Disusunkan oleh
Pembimbing
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2019
BAB I
DATA PASIEN
II. Nama :D
V. Usia : 43
1.1 Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan gigi belakang kanan bawah bolong sejak 2
bulan yang lalu dan rasa tidak nyaman pada waktu makan. Gigi tesebut pernah di
tambal 10 tahun yang lalu. Pasien megeluh rasa ngilu saat waktu makan dan
minum yang dingin. Pasien tidak konsumsi obat untuk keluhan gigi tersebut.
Disangkal
1. Test Vital
Respirasi : 18x/minute
Nadi : 78x/minute
1.4 Diagnosis
Pro pulp capping pada kavitas dan follow up dengan restorasi kelas 1
PROSEDUR PERAWATAN
Pada kunjungan pertama, pemeriksaan ekstra dan intra oral dilakukan pada
lama (GI) dan follow up dengan pulp capping dan restorasi komposit Kelas I pada
gigi 47. Sebelum prosedur invasif dilakukan, prosedur dan komplikasi perawatan
Sebelum mula, daerah kerja diisolasi dengan cotton roll. Teknik modified
kavitas besar. Setelah itu, margin enamel dibentuk bevel supaya perlekatan
komposit pada enamel rods menjadi lebih baik. Setelah jaringan karies
diaplikasi selapis tipis kalsium hidroksida pada dasar kavitas. Selapis liner yaitu
glass ionomer cement (GIC) diaplikasikan untuk melindungi dentin dari residual
yang berdifusi dari restorasi atau cairan rongga mulut dan akhirnya, ditutup
dengan tambalan sementara. Pasien disarankan untuk kembali setelah dua minggu
untuk kontrol dan diminta waspada ketika mengunyah untuk mencegah keluarnya
semen sementara. Kalsium hidroksida dibiarkan dalam kavitas selama dua minggu
Pasien kembali setelah dua minggu untuk kontrol pulp capping (perawatan
endodontik), Dari hasil anamnesa, pasien tidak ada keluhan. Pemeriksaan intraoral
dengan cotton roll dan diaplikasikan etsa asam fosforik 37% dengan microbrush.
Enamel dietsa selama 30 detik dan 15 detik untuk dentin. Kavitas diirigasi dengan
air dan dikeringkan dengan cotton pellet. Kavitas harus lembap dan tidak terlalu
sebelum light cure untuk bonding agent mengalir ke seluruh permukaan kavitas.
cure untuk 20 detik. Tahap ini diulang sehingga seluruh kavitas ditambal.
dengan low speed handpiece dengan karet kuning dan biru untuk memastikan
memeriksa oklusi restorasi dan memastikan tidak ada kontak prematur. Pasien
keluhan utama; senang dengan hasilnya, tidak ada rasa sakit ketika tes perkusi
dilakukan, tidak ada overhang, tidak ada gangguan dengan oklusi gigi yang
kemudian dipoles low speed handpiece dengan karet kuning dan biru.
TINJAUAN PUSTAKA
tumpatan yaitu timbulnya proses karies baru dipermukaan gigi, dinding kavitas, di
Sedangkan Tarigan Kidd dan Bechal (1991), karies sekunder adalah karies
rendah)
warna gigi.
1. Saran
sebagian dari gigi yang patah. Penggunaan umum pada gigi depan dan
belakang, (Karies Kelas I, III, V), dan tidak sangat direkomendasikan untuk
restorasi molar tetapi karies kelas VI saat ini menggunakan resin komposit.
2. Kelebihannya.
3. Kekurangan
pada amalgam
dokter gigi.
daerah yang paling mudah terserang karies. Hal ini disebabkan oleh karena
celah yang terdapat pertemuan kedua permukaan ini merupakan tempat yang
baik untuk berkumpulnya kuman, cairan ludah, dan molekul atau ion (Tarigan,
1995).
email disekitar tumpatan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu email
permukaan dan email pada dinding kavitas. Oleh karena itu lesi karies
sekunder terdiri dari dua bagian ( Lihat gambar 2.1). Suatu ”lesi luar” yang
dibentuk pada permukaan gigi sebagai akibat dari karies pertama dan kavitas
„ lesi dinding‟ yang hanya akan terlihat bila ada bakteri, cairan, molekul, atau
ion hidrogen diantara tumpatan dan dinding kavitas. Celah di sekitar tepi
tumpatan yang tidak terdeteksi ini secara klinik dikenal dengan “celah mikro”.
Banyak metode yang dibuat selama 25 tahun ini untuk menguji sifat
bahwa semua yang ada saat ini bocor. Hal ini berarti bahwa timbulnya karies
berjalan terus, pada akhirnya semua tumpatan akan mengakibabkan
diskolorisasi pada tepi tumpatan. Perubahan warna ini juga dapat disebabkan
oleh korosi dari amalgam atau pantulan cahaya dari amalgam melalui email
yang berupa lesi di sekitar tumpatan dapat di lihat dengan ketajaman mata
dengan ketentuan gigi bersih dan kering. Namun lesi pada tepi ginggiva
pada restorasi amalgam yang kecil, tepi tumpatan yang pecah, fissure yang
kavitas. Menurut Kidd dan Bechal (1991) ada beberapa cara tentang cara
Batas antara tumpatan dan gigi merupakan daerah yang yang potensial
Batas antara gigi dan tumpatan harus dapat dibersihkan dengan mudah.
Dahulu dikatakan bahwa batas tepi kavitas harus terletak diantara yang bisa
bersih sendiri (self cleaning area) akan tetapi sekarang ini diketahui bahwa
cara ini tidak dapat diandalkan dalam upaya pengendalian plak. Karena itu,
tepi kavitas biasanya harus dapat dilalui oleh serabut sikat gigi, benang gigi
dan lain-lain. Hal ini berarti pada permukaan oklusal tepi kavitas tidak
berakhir pada bagian fisur yang dalam di mana plak cenderung untuk
boleh berada pada dititik kontak tetapi harus ditarik ke embrasur sehingga
keuntungan tambahan yaitu dokter gigi dapat memproleh jalan masuk yang
dilakukan.
mengakibatkan karies sekunder. Pada tahun 1892 G.V Black sudah menaruh
perhatian pada tumpatan berparit ini dan mengatakan bahwa kerusakan ini
beberapa detil preparasi kavitas. Sudut tepi amalgam misalnya, harus dibuat
mudah pecah.
Oleh karena itu pada tepi tumpatan berparit yang luas mungkin lebih
tepatnya diperbaiki saja. Bisa juga tumpatan berparit ini dibiarkan saja akan
tetapi harus diamati dengan baik sehingga masih bisa berfungsi sedikit lama
lagi dan tentu saja hal ini dilakukan hanya pada pasien dengan kondisi
pembersihan plak.
atau pecahnya daerah tepi yang biasa disebut tumpatan berparit (ditching).
sekunder amalgam tidak harus diganti. Bila tidak terlihat adanya karies
maka lesi harus diawasi atau diperbaiki bagian yang pecahnya saja. Jika
PEMBAHASAN
Karena karies sekunder adalah salah satu alasan utama untuk penggantian
restorasi, sejumlah besar dokter gigi klinis dan ilmuwan telah memberikan
penekanan besar pada pencegahan atau memperlambat presesi lesi karies sekunder
Jadi berdasarkan kasus ini, seorang pasien wanita datang ke klinik dan
mengeluh memiliki lubang pada gigi yang penuh di belakang gigi kanan bawah
dan merasa tidak nyaman setelah makan. Melalui pemeriksaan yang jelas,
subyektif dan obyektif dari kondisi mulut pasien, disimpulkan bahwa pasien
mengalami restorasi lama (GI) dan karies sekunder yang sedang direstorasi. Ini
keterbatasan dalam keadaan yang sangat spesifik. Keterbatasan utama dari semen
glass ionomer adalah relatif lemahnya kekuatan dan resistansi rendah terhadap
abrasi dan keausan. Beberapa semen glass cermet cements bisa dibilang lebih kuat
karena bahan mulai mengeras. Penelitian telah menunjukkan bahwa sifat material
berubah secara nyata dengan paparan kelembaban. Hal ini diperlukan untuk
menempatkan tutup pelindung pada restorasi glass ionomer yang dimodifikasi
Sebagian besar uji klinis yang menyelidiki umur panjang restorasi glass
ionomer adalah molar primer tetapi bukan molar permanen, dan sebagian besar
studi jangka pendek kurang dari 3 tahun. Tingkat kelangsungan hidup terpanjang
untuk restorasi glass ionomer adalah di area dengan tekanan rendah seperti
komposit dan semen glass ionomer pada molar primer dan melaporkan tingkat
kegagalan yang tinggi untuk semen glass ionomer 60% setelah 1 tahun. Fuks dan
lainnya menemukan bahwa hanya 9 dari 101 restorasi glass ionomer yang
ionomer lebih buruk daripada bahan restorasi lainnya. Dalam hal ini, di mana gigi
Dalam laporan kasus ini, alasan mengapa komposit kelas I diisi adalah
karena pertama, adalah karena lokasi karies di daerah oklusi (klasifikasi GV Black)
dan kedua mengapa material komposit adalah karena efek estetika gigi, dan
permintaan pasien ingin warna yang cocok dari gigi yang ada, dan dengan bahan
komposit itu cukup untuk menahan tekanan mengunyah moderat dan retensi yang
KESIMPULAN
anamnesis, pemeriksaan klinis, tes khusus yang relevan dan akhirnya, diagnosis
harus akurat. Setelah itu, variasi atau perubahan pilihan perawatan dan
yang terakhir tentu saja adalah persetujuan pasien untuk melakukan pengobatan
pilihan.
Dalam hal ini, restorasi GI tidak boleh dipilih karena restorasi untuk gigi
permanen karena gigi 47 adalah beban oklusal yang tinggi, alternatif lain seperti
Kuno S, et al, (2011). Factors associated with the longevity of resin composite