Merger
Merger
Untuk menjelaskan tentang alasan kenapa perusahaan melakukan salah satu di antara
ketiga hal, maka berbicara masalah Merger, Konsolidasi, Akuisisi… adalah berbicara
tentang hubungan antara 2 perusahaan atau lebih. Ibaratkan perusahaan itu seperti diri anda..
di saat anda ingin menjalin hubungan dengan orang lain alasanya kenapa?? Mungkin alasan
anda akan seperti ini:
Dengan siapa?? anda bekerja sama?? itu pun juga menjadi catatan dalam memilih
partner dalam bekerjasama. Hal itu juga terjadi pada Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi…
dengan siapa mesti melakukan kerjasama?? Pemilihan yang tepat akan menjadi obat yang
manjur bagi kita untuk mengobati kesendirian, keinginan untuk meningkatkan kemampuan,
atau untuk mengobati penderitaan.
Inter-industri merger
Intra-industry merger.
Motif di balik antar-industri merger adalah diversifikasi risiko (Morrison dan Floyd,
2000). Di sisi lain, Intra-Industri merger biasanya didorong oleh keinginan untuk mencapai
skala dan lingkup ekonomi serta manajerial efisiensi (Gilson dan Roe, 1993)
Financial Distress Financial Distress merupakan situasi di mana arus kas operasi suatu
perusahaan tidak cukup untuk menutupi kontrak obligasi. Ini merupakan gejala-gejala yang
menandai perusahaan sedang sakit. Kapan perusahaan ini dianggap sakit?? yaitu saat dia
sudah dalam tahap Bankruptcy itulah saat perusahaan itu mengalami sakit. Jadi Finansial
distress merupakan gejala sakit suatu perusahaan. Financial Distress merupakan salah satu
alasan perusahaan melakukan Merger, Konsolidasi, atau merelakan perusahaan untuk
diAkuisisi perusahaan lain.
Financial Distress
Pada saat perusahaan mengalami gejala, bahwa dia terserang sakit, maka kebijakan
pun diambil di antaranya adalah
Financial Restructuring
Sedangkan merestrukturisasi finansial, perusahaan akan fokus pada kolom passiva (
liability and acquity). Kalau tadi pada Aset Restructuring, perusahaan fokus pada aktiva
(asset) maka sekarang perusahaan pada financial restructuring berfokus pada passiva. Ketika
perusahaan melakukan hal ini, maka akan terjadi perubahan di dalam balance sheet berkaitan
tentang liabilitas dan ekuitas perusahaan. Perusahaan mengusahakan hutang, maka akan
berpengaruh pada liabilitas.. dan ketika perusahaan mengusahakan penjualan saham, maka
akan berpengauh pada ekuitas.
Asset Restructuring:
Financial Restructuring:
Ancaman bankcrupty juga menjadi salah satu hal yang semakin meyakinkan
perusahaan untuk melakukan salah satu dari Merger, Konsolidasi, atau pun Akuisisi.
Merger
Merger: Penggabungan dua perusahaan yang ukuranya tidak sama dan hanya satu
perusahaan yang tetap survival. Perusahaan yang besar tetap survival sedangkan perusahaan
yang kecil melebur ke dalam perusahaan yang besar.
Contohnya:
Konsolidasi
Konsolidasi: Penggabungan dua perusahaan atau lebih yang ukuranya relatif sama
nenjadi satu perusahaan baru. Misal:
Perusahaan A dan Perusahaan B melakukan konsolidasi maka muncul Perusahaan C
sebagai hasil Konsolidasi. Contohnya: BBD, Bank Bapindo, Bank Dagang Negara, Bank
Exim melakukan konsolidasi menghasislkan Bank Mandiri.
Akuisisi
Dinilai dengan Metode Earning perusahaan Setelah Merger. (EPS/ Earning Per Share)
Dihitung Market Share nya.. ini merupakan pekerjaan khusus bagi manajer pemasaran
untuk menghitung perluasan pasar setelah melakukan merger
Menghitung Kapitalisasi Pasarnya.. atau Captal Gain nya..
Contoh Merger
Perusahaan yang melakukan Merger adalah antara Bank Lippo dengan Bank Niaga…
pada tahun 2008. Ingat.. sifat dari merger adalah penggabungan antara dua perusahaan yang
mana yang satu mempunyai ukuran yang relatif lebih kecil daripada yang lainya… Antara
Bank Lippo dan Bank Niaga.. Keduanya bergabung untuk memperkuat posisinya di kancah
persaingan global.
Contoh Merger yang dilakukan Oleh Bank Lippo dan Bank Niaga
Mereka Menyetujui untuk menggabungkan perusahaan dengan kriteria Merger. Dari
Merger kali ini Perusahaan yang relative lebih kecil ukuranya adalah Bank Lippo.. sehingga
bank Lippo merelakan untuk diganti saham yang beredar dengan saham Bank Niaga…
Dengan demikian dengan harga tertentu yang telah disepakati mereka berdua.. tiap saham
Bank Lippo dihargai dengan harga tertentu sehingga mendapatkan nilai yang cocok untuk
dibeli oleh Bank Niaga.. Sehingga saham Bank Lippo berganti nama dengan Saham Bank
Niaga..
Setelah kesepakatan keduanya.. Kedua Bank ini menyetujui untuk mengubah nama
mereka after merger menjadi Bank CIMB Niaga..
Nah inilah hasil yang diharapkan dari Merger kali ini.. yaitu Leverage (Pengungkit)
kekuatan kedua Bank untuk menjadi satu dengan kekuatan yang baru serta more creating
value bagi CIMB Niaga. Kalau kita ingin mengetahui bagaimana kinerja mereka after
(setelah) Merger, maka kita dapat menggunakan beberapa metode yang sudah umum
dikalangan manajer perusahaan
Dinilai dengan Metode Earning perusahaan Setelah Merger. (EPS/ Earning Per Share)
Dihitung Market Share nya.. ini merupakan pekerjaan khusus bagi manajer pemasaran
untuk menghitung perluasan pasar setelah melakukan merger
Menghitung Kapitalisasi Pasarnya.. atau Economic Gain nya..
Untuk melihat tentang keefektifan dari Merger suatu perusahaan, maka analis
keuangan perlu melakukan di antara tiga hal diatas. Lalu bagaimana dengan Merger Bank
Lippo, dan Bank Niaga ???
Kita lihat Laporan Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger. Mengapa
mesti melihat Laporan Keuanganya??? Nah.. baik.. saya jelaskan.. laporan keuangan suatu
perusahaan mengandung banyak informasi tentang perusahaan. Di dalamnya kita bisa
mengukura bagaimana sebuah perusahaan bisa berkembang dan bagaimana perusahaan akan
mengalami financial distress (gejala-gejala penyakit financial). Nah… maka dari itu.. dalam
metode ini kita mengukurnya dengan Earning Per Share (Pendapatan Per Lembar Saham).
Hal ini dapat diketahui dengan melihat Earning dibagi dengan jumhlah lembar saham, dengan
kalimat yang lebih jelas yaitu laba per lembar saham.
Pada sebuah penelitian mahasiswa univ.padjadjaran bahwa earnings per share Bank
CIMB Niaga setelah merger meningkat sebanyak 0.29842 poin dari Rp13.87444 menjadi
Rp14.17289. Artinya tiap lembar saham meninkat erningnya sebesar 0.29842 satuan.
Namun peningkatan ini tidak lebih besar signifikan secara statistik dengan t hitung (-
0.07) ≤ t tabel (1.761). Hal ini dimungkinkan karena pertambahan tidak terlalu banyak dan
juga adanya pertambahan jumlah saham beredar sebanyak 11.051.151.514 yang didapat dari
konversi saham.
Capital GainCapital gain Bank CIMB Niaga juga meningkat setelah merger sebanyak
2.8223867 poin dari 5.109399% menjadi 7.9317857%. Namun, hal ini tidak lebih besar
signifikan secara statistik dengan t hitung (-0.26) ≤ t tabel (1.761).Hal ini dimungkinkan
karena tidak banyaknya pertambahan dan harga saham yang fluktuatif.Debt to equity ratio
Bank CIMB Niaga setelah merger meningkat sebanyak 4.09958 poin dari 28.26778%
menjadi 24.16882%. Hal ini berkebalikan dengan hipotesis yang dibuat yaitu DER setelah
merger lebih kecil signifikan daripada sebelum merger.Hasil penelitian ini juga tidak
signifikan secara statistik dengan t hitung (-1.38) ≥ -t tabel (-1.761). Hal ini
dimungkinkan karena adanya pertambahan hutang Bank CIMB Niaga dari Bank Lippo
melalui merger.
Kesimpulannya dari penelitian ini adalah EPS, capital gain dan DER meningkat
setelah merger
Market SharePada cara penilaian ini dibutuhkan marketer yang mengukur berapa
market share sebelum dan sesudah merger. Yaitu cakupan pasarnya apa ada peningkatan
setelah melakukan penggabungan atau malah mengalami penurunan.
Contoh dua: Bank Danamon Bank Tiara, PT Bank Duta Tbk, PT Bank Rama Tbk, PT
Bank Tamara Tbk, PT Bank Nusa Nasional Tbk, PT Bank Pos Nusantara, PT Jayabank
International dan PT Bank Risjad Salim Internasional.
Contoh Merger yang dilakukan oleh Bank Danamon, Bank Tamara, Bank Duta, Bank
Tiara, Bank Rama, Bank Nusa Internasional, Bank Pos Nusantara, Jaya Bank Internasional,
dan Bank RSI
Dalam membangun dari krisis keuangan Asia pada tahun 1998, Danamon
ditempatkan di bawah pengawasan Indonesia Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN)
sebagai Bank Take Over (BTO). Pada tahun 1999, Pemerintah Indonesia, melalui BPPN
merekapitalisasi Danamon dengan Rp 32,2 triliun obligasi pemerintah. Dalam tahun yang
sama (1999) PT Bank PDFCI, BTO yang lain, digabung dengan Danamon sebagai bagian
dari program restrukturisasi BPPN.
Sebagai bagian dari paket merger, Danamon menerima rekapitalisasi kedua dari
Pemerintah melalui injeksi modal sebesar Rp 28,9 triliun. sebagai surviving entity, Danamon
muncul dari merger sebagai salah satu bank swasta terbesar di Indonesia.
Contoh Konsolidasi
Contoh Akuisisi
Contoh dua: PT. HM Sampoerna yang diakusisi oleh Philip Morris
Sampoerna tetap melakukan kegiatan operasionalnya sendiri di Pabriknya yang ada di
Surabaya.. dan PM pun juga seperti itu. Tetapi Manajemen perusahaan Sampoerna
dikendalikan oleh PM sebagai konsekuensi dari akuisisi yang dilakukan. PM mengganti
Saham yang beredar Sampoerna dengan suatu harga dan menggantinya dengan saham PM.