EKSTRADISI 21364c
EKSTRADISI 21364c
EKSTRADISI 21364c
1. Pengantar
Pada umumnya, pelaku kejahatan selalu berupaya dengan berbagai cara agar
terhindar dari tuntutan hukum. Salah satu upaya yang sering dilakukan adalah
meninggalkan tempat atau negara dimana kejahatan dilakukan. Yang menjadi masalah
adalah jika pelaku kejahatan tersebut melarikan diri atau berada di negara lain. Selain
itu, dengan memanfaatkan teknologi yang semakin maju, pelaku kejahatan juga dapat
merencanakan dan melakukan suatu kejahatan di suatu negara tanpa datang ke negara
tersebut seperti kejahatan internet atau cyber crime.
Dengan alat transportasi yang begitu banyak dan mudah didapat, pelaku kejahatan
dapat bergerak dan berpindah dengan cepat dari suatu negara ke negara lain, karena
batas negara tidak menjadi masalah bagi mereka. Sebagaimana contoh dapat kita lihat
pelaku kejahatan korupsi di Indonesia, banyak yang melarikan diri dan bersembunyi di
negara lain. Sebaliknya bagi aparat penegak hukum, batas negara adalah merupakan
batas kedaulatan dan batas wilayah kewenangan. Jika aparat penegak hukum tidak
dapat bebas bergerak memasuki suatu negara atau meminta bantuan negara lain karena
harus melalui suatu prosedur yang sangat birokrasi dan memerlukan waktu beberapa
hari. Hal tersebut jelas sangat menguntungkan bagi pelaku kejahatan.
Menyadari hal tersebut di atas, pada umumnya setiap negara merasakan perlunya
kerjasama antara negara dalam upaya pencarian, penangkapan dan penyerahan pelaku
kejahatan. Untuk tujuan tersebut masing-masing negara membuat Undang-undang
Ekstradisi dan membuat Perjanjian Ekstradisi dengan negara lain. Indonesia
mempunyai Undang-undang Ekstradisi No. 1 Tahun 1979 dan mempunyai Perjanjian
Ekstradisi dengan Malaysia, Thailand, Philipina, Australia, Hongkong (sudah
diratifikasi) serta Korea Selatan dan Singapura (belum diratifikasi).
1
........................................................................................
4. Implementasi Ekstradisi
Indonesia telah mempunyai pengalaman dalam ekstradisi baik sebagai Negara
Diminta maupun sebagai Negara Peminta. Sebagai Negara Diminta, Pemerintah
Indonesia telah mengekstradisikan 2 (dua) orang pelaku kejahatan dan meminta
ekstradisi kepada negara lain sebanyak 4 (empat) kali. Pengalaman tersebut akan
dikemukakan berikut ini, mulai dari penahanan sampai dengan penyerahan.
2
Sebagai Negara Diminta, Pemerintah Indonesia telah memproses permintaan
ekstradisi dari Philipina atas tersangka WN Amerika Serikat, pelaku kejahatan
perkosaan dan tersangka WN Jerman, teroris (penyelundupan senjata api dan amunisi)
serta permintaan ekstradisi dari Australia atas tersangka WN Australia, pelaku kejahatan
penipuan.
Proses permintaan ekstradisi dilakukan sebagai berikut :
a. Surat Permintaan Penahanan.
Berdasarkan informasi yang diperoleh Philipina dan Austalia, pelaku
kejahatan yang mereka cari berada di suatu tempat di Indonesia. Atas dasar
tersebut, surat permintaan pencarian, penangkapan dan penahanan (termasuk
permintaan penyitaan barang bukti, jika diperlukan) diajukan melalui Interpol
dengan menyampaikan informasi, data dan dokumen sebagai berikut :
- Identitas orang yang dicari (nama lengkap dan alias, tempat/ tanggal lahir,
kewarganegaraan, nomor paspor, foto, sidik jari dan ciri-ciri lainnya)
- Uraian singkat kejahatan yang telah dilakukan
- Ancaman hukuman
- Copy Surat Perintah Penahanan (Surat Perintah Penyitaan, jika diperlukan)
- Informasi keadaan
- Pernyataan bahwa apabila sudah ditangkap, permintaan ekstradisi akan
segera diajukan melalui saluran diplomatik.
f. Pemeriksaan
Setelah menerima berkas permintaan ekstradisi, Penyidik melakukan
pemeriksaan atas orang yang dimintakan ekstradisinya mengenai identitas dan
kejahatan yang diduga telah dilakukan, selanjutnya hasil pemeriksaan dituangkan
dalam Berita Acara Pemeriksaan.
g. Pemberkasan
Dilihat dari Pasal 26, Penyidik Polri hanya melakukan pemeriksaan
sebagaimana disebutkan diatas dan kemudian menyerahkan hasil pemeriksaan dan
berkas permintaan ekstradisi kepada Kejaksaan Negeri setempat. Sampai saat ini
berkas perkara ekstradisi belum ada ketentuan yang mengatur, namun demikian
biasanya berkas perkara ekstradisi dikoordinasikan oleh Penyidik dengan Penuntut
Umum. Berkas Perkara Ekstradisi terdiri dari resume dan lampirannya.
Resume menjelaskan sebagai berikut :
- Dasar dan proses penangkapan, penahanan, penyitaan, perpanjangan
penahanan, pemberitahuan/ laporan yang telah dilakukan, hasil pemeriksaan
identitas dan kejahatan yang dilakukan oleh Penyidik.
- Analisa Penyidik terhadap dasar permintaan ekstradisi yang diajukan dan
hasil pemeriksaan dilihat dari asas-asas dan ketentuan dalam Undang-
undang dan Perjanjian Ekstradisi.
- Kesimpulan dan saran
Sedangkan lampirannya adalah semua dokumen surat-menyurat, Surat Perintah,
Berita Acara dan berkas asli permintaan ekstradisi diurut sesuai Resumenya.
5
Umum selambat-lambatnya harus menyerahkan berkas perkara dan alasannya
kepada Pengadilan Negeri setempat dan meminta untuk memeriksa perkaranya
dan kemudian menetapkan dapat tidaknya orang tersebut diekstradisikan (Pasal
27). Kejaksaan juga berkewajiban menghadapkan orang yang dimintakan
ekstradisinya (dapat didampingi Pengacara) dihadapan Sidang Pengadilan.
i. Penetapan Pengadilan
Yang wajib hadir dalam sidang adalah orang yang dimintakan ekstradisinya
dan Kejaksaan untuk memberikan pendapatnya. Namun demikian Penyidik Polri
sebaiknya hadir untuk kelancaran sidang. Pengadilan Negeri memeriksa
mengenai : identitas dan kejahatan yang dilakukan, hak penuntutan/ melaksanakan
putusan pengadilan, dan hal lain yang berkaitan dengan azas ekstradisi dan
ketentuan lain yang terdapat dalam UU Ekstradisi dan Perjanjian (Pasal 32).
Berdasarkan hasil pemeriksaan, penjelasan, bukti dan dokumen dalam
berkas permintaan ekstradisi serta ketentuan dalam UU dan perjanjian, Pengadilan
Negeri menetapkan dapat atau tidaknya orang tersebut diekstradisikan. Penetapan
beserta semua dokumen yang berkaitan dengan perkara ekstradisi tersebut segera
diserahkan kepada Menteri Kehakiman untuk bahan pertimbangan lebih lanjut
(Pasal 33).
j. Pertimbangan-pertimbangan
Penetapan Pengadilan, pertimbangan dari Menteri Kehakiman, Menlu, Jaksa
Agung dan Kapolri disampaikan kepada Presiden sebagai bahan masukan dalam
membuat keputusan dikabulkan atau ditolak permintaan ekstradisi dari Negara
Peminta dan penyitaan barang bukti (jika ada).
k. Keputusan Presiden
Menteri Kehakiman menyampaikan Keputusan Presiden kepada Negara
Peminta dan sekaligus menentukan tanggal, tempat dan waktu penyerahan.
l. Penyerahan
Pelaksanaan penyerahan dilakukan Departemen Kehakiman langsung
dengan Perwakilan dari Negara Peminta. Penyerahan biasanya dilakukan di
Bandara dengan pengawalan oleh Polri. Dalam penyerahan tersebut
ditandatangani Berita Acara Serah Terima dengan disaksikan oleh perwakilan dari
Deplu, Kejagung, Polri dan Ditjen Imigrasi.
6
5. Permintaan Ekstradisi dari Pemerintah Indonesia
a. Permintaan Penangkapan dan Penahanan oleh Polri dan Kejaksaan
Dalam UU Ekstradisi No.1/ 1979 tidak diatur mengenai tata cara pengajuan
permintaan penangkapan dan penahanan kepada negara lain serta instansi mana
saja yang dapat mengajukan permintaan. Hal ini mungkin karena dalam meminta
bantuan kepada negara lain, Indonesia harus tunduk kepada peraturan yang
berlaku di masing-masing negara. Oleh karena itu, tidak perlu diatur bagaimana
tata cara dan persyaratannya. Dari pengalaman selama ini, dalam meminta
bantuan penangkapan dan penahanan ada negara yang mengharuskan melalui
saluran diplomatik dan juga yang memperbolehkan melalui saluran Interpol atau
kedua-duanya. Biasanya yang meminta bantuan pencarian, penangkapan dan
penahanan atas pelaku kejahatan yang berada di luar negeri kepada Sekretariat
NCB-Interpol Indonesia adalah penyidik Polri di Polres, Polda dan Bareskrim
Polri, sedangkan dari Kejaksaan ada dari Kejaksaan Negeri dan ada juga dari
Kejaksaan Agung. Pada umumnya, persyaratan utama untuk penangkapan dan
penahanan adalah :
Identitas pelaku kejahatan (nama lengkap dan alias, tempat/ tanggal lahir,
kewarganegaraan, no. paspor, foto, sidik jari, nama orang tua)
Uraian kejahatan dan fakta (hasil investigasi dibuat dan ditandatangani oleh
Penyidik. Jika kejahatan yang dilakukan lebih dari satu maka masing-masing
kejahatan harus diuraikan
Ketentuan UU yang dilanggar dan bunyi pasal yang disangkakan untuk
masing-masing kejahatan.
Ancaman hukuman (tersangka) atau hukuman (terpidana) untuk masing-
masing kejahatan
Surat Perintah Penahanan untuk masing-masing kejahatan
Informasi mengenai keberadaan
6. Kendala-kendala
Sebagaimana kita ketahui bahwa pada umumnya semua negara di dunia ini
menyatakan perang dengan kejahatan, namun kejahatan terus berkembang. Setiap
negara ingin mengadakan kerjasama dalam memerangi kejahatan salah satu diantaranya
adalah dengan mengekstradisikan pelaku kejahatan namun dalam pelaksanaannya
sering menghadapi berbagai kendala, antara lain :
a. Perbedaan Hukum dan Sistem Hukum
Di Indonesia, menyimpan uang palsu adalah merupakan tindak pidana yang
dapat dihukum tetapi di negara lain seperti di Hongkong, menggunakan uang
palsu belum tentu tindak pidana karena harus dibuktikan bahwa si pengguna tahu
uang tersebut adalah palsu. Jika pengguna dapat menunjukkan bukti bahwa uang
tersebut dibeli di Money Changer, maka pengguna bebas/ tidak bersalah. Di
Indonesia, surat perintah penangkapan untuk tersangka dan terpidana yang
melarikan diri dikeluarkan oleh penyidik, sedangkan di negara lain dikeluarkan
oleh Hakim/ Pengadilan atau Jaksa. Kedua hal tersebut dapat menjadi kendala
dalam ekstradisi.
9
b. Perkembangan Hukum
Perkembangan hukum di negara maju dan negara berkembang tidak sama.
Di negara maju peraturan berkembang sesuai dengan perkembangan kejahatan,
sedangkan di negara berkembang lebih banyak mengurusi hal lain atau sibuk
korupsi sehingga ketinggalan dalam perkembangan hukum. Hal ini berpengaruh
dalam ekstradisi karena dalam UU dan Perjanjian Ekstradisi disebut daftar
kejahatan yang dapat diekstradisikan.
c. Kepentingan Nasional
Indonesia akan menolak kerjasama dengan negara lain dalam mencegah dan
memerangi kejahatan, jika kerjasama tersebut merugikan kepentingan Indonesia
(Ipoleksosbudhankam). Demikian juga negara lain, misalnya Singapura tahu
bahwa banyak koruptor dari Indonesia dan hasil kejahatannya di Singapura, oleh
karena itu Singapura menunda-nunda Perjanjian Ekstradisi dengan Indonesia.
Namun demikian, akhirnya pada tanggal 27 April 2007 di Bali telah
ditandatangani Perjanjian Ekstradisi oleh Presiden Indonesia Susilo Bambang
Yudhoyono dan Perdana Menteri Singapura .........
10
11