Anda di halaman 1dari 5

BAB 3

KASUS AUDIT

3.1 KASUS PT GREAT RIVER INTERNATIONAL TBK.

Kronologi kasus yang melibatkan antara PT Great River International dengan Akuntan Publik Justinus
Aditya Sidharta yang bekerja di Kantor Akuntan Publik Johan Malonda & Rekan

a. Tahun 2001

KAP Johan Molanda dan Rekan dipercaya untuk mengaudit laporan keuangan PT Great River Internatinal,
Tbk sejak tahun 2001. Auditor menemukan temuan bahwa pada saat itu perusahaan sedang mengalami
kesulitan dalam pembayaran utang kepada Deutsche Bank senilai US$ 150.000.000.

b. Tahun 2002

PT Great River Internatinal, Tbk mendapat potongan pokok utang 85% dan pelunasan sisa utang dibayar
dengan melakukan pinjaman dari Bank Danamon.

c. Tahun 2003

PT Great River International, Tbk menerbitkan obligasi senilai Rp 300 miliar untuk membayar pinjaman
dari Bank Danamon. Saat pihak Bapepam menanyakan hal tersebut kepada pihak KAP Johan Malonda &
Rekan, mereka memberikan pernyataan bahwa KAP tersebut hanya mengetahui kondisi perusahaan
pada rentang tahun 2001 sampai 2003.

d. Tahun 2004

PT Bank Mandiri membeli obligasi PT Great River International, Tbk sebesar R 50 miliar dan memberi
fasilitas Kredit Investasi, Kredit Modal Kerja, dan Non Cash Loan kepada PT Great River Internasional, Tbk
senilai lebih dari Rp 265 milyar.

e. Tahun 2005

Badan Pengawas Pasar Modal atau yang sering disebut Bapepam menyidik Akuntan Publik yang
mengaudit laporan keuangan PT Great River International, Tbk tahun buku 2003. Berdasarkan
pemeriksaan Bapepam sejak maret 2005, Bapepam menemukan adanya:

1) Overstatement atas penyajian akun penjualan dan piutang

2) Penambahan aktiva tetap perseroan,

f. Tahun 2006
Pada tanggal 29 Maret 2006, ECW Neloe yang saat itu menjabat sebagai Direktur Utama Bank Mandiri
memenuhi panggilan penyidik Kejaksaan Agung untuk diperiksa terkait kredit macet PT Great River
Internasional, Tbk. ECW Neloe diperiksa dalam dugaan penyimpangan pembelian obligasi PT Great River
Internasional, Tbk oleh Bank Mandiri.

Pada tanggal 17 Mei 2006, yang saat itu menjabat sebagai Presiden Direktur PT Great River
Internasional, Tbk menjadi buronan karena keberadaannya yang tidak diketahui. Setelah itu, Penyidikan
Kejaksaan Agung (Kejagung) mengeluarkan surat perintah penangkapan.

Pada tanggal 15 Juni 2006, Menteri Keuangan RI ( Menkeu ) mengeluarkan Surat Keputusan Badan
Peradilan Profesi Akuntan Publik (BPPAP) Nomor 002/VI/SK-BPPAP/VI/2006 untuk membekukan Akuntan
Publik Justinus Aditya Sidharta dari keanggotaan Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Publik
(IAI-KAP).

Sejak tanggal 28 Nopember 2006 Menteri Keuangan telah membekukan izin Akuntan Publik Justinus
Aditya Sidharta selama dua tahun. Sanksi tersebut diberikan karena Justinus telah terbukti melakukan
pelanggaran terhadap Standar Profesi Akuntan Publik ( SPAP ) berkaitan dengan Laporan Audit atas
Laporan Keuangan Konsolidasi PT Great River International, Tbk tahun 2003.

Pada tanggal 20 Desember 2006, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK)
melimpahkan kasus penyajian laporan keuangan PT Great River International, Tbk ke Kejaksaan Agung.
Dalam laporan tersebut, empat anggota direksi perusahaan akhirnya ditetapkan menjadi tersangka.
Bapepam menemukan adanya indikasi konspirasi dalam penyajian laporan keuangang PT Great River
International, Tbk. Selain itu, kemungkinan besar Akuntan Publik yang menyajikan laporan keuangan PT
Great River International, Tbk juga ikut dijadikan sebagai tersangka dalam kasus ini.

g. Tahun 2007

Pada tanggal 2 April 2007, Menunjuk Pengumuman Bursa No. Peng-01/BEJ-PSJ/SPT/01-2005 tertanggal
13 Januari 2005 mengenai suspensi perdagangan saham GRIV yang telah berjalan lebih dari 2 (dua)
tahun, serta kondisi PT Great River International Tbk yang saat ini tidak berjalan dan dipandang
berpengaruh terhadap going concern perusahaan , serta belum terdapat indikasi pemulihan yang cukup
memadai atas kondisi tersebut, maka mengacu pada Peraturan Pencatatan PT Bursa Efek Jakarta Nomor
I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa angka
III.3.1, Bursa menghapus pencatatan saham Perusahaan Tercatat sesuai dengan ketentuan peraturan ini
apabila Perusahaan Tercatat mengalami sekurang-kurangnya satu kondisi di bawah ini :

1) Mengalami kondisi, atau peristiwa, yang secara signifikan berpengaruh negatif terhadap
kelangsungan usaha Perusahaan Tercatat, baik secara finansial atau secara hukum, atau terhadap
kelangsungan status Perusahaan Tercatat sebagai Perusahaan Terbuka, dan Perusahaan Tercatat tidak
dapat menunjukkan indikasi pemulihan yang memadai.

2) Saham Perusahaan Tercatat yang akibat suspensi di Pasar Reguler dan Pasar Tunai, hanya
diperdagangkan di pasar Negosiasi sekurang-kurangnya selama 24 (dua puluh empat) bulan terakhir
Atas dasar hal tersebut, Bursa Efek Jakarta memutuskan untuk menghapuskan pencatatan Efek PT Great
River International, Tbk. yang berlaku efektif pada tanggal 2 Mei 2007. Selain itu, terdapat pertimbangan
lain yang mendasari keputusan penghapusan pencatatan Efek Perseroan yaitu perusahaan belum
memenuhi kewajiban penyampaian Laporan Keuangan dan kewajiban finansial Perseroan kepada Bursa
berupa penyampaian Laporan Keuangan Tahunan Auditan Tahun 2004 dan 2005 serta Laporan Keuangan
Triwulan I, Tengah Tahunan dan Triwulan III Tahun 2005 dan 2006 serta denda keterlambatan
penyampaian Laporan Keuangan audit maupun triwulanan tahun 2004, 2005 dan 2006 dan pembayaran
Biaya Pencatatan Tahunan (ALF) tahun 2005 dan 2006 hingga saat dikeluarkannya pengumuman
tersebut.

Menanggapi tudingan tersebut, Kantor akuntan publik Johan Malonda & Rekan membantah telah
melakukan kegiatan konspirasi dalam mengaudit laporan keuangan tahunan PT Great River International,
Tbk. Justinus A. Sidharta selaku Deputy Managing Director Johan Malonda menyatakan, selama
mengaudit pembukuan PT Great River International Tbk, pihaknya tidak menemukan adanya
penggelembungan akun penjualan atau penyimpangan dana obligasi. Akan tetapi pihak KAP menemukan
adanya penggunaan metode pencatatan akuntansi yang berbeda dengan ketentuan yang ada.

BAB IV

PENYELESAIAN KASUS

Jika dilihat dari analisis kasus PT great river international, ada beberapa hal yang menjadi kunci utama
terjadinya kasus ini, yaitu :

1. Overstatement atas penyajian akun penjualan dan piutang

2. Penambahan aktiva tetap perseroan.

Untuk menangani kasus tersebut, maka ada beberapa cara dalam penyelesaianya. Salah satu contoh
caranya yaitu :

1. Identify client bussines risks affecting account receivable.

Tes terhadap account receivable dilakukan auditor berdasarkan prosedur risk assessment yang
memberikan pemahaman mengenai bisnis dan industri klien. Dalam tahap ini, auditor:

· Mempelajari bagaimana lingkungan bisnis dari industri klien

· Mengevaluasi bagaimana objektif dari manajemen

· Mengamati bagaimana proses bisnis klien berlangsung untu

Hal-hal diatas dilakukan untuk mengidentifikasi risiko-risiko yang dapat mempengaruhi laporan
keuangan, termasuk account receivables.
2. Set tolerable misstatement and asses inherent risk for account receivable

· Auditor harus melakukan preliminary judgement tentang materialitas untuk keseluruhan laporan
keuangan termasuk account receivable, karena Pada dasarnya account receivable adalah salah satu akun
yang material pada laporan keuangan.

· Auditor menilai risiko yang melekat pada setiap sasaran akun, seperti account receivables,
mengingat risiko bisnis klien dan sifat industri klien. PSA 70 (SA 316) menunjukkan bahwa auditor harus
mengidentifikasi risiko inheren khusus untuk pengakuan pendapatan yang mempengaruhi penilaian
risiko auditor yang melekat untuk tujuan: eksistensi, cutoff penjualan, dan retur penjualan dan cutoff
allowance.

3. Asses control risk for sales.

melakukan kontrol internal atas penjualan dan penerimaan kas dan terkait account receivable. Auditor
selalu memperhatikan tiga aspek kontrol internal yaitu:

1. Kontrol untuk mencegah dan mendeteksi adanya penggelapan.

2. Kontrol tehadap cutoff

3. Kontrol terkait AFDA

4. Lakukan test of controls Subtantive test of Transaction

Hasil dari test of control digunakan untuk menentukan apakah prosedur assessment terhadap sales and
cash receipt perlu direvisi. Sedangkan, hasil substantive test digunakan untuk menentukan sejauh mana
planned detection risk menggambarkan account receivable balance-related audit objectives.

5. Design and Perform Analytycal Procedures

Analytical Procedures digunakan pada tahap dalam audit, yaitu:

1. Tahap perencanaan (planning)

2. Pada saat melaksanakan detailed test

· Account Receivables telah sesuai dengan Master File Dan General Ledger (aged trial balances)

· Accounts Receivable yang telah tercatat benar-benar ada (exist) semua Account Receivable yang
ada sudah dimasukkan.

· Account Receivables sudah akurat

· Account Receivables telah diklasifikasikan secara tepat

· Cutoff untuk account receivables telah benar


· Account receivables dinyatakan dalam realizable value

3. Pada tahap akhir audit (completing phase).

SARAN

• Untuk KAP

1. Perlu mengaudit investigasi yang lebih mendalam supaya permasalahan-permasalahan yang terjadi
didalam perusahaan terdeteksi dan tidak menimbulkan pihak lain bertanya-tanya tentang profile KAP.

Anda mungkin juga menyukai