Anda di halaman 1dari 16

A.

Sekret Cairan Tubuh


A. Infeksi Menular Seksual (IMS)
1. Pemeriksaan Sediaan Duh Tubuh Serviks (DTS), Duh Tubuh Uretra
(DTU), dan Duh Tubuh Anal (DTA)
a. Prinsip: sampel diwarnai dengan pewarnaan gram untuk melihat
adanya diplococcus intrasel lalu diamati dibawah mikroskop lensa
objektif perbesaran 100x

b. Alat dan Bahan :


1. Sampel
2. Pewarnaan Gram
3. Objek glass dan cover glass
4. Mikroskop
5. Oil imercy
6. Rak pengecatan
7. Pembakar api spirtus
c. Prosedur Pewarnaan Gram
1. Buat preparat yang akan diperiksa.
2. Dikeringkan diatas api Bunsen, dinginkan.
3. Diteteskan gentian violet diamkan selama 30 detik.
4. Lalu di cuci dengan air mengalir hingga bersih.
5. Diteteskan lugol dan diamkan selama 30 detik.
6. Lalu di cuci dengan air mengalir hingga bersih.
7. Diteteskan alcohol 70% hingga preparat bersih.
8. Dicuci dengan air mengalir.
9. Diteteskan safranin selama 1 menit, lalu cuci dengan air mengalir.
10. Preparat dikeringkan.
d. Hasil
Ditemukan Diplococcus Intrasel

B. Pemeriksaan Duh Tubuh Vagina (DTV)


a. Prinsip: Pewarnaan pada objek glass dibagi menjadi dua bagian. Satu
bagian di teteskan NaCl dan satu bagian lagi diteteskan KOH 10 %,
teteskan secukupnya dan tutup dengan deckglass.

: Di teteskan NaCl (untuk melihat adanya Candida)

: Di teteskan KOH 10 % (untuk melihat adanya Trichomonas


vaginalis dan Clue Cell

b. Alat dan Bahan:


1. Sampel

2. NaCl

3.KOH 10 %

4.Objek glass dan cover glass

5.Mikroskop

c. Prosedur Kerja :
1. Pada lingkkaran pertama diusap dengan NaCl yang ada pada
sampel lalu ditutup menggunakan cover glass.
2. Pada lingkaran kedua diteteskan KOH 10 % sebanyak satu tetes
lalu ditutup menggunakan cover glass.
3. Lalu diamati sediaan tersebut dengan mikroskop lensa objektif
perbesaran 10x dan 40x.
d. Interpretasi Hasil :
Ditemukan adanya Hifa CandidaDitemukan adanya Trichomonas vaginalis.

C. Pemeriksaan Imunoserologi

a. Pemeriksaan HIV

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah penyebab Acquired

Immunodeficiency Syndrome (AIDS) yang merupakan suatau keadaan atau

penyakit yang bersifat fatal. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)

pertama kali dikenali di Amerika Serikat pada tahun 1980-1981 pada pria

homoseksual dengan infeksi yang jarang dijumpai dan tumor yang

menunjukkan bahwa terdapat gangguan imunitas seluler. Setelah penyakit ini

ditemukan pada penerima transfuse darah atau produk darah dan pada

penyalah guna obat intravena, maka jelas bahwa AIDS disebabkan oleh suatu

agen yang dapat ditularkan.

Human Immunodeficiency Virus (HIV) ditemukan sebagai penyebab AIDS

pada tahun 1983-1984. Virus ini dapat dibiakan dengan tehnik khusus dan

ternyata dapat di isolasi dari limfosit penderita AIDS dan orang dengan

antibodi terhadap HIV. Walaupun diketahui bahwa virus ini telah ada pada

manusia sejak 10-15 tahun sebelumnya, namun asal virus ini belum dapat

diketahui. Penularan HIV dapat terjadi melalui transfusi darah dan produk
darah, tusukan benda tajam yang tercemar darah atau cairan tubuh, hubungan

seksual dan melalui plasenta dari ibu kepada janin yang sedang dikandungnya.

Diagnosis infeksi HIV dapat ditegakkan dengan memperhatikan berbagai

parameter klinik maupun laboratorik. Namun setelah terinfeksi HIV,

seseorang penderita biasanya tetap tampak sehat beberapa lama sebelum

timbul gejala klinik yang nyata, sehingga parameter laboratorium lebih

berperan dalam penegakkan diagnosis.

Infeksi HIV di Indonesia dilaporkan terjadi peningkatan meskipun angka

HIV/AIDS sangat tinggi terkonsentrasi di beberapa daerah.

b. Strategi Pemeriksaan HIV

- Strategi I

Prinsip: serum atau plasma diperiksa dengan satu jenis reagensia Enzyme

Immunoassay (EIA) atau rapid test. Serum yang reaktif dianggap

mengandung anti-HIV, sedangkan serum yang nonreaktif dianggap tidak

mengandung anti-HIV.

Alogaritma pemeriksaan dengan strategi I untuk meningkatkan

keamanan transfusi darah dan transplantasi A menyatakan

pemeriksaan/tes.

Strategi ini dapat dipakai untuk menyaring darah donor dan produk

darah yang lain, transplantasi, serta surveilens pada daerah dengan

perkiraan prevalensi infeksi HIV > 10%. Bila tujuan pemeriksaan


adalah untuk keamanan transfusi darah, reagensia yang dipilih

sebaiknya dapat mendeteksi baik HIV-1 maupun HIV-2 dan memiliki

sensitivitas yang tertinggi (sensitivitas dan spesifisitas ≥ 99%).

Catatan penting: Hasil akhir dengan strategi I ini tidak boleh dipakai

sebagai penegakkan diagnosis. Apapun hasil akhir setelah diperiksa

lebih lanjut, semua darah atau bahan donor dengan hasil pemeriksaan

awal reaktif tidak boleh dipakai untuk transfusi atau transplantasi.

Untuk pemilihan metode pemeriksaan harus didasari atas

efesiensi dan efektifitas kerja,

2. Strategi II
Pemeriksaan dengan algoritma strategi II dilakukan untuk kegiatan

surveilans. Prinsip: serum atau plasma diperiksa untuk pertama kali

dengan reagensia EIA atau rapid test.

Bahan pemeriksaan yang memberikan hasil reaktif pertama

dilanjutkan dengan rapid test kedua yang memiliki asal antigen dan,

atau prinsip tes yang berbeda dari yang dipakai pada pemeriksaan

pertama.

Bahan pemeriksaan yang memberikan hasil reaktif pada kedua

pemeriksaan tersebut dianggap mengandung anti-HIV. Bahan

pemeriksaan yang memberikan hasil yang nonreaktif pada pemeriksaan

kedua harus diperiksa ulang dengan kedua reagensia yang sama.


Hasil pemeriksaan ulang yang sesuai antara reagensia pertama dan

kedua menunjukkan hasil yang reaktif atau nonreaktif, namun bila

setelah pengulangan tetap diperoleh hasil yang tidak sama antara kedua

reagensia tersebut, maka hasil pemeriksaan dilaporkan sebagai

indeterminate.

3. Strategi III

Sama seperti pada strategi II, semua bahan pemeriksaan diperiksa

pertama kali dengan rapid test, dan yang memberikan hasil reaktif

dikerjakan dengan reagensia yang berbeda.

Bahan pemeriksaan yang memberikan hasil nonreaktif pada

pemeriksaan pertama dianggap tidak mengandung anti-HIV. Bahan

pemeriksaan yang memberikan hasil reaktif pada pemeriksaan pertama

dan nonreaktif pada pemeriksaan kedua harus diperiksa ulang dengan

kedua reagensia yang sama dengan sampel yang sama.

Pada strategi III diperlukan pemeriksaan ketiga bila hasil

pemeriksaan kedua reaktif atau pada pemeriksaan ulang dengan

reagensia pertama tetap reaktif dan pemeriksaan dengan reagensia kedua

negatif. Ketiga reagensia yang dipakai pada strategi ini harus memiliki

asal antigen dan/atau prinsip tes yang berbeda.


Bahan pemeriksaan yang memberikan hasil reaktif pada ketiga

pemeriksaan dianggap mengandung anti-HIV. Bahan pemeriksaan yang

memberikan hasil yang tidak sesuai pada pemeriksaan kedua, atau

reaktif pada pemeriksaan pertama dan kedua namun nonreaktif pada

yang ketiga dilaporkan sebagai indeterminate.

Bahan pemeriksaan yang reaktif pada pemeriksaan pertama serta

nonreaktif pada pemeriksaan kedua dan ketiga dilaporkan indeterminate

bila individu yang diperiksa mempunyai risiko terpapar HIV (risiko

tinggi) dan dilaporkan sebagai nonreaktif bila individu yang diperiksa

tidak mempunyai risiko terpapar HIV.

Bagan Tes menggunakan Strategi III

Catatan penting:

 Pemeriksaan HIV untuk menegakkan diagnosis HARUS dan

HANYA BOLEH dilakukan atas pengetahuan dan persetujuan

individu yang diperiksa. Bila individu yang bersangkutan menolak

untuk dilakukan pemeriksaan, maka individu yang bersangkutan

HARUS memberikan pernyataan penolakan secara



TERTULIS.

 Untuk individu yang baru didiagnosis, hasil reaktif harus dilakukan

pemeriksaan ulang dengan bahan pemeriksaan baru, pada kondisi :

pasien dengan risiko rendah, perbedaan gejala klinik dan hasil

laboratorium.

 Untukbahanpemeriksaanyangmemberikanhasil

“indeterminate”, pemeriksaan perlu diulang dengan bahan baru

yang diambil minimal 14 hari sesudah pengambilan yang

pertama.Bila hasil pemeriksaan kedua juga “indeterminate”,

perlu dipantau ulang lebih lama yaitu pada 3, 6 atau 12 bulan. Untuk

risiko rendah, bila hasil tetap menunjukan “indeterminate” setelah 1

tahun, maka individu tersebut dianggap sebagai non reaktif.

Sedangkan untuk risiko tinggi, hasil dengan “indeterminate” setelah

1 tahun tetap disebut “indeterminate”.

Keterangan:

Kemungkinan hasil indeterminate dapat terjadi pada : gangguan

autoimun (SLE), lepra, keganasan, infeksi dini (window period),


kasus terminal, infeksi kronis, pasien hemodialisa, penyakit ginjal

kronik, kehamilan multipara, dan lain-lain (lihat lampiran).

2. Tujuan

Mendeteksi antibodi (IgG, IgM, IgA) spesifik HIV-1 dan HIV-2

dalam sampel.

3. Metode

Immunocromatography

4. Prinsip

Membran dilapisi oleh antigen HIV rekombinan pada

garis tes. Pada saat serum diteteskan pada salah satu ruang membran,

sample akan bereaksi dengan partikel yang telah dilapisi dengan

protein A yang terdapat pada bantalan spesimen. Selanjutnya

campuran ini akan bergerak secara kromatografi ke ujung lain

membran dan bereaksi dengan antigen HIV rekombinan yang

terdapat pada garis tes. Jika serum/plasma mengandung antibodi HIV-

1/HIV-2 maka akan timbul garis warna pada garis tes.

5. Alat dan Bahan


a. Diluent

b. Strip pemeriksaan HIV strategi III

c. Mikropipet

d. Timer

6. Prosedur Kerja

Pemeriksaan HIV Reagen I menggunakan SD-HIV BIOLINE

Sampel : Serum atau Plasma

Cara kerja :

1. Sampel darah vena ditampung pada tabung tanpa antikoagulan

atau dengan clot active fator (serum) atau ditabung dengan

antikoagulan EDTA (Plasma).

2. Sampel di sentrifus selama 10 menit dengan kecepatan 3000

rpm.

3. Disiapkan alat dan bahan seperti : card test sampel, mikropipet

10 ul, pipet tetes dan buffer.

4. Di tulis identitas pasien pada setiap card test sampel.


5. Di ambil 10 ul sampel (serum/plasma) kemudian diteteskan

sebanyak 4 tetes buffer SD HIV BIOLINE secara tegak lurus

pastikan tidak ada gelembung

6. Dilakukan pembacaan hasil pada waktu 10 - 20 menit, jika

pembacaan lebih dari 20 menit atau kurang dari 10 menit dapat

mengeluarkan hasil positif / negatif palsu (Invalid).

Pemeriksaan HIV Reagen II menggunakan rapid test Intec

Sampel : Serum/Plasma

Cara kerja :

1. Sampel darah vena ditampung di tabung tanpa antikoagulan atau

dengan clot active fator (serum) atau ditabung dengan

antikoagulan EDTA (Plasma).

2. Kemudian sampel tersebut dimasukan ke dalam sentrifus dan di

sentrifus selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm.

3. Disiapkan alat dan bahan seperti : card test sampel, pipet tetes

dan buffer.

4. Identitas pasien di tulis pada setiap card test sampel.


5. Diteteskan 1 tetes sampel (serum/plasma) kemudian diteteskan

sebanyak 1 tetes buffer Rapid Test Intec secara tegak lurus

pastikan tidak ada gelembung.

6. Dilakukan pembacaan hasil pada waktu 10 - 20 menit, jika

pembacaan lebih dari 20 menit atau kurang dari 10 menit dapat

mengeluarkan hasil positif / negatif palsu (Invalid).

Pemeriksaan HIV Reagen III menggunakan rapid test Vikia

Sampel : Serum/Plasma

Cara kerja :

1. Sampel darah vena di tampung pada tabung tanpa antikoagulan

atau dengan clot active fator (serum) atau ditabung dengan

antikoagulan EDTA (Plasma).


2. Kemudian sampel tersebut dimasukan ke dalam sentrifus dan di

sentrifus selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm.

3. Disiapkan alat dan bahan seperti : card test sampel dan pipet tetes.

4. Identitas pasien di tulis pada setiap card test sampel.

5. Diteteskan sebanyak 4 tetes sampel (Serum/Plasma) secara tegak

lurus pastikan tidak ada gelembung.

6. Dilakukan pembacaan hasil pada waktu 10 - 20 menit, jika

pembacaan lebih dari 20 menit atau kurang dari 10 menit dapat

mengeluarkan hasil positif / negatif palsu (Invalid).

7. Interpretasi Hasil

8. Hasil

Reagen 1: Reaktif Reagen 2: Reaktif Reagen 3: Reaktif


b. Pemeriksaan HbsAg

1. Tujuan

Untuk mengetahui adanya antibodi Hepatitis B pada serum

seseorang.

2. Metode

Immunokromatografi

3. Prinsip

HBsAg dalam sampel akan berikatan dengan anti HBS colloidal

gold conjugated membentuk kompleks yang akan bergerak melalui

membran area yang dilapisi oleh anti HBs, kemudian terjadi reaksi

membentuk garis merah muda keunguan yang menunjukkan hasil

positif.

4. Alat dan Bahan

a. Strip Pemeriksaan HbsAg


b. Mikropipet

c. Tisu

d. Timer

5. Prosedur kerja

a. Disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu, kemudian di beri label

nama pasien.

b. Ditambahkan 100 μl serum sampel ke dalam lubang sampel (S).

c. Hasil dibaca dalam waktu 15-20 menit setelah penambahan sampel.

6. Interpretasi Hasil

Positif : Terbentuk 2 garis pada kontrol (C) dan test (T)

Negatif : Tidak terbentuk garis pada kontrol pada test (T)

Invalid Terbentuk 1 garis hanya pada kontrol (C)

7. Hasil

HBsAg Positif

Anda mungkin juga menyukai