,
1994).
permukaan yang besarnya beberapa bar saja. Sedangkan metamorfosa yang terjadi
pada suatu kompleks ofiolit dapat terjadi dengan tekanan lebih dari 30-40 kBar.
Aktivitas kimiawi fluida dan gas yang berada pada jaringan antara butir
batuan, mempunyai peranan yang penting dalam metamorfosa. Fluida aktif yang
banyak berperan adalah air beserta karbon dioksida, asam hidroklorik dan hidroflorik.
Umumnya fluida dan gas tersebut bertindak sebagai katalis atau solven serta bersifat
9
Geologi regional merupakan ilmu yang mempelajari tentang distribusi
pembentukannya (litologi) yang membentuk suatu pola dalam luasan area tertentu.
Geologi regional untuk wilayah Kabupaten Barru terbagi menjadi tiga bagian, yaitu
yang relative sempit dan dibatasi oleh selat makasar.Daerah ini menyempit ke Utara
dan dibatasi oleh perbukitan dengan pola struktur yang rumit, kemudian di sebelah
selatan dibatasi oleh pegunungan yang disusun oleh berbagai macam batuan namun
bumi baik secara fisik secara fisik maupun kimia (Thornbury, 1954) penyebab dari
1. Tenaga Eksogen
degradasi.
2. Tenaga Endogen
pembentuk struktur dan vulkanisme akibat dari adanya tenaga endogen maka
10
alam dengan kenampakan yang berbeda satu sama lainnya sesuai dengan
telah berlangsung dan akhirnya menghasilkan kenampakan bentang alam seperti yang
daerah Barru dapat dibagi berdasarkan pada struktur geologi dan batuan penyusunnya
serta proses geomorfologi yang mempengaruhi bentuk permukaan bumi yang nampak
gawirnya telah mengalami proses erosi lebih lanjut yang ditandai dengan
11
lembah yang sempit dan landai dapat dijumpai dibeberapa tempat
Sungai yang mengalir pada daerah satuan morfologi ini adalah sungai watu
dengan beberapa anak sungai yang mengalir dari arah timur ke barat dengan
Proses erosi yang bekerja pada daerah ini relative besar karena sifat
erosi.
bentuk morfologi dan keadaan fisik batuan sebagai hasil dari aktivitas
denudasi yang terjadi dan dominant terdapat pada daerah tersebut. Aktivitas
B.Laposso (931 m). Penyebaran satuan morfologi ini meliputi beberapa daerah
pegunungan yang memenjang dari arah barat ke timur yaitu B.Matjekke (431
m), B.dua (938 m) danm B.Musula (819 m). B.Matonrong (903 m). B.Pitu
(342 m), dan Kalukku (407 m) dengan sudut kemiringan antara 10-70 %.
dengan arah penyebaran pegunungan bukit yang memanjang dari barat laut
tenggara.
12
sisa erosi dan pelapukan yang mengikis senagian pegunungan tersebut. Pada
akibat adanya pengaruh erosi dan pelapukan dimana keadaan soil pada
bagian puncak bukit sangat tipis namun pada bagian lembah yang mempunyai
soil yang tebal.Sungai yang mengalir pada satuan morfologi ini adlah
satuan morfologi pegunungan denudasi ini pada umumnya terdiri dari breksi
terdiri dari dari batuan beku andesit dan diorite yang merupakan satuan
Penamaan satuan morfologi ini didasarkan atas struktur geologi yang lebih
Sungai yang mengalir didaerah ini adalah sungai watu yang terletak didaerah
barat laut dan mengalir dari arah timur ke barat dengan aliran tang tidak teratur
urunga dengan beberapa anak sungainya terdapat disebelah selatan dengan aliran
tegak lurus dengan sungai utama. Sungai umpung yang mengalir dari arah barat ke
timur dan Sungai Ule’ mengalir dari arah utara ke selatan.Sungai tersebut mengalir
pada satuan breksi vulkanik batugamping dan serpih. Berdasarkan pada kenampakan
dan data-data yang telah disebutkan maka dapatlah disimpulkan bahwa pola aliran
13
B. Tipe Genetik Sungai
kuantitas airnya besar,pada musim hujan tetapi pada musim kemarau airnya kecil atau
kering.
F. Stadia Daerah
perbukitan dan pegunungan yang sebagian sudah tampak meruncing dan setempat-
sempit dengan lereng terjal yang diakibatkan oleh proses erosi lebih lanjut.
Sebagian sungai nampak menempati dasar lembah dan relative lurus dengan aliran
yang tidak begitu deras,disamping itu pula dataran pedaratan belum begitu meluas.
Berdasarkan pada kenampakan dari ciri-ciri bentang alam seperti yang telah
disebutkan maka dapatlah disimpulkan bahwa stadia daerah termasuk dalam stadia
Daerah Barru disusun oleh beberapa satuan batuan dan tersebar pada jenis
bentang alam yang berbeda atau berfariasi dan telah mengalami gangguan struktur
14
beraturan.Sebagian batuannya telah mengalami pelapukan dan peremukan hingga
dilpangan, jenis batuan, posisi stratigrafi dan hubungan tektonik antar batuan dapat
dikorelasikan secara vertical maupun lateral dan dapat Dipetakan dalam skala 1 :
dalam 5 (lima) satuan,mulai dari satuan batuan yang muda sampai yang ke tertua
2. Satuan breksi
3. Satuan napal
Pembahasan lebih lanjut dari setiap satuan batuan dari yang tertua ke yang
Penyebaran batuan ini tidak terlalau meluas yang menempati bagian sungai
umpung dengan arah umum perlapisan baratdaya-timur laut. Ciri litologi berwarna
segar ungu dan jika lapuk berwarna abu-abu dengan tekstur klastik halus berukuran
lempung, dan ketebalan perlapisan berukuran antara 1-10 cm. Ukuran butir lempung
dimana dijmpai perlapisan tipis dengan ukuran butir lempung yang menunjukkan
lingkungan pengendapan tenang atau laut dalam. Penentuan umur serpih Diperkirakan
15
berumur kapur termasuk dalam formasi Balangbaru.Hubungan stratigrafi dengan
Penamaan satuan batuan ini didasarkan atas dominasi dan pelemparan batuan
barat daerah Barru dengan arah umum perapisan berarah Utara-Selatan. Kenampakan
satuan batuan ini menunjukkan adanya kesan perlapisan, dalam keadaan segar
berwarna kuning kecoklatan, tekstur klastik kasar, mengandung mineral kuarsa. Dalam
Umur satuan batuan ini Diperkirakan antar Paleosen sampai Eosen Bawah,
hubungan stratigrafi dengan satuan batuan dibawahnya adaklah tidak selarasa dengan
Penamaan satuan batuan ini didasarakan pada dominasi dan pelemparan batuan
penyusunnya.Ciri litologi kompak dan keras serta bersifat karbonatan. Batruan ini
terdiri atas fragmen berupa sekis,glaukonit,kuarsit, batugamping dan fosil serta matriks
berupa lempung. Berdasarkan hal tersebut diatas makasatuan batuan ini dinamakan
Penyebaran satuan ini meliputi sebelah barat alut dan sebagaian didaerah
Buludua, yang pada umumnya menempati daerah satuan morfologi perbukitana gawir
sesar Aleojang Buludua denga nsudut kemiringan lereng antara 10-20 %.Arah umum
dan ketebalan relative satuan breksi batu gaming adalah 264 meter.
16
namun adapula yang terdapat dalam bentuk bongkahan. Tebal lapisan antara 16-60
cm. berwarna putikh kekuning-kuningan dalam keadaan segar dan lapuk berwarna
abu-abu kehitaman. Klastik kasar dengan sortasi jelek dan mengandung fosil,mineral
glukonit,muskovit,dan sekis.
dimana ada dijumpai perlapisan dengan tebal yang berbeda, disusun oleh mineral
mineral berbutier kasar dengan pemilahan jelek dan kehadiran mineral glaukonit.
Penetuan umur dari satuan ini dari satuan ini didasarkan atas kandungan fosil yang
dijumpai antar Eosen Awal sampai Eosen Tengah.Hubungan stratigrafi antar satuan
breksi batugamping dengan satuan di bawahnya adalah selaras adan menjemari denga
nsatuan Batunapal yang tidak selaras dengan breksi vulkaik yang berasda
D. Satuan Napal
Penyebaran satuan ini meliputi daerah Galungsalawe, Bale, dan Ampele dan
sebagian terdapat di daerah timur laut.Sebagian dar isatuan batuan ini menempati
daerah satuan morfologi perbukitan sesar,gawir aledjang buludua dan sebagian lagi
terdapat pada daerah yang daerahnya relative datar arah umum perlapisan batuan
satuan napal menujukkan adanya perlapisan dengan ketebalan anatar 25-50 cm.
dalam keadaan segar, batuan ini berwarna putih keabuan dan lapuk berwarna kuning
Dari hasil analisa secara mikro paleontologi dijumpai fosil foraminifera plantonik
yaitu Globigerina boweci HOLL dan Glubegeris indeks FINLAY sedang fosil foraminifera
17
ditentukan lingkungan pengendapanya yaitu pada inner neritic - middle neritik denga n
kedalaman 0-100m, atau lingkungan laut dangkal (TIPSWORD & SITTZER 1975).Umur
satuan ini yaitu Eosen Tengah bagian bawah (POSTUMA 1970) yang ditentukan dari
kandungan fosilnya. Hubungan stratigrafi antara satuan ini dengan batuan yang ada
disekitarnya yaitu batuan breksi batugamping menjemari dan dengan satuan breksi
vulkanik yang berada diatatasnya adalah tidak selaras. Satuan ini termasuk dalam
formasi Tonasa.
aliran sungai kampong Litae, satuan ini menempati daerah satuan morfologi
satuan brekasi vulaknik ini menampakkan adanya perlapisan denag nkletebalan lapisan
antara 35-100 cm. Fragmen batuan breksi vulkainik berupa batuan beku yaitu Basalt,
andesit, matriks tufa yang disemen oleh silica denga nsortasi buruk. Ukuran fragmen
Pada satuan ini tidak dijumpai adanya fosil mikro dan makro sehingga satuan ini
disebandingkan dengan batuan vulkanik camba yang barumur Miosen Tengah sampai
Miosen Akhir.Hubungan stratigrafi dengan batuan yang ada di atasnya maupun yang
18
Satuan in terdiri dar idua anggota yaitu batuan diorite dan batuan andesit.Batuan
beku diorite penyebarannya meliputi daerah B. Matjekke dan sebagian kecil terdapat
disebelah selatan barat laut. Batuan ini menempati daerah satuan morfologi
pegunungan denudasi B.masula, B.pitu, dalam keadaa segar batua ini berwarna abu-
peneliti terdahulu (RA SUKAMTO 1982) yaitu berumur Miosen. Kenampakan batuan ini
andesit ini adalah Miosen berdasarkan hasil radiometri K/Ar terhadap mineral
Hornblende.
1. Struktur lipatan
batuan yang menglami perlipatan adalah satuan batu breksi vulkanik yang
Diperkirakan ikut pula terlipat adalah satuan napal dan satuan breksi
19
ingga Diperkirakan bahwa struktur sinklin waruwue terbentuk setelah
Miosen Akhir.
2. Struktur Sesar
1979). Struktur sesar yang dijumpai pada daerah Barru bagiantimur antar
lain: Sesar normal Bale, Sesar geser Aledjang, dan Sesar Geser Buludua
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.1 Alat
1. Palu Geologi
Palu Geologi digunakan untuk mengambil sampel batuan. Palu batuan beku
berbentuk runcing Dipakai untuk memecah batuan keras seperti pada batuan beku dan
untuk batuan yang berlapis seperti batuan sedimen dan mengambil fosil.
2. Kompas Geologi
menunjukkan posisi geografi yang benar, mengukur kemiringan suatu bidang atau
21
Gambar 3.2 Kompas Geologi
Rol meter digunakan dalam kegiatan lapangan field trip ini untuk mengukur jarak
lintasan dalam suatu daerahatau tempat ataupun mengukur ketebalan lapisan, lebar
4. Kamera Digital
Kamera digital berfungsi untuk mengambil gambar/foto pada kegiatan field trip.
22
Gambar 3.4 Foto Digital
5. Lup
Lup digunakan untuk mengamati suatu mineral atau fosil kecil (mengamati
6. Papan Scanner
Papan Scanner digunakan sebagai alas ketika menulis. Selain itu, juga sebagai
23
Gambar 3.6 Papan Scanner
7. Sepatu
Sepatu berfungsi untuk melindungi kaki dari lapangan yang ekstrim yang dapat
8. Tas Carrier
dilapangan dan untuk menyimpan sampel batuan dari setiap setiap singkapan.
24
Gambar 3.8 Tas Carrier
9. Topi Rimba
Topi Rimba berfungsi untuk melindungi wajah dan kepala dari sinar matahari.
Celana dan Baju Parasut berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk
mengurangi berat beban pada tubuh dan melindungi tubuh dari hujan.
25
Gambar 3.10 Celana dan Baju Parasut
Jas Hujan berfungsi untuk melindungi diri dari hujan dan basahnya peralatan
Field Trip
Buku lapangan berfungsi untuk menulis hal-hal yang penting dilapangan seperti
26
Gambar 3.12 Buku Lapangan
3.1.2 Bahan
1. Kertas HVS A4
2. Pulpen
27
3. Pensil
4. Spidol Permanen
pembanding.
5. Larutan HCl
karbonat.
28
Gambar 3.17. Larutan HCl
6. Kantong Sampel
Kantong sampel berfungsi sebagai wadah penyimpan sampel batuan yang diteliti.
7. Steples
29
3.2 Metode Pengambilan Data
Sesaat setelah sampai di sebuah stasiun atau singkapan batuan, hal yang
pertama dilakukan adalah mengambil sketsa dan gambar singkapan tersebut. Adapun
arah pengambilan sketsanya harus Diperhatikan dan dicatat dengan seksama untuk
singkapan hingga titik pusat pembidik tepat di titik pusat alat pembidik. Kemudian
catat sudut yang ditunjukkan kemudian sketsa objek yang ada pada alat pembidik.
kamera digital dengan arah dan sudut yang sama dengan arah sketsa.
Strike adalah arah garis yang dibentuk dari perpotongan bidang planar dengan
bidang horizontal ditinjau dari arah utara. Sedangkan Dip adalah derajat yang dibentuk
antara bidang planar dan bidang horizontal yang arahnya tegak lurus dari garis strike.
Strike/Dip diukur pada jenis batuan sedimen yang berlapis atau kekar yang terdapat
A. Mengukur Strike
uadara yang ada dalam bull’s eye level masuk kedalam lingkaran. Biarkan hingga
30
jarum menjadi stabil kemudian amati sudut yang ditunjuk arah utara tulislah sesuai
1. Carilah bidang batuan yang akan diukur strikenya tempelkan sisi E(east)
badan komaps ke bidang batuan dengan lengan kompas searah dengan strike.
2. Geserlah sampai gelembung udara pada buul’s eye level tetap ditengah.
3. Bacalah derajat yang ditunjukkan oleh jarum utara yaitu jarum yang
B. Mengukur Dip
2. Pada bagian belakang kompas terdapat ruas kecil untuk memutar level
tepat di tengah.
900
31
kantong sampel yang telah ditandai dengan nomor stasiun, no urut sampel, NIM dan
3. Warna : Warna dari batuan beku. Terdiri dari warna segar dan lapuk
4. Tekstur
Terdiri dari kristanilitas, granularitas dan fabric. Kristalinitas terbagi atas 3 yakni
holokristalin, ketika seluruh batuan tersusun dari Kristal, hipokristalin atau hipohialin
ketika sebagian batu tersusun dari Kristal atau gelas, dan holohialin ketika seluruh batu
Granularitas terbagi atas 3 yaitu faneritik, yakni mineralnya dapat diamati secara
makroskopik dan berbutir kasar, porfiritik, yakni memperlihatkan adanya butir Kristal
yang tidak seragam, dan afaniti, yakni mineralnya tidak dapat diamati secara
Fabrik terbagi menjadi dua bagian, yakni bentuk dan relasi. Bentuk fabric
terbagi lagi menjadi 3, yakni euhedral atau Kristal sempurna, subhedral atau sebagian
Kristal tidak sempurna, dan anhedral atau seluruh Kristal tidak sempurna. Sedangkan
relasi terbagi atas dua, yakni equigranular, ketika butir penyusun batuan mempunya
ukuran yang relative seragam dan inequigranular, ketika butir penyusun batuan
berbeda-beda ukurannya.
32
5. Struktur
Struktur batuan beku terbagi menjadi empat, yaitu masif (kompak), vesikuler
pemilahankrital yang berbeda pada saat pembekuan, dan struktur aliran dimana Kristal
1. Warna : Warna dari batuan sedimen. Terdiri dari warna segar dan lapuk
5. Komponen
Terdiri atas fragmen (butir terbesar), Matrik (massa dasar), dan semen atau
bahan yang mengikat butiran. Fragmen dapat berupa batuan, mineral, atau fosil.
Matrik sendiri terletak di antara fragmen dan semen dapat berupa karbonat, silikat
33
6. Sortasi : Tingkat keseragaman besar butir, dapat baik, sedang atau
buruk
1. Warna : Warna dari batuan metamorf. Terdiri dari warna segar dan
lapuk
34
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Stasiun 1
granularitasnya porifiritik. Pada stasiun ini ditemukan nama batuan Peridotit dengan
35
komposisi mineralnya Olivin dan Piroksin, singkapan batuan memiliki strike N 145º E
4.2 Stasiun 2
sebagai pertambangan tipe Quarry dan dataran dengan vegetasi disekeliling yang
kurang baik. Stasiun 2 ditempuh dari stasiun 1 dengan menggunakan bus selama 15
menit dengan jarak ± 1 km. Di bawah ini adalah gambar singkapan batuan yang
terdapat di stasiun 2.
E)
Pada stasiun 2, terdapat singkapan dengan 2 buah jenis batuan yang berbeda,
yakni batuan felsic dan batuan ultra basa. Batuan felsik mengintrusi batuan ultra basa
36
pernyataan ini pula dapat diketahui bahwa umur batuan ultra basa lebih tua dibanding
batuan felsik.
Setelah dideskripsi, batuan felsik merupkan batu dasit dan batuan ultra basa
merupakan batuan metamorf atau spesifiknya serpentinit. Pada singkapan batuan ultra
basa memiliki strike N 93º E dan Dip sebesar 61º, dan pada singakapan batuan felsic
(Dasit) memiliki strike N 182º dan Dip sebesar 68º, dengan panjang singkapan 62 cm.
4.3 Stasiun 3
Pada stasiun 3 merupakan sebuah sungai yang dinamai sungai Ule’ atau yang
dalam bahasa Indonesia memiliki arti ular karena pola alirannya menyerupai ular.
Disekitar sungai banyak ditumbuhi vegetasi yang baik dan digunakan sebagai sumber
air oleh warga sekitar. Stasiun ini dicapai dari kampus lapangan dengan berjalan kaki
selama kurang lebih 30 menit. Adapun foto stasiun yang diambil dari arah N134o E
sebagai berikut:
Jenis batuan pada stasiun ini adalah batuan beku intermedit. Setelah
dideskripsi, nama batuan diketahui adalah batu diorite. Stasiun ini juga kaya akan
kekar-kekar yang terdapat pada singkapan, salah satunya merupakan jenis kekar
37
tensional (Tensional Joint) yang ditandai dengan arah kekar-kekar dominan yang
sejajar. Pada kekar juga memiliki urat (Vein) yang telah diisi dengan kuarsa. Adapun
4.4 Stasiun 4
Pada pukul 08.20 WITA kami tiba di stasiun 4 yang memiliki jarak ± 0,5 Km dari
stasiun 3. Pada stasiun 4 terdapat singkapan yang berlokasi di desa Watu yang terletak
di pinggir jalan dan bersampingan dengan aliran sungai Ule’. Di bawah ini adalah
Ada 2 jenis batuan berbeda yang terdapat di stasiun ini seperti yang ditunjukkan
pada gambar, di mana batuan di atas adalah batuan beku (Basalt) yang memiliki
Singkapan batuan tersebut memiliki banyak kekar/joint dengan Strike N 350º E dan
Dip 15º.
38
4.5 Stasiun 5
Stasiun 5 merupakan terusan dari sungai Ule’ dan merupakan Celebes Canyon
yang menjadi tujuan wisata air. Stasiun 5 ditempuh dengan berjalan kaki selama 50
menit dari pukul 09.00 WITA-09.50 WITA. Pada stasiun ini terdapat singkapan batuan
beku yaitu Diorit dengan tesktur kristanilisasinya Hipo kristalin dan granularitasnya
Faneral Porfiritik yang mempunyai banyak kekar khususnya kekar genur yang memiliki
Strike N 79º E dan Dip sebesar 13º, Strike N 71º E dan Dip sebesar 88º, Strike N 153º
E dan Dip sebesar 80º, Strike N 22º E dan Dip sebesar 88º, Strike N 299º E dan Dip
sebesar 82º, Strike N 41º E dan Dip sebesar 64º, Strike N 186º dan Dip 85º.
4.5 Stasiun 6
39
Stasiun 6 merukan terusan dari Sungai Ule’ terdapat singkapan batuan sedimen
yaitu batugamping berfosil dan batugamping. Stasiun 6 ditempuh dengan berjalan kaki
Singkapan batuan yang pada gambar di atas yaitu singkapan batuan sedimen
yang batu gamping yang berlapis. Pada stasiun ini, terdapat singkapan batuan
sedimen, tepatnya batu gamping. Namun batuan gamping yang terdapat pada
singkapan ada yang sudah diisi fosil yang ditandai dengan adanya bercak-bercak hitam
yang ada pada permukaan singkapan bagian atas. Adapun arah persebaran dari
4.7 Stasiun 7
yang buruk yang diakibatkan banyaknya kandungan besi pada batuan. Stasiun ini
cuaca yang hujan dengan waktu tempuh dari pukul 10.15-11.50 WITA. Berikut
40
Gambar 4.7 Singkapan batuan yang terdapat pada stasiun 7 ( N 153º E)
Pada gambar di atas terdapat singkapan batuan sedimen yaitu batupasir yang
berlapis sebanyak 4 lapis dengan lapisan ukuran butir yang berbeda. Lapisan pertama
komposisi kimia CaCo3 dengan nama batuan Batugamping Klastik. lapisan kedua
memiliki tekstur Epklastik, dan Struktur Mesoskopis dengan komposisi kimia SiO2
dengan nama batuan batugamping kuarsa. Lapisan ketiga memiliki tekstur Klastik dan
struktur Graded Bedding (perlapisan bersusun) dengan komposisi kimia CaCo3 dengan
nama batuan batugamping kuarsa. Lapisan terakhir tekstur Klastik dan struktur Graded
Bedding (perlapisan bersusun) dengan komposisi kimia CaCo3 dengan nama batuan
batugamping pasir. Adapun arah persebaran dari singkapan yaitu Strike N 354º E dan
4.8 Stasiun 8
Stasiun 8 yang berlokasi di dataran tinggi yang ada di padang lampe merupakan
bekas tambang batu bara dengan vegetasi di sekeliling yang kurang baik. Stasiun ini
ditempuh dengan berjalan mendaki sekitar 450 m dengan estimasi waktu tempuh
41
sekitar 90 menit. Berikut di bawah ini adalah gambar singkapan batuan sedimen di
stasiun 8.
Singkapan batuan yang terdapat pada gambar di atas adalah singkapan batuan
sedimen yaitu singkapan batubara yang terbentuk dari hasil pengendapan di daerah
rawa. Dengan tekstur Amorf , struktur Fosiliferous dan komposisi kimia Monomineralic
Carbon dengan nama batuan batubara. Singkapan batubara di stasiun ini memiliki
Strike ke dalam N 321º E dan Dip kebawah Sebesar 65º dengan ukuran ketebalan 63
cm.
4.9 Stasiun 9
Pada stasiun 9 terletak di dalam daerah desa Tokkene dengan cuaca mendung
dan digunakan sebagai jalan bagi warga sekitar. Perjalanan dari stasiun 8 ke stasiun 9
ditempuh dengan berjalan kaki selama ± 2 km dari pukul 13.10-14.25 WITA. Di bawah
42
Gambar 4.9 Singkapan Batuan yang terdapat pada stasiun 9 ( N 70º E)
singkapan batuan dari batu serpih yang merupakan gabungan dari batu lanu dan batu
lempung memiliki tekstur klastik dan Struktur berlapis dengan komposisi kimia Bijih
besi, kalsedon dan klorit. Strike N 180º E dan Dip sebesar 62º dengan arah
4.10 Stasiun 10
kemudiaan berjalan dengan kaki ± 7 km waktu tempuh dari pukul 14.36-15.22 WITA.
metamorf seperti gambar di bawah ini dengan arah pengambilan gambar ( N 61º E )
43
Gambar 4.10 Singkapan batuan yang terdapat pada stasiun 10
batuan metamorf yang bernama batu Gneiss. Gneiss merupakan jenis batuan
metamorf yang terbentuk pada saat batuan sedimen dan batuan beku yang terpendam
pada tempat dan temperatur yang tinggi. Gneiss memiliki tekstur Foliasi dan struktur
Masif. Singkapan batuan ini memiliki Strike N 273º E dan Dip sebesar 70º.
44
BAB V
5.1 Kesimpulan
Dari kegiatan Field Trip yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
batuan sedimen sangat dipengaruhi oleh jarak angkut dan lintasan yang
komposisi mineral, tekstur dan struktur batuan yang terjadi pada fase
45
2. Cara mengukur Strike dan Dip adalah sebagai berikut
a. Mengukur Strike
ii. Geser sampai gelembung udara pada bull’s eye level tetap
ditengah.
iii. Bacalah derajat yang ditunjukkan oleh jarum utara yaitu jarum
b. Mengukur Dip
5.2 Saran
1. Timing diadakannya kegiatan seperti ini di masa depan lebih diperbaiki agar tidak
mengganggu final.
2. Kegiatan diadakan lebih lama lagi, agar lebih efektif dan bermanfaat.
46
3. Jika memang memungkinkan menggunakan alat yang lebih sederhana, maka
lebih baik itu saja yang digunakan seperti pada penggunaan carrier dan tas day
pack.
47