Anda di halaman 1dari 15

Bab I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Endometriosis adalah suatu penyakit yang lazim menyerang wanita di usia
reproduksi. Penyakit ini merupakan kelainan ginekologis yang menimbulkan
keluhan nyeri haid, nyeri saat senggama, pembesaran ovarium dan infertilitas.
Endometriosis terjadi ketika suatu jaringan normal dari lapisan uterus yaitu
endometrium menyerang organ-organ di rongga pelvis dan tumbuh di sana.
Jaringan endometrium yang salah tempat ini menyebabkan iritasi di rongga pelvis
dan menimbulkan gejala nyeri serta infertilitas.
Jaringan endometriosis memiliki gambaran bercak kecil, datar, gelembung
atau flek-flek yang tumbuh di permukaan organ-organ di rongga pelvis. Flek-flek
ini bisa berwarna bening, putih, coklat, merah, hitam, atau biru. Jaringan
endometriosis dapat tumbuh di permukaan rongga pelvis, peritoneum, dan organ-
organ di rongga pelvis, yang kesemuanya dapat berkembang membentuk nodul-
nodul. Endometriosis bisa tumbuh di permukaan ovarium atau menyerang bagian
dalam ovarium dan membentuk kista berisi darah yang disebut sebagai kista
endometriosis atau kista coklat. Kista ini disebut kista coklat karena terdapat
penumpukan darah berwarna merah coklat hingga gelap. Kista ini bisa berukuran
kecil seukuran kacang dan bisa tumbuh lebih besar dari buah anggur. Endometriosis
dapat mengiritasi jaringan di sekitarnya dan dapat menyebabkan perlekatan (adhesi)
akibat jaringan parut yang ditimbulkannya.
Endometriosis terjadi pada 10-14% wanita usia reproduksi dan mengenai
40-60% wanita dengan dismenorhea dan 20-30% wanita subfertil. Saudara
perempuan dan anak perempuan dari wanita yang menderita endometriosis berisiko
6-9 kali lebih besar untuk berkembang menjadi endometriosis. Endometriosis
menyebabkan nyeri panggul kronis berkisar 70%. Risiko untuk menjadi tumor
ovarium adalah 15-20%, angka kejadian infertilitas berkisar 30-40%, dan risiko
berubah menjadi ganas 0,7-1%. Endometriosis sekalipun sudah mendapat
pengobatan yang optimum memiliki angka kekambuhan sesudah pengobatan
berkisar 30%.

1
Penanganan endometriosis baik secara medikamentosa maupun operatif
tidak memberikan hasil yang memuaskan disebabkan patogenesis penyakit tersebut
belum terungkap secara tuntas. Keberhasilan penanganan endometriosis hanya
dapat dievaluasi saat ini dengan mempergunakan laparoskopi. Laparoskopi
merupakan tindakan yang minimal invasif tetapi memerlukan keterampilan
operator, biaya tinggi dan kemungkinan dapat terjadi komplikasi dari yang ringan
sampai berat. Alasan yang dikemukakan tadi menyebabkan banyak penderita
endometriosis yang tidak mau dilakukan pemeriksaan laparoskopi untuk
mengetahui apakah endometriosis sudah berhasil diobati atau tidak.

2
1.2 MASALAH ATAU TOPIK BAHASAN
1.2.1 Apa Definisi Dari Endometriosis?
1.2.2 Bagaimana Etiologi Endometriosis?
1.2.3 Apa Saja Manifestasi Klinis Dari Endometriosis?
1.2.4 Bagaimana Patofisiologi Dari Endometriosis?
1.2.5 Apa Saja Pemeriksaan Penunjang Endometriosis?
1.2.6 Apa saja Komplikasi Pada Endometriosis?
1.2.7 Bagaimana Penatalaksanaan Dari Endometriosis?
1.2.8 Bagaimana Pathway Endometriosis?
1.2.9 Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Endometriosis?

1.3 TUJUAN
1.3.1 Mengetahui Definisi Dari Endometriosis
1.3.2 Mengetahui Etiologi Endometriosis
1.3.3 Mengetahui Manifestasi Klinik Dari Endometriosis
1.3.4 Mengetahui Patofisiologi Dari Endometriosis
1.3.5 Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Endometriosis
1.3.6 Mengetahui Komplikasi Pada Endometriosis
1.3.7 Mengetahui Penatalaksanaan Pada Endometriosis
1.3.8 Mengetahui Pathway Dari Endometriosis
1.3.9 Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Endometriosis

3
Bab II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI ENDOMETRIOSIS


Endometriosis adalah keadaan ketika sel-sel endometrium yang seharusnya
terdapat hanya dalam uterus, tersebar juga ke dalam rongga pelvis (Mary Baradero
dkk, 2005).
Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan
keberadaan dan pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan
endometrium itu bisa tumbuh di ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus,
atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon, ureter dan pelvis. (Scott, R James, dkk.
2002).
Endometriosis adalah lesi jinak atau lesi dengan sel-sel yang serupa dengan
sel-sel lapisan uterus tumbuh secara menyimpang dalam rongga pelvis diluar
uterus. (Brunner & Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah, 1556 : 2002).
Endometriosis adalah terdapatnya jaringan endometrium (kelenjar dan
stoma) diluar uterus (Arif Mansjoer, Kapita Selekta, 381: 2001).
Endometriosis adalah terdapatnya jaringan endometrium di luar kavum
uterus. Bila jaringan endometrium terdapat di dalam miometrium disebut
adenomiosis (adenometriosis internal) sedangkan bila di luar uterus disebut
(endometriorisis ekterna).

2.2 ETIOLOGI
Etiologi endometriosis belum diketahui tetapi ada beberapa teori yang telah
dikemukakan:
1. Secara kongenital sudah ada sel-sel endometrium di luar uterus.
2. Pindahnya sel-sel endometrium melalui sirkulasi darah atau sirkulasi limfe.
3. Refluks menstruasi yang mengandung sel-sel endometrium ke tuba fallopi,
sampai ke rongga pelvis.
4. Herediter karena insiden lebih tinggi pada wanita yang ibunya juga mengalami
endometriosis (Mary Baradero dkk, 2005).

4
Ada beberapa teori yang menerangkan endometriosis seperti:
1. Teori implantasi yaitu implantasi sel endometrium akibat regurgitan transtuba
pada saat menstruasi.
2. Teori metaplasia yaitu metaplasia sel multipotensial menjadi endometrium,
namun teori ini tidak didukung bukti klinis maupun eksperimen.
3. Teori induksi yaitu kelanjutan teori metaplasia dimana faktor biokimia, endogen
menginduksi perkembangan sel peritoneal yang tidak berdiferensiasi menjadi
jaringan endometrium (Arif Mansjoer, Kapita Selekta, 381: 2001).

Teori lain menyebutkan:


1. Teori transplantasi bahwa aliran darah haid (menstruasi retrogard) mengirimkan
kembali jaringan endometrium ke tempat ektopik melalui tuba fallopi.
2. Teori metaplasi berhubungan dengan jaringan epitel embrionik yang tertahan
yang selama pertumbuhannya dapat berubah menjadi jaringan epitel oleh stimuli
dari luar (Brunner & Suddarth, Keperawtan Medikal Bedah, 1556: 2002)

Ada beberapa faktor resiko penyebab terjadinya endometriosis, antara lain:


1. Wanita usia produktif (15 – 44 tahun)
2. Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (<27 hari)
3. Menstruasi yang lama (>7 hari)
4. Spotting sebelum menstruasi
5. Peningkatan jumlah estrogen dalam darah
6. Keturunan: memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama.
7. Memiliki saudara kembar yang menderita endometriosis
8. Terpapar Toksin dari lingkungan, biasanya toksin yang berasal dari pestisida,
pengolahan kayu dan produk kertas, pembakaran sampah medis dan sampah-
sampah perkotaan. (Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan
Gynekologi. Widya Medica: Jakarta.)

2.3 MANIFESTASI KLINIK


Pada umumnya wanita dengan endometriosis tidak memiliki gejala. Gejala
pada umumnya terjadi ketika menstruasi dan bertambah hebat setiap tahunnya

5
karena pembesaran daerah endometriosis. Gejala yang paling sering terjadi adalah
nyeri panggul, dismenorea (nyeri ketika menstruasi), dispareunia (nyeri ketika
senggama), dan infertilitas (gangguan kesuburan, tidak dapat memiliki anak).

Tanda dan gejala endometriosis antara lain:


1. Nyeri
a. Dismenore sekunder
b. Dismenore primer yang buruk
c. Dispareunia: Nyeri ovulasi
d. Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada
bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi.
e. Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
f. Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter
2. Perdarahan abnormal
a. Hipermenorea
b. Menoragia
c. Spotting sebelum menstruasi
d. Darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau
di akhir menstruasi
e. Keluhan buang air besar dan buang air kecil
f. Nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air besar
g. Darah pada feces
h. Diare, konstipasi dan kolik, (Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri
dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta)

2.4 PATOFISIOLOGI
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu
atau saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar
terkena penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan
dalam tubuh wanita tersebut.
Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat
mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa

6
gangguan sekresi estrogen dan progesteron yang menyebabkan gangguan
pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan pertumbuhan sel endometrium
biasa, sel-sel endometriosis ini akan tumbuh seiring dengan peningkatan kadar
estrogen dan progesteron dalam tubuh.
Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan
menyebabkan mikroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mikroorganisme tersebut
akan menghasilkan makrofag yang menyebabkan resepon imun menurun yang
menyebabkan faktor pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat seiring dengan
peningkatan perkembangbiakan sel abnormal.
Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen
endometrial. Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba
falopii menuju ke ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu,
ovarium merupakan bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenai
endometriosis.
Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel
endomatrial ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan
menuju ke bagian tubuh lainnya. Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial
ekstrauterine ini dapat dipengaruhi siklus endokrin normal. Karena dipengaruhi
oleh siklus endokrin, maka pada saat estrogen dan progesteron meningkat, jaringan
endometrial ini juga mengalami perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan
kadar estrogen dan progesteron lebih rendah atau berkurang, jaringan endometrial
ini akan menjadi nekrosis dan terjadi perdarahan di daerah pelvic.
Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan
menyebabkan nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan,
penggumpalan darah di pelvis akan menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan
permukaan pelvis. Hal ini menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri
pada daerah permukaan yang terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat
melakukan hubungan seks.
Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii. Adhesi di uterus
menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba fallopii
menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa ovum ke

7
uterus menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya infertil pada
endometriosis.
(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya
Medica: Jakarta Spero f, Leon. 2005) dan (Clinical Gynecologic Endocrinology and
Infertility. Lippincot Williams & Wilkins : Philadelphia.)

2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan yang dilakukan untuk membuktikan adanya endometirosis ini
antara lain:
1. Uji serum
a. CA-125: Sensitifitas atau spesifisitas berkurang
b. Protein plasenta 14 : Mungkin meningkat pada endometriosis yang
mengalami infiltrasi dalam, namun nilai klinis tidak diperlihatkan.
c. Antibodi endometrial: Sensitifitas dan spesifisitas berkurang
2. Teknik pencitraan
a. Ultrasound: Dapat membantu dalam mengidentifikasi endometrioma
dengan sensitifitas 11%
b. MRI: 90% sensitif dan 98% spesifik
c. Pembedahan: Melalui laparoskopi dan eksisi. (Scott, R James, dkk. 2002.
Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta)

2.6 KOMPLIKASI
1. Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena endometriosis dekat kolon
atau ureter.
2. Torsi ovarium atau ruptur ovarium sehingga terjadi peritonitis karena
endometrioma.
3. Infertilitas, ditemukan pada 30% – 40% kasus. Endometriosis merupakan
penyebab infertilitas kedua terbanyak pada wanita. (Mansjoer, 2001)

2.7 PENATALAKSANAAN
Terapi yang dilakukan ditujukan untuk membuang sebanyak mungkin
jaringan endometriosis, antara lain:

8
1. Pengobatan Hormonal
Pengobatan hormaonal dimaksudkan untuk menghentikan ovulasi, sehingga
jaringan endometriosis akan mengalami regresi dan mati. Obat-obatan ini
bersifat pseudo-pregnansi atau pseudo-menopause, yang digunakan adalah:
a. Derivat testosteron, seperti danazol, dimetriose
b. Progestrogen seperti provera, primolut
c. GnRH
d. Pil kontrasepsi kombinasi
2. Pembedahan
Bisa dilakukan secara laparoscopi atau laparotomi, tergantung luasnya invasi
endometriosis. (Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan
Gynekologi. Widya Medica: Jakarta)

2.8 PATHWAY

9
2.9 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata: Nama, Umur, Jenis kelamin, Pekerjaan, Alamat, Pendidikan
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang
1) Dysmenore primer ataupun sekunder
2) Nyeri saat latihan fisik
3) Dispareun
4) Nyeri ovulasi
5) Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri
pada bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi.
6) Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual.
7) Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter
8) Hipermenorea
9) Menoragia
10) Feces berdarah
11) Nyeri sebelum, sesudah dan saat defekasi.
12) Konstipasi, diare, kolik
d. Riwayat penyakit dahulu: Pernah terpapar agen toksin berupa pestisida, atau
pernah ke daaerah pengolahan katu dan produksi kertas, serta terkena
limbah pembakaran sampah medis dan sampah perkotaan.
e. Riwayat penyakit keluarga: Memiliki ibu atau saudara perempuan (terutama
saudara kembar) yang menderita endometriosis.
f. Riwayat obstetri dan menstruasi
g. Mengalami hipermenorea, menoragia, siklus menstruasi pendek, darah
menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di
akhir menstruasi.
2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1) Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d gangguan menstruasi, proses penjalaran
penyakit.
2) Resiko tinggi gangguan citra tubuh b.d gangguan menstruasi

10
3) Resiko gangguan harga diri berhubungan dengan infertile pada
endometriosis
4) Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan pada status
kesehatan
5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
endomeriosis
3. Intervensi
a. DX 1
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama …..x 24 jam nyeri
klien akan berkurang.
Kriteria evaluasi: klien mengatakan nyeri berkurang, klien tidak memegang
punggung, kepala atau daerah lainnya yang sakit, keringat berkurang.
Intervensi:
1) Pantau/ catat karakteristik nyeri ( respon verbal, non verbal, dan respon
hemodinamik) klien.
R: untuk mendapatkan indicator nyeri.
2) Kaji lokasi nyeri dengan memantau lokasi yang ditunjuk oleh klien.
R: untuk mendapatkan sumber nyeri.
3) Kaji intensitas nyeri dengan menggunakan skala 0-10.
R: nyeri merupakan pengalaman subyektif klien dan metode skala
merupakan metodeh yang mudah serta terpercaya untuk menentukan
intensitas nyeri.
4) Tunjukan sikap penerimaan respon nyeri klien dan akui nyeri yang klien
rasakan.
R: ketidakpercayaan orang lain membuat klien tidak toleransi terhadap
nyeri sehingga klien merasakan nyeri semakin meningkat.
5) Jelaskan penyebab nyeri klien.
R: dengan mengetahui penyebab nyeri klien dapat bertoleransi terhadap
nyeri.
6) Bantu untuk melakukan tindakan relaksasi, distraksi, massage.
R: memodifikasi reaksi fisik dan psikis terhadap nyeri.

11
7) Kolaborasi pemberian analgetik ( ibuprofen, naproksen, ponstan) dan
Midol.
R: analgetik tersebut bekerja menghambat sintesa prostaglandin dan
midol sebagai relaksan uterus.
b. DX 2
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan …..x 24 citra diri klien akan
meningkat.
Kriteria evaluasi: klien mengatakan tidak malu, merasa berguna,
penampilan klien rapi, menerima apa yang sedang terjadi.

Intervensi:
1) Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan, pikiran, dan pandangan
tentang dirinya.
R: meningkatkan kewaspadaan diri klien dan membantu perawat dalam
membuat penyelesaian.
2) Diskusikan dengan system pendukung klien tentang perlunya
menyampaikan nilai dan arti klien bagi mereka.
R: penyampaian arti dan nilai klien dari system pendukung membuat
klien merasa diterima.
3) Gali kekuatan dan sumber-sumber yang ada pada klien dan dukung
kekuatan tersebut sebagai aspek positif.
R: mengidentifikasi kekuatan klien dapat membantu klien berfokus
pada karakteristik positif yang mendukung keseluruhan konsep diri.
4) Libatkan klien pada setiap kegiatan di kelompok
R: Memungkinkan menerima stimulus social dan intelektual yang dapat
meningkatkan konsep diri klien.
5) Informasikan dan diskusikan dengan jujur dan terbuka tentang pilihan
penanganan gangguan menstruasi seperti ke klinik kewanitaan, dokter
ahli kebidanan.
R: Jujur dan terbuka dapat mengontrol perasaan klien dan informasi
yang diberikan dapat membuat klien mencari penanganan terhadap
masalah yang dihadapinya.

12
c. DX 3
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien akan melakukan
perilaku yang dapat meningkatkan kepercayaan diri
Kriteria hasil: Pasien akan mengetahui kekuatan pribadi, Berpartisipasi
dalam pembuatan keputusan tentang perencanaan perawatan.
Intervensi:
1) Berikan motivasi kepada pasien
R: meningkatkan harga diri klien dan merasa di perhatikan.
2) Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan, pikiran, dan pandangan
tentang dirinya.
R: meningkatkan kewaspadaan diri klien dan membantu perawat dalam
membuat penyelesaian
3) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang di miliki
R: mengidentifikasi hal-hal positif yang masih di miliki klien.
4) Informasikan dan diskusikan dengan jujur dan terbuka tentang pilihan
penanganan gangguan infertile pada endometriosis seperti ke klinik
kewanitaan, dokter ahli kebidanan.
R: Jujur dan terbuka dapat mengontrol perasaan klien dan informasi
yang diberikan dapat membuat klien mencari penanganan terhadap
masalah yang dihadapinya.
d. DX 4
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan ansietas berkurang
Kriteria hasil: Pasien tampak rilek, tidak menunjukkan perilaku yang
menggambarkan ansietas.

Intervensi:
1) Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan
R: dengan mengetahui tingkat kecemasan pasien perawat dapat
melakukan tindakan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien
saat ini.
2) Temani klien untuk mendukung keamaan dan menurunkan rasa takut
R: menentukan kemampuan pengambilan keputusan pada pasien

13
3) Ajarkan pada klien untuk menggunakan teknik relaksasi
R: mengurangi takut
4) Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan cara yang tepat
R: teknik relaksasi dapat menurunkan ansietas
e. DX 5
Tujuan: Klien mengerti dan memahami tentang kondisi penyakitnya
Kriteria hasil: Klien mampu mengulangi penjelasan perawat, Pengetahuan
klien bertambah.

Intervensi:
1) Kaji tingkat pengetahuan yang berhubungan dengan proses penyakit
2) Jelaskan patofisiologi penyakit dan hubungkan dengan anatomi fisiologi
bersama tim kesehatan
3) Jelaskan tanda dan gejala, proses serta penyebab penyakit
4) Sediakan informasi tentang kondisi klien
5) Berikan informasi tentang tindakan diagnostic
6) Motivasi keluarga klien untuk mengikuti informasi yang diberikan oleh
tenaga kesehatan lain
4. Implementasi: Implementasi menyesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan yang di rencanakan.
5. Evaluasi
a. Nyeri berkurang, klien tidak meringis kesakitan, keringat berkurang.
b. klien tidak malu, merasa berguna, penampilan klien rapi, menerima apa
yang sedang terjadi.
c. Tidak terjadi gangguan harga diri

14
Bab III
KESIMPULAN
Endometrium adalah selaput yang melapisi permukaan dalam miometrium.
Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih berfungsi
terdapat di luar kavum uteri. Pembagian endometriosis terdiri dari Endometriosis interna
(adenomiosis), Endometriosis tuba uterine, Endometriosis ovarium, dan Endometriosis
uterosakrum.
Endometriosis terjadi karena darah haid mengalir kembali (regurgitasi) melalui tuba ke
dalam rongga pelvis, juga terjadi karena rangsangan pada sel-sel epitel berasal dari selom yang
dapat mempertahankan hidupnya di daerah pelvis.
Pengobatan hormonal atau pembedahan dapat dilakukan pada penderita endometriosis
yang ringan atau sedang untuk menghilangkan nyeri dan meningkatkan kemungkinan terjadinya
kehamilan.
Beberapa masalah keperawatan yang muncul pada endometriosis adalah nyeri,
hypertermi, gangguan pola seksual, ansietas, keletihan, dan resiko tinggi volume cairan kurang
dari kebutuhan tubuh.

15

Anda mungkin juga menyukai