Anda di halaman 1dari 7

Merger, Konsolidasi, Akuisisi; Contoh Perusahaan yang

melakukannya; Contoh Kasus, Cara Menghitung Efektifitas dari Merger


Konsolidasi AkuisisI
Merger, Konsolidasi, Akuisisi; Contoh Perusahaan yang melakukannya; Contoh
Kasus, Cara Menghitung Efektifitas dari Merger Konsolidasi Akuisisi
Mengapa Melakukan Merger, Konsolidasi, atau Akuisisi?? Sebelum kita berbicara
lebih banyak tentang Merger, Konsolidasi, Akuisisi…serta contoh kasusnya, Kita pahami
dulu salah satu sebab mengapa perusahaan melakukan salah satu dari Merger, Konsolidasi,
atau Akuisisi?? Ini merupakan pertanyaan yang mesti kita pecahkan dalam memahami
ketiganya. Perusahaan melakukan satu diantara ketiga hal tersebut karena:

Memang Sudah Jenuh dengan kondisi sebelumnya


Adanya keinginan untuk lebih punya capability dalam persaingan
Karena perusahaan sedang menghadapi Financial Distress dan mengupayakan adanya
Legal Bankruptcy

Untuk menjelaskan tentang alasan kenapa perusahaan melakukan salah satu di antara
ketiga hal, maka berbicara masalah Merger, Konsolidasi, Akuisisi… adalah berbicara
tentang hubungan antara 2 perusahaan atau lebih. Ibaratkan perusahaan itu seperti diri anda..
di saat anda ingin menjalin hubungan dengan orang lain alasanya kenapa?? Mungkin alasan
anda akan seperti ini:

Jenuh dengan kondisi sebelumnya (saat sendiri)


Adanya keinginan untuk meningkatkan kemampuan, karena di dalam kebersamaan
kita lebih kuat (catatan: bagi kebersamaan yang sehat), di dalam kebersamaan kita akan
saling mengisi kekurangan satu sama lain.
Atau anda sedang mengalami kesulitan, sehingga butuh bekerja sama untuk
memperkuat langkah kaki menuju ke hari depan. Atau sebaliknya, di dalam hal ini anda ingin
menolong sahabat anda.
Sama dengan perusahaan, perusahaan juga bisa diibaratkan sebagai individu jika
dipandang secara makro, ketika perusahaan menginginkan bahwa dirinya ingin bersanding
untuk bekerjasama dengan perusahaan lain, tentu perusahaan akan menimbang tentang asas
kemanfaatan. Apa sih manfaatnya??&nbsp

Dengan Siapa?? anda Bekerjasama?

Dengan siapa?? anda bekerja sama?? itu pun juga menjadi catatan dalam memilih
partner dalam bekerjasama. Hal itu juga terjadi pada Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi…
dengan siapa mesti melakukan kerjasama?? Pemilihan yang tepat akan menjadi obat yang
manjur bagi kita untuk mengobati kesendirian, keinginan untuk meningkatkan kemampuan,
atau untuk mengobati penderitaan.

Sekilas dari Penelitian


Untuk menambah refferensi dari apa yang saya tulis di atas, kini saya akan
memberikan gambaran tentang penelitian berkaitan dengan Merger. Dalam sebuah jurnal
yang dirilis di Malaysia… Salah satu usaha untuk mendapatkan dengan siapa kita
bekerjasama.. khusus untuk merger adalah sebagai berikut. Merger dapat dibagi menjadi dua
kategori yaitu

Inter-industri merger
Intra-industry merger.
Motif di balik antar-industri merger adalah diversifikasi risiko (Morrison dan Floyd,
2000). Di sisi lain, Intra-Industri merger biasanya didorong oleh keinginan untuk mencapai
skala dan lingkup ekonomi serta manajerial efisiensi (Gilson dan Roe, 1993)

Inter-industri merger akan memerlukan banyak subyektif dan obyektif pertimbangan,


yang mungkin memerlukan evaluasi kualitatif dan kuantitatif Potensi Mitra Merger (Rose,
1999). Namun, Intra-Industri Merger bisa lebih mengandalkan pada evaluasi kuantitatif
Potensi Mitra Merger (Grossman dan Hart, 1986). Ini memang merupakan perhatian utama
dari studi ini, terutama dalam kaitannya dengan merger bank. Sejauh ini, banyak jurnal yang
mengusulkan untuk memanfaatkan teknik Riset Operasional untuk membantu proses
pemilihan mitra merger bank (Hamdy, 1992). Selanjutnya maka kita mungkin akan
menemukan jurnal terkini yang membahas keterkaitan antara Merger dan Riset Operasional.

Financial Distress Financial Distress merupakan situasi di mana arus kas operasi suatu
perusahaan tidak cukup untuk menutupi kontrak obligasi. Ini merupakan gejala-gejala yang
menandai perusahaan sedang sakit. Kapan perusahaan ini dianggap sakit?? yaitu saat dia
sudah dalam tahap Bankruptcy itulah saat perusahaan itu mengalami sakit. Jadi Finansial
distress merupakan gejala sakit suatu perusahaan. Financial Distress merupakan salah satu
alasan perusahaan melakukan Merger, Konsolidasi, atau merelakan perusahaan untuk
diAkuisisi perusahaan lain.

Financial Distress
Pada saat perusahaan mengalami gejala, bahwa dia terserang sakit, maka kebijakan
pun diambil di antaranya adalah

Aset dan Financial Restructuring


No Financial Restructuring

(Aset Restructuring)Dengan melakukan perancangan ulang pada struktur aset yang


dimiliki perusahaan. Kita telah mengetahui sebelumnya bahwa aset itu terdiri dari current
asset dan fixed asset. Dalam kondisi terjadi finansial distress, perusahaan mencoba untuk
melakukan pengurangan terhadap aset yang mereka miliki, atau dengan kata lain mengubah
struktur asetnya.. baik struktur current asset (aset lancar) maupun fixed asset (aset tetapnya)
Kita dapat melihat perubahan kondisi tersebut dengan melihat pada rasio perusahaan
yang berkaitan dengan aset, misalkan cash ratio, current ratio, debt to Total Asset ratio, dll.
Kalau perusahaan itu mengalami Finansial Distress dan mencoba mengobatinya dengan Aset
Restructuring, maka pasti ada perubahan terhadap rasio yang berkaitan dengan asetnya.

Financial Restructuring
Sedangkan merestrukturisasi finansial, perusahaan akan fokus pada kolom passiva (
liability and acquity). Kalau tadi pada Aset Restructuring, perusahaan fokus pada aktiva
(asset) maka sekarang perusahaan pada financial restructuring berfokus pada passiva. Ketika
perusahaan melakukan hal ini, maka akan terjadi perubahan di dalam balance sheet berkaitan
tentang liabilitas dan ekuitas perusahaan. Perusahaan mengusahakan hutang, maka akan
berpengaruh pada liabilitas.. dan ketika perusahaan mengusahakan penjualan saham, maka
akan berpengauh pada ekuitas.
Asset Restructuring:

–Selling major assets.

–Reducing capital spending

Financial Restructuring:

–Issuing new securities.

–Negotiating with banks and other creditors.

–Exchanging debt for equity.

–Filing for bankruptcy.

Merger, Konsolidasi, Akuisisi


Merger, Konsolidasi, Akuisisi adalah beberapa macam usaha yang ditempuh oleh
perusahaan dalam rangka menambah capability untuk berjaya di kancah Persaingan.
Perusahaan-perusahaan yang melakukan di antara ketiga memiliki alasan untuk meleverage
kinerjanya sehingga perusahaan lebih mempunyai kecerdasan finansial.

Ancaman bankcrupty juga menjadi salah satu hal yang semakin meyakinkan
perusahaan untuk melakukan salah satu dari Merger, Konsolidasi, atau pun Akuisisi.

Perangkat lain Selain MKA.


Perangkat lain selain menggunakan Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi adalah
Melakukan perancangan ulang pada Struktur Modalnya (Capital Structure) melalui usaha
untuk mengubah proporsi hutang terhadap ekuitas; Issuing New Securities (melalui Saham
(Stock); Melakukan Lobiying terhadap bank untuk membantu menyelesaikan kewajibanya.

Hutang merupakan salah satu pengungkit yang dapat menjadikan perusahaan


mendapatkan power booster yang dapat menjadikan perusahaan mendapat suntikan capital
untuk perkembangan usahanya. Perusahaan melakukan penambahan hutang hal ini akan
masuk pada kebijakan Struktur Modalnya karena melibatkan perubahan pada proporsi hutang
terhadap ekuitas.
Melakukan Lobi khusus bank untuk membantu menyelesaikan masalahnya, biasanya
ini dilakukan ketika perusahaan meminta kepada bank atau kreditor lain untuk bersedia
memperpanjang kontrak pengembalian pinjamanya. Ini masih berkaitan dengan hutang, tetapi
pada hal ini perusahaan menggunakan usaha untuk menego waktu pengembalian
diperpanjang, sehingga tidak mengganggu kondisi keuangan perusahaan dalam waktu dekat
ini.
Saham merupakan solusi terakhir Setelah Hutang, perusahaan menerbitkan saham
untuk menambah perbendaharaan modal yang ada.. untuk memperbaiki struktur modalnya.
Mengapa saham merupakan kondisi/ solusi terakhir setelah Hutang?? karena risiko dari
menerbitkan saham ke publik, berarti perusahaan itu sengaja membuka rahasianya ke publik..
dan ini memiliki risiko jika rahasia itu diketahui oleh pesaingnya..
Kembali lagi ke Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi (M,K,A).. Sebenarnya perusahaan
mempunyai pandangan tersendiri tentang usaha yang dilakukanya.. nah.. kapan pun dia bisa
melakukan ketika alternatif tersebut selama sudah memenuhi syarat.. tanpa harus
memperhitungkan untuk hutang atau untuk menerbitkan saham ke publik. Muatan Politik pun
bisa saja mewarnai keputusan satu diantara M,K,A. Karena keputusan itu sebenarnya
tergantung dari bagaimana perusahaan bisa mendefinisikan alternatif tersebut dengan baik
dan mengestimasi benefit yang akan diperoleh. Untuk mengetahui kenapa perusahaan mau
melakukan salah satu dari ketiga alternatif tersebut.. mari kita bahas hal tersebut satu per satu.

Merger

Merger: Penggabungan dua perusahaan yang ukuranya tidak sama dan hanya satu
perusahaan yang tetap survival. Perusahaan yang besar tetap survival sedangkan perusahaan
yang kecil melebur ke dalam perusahaan yang besar.
Contohnya:

Bank Niaga (besar), Bank Lippo


Bank Danamon (besar), Bank Tiara, PT Bank Duta Tbk, PT Bank Rama Tbk, PT
Bank Tamara Tbk, PT Bank Nusa Nasional Tbk, PT Bank Pos Nusantara, PT Jayabank
International dan PT Bank Risjad Salim Internasional

Konsolidasi

Konsolidasi: Penggabungan dua perusahaan atau lebih yang ukuranya relatif sama
nenjadi satu perusahaan baru. Misal:
Perusahaan A dan Perusahaan B melakukan konsolidasi maka muncul Perusahaan C
sebagai hasil Konsolidasi. Contohnya: BBD, Bank Bapindo, Bank Dagang Negara, Bank
Exim melakukan konsolidasi menghasislkan Bank Mandiri.

Akuisisi

Akuisisi: Penggabungan dua perusahaan yang mana perusahaan akuisitor membeli


sebagian besar saham perusahaan yang diakuisisi, sehingga pengendalian manajemen
perusahaan yang diakuisisi berpindah kepada perusahaan akuisitor, sementara kedua
perusahaan masing-masing tetap beroperasi sebagai suatu badan hukum yang berdiri sendiri.
Pengukuran Keberhasilan
Bagaimana mengukur keberhasilan ketiga cara tersebut?? Mengukur keberhasilan
perusahaan yang melakukan Merger, Konsolidasi ataupun Akuisisi adalah setelah perusahaan
tersebut melalui masa-masa setelah keputusan ketiga hal di atas. Untuk perusahaan yang
melakukan Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi bisa melakukan pengukuran terhadap
keberhasilan apa yang dilakukanya adalah setelah perusahaan melakukan salah satu diantara
ketiga hal itu. Tetapi kalau belum melakukannya dan mengukur.. maka hasilnya masih penuh
tanda tanya…karena kenyataan dilapangan setelah M,K,A bisa saja berbeda.

Dinilai dengan Metode Earning perusahaan Setelah Merger. (EPS/ Earning Per Share)
Dihitung Market Share nya.. ini merupakan pekerjaan khusus bagi manajer pemasaran
untuk menghitung perluasan pasar setelah melakukan merger
Menghitung Kapitalisasi Pasarnya.. atau Captal Gain nya..
Contoh Merger

Contoh Satu: Merger Bank Lippo dan Bank Niaga

Perusahaan yang melakukan Merger adalah antara Bank Lippo dengan Bank Niaga…
pada tahun 2008. Ingat.. sifat dari merger adalah penggabungan antara dua perusahaan yang
mana yang satu mempunyai ukuran yang relatif lebih kecil daripada yang lainya… Antara
Bank Lippo dan Bank Niaga.. Keduanya bergabung untuk memperkuat posisinya di kancah
persaingan global.

Contoh Merger yang dilakukan Oleh Bank Lippo dan Bank Niaga
Mereka Menyetujui untuk menggabungkan perusahaan dengan kriteria Merger. Dari
Merger kali ini Perusahaan yang relative lebih kecil ukuranya adalah Bank Lippo.. sehingga
bank Lippo merelakan untuk diganti saham yang beredar dengan saham Bank Niaga…
Dengan demikian dengan harga tertentu yang telah disepakati mereka berdua.. tiap saham
Bank Lippo dihargai dengan harga tertentu sehingga mendapatkan nilai yang cocok untuk
dibeli oleh Bank Niaga.. Sehingga saham Bank Lippo berganti nama dengan Saham Bank
Niaga..

Setelah kesepakatan keduanya.. Kedua Bank ini menyetujui untuk mengubah nama
mereka after merger menjadi Bank CIMB Niaga..

Nah inilah hasil yang diharapkan dari Merger kali ini.. yaitu Leverage (Pengungkit)
kekuatan kedua Bank untuk menjadi satu dengan kekuatan yang baru serta more creating
value bagi CIMB Niaga. Kalau kita ingin mengetahui bagaimana kinerja mereka after
(setelah) Merger, maka kita dapat menggunakan beberapa metode yang sudah umum
dikalangan manajer perusahaan

Dinilai dengan Metode Earning perusahaan Setelah Merger. (EPS/ Earning Per Share)
Dihitung Market Share nya.. ini merupakan pekerjaan khusus bagi manajer pemasaran
untuk menghitung perluasan pasar setelah melakukan merger
Menghitung Kapitalisasi Pasarnya.. atau Economic Gain nya..
Untuk melihat tentang keefektifan dari Merger suatu perusahaan, maka analis
keuangan perlu melakukan di antara tiga hal diatas. Lalu bagaimana dengan Merger Bank
Lippo, dan Bank Niaga ???

Metode Earning Per Share

Kita lihat Laporan Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger. Mengapa
mesti melihat Laporan Keuanganya??? Nah.. baik.. saya jelaskan.. laporan keuangan suatu
perusahaan mengandung banyak informasi tentang perusahaan. Di dalamnya kita bisa
mengukura bagaimana sebuah perusahaan bisa berkembang dan bagaimana perusahaan akan
mengalami financial distress (gejala-gejala penyakit financial). Nah… maka dari itu.. dalam
metode ini kita mengukurnya dengan Earning Per Share (Pendapatan Per Lembar Saham).
Hal ini dapat diketahui dengan melihat Earning dibagi dengan jumhlah lembar saham, dengan
kalimat yang lebih jelas yaitu laba per lembar saham.

Pada sebuah penelitian mahasiswa univ.padjadjaran bahwa earnings per share Bank
CIMB Niaga setelah merger meningkat sebanyak 0.29842 poin dari Rp13.87444 menjadi
Rp14.17289. Artinya tiap lembar saham meninkat erningnya sebesar 0.29842 satuan.
Namun peningkatan ini tidak lebih besar signifikan secara statistik dengan t hitung (-
0.07) ≤ t tabel (1.761). Hal ini dimungkinkan karena pertambahan tidak terlalu banyak dan
juga adanya pertambahan jumlah saham beredar sebanyak 11.051.151.514 yang didapat dari
konversi saham.

Capital GainCapital gain Bank CIMB Niaga juga meningkat setelah merger sebanyak
2.8223867 poin dari 5.109399% menjadi 7.9317857%. Namun, hal ini tidak lebih besar
signifikan secara statistik dengan t hitung (-0.26) ≤ t tabel (1.761).Hal ini dimungkinkan
karena tidak banyaknya pertambahan dan harga saham yang fluktuatif.Debt to equity ratio
Bank CIMB Niaga setelah merger meningkat sebanyak 4.09958 poin dari 28.26778%
menjadi 24.16882%. Hal ini berkebalikan dengan hipotesis yang dibuat yaitu DER setelah
merger lebih kecil signifikan daripada sebelum merger.Hasil penelitian ini juga tidak
signifikan secara statistik dengan t hitung (-1.38) ≥ -t tabel (-1.761). Hal ini
dimungkinkan karena adanya pertambahan hutang Bank CIMB Niaga dari Bank Lippo
melalui merger.
Kesimpulannya dari penelitian ini adalah EPS, capital gain dan DER meningkat
setelah merger

Market SharePada cara penilaian ini dibutuhkan marketer yang mengukur berapa
market share sebelum dan sesudah merger. Yaitu cakupan pasarnya apa ada peningkatan
setelah melakukan penggabungan atau malah mengalami penurunan.

Contoh dua: Bank Danamon Bank Tiara, PT Bank Duta Tbk, PT Bank Rama Tbk, PT
Bank Tamara Tbk, PT Bank Nusa Nasional Tbk, PT Bank Pos Nusantara, PT Jayabank
International dan PT Bank Risjad Salim Internasional.

Sejarah Bank Danamon Sebelum Merger


Danamon didirikan pada tahun 1956 dengan nama Bank Kopra Indonesia. Nama ini
kemudian berubah menjadi PT Bank Danamon Indonesia pada tahun 1976 sampai sekarang.
Pada tahun 1988, Danamon menjadi bank devisa dan setahun kemudian adalah publik yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

Contoh Merger yang dilakukan oleh Bank Danamon, Bank Tamara, Bank Duta, Bank
Tiara, Bank Rama, Bank Nusa Internasional, Bank Pos Nusantara, Jaya Bank Internasional,
dan Bank RSI
Dalam membangun dari krisis keuangan Asia pada tahun 1998, Danamon
ditempatkan di bawah pengawasan Indonesia Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN)
sebagai Bank Take Over (BTO). Pada tahun 1999, Pemerintah Indonesia, melalui BPPN
merekapitalisasi Danamon dengan Rp 32,2 triliun obligasi pemerintah. Dalam tahun yang
sama (1999) PT Bank PDFCI, BTO yang lain, digabung dengan Danamon sebagai bagian
dari program restrukturisasi BPPN.

Sebagai bagian dari paket merger, Danamon menerima rekapitalisasi kedua dari
Pemerintah melalui injeksi modal sebesar Rp 28,9 triliun. sebagai surviving entity, Danamon
muncul dari merger sebagai salah satu bank swasta terbesar di Indonesia.

Sejarah Bank Danamon setelah Merger pada tahun 2003


Metode EPS
EPS Bank Danamon meningkat 29,48 menjadi Rp 38,66 pada tahun 2000. Dengan
melihat hasil tersebut dapat dikatakan bahwa perusahaan meningkatkan laba dari 29,48
menjadi 38,66 per lembar sahamnya. Hal ini menandai kenaikan nilai perusahaan.

Cara menghitung efektifitas merger


Laba bersih Bank Danamon pasca merger melambung tinggi.

Contoh Konsolidasi

BBD (Bank Bumi Daya)


Bank Bapindo
Bank Dagang Negara
Bank Exim
Contoh Konsolidasi yang dilakukan oleh Bank Bumi Daya, Bank Exim, Bank Dagang
Negara, dan Bapindo
Mereka berempat melakukan konsolidasi dan berubah menjadi Bank Mandiri.
Keempat Bank tersebut mengalami kesulitan dalam mengentaskan permasalahan rumah
tangga perusahaanya saat krisis ekonomi melanda Indonesia. Untuk menghentikan usahanya
yang selama ini mereka bangun pun merupakan hal yang sayang untuk dilakukan.. Salah satu
hal yang dapat dilakukan untuk dapat melakukan protect terhadap kemungkinan yang terjadi
akibat krisis adalah bersatu padu dengan bank yang lain dengan melakukan kerjama dalam
bentuk konsolidasi. Kerjasama dalam bentuk konsolidasi ini bisa terjadi ketika sekelompok
perusahaan yang mempunyai motif yang sama dalam meraih kehidupan baru bersama di
masa akan datang.

Konsolidasi keempat perusahaan ini terbukti berhasil dengan membuahkan Bank


Mandiri yang menjadi salah satu Bank besar di Indonesia yaitu Bank Mandiri.
Contoh Akuisisi
Contoh satu: Semen Padang yang diakuisisi oleh Semen Gresik.
Di dalam hal ini, pihak Semen Gresik melakukan pembelian terhadap sebagian besar
Saham Semen Padang sehingga, Semen Gresik memiliki kekuasaan terhadap manajemen
perusahaan Semen Padang. Tetapi operasi kedua perusahaan masih bediri sendiri-sendiri..

Contoh Akuisisi
Contoh dua: PT. HM Sampoerna yang diakusisi oleh Philip Morris
Sampoerna tetap melakukan kegiatan operasionalnya sendiri di Pabriknya yang ada di
Surabaya.. dan PM pun juga seperti itu. Tetapi Manajemen perusahaan Sampoerna
dikendalikan oleh PM sebagai konsekuensi dari akuisisi yang dilakukan. PM mengganti
Saham yang beredar Sampoerna dengan suatu harga dan menggantinya dengan saham PM.

Anda mungkin juga menyukai