PENDAHULUAN
besar sebab energi adalah sumber daya yang sangat penting dalam kehidupan
manusia untuk memenuhi segenap aktifitas yang dibutuhkan. Pada sisi lain
gambaran tentang krisis energi sudah semakin nampak. Pernyataan tersebut telah
memuat secara jelas mengenai adanya permasalahan sumber daya energi yang akan
dengan laju pertumbuhan penduduk, akan tetapi laju kebutuhan energi yang
sangat cepat tersebut tidak diimbangi dengan produksi riil sektor energi. Saat ini
energi nasional masih terfokus kepada energi fosil yaitu batubara, minyak bumi,
minyak bumi, maka di masa yang akan datang jumlahnya pun semakin terbatas,
cadangan energi fosil akan berkurang dan tidak akan dapat di andalkan untuk
adalah untuk mengurangi polusi yang ditimbulkan dari pemakaian bahan bakar
minyak, karena sumber polusi terbesar di dunia berasal dari gas buang atau emisi
bahan bakar minyak, maka dibutuhkan sebuah solusi untuk mengatasi masalah
tersebut, terarah pada energi alternatif yang cukup ketersediaannya di bumi dan
dapat diharapkan kelanjutannya. Pemanfaatan energi non fosil akan mendukung
perbaharui.
Potensi energi non fosil, seperti tenaga surya, panas bumi, tenaga air,
turbin angin sebagai pembangkit listrik alternatif melalui Sistim Konversi Energi
sudu yang dirancang agar dapat menghasilkan kecepatan putaran, kemudian dari
dan multi blade, maka dalam penulisan tugas akhir ini memilih turbin angin
dengan poros horisontal menggunakan airfoil NACA 4415 sebagai basis dalam
pembuatan sudu turbin angin, dengan jumlah sudu tiga. A i r f o i l NACA 4415
dan kekuatan koefisien rata-ratanya lebih tinggi dari pada sudu lainnya sehingga
sesuai untuk dioprasikan pada kecepatan tinggi, serta mempunyai fakta bahwa
airfoil ini menunjukkan sifat yang baik untuk sudu turbin angin kecil, disamping
faktor pemilihan airfoil sebagai basis dalam pembuatan turbin angin (Ozgener,
2005).
telah dibuat diukur ulang dan diuji kesesuaiannya dengan desain airfoil
2. Kekuatan sudu turbin angin diuji secara simulasi dengan asumsi beban
Adapun maksud dan tujuan penulisan laporan Tugas Akhir ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan studi pada Program
Universitas Diponegoro.
ramah lingkungan.
melalui penjelasan pada bagian Latar Belakang, yaitu turbin angin dengan poros
horisontal menggunakan desain airfoil NACA 4415, Rancang bangun turbin angin
ini dilengkapi dengan “automatic pitch blade control”, jumlah 3 sudu berdiameter
10 m jika putaran rotor 40 rpm pada kecepatan angin 5 m/det maka di dapatkan vtip
angin (λo) ?
Perancang perlu melakukan pembatasan permasalahan yang dirancang
a. Konvertor angin yang diteliti adalah jenis turbin angin poros horizontal.
Untuk memperoleh gambaran tentang isi dari tugas akhir ini maka akan
BAB I PENDAHULUAN
penyusunan.
Berisi tentang pendekatan teoritis baik yang bersumber dari acuan pustaka
BAB V PENUTUP
TINJAUAN PUSTAKA
energi baru yang murah dan mudah didapat untuk dikonfersikan menjadi tenaga
listrik. Tenaga angin merupakan sumber energi terbarukan yang murah dan mudah
panjang pantai mencapai 54.716 km dan merupakan Negara ke-2 yang mempunyai
(Sumber : http://ilmupengetahuanumum.com/10-negara-dengan-garis-pantai-
terpanjang-di-dunia/,2017).
blade, yaitu savonius dengan blade tipe U dan savonius dengan blade tipe L. Dari
pengamatan dengan variasi jumlah sudu: 2, 3 dan 4 buah dengan variabel bebas
kecepatan angin pada wind tunnel dari kecepatan 3 m/s sampai 7 m/s. Didapatkan
hasil analisis bahwa turbin angina dengan jumlah sudu 3 buah memiliki unjuk kerja
yang tinggi dibandingkan dengan jumlah sudu yang lain. Hal ini terjadi karena pada
turbin dengan jumlah sudu 3 buah mempunyai jarak antara sudu yang satu dengan
dapat mengalir dan menerpa sudu dibelakang poros dan ini akan meningkatkan
gaya momen serta mengurangi gaya hambat negatif pada sudu sehingga aliran
Pengaruh Jumlah Sudu Terhadap Unjuk Kerja Turbin Angin Savonius Type L di
dapat kesimpulan bahwa jumlah sudu berpengaruh pada unjuk kerja turbin angin
savonius type L. Unjuk kerja paling tinggi didapat pada turbin dengan jumlah sudu
3. Pada kecepatan angin 7 m/s diperoleh BHP 0.267 watt, torsi 0.00398 Nm, dan
efisiensi 10.20 %. Hal ini dikarenakan pada turbin savonius type L sudu 3
mempunyai jarak antara sudu yang satu dengan lainnya terhadap poros sudu turbin
sudu dibelakang poros dan ini akan meningkatkan gaya momen serta mengurangi
gaya hambat negatif pada sudu sehingga aliran turbulensi yang terdapat pada turbin
tersebut relatif kecil. Unjuk kerja paling rendah didapat pada turbin dengan jumlah
sudu 4. Pada kecepatan angin 7 m/s diperoleh BHP 0.191 watt, torsi 0.00320 Nm,
dan efisiensi 4.95 %. Hal ini dikarenakan pada turbin savonius type L sudu 4
mempunyai nilai daya poros terendah dibanding jumlah sudu yang lain hal ini
dikerakan dengan bertambahnya jumlah sudu berat dari turbin juga akan bertambah
http://referensimesin16.blogspot.co.id/2015/11/penelitian-turbin-angin.html)
2.1.1 Definisi Energi Angin
Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan
juga karena adanya perbedaan tekanan udara disekitarnya. Angin bergerak dari
udara memuai. Udara yang telah memuai menjadi lebih ringan sehingga naik.
Apabila hal ini terjadi, tekanan udara turun karena udaranya berkurang. Udara
menyusut menjadi lebih berat dan turun ke tanah. Diatas tanah udara menjadi panas
lagi dan naik kembali. Aliran naiknya udara panas dan turunnya udara dingin ini
dikarenakan konveksi.
angin. Pada tahun 2005, kapasitas energi generator tenaga angin adalah 58.982
MW, hasil tersebut kurang dari 1% pengguna listrik dunia. Meskipun masih berupa
sumber energi listrik minor dikebanyakan Negara, penghasil tenaga angin lebih dari
mengubah rotasi dari pisau turbin menjadi arus listrik dengan menggunakan
generator listrik. Pada kincir angin energi angin digunakan untuk memutar
peralatan mekanik untuk melakukan kerja fisik, seperti menggiling atau memompa
air. Tenaga angin banyak jumlahnya, jumlahnya tidak terbatas (dapat diperbaharui),
Semua energi yang dapat diperbaharui dan bahkan energi pada bahan bakar
fosil, kecuali energi pasang surut dan panas bumi berasal dari matahari. Matahari
meradiasi 1,74 x 1.014 Kilowatt jam energi ke Bumi setiap jam. dengan kata lain,
bumi ini menerima daya 1,74 x 1.017 watt. Sekitar 1-2% dari energi tersebut diubah
menjadi energi angin. Jadi, energi angin berjumlah 50-100 kali lebih banyak
daripada energi yang diubah menjadi biomassa oleh seluruh tumbuhanyang ada di
muka bumi. Sebagaimana diketahui, pada dasarnya angin terjadi karena ada
perbedaan temperatur antara udara panas dan udara dingin. Daerah sekitar
khatulistiwa, yaitu pada busur 0°, adalah daerah yang mengalami pemanasan lebih
banyak dari matahari dibanding daerah lainnya di Bumi. Daerah panas ditunjukkan
dengan warna merah, oranye, dan kuning pada gambar inframerah dari temperatur
permukaan laut yang diambil dari satelit NOAA-7 pada juli 1984. Udara panas lebih
ringan daripada udara dingin dan akan naik ke atas sampai mencapai ketinggian
sekitar 10 kilometer dan akan tersebar kearah utara dan selatan. Jika bumi tidak
berotasi pada sumbunya, maka udara akan tiba dikutub utara dan kutub selatan,
turun ke permukaan lalu kembali ke khatulistiwa. Udara yang bergerak inilah yang
merupakan energi yang dapat diperbaharui, yang dapat digunakan untuk memutar
www.eprints.undip.ac.id/41638/16/BAB_II.pdf)
Tabel 2.1 Kecepatan Angin Pada Berbagai Wilayah di Indonesia
ANNUAL SPECIFIC
No SITE YEAR
ENERGI/ (ESP)
tenaga listrik. Turbin angin ini pada awalnya dibuat untuk mengakomodasi
kebutuhan para petani dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dll.
Eropa lainnya dan lebih dikenal dengan windmill. Kini turbin angin lebih banyak
menggunakan prinsip konversi energi dan menggunakan sumber daya alam yang
dapat diperbaharui yaitu angin. Walaupun sampai saat ini penggunaan turbin angin
PLTU, dll), turbin angin masih lebih dikembangkan oleh para ilmuan karena dalam
waktu dekat manusia akan dihadapkan dengan masalah kekurangan sumber daya
alam tak terbaharui (contoh: batubara dan minyak bumi) sebagai bahan dasar untuk
membangkitkan listrik.Angin adalah salah satu bentuk energi yang tersedia dialam,
listrik dengan menggunakan turbin angin atau kincir angin. Cara kerjanya cukup
sederhana, energi angin yang memutar turbin angin, diteruskan untuk memutar
rotor pada generator dibelakang bagian turbin angin, sehingga akan menghasilkan
energi listrik. Energi listrik ini biasanya akan disimpan kedalam baterai sebelum
dapat dimanfaatkan. Secara sederhana sketsa kincir angin adalah sebagai berikut:
Gambar 2.2 Sketsa Sederhaana Turbin Angin
(Sumber : https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Wind_turbine_int.svg#filehistory)
Keterangan :
1. Foundation
2. Connection to electric grid
3. Tower
4. Access ladder
5. Wind orientation control
6. Nacelle
7. Generator
8. Anemometer
9. Brake
10. Gearbox
11. Rotor blade
12. Blade pitch control
13. Rotor hub
Turbin angin pada prinsipnya dapat dibedakan atas dua jenis turbin
berdasarkan arah putarannya. Turbin angin yang berputar pada poros horisontal
disebut dengan turbin angin poros horisontal atau Horizontal Axis Wind Turbine
(HAWT), sementara yang berputar pada poros vertikal disebut dengan turbin angin
Turbin angin horisontal adalah model umum yang sering kita lihat pada
turbin angin. Designnya mirip dengan kincir angin, memiliki blade yang mirip
Turbin angin horisontal memiliki shaft rotor dan generator pada puncak
tower dan harus diarahkan ke arah angin bertiup. Turbin-turbin kecil mengarah ke
angin dengan menggunakan winde plane yang diletakkan dirotor, sementara untuk
turbin yang lebih besar dilengkapi dengan sensor yang terhubung dengan motor
servo yang mengarahkan blade sesuai dengan arah angin. Sebagian besar turbin
yang besar memiliki gearbox yang merubah kecepatan putar rotor yang ditransfer
biasanya mengarah ke arah angin dari depan. Blade turbin dibuat kaku untuk
mencegah terdorong ke tower oleh angin yang kencang. Disamping itu, blade di
tempatkan pada jarak yang mencukupi didepan tower dan kadang melengkung
kedepan.
Downwind turbine atau turbin dengan arah angin dari belakang juga dibuat,
mekanisme yang mengharuskan searah dengan dengan angin. Disamping itu dalam
keadaan angin kencang blade dibolehkan untuk melengkung yang mnurunkan area
fatigue, dan keandalan sangat dibutuhkan maka sebagian besar turbin angin
yang lebih besar. Pada beberapa area, setiap 10 meter ada kenaikan tambahan
2. Efisiensi lebih tinggi, karena blades selalu bergerak tegak lurus terhadap arah
1. Dibutuhkan konstruksi tower yang besar untuk mensupport beban blade, gear
angin
5. Pada umumnya membutuhkan sistem pengereman atau peralatan yaw pada angin
(Sumber : http://www.satuenergi.com/2015/10/jenis-jenis-turbin-angin-serta.html)
Berikut dibawah ini akan dijelaskan mengenai bagian – bagian penyusun dari
turbin angin :
Penjelasan:
1. Anemometer: Mengukur kecepatan angin dan mengirim data angin ke Alat
Pengontrol.
3. Brake (Rem): Suatu rem cakram yang dapat digerakkan secara mekanis
dengan bantuan tenaga listrik atau hidrolik untuk menghentikan rotor atau
5. Gear box (Roda Gigi): Roda gigi menaikkan putaran dari 30-60 rpm
menjadi sekitar 1000-1800 rpm. Ini merupakan tingkat putaran standar yang
generator.
8. Low-speed shaft (Poros Puutaran Rendah): Poros turbin yang berputar kira-
12. Tower (Menara): Menara bisa dibuat dari pipa baja, beton, ataupun rangka
13. Wind direction (Arah Angin): Adalah turbin yang menghadap angin. Desain
14. Wind vane (Tebeng Angin): Mengukur arah angin, berhubungan dengan
penggerak arah yang memutar arah turbin disesuaikan dengan arah angin.
15. Yaw drive (Penggerak Arah): Penggerak arah memutar turbin ke arah angin
untuk desain turbin yang menghadap angin. Untuk desain turbin yang
16. Yaw motor (Motor Penggerak Arah): Motor listrik yang menggerakkan yaw
drive.
(Sumber : http://catatankecilanaknegeri.blogspot.co.id/2015/02/turbin-angin-
horizontal-horizontal-axis.html)
dan kelayakan out-put energi angin pada wilayah tersebut dimana biasanya
sangat didominasi oleh kondisi iklim lokal. Frekuensi hujan, debu, erosi pasir,
air asin akan mengenai permukaan rotor dan menurunkan kualitas rotor sehingga
Tip speed adalah kecepatan ujung dari rotor blade dalam arah gerak
tangensial ( gerak melingkar). High tip speed akan menyebabkan kebisingan dan
akan menyebabkan benturan udara yang lebih besar terhadap rotor blade, akan
speed ratio) bila terlalu besar maka akan menurunkan kecepatan agular rotor,
meningkatkan drag effects, dengan demikian tip speed ratio yang tinggi akan
4. Airfoil Section
L/D hanya memiliki deviasi yang kecil yaitu terjadi pada kondisi bila gaya lift
5. Roughness( Kekasaran )
dan tenaga rotor. Peningkatan kekasaran bisa disebabkan oleh : air hujan yang
terkontaminasi debu, kristalisasi air garam, korosi, serangan impact dari erosi
pasir yang beterbangan. Turbin angin yang dipasangang pada daerah pantai atau
gurun akan lebih sering mmenerima serangan impact dan erosi akibat pasir
dioperasikan untuk putaran rendah. Berat rotor yang besar juga berakibat
7. Blade Geometri
meliputi variasi radial dari chord dan twist agle, dimana tergantung utamanya
pada hasil lokal dari lift coefficient dan flow angle. Desain blade haruslah
bentuk hiperbol. Biasanya hal ini dihindari dengan tujuan untuk mempermudah
power akan tetapi tidak begitu besar seolah-olah merupakan deviasi dari nilai
yaitu momen bengkok akibat dari drag maupun lift force, gaya centrifugal akibat
putaran.
kemiringan airfoil mulai dari ujung blade hingga pada bagian pangkal.
Perubahan ini dilakukan untuk mendapatkan nilai maksimum dari kerja rotor.
Pada umumnya twist angle pada bagian ujung mempunyai nilai kecil dan
federal yang dimiliki pemerintah Amerika, dimana didirikan pada 3 Maret 1915.
NACA mempunyai beberapa produk diantaranya adalah (Frank Bertagnolio,dkk,
2001) :
kebutuhan otomotif.
Salah satu produk airfoil yang dihasilkan adalah NACA 4415 yaitu airfoil
empat digit yang lazim digunakan dalam pengembangan sudu turbin angin. NACA
4415 ini memuat kode terhadap airfoil yaitu bahwa airfoil dengan berpedoman pada
Sumber : http://www.accessscience.com
2.2.2 Dasar perhitungan sudu turbin
parameter diantaranya besar daya yang ingin dihasilkan, rated wind speed, cut-in
speed, dan pertimbangan lain yang berkaitan dengan keindahan, ketersediaan lahan,
dan lainnya :
kebutuhan energy per tahun dari masing – masing rumah berbeda, Untuk
itu dicari kebutuhan energy rumah rata-rata dengan melakukan estimasi kebutuhan
tiap rumah. Estimasi kebutuhan tiap rumah dapat dihitung pada tabel dibawah ini :
(Hours) (kWH/day)
1 Lampu 10 3 5 0,15
2 Lampu 7 2 5 0,070
3 Tv 30 1 5 0,15
Total 0,370
Dari tabel diatas, diperoleh 0,370 kWH/day untuk setiap satu rumah. Penentuan
angin.
2. Perhitungan Kebutuhan Energi Per tahun
Turbin angin ini dapat menghasilkan energy untuk beberapa rumah. Maka total
Jika dibutuhkan total kebutuhan energy untuk 1 tahun. Maka dapat dihitung :
𝟏
P = 𝟐 x Cp x ρ x v3
Keterangan :
(m/s)
Jika energi yang tersedia masih dalam satuan Watt/m2, untuk menjadi
kWH/m2.year maka :
P x 24 x 365 = … kWH/m2
3. Energi yang Tersedia KWH/m2
Amerika maupun Eropa. Oleh karena itu kecepatan angin rancangan rotor turbin
angin diharapkan lebih kecil dari 12 m/s. Penentuan kecepatan angin rancangan
untuk rotor turbin angin Indonesia juga masih dipengaruhi oleh tempat atau daerah
dimana turbin angin akan dipasang. Secara umum daerah pemasangan turbin angin
dapat dibagi menjadi 2, yaitu daerah daratan dan daerah pantai. Pada umumnya
daerah daratan. Rotor turbin angin yang akan dipasang di daerah pantai Indonesia
dapat dirancang pada kecepatan angin rancangan 3 m/s s.d. 6 m/s. Data kecepatan
angin wilayah ditunjukkan pada gambar di bawah ini (Harijono Djojodihardjo &
Darwin Sebayang,1981) :
2 1.55 3.80
3 1.75 3.1
2 1.92 4.32
3 1.7 6.1
2 1.49 5.7
3 1.49 5.6
2 1.7 4.48
3 1.57 3.8
3 1.6 4.5
2 1.35 3.57
3 1.7 3.4
madiun dikarenakan lebih dekat dari kota semarang. Kecepatan rancangan angin di
madiun 4,30 m/s akan membutuhkan diameter rotor yang jauh lebih besar. Dengan
demikian, pemilihan rancangan 4,30 m/s untuk daerah daratan Indonesia dianggap
cukup masuk akal. Ketersediaan per tahun juga diperlukan dalam pembuatan rotor
turbin angin. Energy yang diperlukan dapat dilihat pada gambar dibawah (Harijono
paling tepat adalah pada kota Jakarta. Pemilihan energy yang tesedi di Jakarta
4. Perhitungan Diameter
𝟒
𝑫 = √𝝅 A
diameter rotor blade dicantumkan pada bab III. Setelah diameter rotor sudu, tahap
awal sampai dengan pencucian blade. Semua proses pembuatan cetakan akan
Setelah Inti cetakan disusun dengan penyanggah kayu untuk posisi tengah
pada balok kayu tersebut, lakukan pengisian pasir pada setengah bagian dari
berfungsi untuk penahan cetakan bawah agar posisi Inti cetakan tidak
kelereng sebagai nok yang berguna agar pada saat pembuatan pada sisi blade
merupakan Wax khusus untuk cetakan komposit yaitu mirror glaze buatan
Amerika. Wax berfungsi agar pada saat pelepasan cetakan lebih mudah dan
yang dicampur dengan pewarna kuning yang fungsinya agar dapat dibedakan
menggunakan resin Resin BQTN 157 yang dicampur dengan katalis, katalis
berfungsi sebagai pengeras lapisan yang akan dicampur dengan resin BQTN
sempurna.
dengan mudah.
dengan menggunakan bahan dan alat yang sama pada proses pembuatan
cetakan bawah.
kedua cetakan tersebut dijemur terlebih dahulu agar mudah dilepas antar
akan dicuci dengan sabun agar PVA (Polyvinyyl Alcohol) yang melekat pada
cetakan mudah hilang. Selanjutnya proses perataan sisi pada cetakan agar
tidak berbahaya pada saat pembuatan blade karena komposit tersebut sangat
untuk penyatuan cetakan atas dan bawah pada saat pembuatan blade.
bawah, pencucian menggunakan air dengan sabun cuci hingga bersih agar saat
pengecoran adalah:
1. Pemilihan Bahan
Proses awal dari rencana pengecoran adalah pemilihan bahan dan cara
pengolahan bahan tersebut. Bentuk rotor yang akan dibuat menggunakan bahan
dasar fiber. Bahan yang diperlukan meliputi: resin BQTN, woven roving, mat,
Dept OZ, katalis, talk, dan bahan tambahan lain. Penjelasan proses pemilihan
Pemasangan inti pada rotor blade hanya dilakukan ¾ bagian dari rotor
Perencanaan serat pada rotor blade berfungsi untuk mengetahu jarak dan
berapa lapis serat yang akan dipasang. Rencana pemasangan serat pada rotor
Proses pengecoran rotor blade dimulai dari proses pemberian wax pada
Sudu yang digunakan adalah airfoil NACCA 4415. Adapun bentuk airfoil
serat pengecoran. Serat yang digunakan adalah Dept OZ, woven roving, dan matt.
sebagai berikut :
4. Penyeratan Kembali
5. Penggabungan cetakan
METODOLOGI
Dalam bab ini akan dibahas tahap–tahap pembuatam rotor blade. Untuk
desain rotor blade terlebih dahulu. Desain rotor blade yang digunakan adalah
airfoil NACCA 4415 dan bersumbu horizontal. Setiap desain rotor mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Kelebihan jenis turbin ini, yaitu dilengkapi dengan
“automatic pitch blade control”, kekurangannya, yaitu memiliki desain yang rumit.
Tahap pertama dari menentukan perhitungan desain rotor blade adalah menentukan
diameter rotor blade dan perhitungan dimensi sudu. Perhitungan desain rotor blade
parameter diantaranya besar daya yang ingin dihasilkan, rated wind speed, cut-in
untuk 250 rumah dengan beban berupa 3 buah lampu 35 watt, 4 buah lampu 20
watt dan 1 buah TV 114 watt, kebutuhan ini hanya sebagai perkiraan kebutuhan
listrik untuk data perhitungan, berikut data kebutuhan listrik di tempat terpencil
1 Lampu 35 3 6 0,63
2 Lampu 20 4 12 0,96
3 Tv 114 1 9 1,03
Total 2,62
Dari tabel diatas, jika dijadikan dalam satuan kW untuk tiap 1 hari, maka diperoleh:
2,62kWH⁄ = 0,1091 kW
24
Turbin angin ini dapat menghasilkan energi untuk 250 rumah. Maka total
Keterangan :
V = kecepatan rata-rata angin di pantai utara Pulau Jawa adalah antara 4 s/d 5
Energi yang tersedia masih dalam satuan Watt/m2, untuk menjadi kWh/m2 x tahun
maka:
𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑘𝑊
12,81 Watt/m2 x 24 x 360 = 110678 .year = 110,67. 𝑚2 .year
𝑚2
9820 𝑘𝑊/𝑦𝑒𝑎𝑟
A=
𝑘𝑊
110,67. 2 . 𝑦𝑒𝑎𝑟
𝑚
A = 88,73m2
4
𝐷 = √𝜋 A
4
𝐷 = √𝜋 88,73 m2
D = 10m
airfoil dilakukan pada bagian ini. Perhitungan blade dilakukan berdasarkan ukurn
blade yang telah dihitung sebelumnya yaitu diameter rotor sebesar 10m, atau jari
jari 5m. Diperhitungkan putaran sudu mencapai sebesar 40 rpm pada kecepatan
Vtip = 𝜋 Dn/ 60
λ = Vtip / Vangin
𝑚 𝑚
λ = 20 𝑠 / 5 =4
𝑠
r 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
λr 4 3,64 3,28 2,92 2,56 2,2 1,84 1,48 1,12 0,76 0,4
r 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ø 9,357 10,29 11,36 12,67 14,29 16,37 19,11 22,81 27,97 35,35 45
α. Dimana α = angle of attack diambil 5,2°, nilai Ø ditunjukkan pada tabel 3.4
r 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
β 4,15 5,09 6,16 7,47 9,09 11,17 13,91 17,61 22,77 30,15 40,26
7. Menghitung Chord
(C) = (8 𝜋r/BxCl0) (1- cos Ø) dimana Cl0 diambil 0,93. Nilai chord ditunjukkan
r 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
c 0,6 0,67 0,74 0,81 0,88 0,95 1,02 1,09 1,16 1,23 1,31
r 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
c 0,4 0,43 0,46 0,49 0,52 0,55 0,58 0,61 0,64 0,67 0,7
40 43 46 49 52 55 58 61 64 67 70
Linearized setting Angle (β) terletak pada 10% dari total panjang Linearized
blade chord dari leading endge, nilai Linearized setting Angle (β) ditunjukkan pada
tabel 3.6.
r 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
c 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45
10. Airfoil setiap penampang (0 sd 10)
3.10. Tabel 3.8 merupakan persentasi ntuk setiap penampang dari 0 sampai 10,
Y(%)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Upper 0 7,84 10,25 10,92 11,25 10,53 9,3 7,63 5,55 3,08 0
Lower 0 -3,98 -4,15 -3,98 -3,75 -2,72 -2,14 -1,55 -1,03 -0,57 0
(Symscape, 2007)
Tabel vertikal menunjukkan data upper dan lower sedangkan tabel horizontal
menunjukan presentase dari chord o sampai dengan 10 atau letak titik untuk
menentukan tebal chord. Tabel 3.9 merupakan perhitungan asli. Namun dalam
aplikasinya dirasa hasil perhitungan airfoil yang didapat terlalu besar, sehingga
beberapa faktor dari segi ekonomis dan kemudahan dalam pembuatan dirasa sangat
kurang, untuk mengatasi hal ini maka dilakukan linearized. Linearized yaitu dengan
memasukan perhitungan airfoil dari panjang chord lain dan ditambahkan kedalam
perhitungan asli agar lebih ekonomis dan mudah dibuat, dan tentu tetap
mempertahankan bentuk airfoil dan kekuatan blade itu sendiri karna biasanya
aplikasinya panjang chord yang digunakan untuk membuat blade tetaplah panjang
chord yang semula. Adapun hasil dari perhitungan blade yang telah dilinearized
Setelah semua desain jadi, kemudian desain tersebut diprint 1:1 dan
dipotong sesuai bentuk. Langkah selanjutnya adalah gambar yang sudah dipotong
tersebut ditempelkan pada papa triplek yang memiliki tebal 3 mm dan digaris sesuia
dilakukan pemotongan papan sesuai gambar airfoil tersebut. Bentuk jadi papan
Hasil perhitungan pada sub bab 3.1 dan desain yang sudah di potong dan
ditempelkan pada triplek sebagaimana pada sub bab 3.1.2 maka langkah
selanjutnya adalah pembuatan cetakan blade. Pembuatan cetakan blade ini
menggunakan seng setebal 4 mm. Pembuatan cetakan blade tersebut dimulai dari
perencanaan desain sampai dengan persiapan mencetak blade, terdiri dari beberapa
tahapan yaitu :
merupakan gabungan dari airfoil-airfoil yang telah dibuat, disusun dari ukuran
chord terkecil (R0) sampai dengan chord yang terbesar (R10) sebagaimana
software autocad tahun 2016 sebagai media pembuatan desain. Alasan penggunaan
pengerjaan.
depan chord dan letak masing masing chord menyesuaikan pada garis lurus ini.
Jarak antara satu airfoil dengan yang lainnya adalah 450 mm sehingga total panjang
blade adalah 4500 mm atau 450 cm, dan 50 cm sisanya adalah untuk hub yang mana
akan dibahas pada lain subbab. Susunan ini yang nantinya akan menjadi rangka
utama cetakan blade, dan susunan ini masih berupa gabungan antara bagian upper
dan lower blade sebelum nanti pada langkah selanjutnya akan dipisahkan setiap
bagiannya.
selanjuatnya adalah pemisahan bagian upper dan lower cetakan blade, yaitu dengan
memisahkan chord tepat pada garis tengan gambar sebagaimana ditunjukkan pada
gambar 3.6.
Setelah semua airfoil diubah menjadi 2 bagian (upper dan lower), kembali
masing-masing bagian, baik upper dan lower dibuat sejajar berdasarkan garis bantu
lurus dan dihilangkan garis bantu vertical pada airfoil dan diambil hanya bentuk
airfoilnya saja, sehingga masing masing airfoil akan menjadi sekat airfoil. Sekat
airfoil untuk bagian upper ditunjukkan pada gambar 3.6. Sekat ini nantinya akan di
gunakan untuk tempat menempelkan seng dan aka di bahas dibab selanjutnya.
ditunjukkan pada tabel 3.10. Top dan Bot disini adalah merupakan garis bantu yang
menggunakan triplek
Upper Top 7,48 12,00 16,57 21,39 25,89 30,22 35,31 39,69 44,02 48,82 53,50
Bot 41,88 42,72 43,88 44,75 45,71 46,84 47,49 48,63 49,57 50,58 51,50
Lower Top 6,46 11,04 15,65 20,28 24,88 29,46 34,07 38,68 43,28 47,89 52,50
Bot 39,48 40,95 42,31 43,57 44,83 46,12 47,41 48,68 49,94 51,20 52,50
Setelah cetakan bagian upper dan lower jadi, langkah selanjutnya adalah
penambahan cetakan bagian hub. Hub sendiri merupakan bagian disebelah ujung
blade setelah R10 yang nantinya akan menghubungkan blade dengan housing.
Sebagaimana upper dan lower, hub juga memiliki bagian upper dan lower, hanya
saja bentuk upper dan lower hub memiliki bentuk yang sama, hub sendiri memiliki
panjang total 50 cm dari R10, dan memiliki diameter tengan linkaran sepanjang 20
gambar 3.10.
ersangkutan langsung dengan motor pada housing, hub memiliki ukuran panjang
total 520 mm, diameter dalam 160 mm, diameter luar 260 mm. Selain itu untuk
mur sebnyak 16 buah berdiameter 10 mm dan memiliki jarak antar lubang 200 dan
terkahir untuk memperkuat struktur ditambah dengan besi horizontal dengan total
tinggi 200m dari dasar hub, gambar dari flanges hub ditunjukkan pada gambar 3.11.
sifat sifat yang dimiliki oleh alat dan bahan-bahan yang akan digunakan dalam
pembuatan rotor blade. Sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu alat dan bahan dapat
diidentifikasikan dengan menganalisa teori ataupun cara kerja alat dan bahan yang
akan dibuat maupun digunakan. Bahasan kali ini akan mengkaji tentang pembuatan
rotor blade dimana prosesnya harus membuat cetakan blade terlebih dahulu.
Namun dalam pembuatan rotor blade alat dan bahan harus memenuhi kriteria
sebagai berikut:
adalah pemilihan alat dan bahan yang akan digunakan sesuai dengan kriteria yang
telah ditentukkan dalam rancangan semula. Pemilihan alat dan bahan sebaiknya
diperhatikan kualitasnya, karena alat dan bahan yang baik akan berpengaruh pada
kualitas pembuatan rotor blade. Alat yang digunakan dalam pembuatan rotor balde
harus bekerja dengan normal supaya rotor blade tidak ada kecacatan waktu
pengerjaan. Pemilihan bahan juga harus memperhatikan harga dan kualitas supaya
pembuatan rotor blade menjadi maksimal dan efisien. Pemilihan bahan dan alat
yang digunakan dalam pembuatan rotor blade akan dijelaskan pada uraian dibawah
ini.
3.3.1 Alat- alat yang digunakan dalam proses pembuatan sudu dan cetakan
alat diantaranya:
a. Kunci Pas
c. Gerinda Tangan
dan bahan – bahan lainnya. Gerinda tnagna ditunjukkan pada gambar 3.14.
tempat masuknya baut agar dapat disatukan dengan rapat antara cetakan atas
e. Gunting
Amplas (gambar 3.18) adalah sejenis alat kerja yang terbuat dari kertas
atau kain yang telah ditambahkan dengan bahan yang kasar seperti butiran pasir
untuk membuat permukaan benda yang kasar menjadi lebih halus dengan cara
menunjukkan semakin halus dan rapat susunan pasirnya. Sebagai contoh untuk
nomor-nomor amplas kain antara lain adalah nomor 0, nomor 1, nomor 11/2,
amplas kertas dan amplas gulungan misalnya adalah nomor 80, 100, 120, 150,
180, 240, 400, 500, 1000 dan seterusnya. Amplas yang digunakan adalah
Tali (gambar 3.19) digunakan untuk membuat jalur dan memandu garis
j. Mesin Bubut
Digunakan untuk mengelas benda kerja yang terbuat dari logam. Mesin
Palu atau martil (gambar 3.24) adalah alat yang gunakan untuk
n. Gergaji
Disini gergaji yang dipakai ada dua macam, yaitu gergaji kayu (gambar
3.25) dan gergaji besi (Gambar 3.26). Gergaji kayu digunakan untuk
Gergaji besi digunakan untuk memotong besi flanges hub dan lain-lain.
p. Spidol
bahan diantaranya:
penyatuan cetakan atas dan cetakan bawah pada saat proses pembuatan blade.
kayu triplek pada proses pembuatan inti blade. Gambar lem CA ditunjukkan
Kayu triplek (gambar 3.31) disini digunakan untuk pembuatan cort pada
inti blade dan untuk tumpuan cetakan. Tebal yang digunakan adalah 2 cm.
4. Seng
Seng (gambar 3.32) disini digunakan untuk membuat cetakan sudu. Tebal
benda kerja seperti triplek, seng, dll hingga menjadi cetakan. Panjang paku dan
6. Kertas karton
ukuran tersebut di pasang pada lebaran seng dan dipotong, supaya seng waktu
dipasang sesuai ukuran dan tidak memotong lagi. Kertas karton ditunjukkan
Lem kayu (gambar 3.35) disini digunakan sebagai perekat antar triplek
Sama halnya dengan solasi plastik, terbuat dari kertas dan memiliki 2
bagian, 1 bagian yang tidak lengket dan bagian lainnya yang lengket. Kegunaan
solasi kertas disini terdiri dari beberapa macam, yaitu untuk menempelkan kertas
karton, untuk menutup lubang bekas paku pada seng, dan lain-lain. Solasi kertas
beberapa unsur seperti serat (fiber) sebagai bahan pengisi sedangkan bahan
meliputi serat mat, woven roving, fiber cloth oz, yarn, resin, katalis, talk, wax, plat
besi.
Kaca serat (fiberglass) atau sering diterjemahkan menjadi serat gelas adalah
kaca cair yang ditarik menjadi serat tipis dengan garis tengah sekitar 0,005 mm -
0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau ditenun menjadi kain, yang
kemudian diresapi dengan resin sehingga menjadi bahan yang kuat dan
tahan korosi untuk digunakan sebagai badan mobil dan bangunan kapal. Dia juga
penggunaan umumnya.
gelas giber, tetapi produksi masal dari fiberglass hanya dimungkinkan setelah
majunya mesin. Pada 1893, Edward Drummond Libbey memajang sebuah pakaian
tekstur fiber sutra. Yang sekarang ini dikenal sebagai "fiberglass", diciptakan
pada 1938 oleh Russell Games Slayter dari Owens-Corning sebagai sebuah
http://spesialisfiber7.blogspot.co.id/2015/06/apa-itu-fiberglass.html , 2018/01)
Serat gelas dapat diproduksi dalam 2 bentuk yaitu bentuk filamen dan
staple. Titik leleh serat gelas pada umumnya sekitar 230°F (1260°C). Serat. gelas
merupakan bahan amorf dalam bentuk padatan ataupun cairan, serat gelas tidak
mempunyai stuktur kristalin dalam bentuk padatan atau sifat mengalir dalam bentuk
cairan.
Serat gelas tahan terhadap panas dan api, tidak terbakar, Tahan terhadap zat
kimia, serat tidak terserang atau terdegradasi oleh zat kimia, dan tidak terpengaruh
oleh jamur, bakteri ataupun serangga. Ketahanan terhadap kelembaban sangat baik,
Chopped strand Mat adalah jenis serat kaca dengan anyaman yang
diproduksi secara acak kebarbagai arah dan tidak beraturan. Serat kaca inilah
yang paling banyak digunakan oleh pengrajin fiberglass karena harga yang
relatif murah dan mudah digunakan.Jenis serat ini sangat cocok sebagai penguat
resin type polyester dan epoxy karena sudah mengandung bubuk pengikat yang
akan bereaksi apabila terkena resin. Kapasitas serap yang bisa mencapai
1½ ukuran beratnya membuat jenis serat kaca ini cukup kuat digunakan untuk
menopang beban besar. Mat yang digunakan adalah mat 425 yang artinya setiap
1kg mempunyai luas 4,25 m2. Perbandingan penggunaan resin dan mat ini yaitu
2 : 1. Biasana serat ini dipadukan dengan serat yang lebih kuat yaitu Woven
menggunakan tungku pembakaran yang besar untuk melelehkan pasir kaca atau
bahan campuran kimia secara perlahan hingga cair. Kemudian bahan cair
ini kemudian dipotong kecil-kecil secara tidak beraturan dan direkatkan menjadi
Woven roving mat adalah jenis serat kaca yang diproduksi dengan
anyaman yang rapi dari dua arah yaitu horizontal dan vertikal dengan kekuatan
beban yang sama. Jenis serat kaca ini sering juga disebut type (0°/90°) mengikuti
sudut horizontal dan sudut vertikal yang dibentuk anyamannya yang berati kuat
menahan beban kedua arah tersebut dan lemah ke arah diagonal atau 45°. Tetapi
jenis serat kaca ini tetap banyak digunakan dan telah diuji kekuatannya dalam
perkapalan.
Sedangkan woven roving 200 (Gambar 3.39) atau disebut juga dengan
WR200 artinya setiap 1m2 mempunyai berat 200gram (Woven Roving 200gram
/ m²) dan mempunyai ketebalan 0,2mm. Kelebihan lain serat ini adalah
pemakaian resin yang relatif lebih kecil dibanding CSM yaitu 1:1 dan hal ini
http://www.kerajinankreatif.com/2017/11/jenis-kain-serat-kaca-yang-
populer.html , 2018/01)
Moisture 1 1 1 1
(% max)
Density
(end/cm)
Warp 5.8 4.00±0.4 3.0±0.3 1.8±0.2
Weft 4.4 4.00±0.4 2.9±0.3 1.8±0.2
Breaking
Strength
(N/25
x 100mm)
warp (mm) 1256 1000 2300 2700
weft (mm) 1146 1000 1900 2600
Width (m) 1 1 1 1
(Sumber:http://lib.kemenperin.go.id/neo/download_artikel.php?id=137,2018/01)
tungku pembakaran yang besar untuk melelehkan pasir kaca atau bahan
campuran kimia secara perlahan hingga cair. Kemudian bahan cair tersebut
ditenun.
Gambar 3.40 Proses penganyaman serat kaca woven roving menggunakan wraping machine
Cloth Fiberglass Mat (gambar 3.41) hampir sama dengan woven roving
mat, mempunyai bentuk anyaman tipe (0˚/90˚) bedanya Cloth fiberglass ini
bentuk anyamannya lebih kecil lebih rapat dari woven roving mat. Sifatnya yang
sangat halus digunakan untuk lapisan luar atau finishing. Cloth fiberglass mat
memiliki kode dari 3 oz sampai 40 oz. Secara internasional, ukuran yang dipakai
adalah Oz atau Ons atau sekitar 28,35 gram untuk setiap ons-nya. Jadi jika bahan
cloth fiberglass memiliki kode 20 Oz artinya memiliki berat 20 ons (567 gram)
setiap m2. Cloth fiberglass mat ini juga memiliki sifat yang lebih kuat dari woven
roving. Pasir kaca dan bahan campuran kimia dilelehkan secara perlahan hingga
cair. Kemudian bahan cair tersebut diproses melalui serangkaian lubang yang
filamen. Filamen-filamen ini kemudian ditenun tetapi profilnya lebih kecil dan
d. Yarn
Yarn (gambar 3.42) berupa bentuk benang yang lekat dihubungkan pada
filamen. Kegunaan yarn disini sebagai pngikat flanges hub dengan rotor sudu.
Proses pembuatan yarn yaitu dengan cara melelehkan pasir kaca atau
bahan campuran kimia secara perlahan hingga cair. Kemudian bahan cair
termoset atau lebih populernya sering disebut polyester saja. UPR berupa resin cair
dengan viskositas yang relatif rendah, mengeras pada suhu kamar dengan
penelitian ini adalah seri Yukalac 157® BQTN-EX Series, di mana memiliki
2018/01)
Catatan :
Katalis (gambar 3.43) yang digunakan adalah katalis Methyl Ethyl Keton
Peroxide (MEKPO) dengan bentuk cair, berwarna bening. Fungsi dari katalis
komposit. Semakin banyak katalis yang dicampurkan pada cairan matriks akan
, 2018/01)
1,00 19
1,10 21
1,20 23
1,30 26
1,40 25
1,50 26
1,60 31
1,70 31
1,80 32
1,90 30
2,00 26
4. Talc Fiberglass
berbentuk bubuk putih berfungi sebagai filler (pengisi) supaya adonan resin jd lebih
Talc terbuat dari campuran beberapa mineral alam. Selain digunakan untuk
fiberglass resin talc juga bisa digunakan untuk berbagai kegunaan diantaranya
Bentuk dari talc adalah butiran halus berwarna putih seperti kapur.Ukuran
a) Silikon dioksida.
b) Magnesium Oksida
c) Kalsium Oksida
karbonat dan magnesium sulfat / gipsum padahal berbeda. Dalam ilmu resin,
Talc ini juga digunakan sebagai bahan pengganti dempul plastik untuk
meratakan sudu turbin karna dari segi harga yang relatif terjangkau. Permukaan
yang tidak rata dan berpori-pori perlu dilakukan pendempulan. Tujuannya agar
permukaan fiberglass hasil cetakan menjadi lebih halus dan rata sehingga siap
resin dan talc karena dapat mengurangi kekerasan resin menjadi lebih lentur. Ketika
pencampuran talc dan resin adonan harus diaduk sampai rata agar tidak ada yang
bekasi.blogspot.com/2014/01/ , 2018/01)
Ketika membuat produk dari cetakan atau cetakan itu sendiri, pemakaian
Mould Release Agent (gambar 3.46) adalah bagian yang sangat penting dalam
sebagai berikut:
1. Mould Release Agent berfungsi sebagai agen pemisah antara lapisan resin dan
permukaan cetakan, sehingga produk yang sudah kering sempurna dapat dilepas
2. Apabila Mould Release Agent diaplikasikan secara baik dan benar, maka hasil
produk jadi menjadi lebih tahan lama dan memiliki hasil permukaan yang high
gloss
sempurna dari produk anda, dan menghindari kerusakan pada produk maupun
cetakan. Usaha yang dibutuhkan untuk memakai Mould Release Agent secara baik
dan benar, jauh lebih menguntungkan daripada biaya yang dapat ditimbulkan dari
kerusakan barang akibat hasil cetakan yang buruk maupun rusaknya cetakan.
6. Aseton
Aseton (gambar 3.47) juga dikenal sebagai senyawa berbentuk cairan yang
tidak berwarna dan mudah terbakar. Aseton merupakan keton yang paling
sederhana. Aseton larut dalam berbagai perbandingan dengan air, etanol, dietil
eter,dll. Aseton merupakan pelarut yang penting. Zat ini digunakan untuk
pembentukan blade menjadi sulit dan lama dalam proses pengeringannya. Juga
Plat besi ini (gambar 3.48) digunakan untuk membuat flanges hub. Bahan
dari plat ini yaitu baja ST 40 dengan ketebalan 20mm, dimana baja ST 40 ini
termasuk baja karbon rendah dengan kandungan karbon kurang dari 0,3%. ST 40
menunjukan bahwa baja ini dengan kekuatan tarik ≤ 40 kg/mm2. (diawali dengan
kg/mm2).
Baja ST 40 ini secara teori mempunyai nilai kekerasan yang lebih rendah
dibandingkan dengan besi cor, dengan adanya perlit dan ferit karena perlit yang ada
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-wahyudic2a-5235-2-
bab2.pdf , 2018/01)
8. Besi Pejal
Besi pejal (gambar 3.49) disini digunakan untuk membuat pegangan pada
Flanges hub. Besi yang dibutuhkan adalah berdiameter 6mm dan 10mm.
Hasil dari desain cetakan pada Bab 3, Sub bab 3.2 tentang pembuatan
cetakan blade, maka selanjutnya akan diaplikasikan untuk membuat cetakan blade.
diurutkan sesuai desain yang telah ditentukan dengan jarak 45 cm setiap airfoil.
Tetapi bedanya adalah bagian dalam yang berbentuk lingkaran. Lingkaran tersebut
berdiameter 200 mm dan dilubangkan seperti pada desain cetakan flanges hub yang
telah dibuat. Pelubangan dibuat dengan menggunakan gergaji dan dihaluskan
menjadi dua bagian mengikuti garis tengah lingkaran untuk dipasang pada cetakan
upper dan lower. Tahap selanjutnya adalah penggabungan semua cetakan dan
menggunakan benang yang ditarik dari ujung ke ujung. Setelah pengecekan selesai,
4.5.
Proses pengemalan tersebut dilakukan supaya plat seng yang dipasang tidak
perlu dipotong lagi. Setelah pengemalan tersebut dilakukan, kemudian plat seng
dipotong sesuai ukuran dan dipasang pada cetakan. Tebal plat seng yang digunakan
adalah 0,4 mm. tahap selanjutnya plat seng dipasang dengan menggunakan paku
dan mengikuti bentuk cetakan. plat seng yang telah terpasang ditunjukkan pada
Gambar 4.6.
atau kecacatan pada sudu yang nantinya akan dibuat. Pengecekan cetakan dilakukan
samping cetakan apakah cetakan tersebut berongga apa sudah menempel dengan
baik. Setelah cetakan dicek dan hasilnya menempel dengan baik, cetakan tersebut
bagaimana cara membuat proses fabrikasi yang mana backing body system material
dan plastic beton fiber glass yang telah di manipulasi di akhir produk. Fungsi
material backing body adalah sebagai kerangka pada blade dimana lapisan dari
Chopped strand Mat adalah jenis serat kaca dengan anyaman yang
diproduksi secara acak kebarbagai arah dan tidak beraturan. Serat kaca inilah
yang paling banyak digunakan oleh pengrajin fiberglass karena harga yang
relatif murah dan mudah digunakan.Jenis serat ini sangat cocok sebagai penguat
resin type polyester dan epoxy karena sudah mengandung bubuk pengikat yang
akan bereaksi apabila terkena resin. Kapasitas serap yang bisa mencapai
1½ ukuran beratnya membuat jenis serat kaca ini cukup kuat digunakan untuk
menopang beban besar. Mat yang digunakan adalah mat 425 yang artinya setiap
1kg mempunyai luas 4,25 m2. Biasana serat ini dipadukan dengan serat yang
Woven roving mat adalah jenis serat kaca yang diproduksi dengan
anyaman yang rapi dari dua arah yaitu horizontal dan vertikal dengan kekuatan
beban yang sama. Jenis serat kaca ini sering juga disebut type (0°/90°) mengikuti
sudut horizontal dan sudut vertikal yang dibentuk anyamannya yang berarti kuat
menahan beban kedua arah tersebut dan lemah ke arah diagonal atau 45°. Tetapi
jenis serat kaca ini tetap banyak digunakan dan telah diuji kekuatannya dalam
perkapalan .
Moisture (% max) 1 1 1 1
Density (end/cm)
Breaking Strength
(N/25
x 100mm)
Width (m) 1 1 1 1
setiap 1m2 mempunyai berat 200gram (Woven Roving 200gram / m²) dan
mempunyai ketebalan 0,2mm. Kelebihan lain serat ini adalah pemakaian resin
yang relatif lebih kecil dibanding CSM yaitu 1:1 dan hal ini menjadi
tujuan komersial.
mempunyai bentuk anyaman tipe (0˚/90˚) bedanya Cloth fiberglass ini bentuk
anyamannya lebih kecil lebih rapat dari woven roving mat. Sifatnya yang sangat
halus digunakan untuk lapisan luar atau finishing. Cloth fiberglass mat memiliki
kode dari 3 oz sampai 40 oz. Secara internasional, ukuran yang dipakai adalah
Oz atau Ons atau sekitar 28,35 gram untuk setiap ons-nya. Jadi jika bahan cloth
fiberglass memiliki kode 20 Oz artinya memiliki berat 20 ons (567 gram). Cloth
fiberglass mat ini juga memiliki sifat yang lebih kuat dari woven roving, lentur
mengetahui urutan urutan lapisan pada pengecoran komposit fiberglass blade turbin
angin. Pada lapisan ini serat OZ, woven riving, dan mat disusun sesuai layer yang
Dalam proses pengecoran ini luas permukaan bahan juga ditentukan sesuai dengan
4.10)
1. Layer 1
Pada proses pertama sebelum proses coran cetakan diberikan wax agar
blade tidak lenglet pada cetakan saat dibuka, lapisan pertama pada coran
bahan yang halus tetapi cukup kuat agar permukaan luar blade memiliki
permukaan yang halus dan mengkilat karena sifat dasar dari bahan ini
2. Layer 2
menggunakan serat mat atau serat kaca. Seperti pada layer pertama ini,
serat mat ini di berikan pada seluruh penampang cetakan dari R0 sampai
R12 baik upper maupun lower. Fungsinya yaitu selain untuk menutupi
3. Layer 3
tengah tengah cetakan darir R0 sampai R 12. Fungsi woven roving pada
gambar 4.13.
4. Layer 4
Setelah proses pada layer 3, lapisan selanjutnya yaitu serat mat lagi
5. Layer 5
Kemudian pada lapisan ke lima yaitu woven roving lagi. Woven roving
4.15.
6. Layer 6
Pada lapisan ke enam hanya serat mat menutupi lapisan woven roving
7. Layer 7
Lapisan ke tujuh yaitu woven roving. Woven roving ini hanya selebar
gaya dragforce dan gaya leftforce pada saat blade berputar karena titik
gambar 4.17.
9. Layer 9
Pada lapisan ke sembilan yaitu woven roving lagi. Woven roving ini
blade patah berada pada pangkal blade karena akibat gaya centrifugal.
diberikan serat mat seperti pada lapisan ke dua yaitu seluruh penampang
karena sifat serat mat sendiri akan menjadi pengikat yang kuat setelah
Bentuk inti pada cetakan dibuat dengan menggunakan plat besi dan besi
dilakukan pembuatan flanges hub atau disebut sebagai inti cetakan. Flanges hub
biasanya dihubungkan dengan rotor dan digunakan untuk mengatur posisi sudu
flanges hub:
1. Pemotongan Plat Besi
besi (gambar 4.21). Tebal plat besi yang digunakan berukuran 20 mm dan
jenis besi ST. 40. Tahap pertama besi dipotong berbentuk lingkaran dengan
menggunakan mesin bor listrik. Jarak pelubangan 3 mm dari tepi plat besi.
diameter jarak antar lubang adalah sebesar 194 mm. Langkah selanjutnya
pemasangan besi pejal tersebut sampai dengan ujung besi yang berukuran
10 mm. Gmbar flanges hub yang sudah jadi ditunjukkan pada gambar 4.25.
2. Agar didapatkan hasil yang lebih baik, perlu ditunggu beberapa menit
(0,01 Liter).
5. Apabila semua campuran tersebut diaduk masih terlalu kental, maka perlu
R0 hingga R10 plus hub dan lebar sesuai dengan desain layer pengecoran.
setengah kering.
8. Pengolesan adonan dasar dilakukan sambil ditekan, sebab gelembung akan
disesuaikan dengan keperluan, makin tebal lapisan maka akan makin kuat
10. langkah selanjutnya, setelah matrik dan serat telah kering kemudian diberi
selembar mat sesuai dengan layer pengecoran, dan dilapisi lagi dengan
adonan dasar dan ditunggu hinga kering. Proses pelapisan mat pada layer
tengah cetakan sesuai dengan desain layer pengecoran, dan dilapisi lagi
dengan adonan dasar dan ditunggu hinga kering, bertujuan sebagai kerangka
tulang dan keuatan struktur komposit, kemudian tunggu matrix dan serat
kering.
mad menyeluruh dari r0 hingga r12 sesuai desain layer pengecoran yang
telah ditentukan selanjutnya dan dilapisi lagi dengan adonan dasar dan
13. langkah selanjutnya, pasang flange pada r12 selanjutnya dan dilapisi lagi
flange hub Proses pemasangan inti cetakan ditunjukan pada gambar 4.30.
14. langkah selanjutnya, lapisi serat fiber woven roving dari titik r8 hingga r12
seperti yang ditunjukan pada gmbar 4.31 sesuai dengan layer pengecoran
yang telah ditentukan, selanjutnya lapisi lagi dengan adonan dasar dan
15. langkah selanjutnya, lapisi serat Mad dari titik r8 hingga r12 sesuai dengan
merata, selanjutnya lapisi lagi dengan adonan dasar dan tunggu hingga
kering.
19. langkah selanjutnya, pada lapisan serat fiber yang paling akhir dilapisi serat
mad pada r0 hingga r12 secara merata, selanjutnya lapisi lagi dengan adonan
penyatuan acetakan 1 dengan cetakan 2 cetakan upper dan lower, dalam hal
cetakann 2 agar hasil sudu turbin lebih efisien dan tidak berakibat kerusakan
fatal saat terkena gaya gaya yang bekerjaa pada saat turbin berputar .
21. Langkah selanjutnya, pembutan adoanan resin, katalis dan talk bertujuan
pemberian katalis susuai dengan takaran resin dan pemberian talk harus
mempertimbangkan viskositas dari adonan. Dalam hal ini adonan harus ebih
kental dan tidak terlalu encer maupun tidak terlalu kental sehinga adonan
22. langkah selanjuthnya, mengoleskan adonan resin dan talk ke selluruh bagian
tepi sudu, kemudian clam dengan mur baut hingga kencang bertujuan agar
adonan resin dapat merekat secara maxilmal pada bagian sudu upper dan
lower, lalu tunggu hingga kering, agar hasil pengeringan dapat diperoleh
titik r10, r8 dan r4. Penambahan penjepit ini bertujuan agar cetakan tidak
bergeser dan meminimalisir terjadinya pergerakan cetakan selama proses
24. langkah selanjutnyja setelah adonan matrix telah kering maka tahap yang
25. lepaskan clam dari cerakan kemudian tusuk-tusuk bagian sisi tepi bagian
secara perlahan hingga hasil cetakan bagian atas lepas dari pengecoran.
lem atau perekat yang keluar dari sambungan sudu. Perataan sudu dilakukan
dengan menggunakan gerinda listrik sampai sudu benar – benar rata. Proses
dengan takaran yang sama dengan pembuatan sudu. Proses penguatan coran
apakah hasil komposit baik atau buruk. Proses ini dilakukan supaya sudu
benar – benar rata dan kuat. Proses pengecekan (gambar 4.36) biasanya
dilihat cetakan yang berlubang atau ada sambungan yang sedikit terbuka.
29. Sebelum masuk pada proses finisihing, hasil coran akan ditimbang. Proses
ini dilakukan supaya sudu satu dengan sudu yang lain beratnya sama atau
berat melebihi batas minimal maka sudu tersebut harus dilakukan proses
lebih lanjut. Proses yang harus dilakukan untuk menambah berat sudu
dengan cara sudu dilubangi sedikit. Setelah pelubangan selesai, resin dan
finishing ini bertujuan antara lain penghalusan sudu, kerataan sudu, dan
pengecetan.
31. Proses penghalusan sudu turbin (gambar 4.37) menggunkan amplas dengan
kekasaran P60 atau P100 bertujuan untuk memotong permukaan yang masih
finishing sudu turbin dapat menggunkan teknik amlas air bertjuan agar
pengecooran. Pembahasan meliputi dimensi, berat dan titik berat. Setelah proses
record telah selesai didapatkan data yang dicari dengan menggunakan alat-alat yang
sudu itu sendiri. Proses pengecekan dilakukan pada ketiga blade. Sudut kemiringan
2. Berat
Pengujian berat dapat dihitung dari kebutuhan bahan dan pengukuran berat.
1 Resin 21
2 Flanges hub 4
3 Woven Roving 2
4 Mat 425 3
5 Dept OZ 2
7 Bahan Dempul 9
Jumlah 42
Bedasarkan tabel diatas, didapat data pengukuran berat melalui kebutuhan bahan
1 Blade 1 42
2 Blade 2 42
3 Blade 3 40
3. Titik Berat
Tahap pertama dalam penentuan titik berat pada rotor adalah proses
pengukuran titik berat (gambar 4.38). Proses pengukuran titik berat dilakukan
dengan cara menentukan titik keseimbangan pada blade. Setelah blade seimbang,
tahap selanjutnya adalah penentuan titik berat. Penentuan titik berat dilakukan
dengan cara mengukur titik kesetimbangan sampai dengan ujung dan pangkal
blade.
Tabel 4.6 Panjang Titik Berat Pada Setiap Blade Sebelum Balancing
No Blade L1 L2
4.4.2 Balancing
Dari hasil perhitungan titik berat, diketahui sudu pertama dan sudu kedua
memiliki berat dan titik berat yang sama. Sedangkan sudu ketiga memiliki berat 2
kg lebih rendah. Serta memiliki posisi titik berat bergeser kekanan dibanding sudu
pertama yaitu sebesar 9 cm. Untuk menyamakan berat dan posisi titik berat sudu,
maka akan ditambahkan resin kedalam sudu sebesar 2 kg. Penentuan titik
W . L = W1 . L1
Keterangan : W = berat sudu sebelum penambahan. (kg)
W . L = W1 . L1
40 . 195,3 = 42 . L1
L1 = 186 cm
Jadi sudu akan ditambah dengan resin sebanyak 2 kg pada posisi jarak 186
cm dari pangkal.
Dari perhitungan diatas, maka didapat data tabel setelah proses balancing
yang bertujuan untuk penyamaan jarak titik berat pada semua blade.
Tabel 4.7 Panjang Titik Berat dan Berat Pada Setiap Blade Setelah Balancing
No Blade r1 r2 W
Kecepatan angin maksimal yang telah ditentukan agar turbin tetap aman
dan juga biasanya pohon-pohon telah tumbang pada kecepatan angin 15 m/det.
F V = 15 m/det
dimana :
P = daya rotor
𝜌 = densitas udara ( kg/m3 )
= 78,5 m2
1
P = 2 . 1,15 . 78,5 . 153
P = 152339,06 watt
Berdasarkan Gambar 4.4, daya yang dikonversi oleh sudu pada kecepatan
152339,06
menjadi = 50779,68 w/sudu.
3
a. Daya yang diterima setiap sudu sebesar 50779,68 watt terjadi pada saat
S = 𝜆r8 × V
Dimana :
kecepatan
angin, pada titik berat sudu 1,86 m atau pada posisi r8.
Nilai 𝜆 pada r8 = 1,12. ( Lihat pada Tabel 2.3 )
Jadi,
𝑆 = 1,12 𝑥 15 m/det
= 16,8 𝑚/𝑑𝑒𝑡
sebesar itu dicapai dengan lintasan sudu 16,8 m/det, oleh karena itu gaya
dimna :
𝑚
5181,6 𝑘𝑔
𝑑𝑒𝑡
𝐹= 16,8 𝑚/𝑠
𝐹 = 308,42 kg
Lf = F Cos 30°
= 267,1 kg
Df = F Sin 30°
= 154,21 kg
4.4.3.3 Uji kekuatan sudu terhadap beban bengkok akibat dragforce dan
liftforce
a. Menguji sudu terhadap beban bengkok akibat drag force (gambar 4.43)
Mb = Fangular x r
Mb = 154,21 kg x 0.2 m
= 30,84 kg m
Wb = Ilingkaran berlubang / r
Wb = ( 𝜋r3t ) / r
Wb = 𝜋r2t
Wb = 0.001758 m3
𝑀𝑏
𝜎𝐵 =
𝑊𝑏
30,84
𝜎𝐵 = 0,001758
= 17542,6 kg/m2
= 1,754 kg/cm2
dimana :
W = berat sudu ( kg )
Ftot = 267,1 kg + 42 kg
= 309,1 kg
Mb = Ftot x r
Mb = 309,1 kg x 0.2 m
= 61,82 kg. m
Wb = Ilingkaran berlubang / r
Wb = ( 𝜋r3t ) / r
Wb = 𝜋r2t
Wb = 0.001758 m3
𝑀𝑏
𝜎𝐵 =
𝑊𝑏
61,82
𝜎𝐵 = 0,001758
= 35164,9 kg/m2
= 3,51 kg/cm2
perbandingan masing-masing total ketebalan bahan dengan total tebal lapisan bahan
coran.
10 Oz Fabric 1 1 440 30
Bahan yang digunakan dalam pengecoran, setiap bahannya memiliki
persentase dan banyaknya jumlah lapisan yang berbeda, untuk oz sebesar 7% dari
tebal total lapisan coran, mat 7% dan woven roving 14,5%. Tebal total lapisan
Jadi jika melihat pada Gambar 4.56 dan Tabel 4.6 jumlah tebal lapisan
bahan keseluruhan dapat dihitung dengan cara tebal setiap bahan x jumlah lapisan
Maka,
Woven roving = 2 x 4 = 8
Mat =1x5=5
10 Oz =1x1=1
a. Fraksi Oz
𝑇𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑂𝑧
𝑃𝑒𝑟𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛
1
= = 0.07
14
c. Fraksi Mat
𝑇𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑚𝑎𝑡
𝑃𝑒𝑟𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛
5
= = 0.35
14
𝑙𝑏
= 0.08 𝑥 440 𝑖𝑛2
𝑙𝑏 𝑘𝑔
= 30 = 2,1 𝑐𝑚2
𝑖𝑛2
𝑙𝑏
= 0.57 𝑥 1000 𝑖𝑛2
𝑙𝑏 𝑘𝑔
= 570 = 40
𝑖𝑛2 𝑐𝑚2
Mat = 0,35 x tensile strength
𝑙𝑏
= 0.35 𝑥 140 𝑖𝑛2
𝑙𝑏 𝑘𝑔
= 49 = 3,4
𝑖𝑛2 𝑐𝑚2
𝑘𝑔 𝑘𝑔 𝑘𝑔
= 2,2 + 40 + 3,4
𝑐𝑚2 𝑐𝑚2 𝑐𝑚2
𝑘𝑔
= 45,6 𝑐𝑚2
𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑟𝑖𝑘
Tegangan tarik ijin = 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑘𝑒𝑎𝑚𝑎𝑛𝑎𝑛
𝑘𝑔
45,6
𝑐𝑚2
= 2
𝑘𝑔
= 22,8 𝑐𝑚2
𝑘𝑔
0,8 ×45,6
𝑐𝑚2
= 2
putaran
𝑣2
C=m .................................. (Internal Combustion Engine)
𝑅
dimana :
( m/det )
m = berat sudu ( kg )
𝑚 2
(16,8 )
det
C = 42 kg.
1,86 𝑚
𝑚
= 6373,16 kg𝑑𝑒𝑡 2
= 6373,16 N = 650,32 kg
setiap sudu
𝑝
𝜎𝑇 = 2 𝜋 𝑟 𝑡
dimana :
𝑘𝑔
𝜎𝑇= Tegangn tarik/tensile strength ( 𝑐𝑚2 )
𝑝 650,32 𝑘𝑔
𝜎𝑇 = =
2𝜋𝑟𝑡 2 𝑥 3,14 𝑥 20 𝑐𝑚 𝑥 1,4 𝑐𝑚
𝑘𝑔
= 3,698 𝑐𝑚2
Dari hasil diatas didapatkan tegangan tarik dibawah tegangan tarik izin bahan,
𝑘𝑔
dimana tegangan tarik yang diijzinkan sebesar 15,1 , oleh karena itu di coba
𝑐𝑚2
𝑚 𝑚
kecepatan angin 20 𝑑𝑒𝑡 dan 30 𝑑𝑒𝑡
𝑚
Kecepatan angin 20 𝑑𝑒𝑡
𝑉 = 1,12 𝑥 20 m/det
= 22,4 𝑚/𝑑𝑒𝑡
𝑚 2
(22,4 )
det
P = 42 kg. 1,86 𝑚
𝑚
= 11330,06 kg𝑑𝑒𝑡 2
= 11330,06 N = 1156,13 kg
𝑝
𝜎𝑇 =
2𝜋𝑟𝑡
𝑝 1156,13 𝑘𝑔
= =
2𝜋𝑟𝑡 2 𝑥 3,14 𝑥 20 𝑐𝑚 𝑥 1,4 𝑐𝑚
𝑘𝑔
= 6,574 𝑐𝑚2
𝑚
Kecepatan angin 35 𝑑𝑒𝑡
𝑉 = 1,12 𝑥 35 m/det
= 39,2 𝑚/𝑑𝑒𝑡
𝑚 2
(39,2 )
det
P = 42 kg. 1,86 𝑚
𝑚
= 34698,32 kg𝑑𝑒𝑡 2
= 34698,32 N = 3540,64 kg
𝑝
𝜎𝑇 =
2𝜋𝑟𝑡
𝑝 3540,64 𝑘𝑔
= =
2𝜋𝑟𝑡 2 𝑥 3,14 𝑥 20 𝑐𝑚 𝑥 1,4 𝑐𝑚
𝑘𝑔
= 20,13 𝑐𝑚2
𝑚
Dari hasil diatas dapat di simpulkan blade masih mampu menahan hingga kecepatan angin 35 .
𝑑𝑒𝑡
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari penyusunan tugas akhir dengan judul “Rancang Bangun Turbin Angin
3. Pada proses rancang bangun turbin rotor angin sumbu horizontal ini
setiap sudunya.
4. Uji dimensi yang dilakukan menunjukkan hasil cetakan telah sesuai dengan
6. Hasil simulasi perhitumgan menunjukkan lift force dan drag force yang
5.2 Saran
1. Dalam pembuatan turbin angin sumbu horizontal sebaiknya memperhatikan
Jones, Robert M., 1975, Mechanics of Composite Materials, Mc. Graw Hill
Kogakusha, Ltd.
Kussman, A., 1981, Wind Rotor Load Conditions, Wind Energy Sistem hal. 41
https://www.mysciencework.com/publication/read/2204487/rancang-bangun-
turbin-angin-vertikal-untuk-penerangan-rumah-tangga-design-of-vertical-wind-
2017.
http://spesialisfiber7.blogspot.co.id/2015/06/apa-itu-fiberglass.html , diunduh
http://www.kerajinankreatif.com/2017/11/jenis-kain-serat-kaca-yang-populer.html
Januari 2018.
Januari 2018.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-wahyudic2a-5235-2-