CARSINOMA RECTI
DI SUSUN OLEH
Nadya Widiasari
70300116025
Keperawatan A
CI LAHAN CI INSTITUSI
2019
BAB I
KONSEP MEDIS
Usus besar atau Intestinum mayor panjangnya ± 1,5 m, lebarnya 5-6 cm.
Banyak bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa
bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri ini juga penting untuk
fungsi normal dari usus. Fungsi usus besar, terdiri dari :Menyerap air dari
makanan, tempat tinggal bakteri E.Coli, tempat feses. Usus besar (kolon), terdiri
atas:
1. Sekum
Sekum (bahasa latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah
suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon
menanjak dari usus besar. Di bawah sekum terdapat appendiks vermiformis
yang berbentuk seperti cacing sehingga disebut juga umbai cacing,
panjangnya ± 6 cm. Seluruhnya ditutupi oleh peritoneum mudah bergerak
walaupun tidak mempunyai mesentrium dan dapat diraba melalui dinding
abdomen pada orang yang masih hidup.
2. Kolon Asendens
Kolon assendens mempunyai panjang 13 cm, terletak di abdomen
bawah sebelah kanan membujur ke atas dari ileum ke bawah hati. Di bawah
hati melengkung ke kiri, lengkungan ini disebut fleksura hepatica, dilanjutkan
sebagai kolon transversum.
3. Kolon Transversum
Panjangnya ±38 cm membujur dari kolon asendens sampai ke kolon
desendens berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura
hepatica dan sebelah kiri terdapaat fleksura lienalis.
4. Kolon Desendens
Panjangnya ±25 cm terletak di abdomen bawah bagian kiri membujur
dari atas ke bawah dan fleksura lienalis sampai ke depan ileum kiri,
bersambung dengan kolon sigmoid.
5. Kolon Sigmoid
Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak
miring dalam rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai S, ujung
bawahnya berhubungan dengan rektum
6. Rektum
Rektum (Bahasa Latin: regere, "meluruskan, mengatur") adalah sebuah
ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan
berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara
feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih
tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja
masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar
(BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di
dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk
melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan
dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan.
Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan
pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa
menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami
kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.
B. Definisi Ca Recti
Karsinoma rekti merupakan tumor ganas terbanyak di antara tumor ganas
saluran cerna, lebih 60% tumor kolorektal berasal dari rektum. Kanker rektal
merupakan salah satu jenis kanker yang tercatat sebagai penyakit yang paling
mematikan di dunia (Mutiara dkk, 2018).
Ca Kolorectal merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan
rektum yang khusus menyerang bagian rekti yang terjadi akibat gangguan
proliferasi sel epitel yang tidak terkendali. Kanker rekti adalah kanker yang
berasal dalam permukaan rektum/rectal. Umumnya kanker kolorektal berawal
dari pertumbuhan sel yang tidak ganas, terdapat adenoma atau berbentuk polip
(Black & Hawks, 2014).
Karsinogenesis dan onkogenesis merupakan nama lain dari perkembangan
kanker. Proses perubahan sel normal menjadi sel kanker disebut transformasi
maligna (Ignatavicius & Workman, 2006). Karsinogen adalah substansi yang
mengakibatkan perubahan pada struktur dan fungsi sel menjadi sel yang
bersifat otonom dan maligna.Trasformasi maligna diduga mempunyai
sedikitnya tiga tahapan proses selular yaitu inisiasi, promosi, dan progresi,
yaitu:
1. Inisiasi (Carcinogen) ;Pada tahap ini terjadi perubahan dalam bahan
genetik sel yang memicu sel menjadi ganas. Perubahan ini disebabkan
oleh status karsinogen berupa bahan kimia, virus, radiasi atau sinar
matahari yang berperan sebagai inisiator dan bereaksi dengan DNA yang
menyebabkan DNA pecah dan mengalami hambatan perbaikan DNA.
Perubahan ini mungkin dipulihkan melalui mekanisme perbaikan DNA
atau dapat mengakibatkan mutasi selular permanen. Mutasi ini biasanya
tidak signifikan bagi sel-sel sampai terjadi karsinogenesis tahap kedua.
2. Promosi (Co-carcinogen) ;Pemajanan berulang terhadap agen
menyebabkan ekspresi informasi abnormal. Pada tahap ini suatu sel yang
telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Tahap promosi
merupakan hasil interaksi antara faktor kedua dengan sel yang terinisiasi
pada tahap sebelumnya. Faktor kedua sebagai agen penyebabnya disebut
complete carcinogen karena melengkapi tahap inisiasi dengan tahap
promosi. Agen promosi bekerja dengan mengubah informasi genetik
dalam sel, meningkatkan sintesis DNA, meningkatkan salinan pasangan
gen dan merubah pola komunikasi antarsel. Pada masa antara inisiasi dan
promosi merupakan kunci konsep dalam pencegahan kanker, karena bila
pada tahap ini dilakukan pencegahan pemaparan karsinogen ulang seperti
makanan berlemak, obesitas, rokok, dan alkohol akan dapat menurunkan
risiko terbentuknya formasi neoplastic.
3. Progresi (Complete Carcinogen ) ;Pada tahapan ini merupakan tahap akhir
dari terbentuknya sel kanker atau karsinogenesis. Sel-sel yang mengalami
perubahan bentuk selama inisiasi dan promosi kini melakukan perilaku
maligna. Sel-sel ini sekarang menampakkan suatu kecenderungan untuk
menginvasi jaringan yang berdekatan (bermetastasis) (Smeltzer, Burke,
Hinkle, & Cheever, 2010).
C. Klasifikasi Ca Rekti
Metode penahapan kanker yang digunakan adalah klasifikasi duke sebagai
berikut:
1. Klasifikasi Duke :
a. Stadium 0 (carcinoma in situ)
Kanker belum menembus membran basal dari mukosa kolon atau
rektum.
b. Stadium I
Kanker telah menembus membran basal hingga lapisan kedua atau ketiga
(submukosa/ muskularis propria) dari lapisan dinding kolon/ rektum
tetapi belum menyebar keluar dari dinding kolon/rektum (Duke A).
c. Stadium II
Kanker telah menembus jaringan serosa dan menyebar keluar dari
dinding usus kolon/rektum dan ke jaringan sekitar tetapi belum menyebar
pada kelenjar getah bening (Duke B).
d. Stadium III
Kanker telah menyebar pada kelenjar getah bening terdekat tetapi belum
pada organ tubuh lainnya (Duke C).
e. Stadium IV
Kanker telah menyebar pada organ tubuh lainnya (Duke D).
2. Stadium TNM menurut American Joint Committee on Cancer (AJCC)
Stadium T N M Duke
0 Tis N0 M0 -
I T1 N0 M0 A
T2 N0 M0
II A T3 N0 M0 B
II B T4 N0 M0
III A T1-T2 N1 M0 C
III B T3-T4 N1 M0
III C Any T N2 M0
IV Any T Any N M1 D
Keterangan
T : Tumor primer
Tx : Tumor primer tidak dapat di nilai
T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer
Tis : Carcinoma in situ, terbatas pada intraepitelial atau terjadi invasi pada
lamina propria
T1 : Tumor menyebar pada submukosa
T2 : Tumor menyebar pada muskularis propria
T3 : Tumor menyebar menembus muskularis propria ke dalam subserosa atau
ke dalam jaringan sekitar kolon atau rektum tapi belum mengenai
peritoneal.
T4 : Tumor menyebar pada organ tubuh lainnya atau menimbulkan perforasi
peritoneum viseral.
N : Kelenjar getah bening regional/node
Nx : Penyebaran pada kelenjar getah bening tidak dapat di nilai
N0 : Tidak ada penyebaran pada kelenjar getah bening
N1 : Telah terjadi metastasis pada 1-3 kelenjar getah bening regional
N2 : Telah terjadi metastasis pada lebih dari 4 kelenjar getah bening
M : Metastasis
Mx : Metastasis tidak dapat di nilai
M0 : Tidak terdapat metastasis
M1 : Terdapat metastasis (Smeltzer, Burke, Hinkle, & Cheever, 2010).
D. Etiologi
Penyebab kanker pada saluran cerna bagian bawah tidak diketahui secara pasti.
Polip dan ulserasi colitis kronis dapat berubah menjadi ganas tetapi dianggap
bukan sebagai penyebab langsung. Hipotesa penyebab yang lain adalah
meningkatnya penggunaan lemak yang bisa menyebabkan kanker kolorektal.
Beberapa faktor predisposisi terjadinya kanker rectum sebagai berikut:
1. Diet rendah serat
Kebiasaan diet rendah serat adalah faktor penyebab utama, Bukitt (1971)
dalam Price & Wilson (2012) mengemukakan bahwa diet rendah serat dan
kaya karbohidrat refined mengakibatkan perubahan pada flora feses dan
perubahan degradasi garam-garam empedu atau hasil pemecahan protein dan
lemak, dimana sebagian dari zat-zat ini bersifat karsinogenik. Diet rendah
serat juga menyebabkan pemekatan zat yang berpotensi karsinogenik dalam
feses yang bervolume lebih kecil. Selain itu masa transisi feses meningkat,
akibat kontak zat yang berpotensi karsinogenik dengan mukosa usus
bertambah lama (Price & Wilson 2012).
2. Lemak
Kelebihan lemak diyakini mengubah flora bakteri dan mengubah steroid
menjadi senyawa yang mempunyai sifat karsinogen.Bakteri dapat mengubah
asam empedu, yang dikeluarkan oleh tubuh untuk membantu pencernaan
lemak, menjadi suatu senyawa-senyawa yang dapat memicu kanker.
Senyawa-senyawa tersebut disebut sebagai asam empedu sekunder. Asam
empedu secara normal dikeluarkan oleh tubuh untuk mencerna lemak.
Semakin banyak lemak yang dikonsumsi, maka asam empedu yang
dikeluarkan oleh tubuh akan semakin banyak pula. Oleh karena itu, tidak
mengherankan jika beberapa bahan makanan yang banyak mengandung
lemak seperti daging merah, serta daging dan makanan olahan lain yang
berkadar lemak tinggi seperti keju, dapat meningkatkan risiko kanker usus
(Smeltzer, Burke, Hinkle, dan Cheever, 2010).
.
J. Prognosis
Kanker kolorektal memiliki risiko kekambuhan pasca terapi. Kekambuhan
dapat terjadi ditempat anastomosis kolon atau rektum, hati, paru-paru atau di
tempat lain. Selain kekambuhan dapat pula ditemukan tumor baru di usus
besar, yang disebut sebagai “metachronous cancer” atau “metachronous
polip” yang merupakan bentuk prakanker. Penemuan dini kekambuhan,
terlebih sebelum munculnya gejala dan tanda, atau “metachronous tumor”
yang ditindaklanjuti dengan tindakan penatalaksanaan yang tepat diharapkan
akan memperbaiki ketahanan hidup dan kualitas hidup pasien (Menkes, 2018).
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan atau keletihan.
Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja.
Tanda : Perubahan pada TD.
Integritas Ego
Gejala : Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak
mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda : Menyangkal, menarik diri, marah.
Eliminasi
Gejala : Perubahan pada pola defekasi, darah pada feses, nyeri pada
defekasi. Perubahan eliminasi urinarius, nyeri saat berkemih,
hematuria,sering berkemih.
Tanda : Perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
Makanan/Cairan
Gejala : Kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak). Anoreksia,
mual/muntah. Intoleransi makanan. Perubahan pada berat badan,
berkurangnya massa otot.
Tanda : Perubahan pada kelembaban/turgor kulit, edema.
Neurosensori
Gejala : Pusing.
Pernapasan
Gejala : Merokok (hidup dengan seseorang yang merokok). Pemajanan
abses.
Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri bervariasi.
Keamanan
Gejala : Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen. Pemajanan matahari
yang lama.
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi.
Seksualitas
Gejala : Masalah seksual, dampak pada hubungan, perubahan tingkat
kepuasan.
Interaksi Sosial
Gejala : Ketidakadekuatan/kelemahan sistim pendukung.
Riwayat perkawinan, masalah tentang fungsi/tanggung jawab peran.
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat kanker pada keluarga.
Riwayat pengobatan: pengobatan sebelumnya dan pengobatan yang
diberikan.
B. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
c. Resiko kerusakan integritas kulit
C. Intervensi Keperawatan