Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEPERAWATAN JIWA I

“KECEMASAN”

Disusun Oleh :

KELOMPOK 2

1. Ana Safitri 17111024110014


2. Annisa Anggraini 17111024110015
3. Auliya Fitri 17111024110021
4. Ayu Hariyani 17111024110022
5. Besse Nur Aisiah 17111024110023
6. Cindi Neni Amalia 17111024110025
7. Diah Florentina A. 17111024110032
8. M. Tarmidzi Idris 17111024110074

UNIVERSITA MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FARMASI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
atas berkat rahmat, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
berjudul “Kecemasan”.
Dalam penyusunan makalah ini kami banyak sekali mendapat bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak. Dan pada kesempatan kali ini, kami menghaturkan
terima kasih yang tulus kepada Dosen Pengampu, teman-teman dan semua pihak
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karenanya penulis memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini masih
banyak kekurangan. Tak lupa, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi perbaikan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini bisa memberikan manfaat serta menambah
pengetahuan dan wawasan, baik penulis pada khususnya, serta bagi para pembaca
sekalian pada umumnya. Amin.

Samarinda, 19 Februari 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Definisi 3
B. Etiologi 3
C. Tingkatan Kecemasan 6
D. Jenis-Jenis Kecemasan 8
E. Tanda dan Gejala Kecemasan 9
F. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang 10
G. Penatalaksanaan Kecemasan 10
H. Mekanisme Koping 12
I. Pohon Masalah 13
J. Asuhan Keperawatan 13
BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kecemasan atau ansietas merupakan salah satu bentuk emosi individu
yang berkaitan dengan adanya rasa terancam oleh sesuatu, biasanya dengan
objek ancaman yang begitu tidak begitu jelas. Kecemasan dengan intensitas
nilai ancaman yang wajar dapat dianggap memiliki nilai positif sebagai
motivasi, tetapi apabila intensitasnya begitu kuat dan bersifat negatif justru
akan menimbulkan kerugian dan dapat mengganggu terhadap keadaan fisik
dan psikis individu yang bersangkutan.
Kecemasan dapat dialami oleh siapapun dan dimanapun serta kapan pun
tergantung dari faktor pencetus dari kecemasan tersebut. Kecemasan bisa
terjadi mulai dari anak-anak, remaja, dewasa hingga lansia. Dalam jurnal
Annisa, Dona Fitri & Ifdil. “Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut
Usia (Lansia).” Konselor. Volume 5. Number 2. June 2016. Indonesia
sebagai negara berkembang memiliki jumlah penduduk dengan usia 60 tahun
ke atas sekitar 8,90% dari jumlah penduduk di Indonesia. Dengan semakin
meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia, akan menimbulkan
berbagai persoalan dan permasalahan yang akan muncul baik fisik maupun
psikologis, yaitu kecemasan.
Pola dan sikap hidup, merasa kesepian, perasaan tidak berharga, emosi
yang meningkat pada lanjut usia, serta ketidakmampuan dalam menyesuaikan
tugas perkembangan lanjut usia merupakan penyebab kecemasan pada lansia
khusunya yang bertempat tinggal di Panti Jompo. Fakta membuktikan bahwa
di seluruh lapisan dunia kecemasan paling banyak terjadi setiap harinya. Hal
ini disebabkan semakin kongkretnya masalah yang terjadi saat ini.
Di negara maju, gangguan jiwa berupa ansietas atau kecemasan
menempati posisi pertama dibandingkan dengan kasus lain. Oleh karena itu
sebagai seorang perawat, kita harus benar-benar kritis dalam menghadapi
kasus kecemasan yang terjadi.

1
Masalah gangguan jiwa yang menyebabkan menurunnya kesehatan
mental ini ternyata terjadi hampir di seluruh negara di dunia. WHO (World
Health Organization) badan dunia PBB yang menangani masalah kesehatan
dunia, memandang serius masalah kesehatan mental dengan menjadikan isu
global WHO. WHO mengangkat beberapa jenis gangguan jiwa seperti
schizoprenia, alzheimer, epilepsy, keterbelakangan mental dan
ketergantungan alkohol sebagai isu yang perlu mendapatkan perhatian.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi kecemasan?
2. Apa etiologi kecemasan?
3. Apa tingkatan kecemasan?
4. Apa saja jenis-jenis kecemasan?
5. Apa saja tanda dan gejala kecemasan?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostik / penunjang kecemasan?
7. Bagaimana penatalaksanaan kecemasan?
8. Bagaimana mekanisme koping kecemasan?
9. Bagaimana pohon masalah kecemasan?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada kecemasan?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami definisi kecemasan
2. Mengetahui etiologi kecemasan
3. Mengetahui tingkatan kecemasan
4. Mengetahui jenis-jenis kecemasan
5. Mengetahui tanda dan gejala kecemasan
6. Mengetahui pemeriksaan diagnostik / penunjang kecemasan
7. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan kecemasan
8. Memahami mekanisme koping kecemasan
9. Mengetahui dan memahami pohon masalah kecemasan
10. Memahami asuhan keperawatan pada kecemasan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Cemas (ansietas) adalah sebuah emosi dan penglaman subjektif dri
seseorang. Pengertian lain cemas adalah suatu keadaan yang membuat
seseorng tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Jdi, cemas
berkaitan dengan persaan tidak pasti dan tidak berdaya. (Kususmawati, 2010).
Menurut Lynn S. Bickley (2009) “kecemasan merupakan reaksi yang
sering terjadi pada keadaan sakit, pengobatan dan sistem perawatan kesehatan
itu sendiri, bagi sebagian klien kecemasan merupakan saringan terhadap
persepsi dan reaksi mereka, bagi sebagian lainnya kecemasan dapat menjadi
bagian dari sakit yang dideritanya”.
Menurut Lazarus (1969) dalam Muhammad Baitul Alim (2011)
“kecemasan adalah suatu respon dari pengalaman yang dirasa tidak
menyenangkan dan diikuti perasaan gelisah, khawatir dan takut”.
Syamsu Yusuf (2009: 43) mengemukakan anxiety (cemas) merupakan
ketidakberdayaan neurotik, rasa tidak aman, tidak matang dan
kekurangmampuan dalam menghadapi tuntutan realitas (lingkungan),
kesulitan dan tekanan kehidupan sehari-hari.
Sarlito Wirawan Sarwono (2012: 251) menjelaskan kecemasan
merupakan takut yang tidak jelas objeknya dan tidak jelas pula alasannya.
Dari berbagai pengertian kecemasana (anxiety) yang telah dipaparkan di
atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah kondisi emosi dengan
timbulnya rasa tidak nyaman pada diri seseorang, dan merupakan pengalaman
yang samar-samar disertai dengan perasaan yang tidak berdaya serta tidak
menentu yang disebabkan oleh suatu hal yang belum jelas.

B. Etiologi
Menurut Sylvia D. Elvira ( 2008 : 11 ) Ada beberapa faktor yang
menyebabkan kecemasan. Antara lain faktor Organ Biologi dan Faktor

3
Psikoedukatif. Faktor organ biologi adalah ketidakseimbangan zat kimia pada
otak yang disebut neurotransmitter yang disebabkan karena kurangnya
oksigen. Faktor psikoedukatif adalah factor-faktor psikologi yang
berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian seseorang, baik hal yang
menentramkan, menyenangkan dan menyedihkan.
1. Faktor Predisposisi
a. Teori psikoanalitik
Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud, kecemasan timbul
karena konflik antara elemen kepribadian yaitu id(insting) dan super
ego (nurani ). Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif
seseorang sedang superego mencerminkan hati nurani seseorang dan
dikendalikan norma budayanya. Ego berfungsi menengahi tuntutan
dari dua elememen yang bertentangan dan fungsi kecemasan adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Teori interpersonal
Menurut teori ini kecemasan timbul dari perasan takut terhadap tidak
adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan Juga
berhubungan dengan perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan
kelemahan spesifik.
c. Teori behavior
Kecemasan merupakan produk frustrasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
d. Teori perspektif keluarga
Kecemasan dapat timbul karena pola interaksi yang tidak adaptif
dalam keluarga.
e. Teori perspektif biologi
Fungsi biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor
khusus Benzodiapine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur
kecemasan. Penghambat asam amino butirik-gamma neuro regulator
(GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme

4
biologis berhubungan dengan kecemasan sebagaimana endomorfin.
Selain itu telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang
mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap kecemasan.
Kecemasan dapat disertai gangguan fisik dan menurunkan kapasitas
seseorang untuk mengatasi stressor.
1. Faktor presipitasi

Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang


dapat mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor
presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
a. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam
integritas fisik yang meliputi :

1) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis


sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal
(misalnya : hamil).
2) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi,
tidak adekuatnya tempat tinggal.

b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal,


yaitu :

1) Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di


rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru.
Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat
mengancam harga diri.
2) Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

5
C. Tingkatan Kecemasan

Stuart dan Sundeen (2002) membagi kecemasan menjadi 4 tingkatan yaitu :


1. Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa
kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan
individu akan berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk belajar
yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Contohnya:
Seseorang yang menghadapi ujian akhir, pasangan dewasa yang akan
memasuki jenjang pernikahan, individu yang akan melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, individu yang tiba-tiba di kejar
anjing menggonggong.
a. Respon Fisiologis
Sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan
pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar.
b. Respon Kognitif
Lapang persepsi meluas, mampu menerima rangsangan kompleks,
konsentrasi pada masalah dan menyelesaikan masalah secara efektif.
c. Respon Perilaku dan Emosi
Tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan dan suara
kadang-kadang meninggi.
2. Kecemasan Sedang

Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun, sindividu


lebih memfokuskan pada hal penting saat itu dan mengesampingkan hal
lain. Contohnya, waktu tunggu di UGD, dalam jurnal Tambengi, Henny,

6
Mulyadi dan Vandri Kallo. “HUBUNGAN WAKTU TUNGGU
DENGAN KECEMASAN PASIEN DI UNIT GAWAT DARURAT
RSU GMIM.” e-journal Keperawatan ( e-Kp ) Volume 5, nomor 1,
Februari 2017. Terdapat hubunganyang signifikan antara waktu
tunggudengan kecemasan pasien di UGD. Kecemasan pasien di UGD
sebagian besar memiliki kecemasan sedang.
a. Respon Fisiologis
Sering nafas pendek, nadi ekstra sistolik dan tekanan darah naik,
mulut kering, anoreksia, diare atau konstipasi, gelisah.
b. Respon Kognitif
Lapang persepsi menyempit, rangsang luar tidak mampu diterima,
dan berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya.
c. Respon Perilaku dan Emosi
Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan), berbicara banyak dan
lebih cepat, dan perasaan tidak nyaman.
2. Kecemasan Berat
Pada kecemasan berat lahan persepsi menjadi sempit. Individu
cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal yang
lain. Individu tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak
pengarahan/tuntutan. Contoh: individu yang mengalami kehilangan harta
benda dan orang yang dicintai karena bencana alam, individu dalam
penyanderaan.
a. Respon Fisiologis
Sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringant dan
sakit kepala, penglihatan kabur.
b. Respon Kognitif
Lapang persepsi sangat menyempit dan tidak mampu menyelesaikan
masalah.
c. Respon Prilaku
Perasaan ancaman meningkat, verbalisasi cepat dan blocking.

7
3. Panik
Pada tingkat ini persepsi sudah terganggu sehingga individu sudah
tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa
walaupun sudah diberi pengarahan/tuntunan. Contoh: individu dengan
kepribadian pecah/despersonalisasi (Suliswati, 2005).
a. Respon Fisiologis
Nafas pendek, rasa tercekik, sakit dada, pucat, hipotensi, dan
rendahnya koordanasi motorik.
b. Respon Kognitif
Lapang persepsi terhadap lingkungan mengalami distorsi, tidak
dapat berfikir logis, dan kemampuan mengalami distorsi.
c. Respon Prilaku
Agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak-teriak, bocking,
presepsi kacau, kecemasan yang timbul dapat diidentifikasi melalui
respon yang dapat berupa respon fisik, emosional dan kognitif atau
intelektual.

D. Jenis-Jenis Kecemasan
Sedangkan menurut Freud (dalam Feist & Feist, 2012: 38) membedakan
kecemasan dalam tiga jenis, yaitu :
1. Kecemasan neurosis
Kecemasan neurosis adalah rasa cemas akibat bahaya yang tidak
diketahui. Perasaan itu berada pada ego, tetapi muncul dari dorongan id.
Kecemasan neurosis bukanlah ketakutan terhadap insting-insting itu
sendiri, namun ketakutan terhadap hukuman yang mungkin terjadi jika
suatu insting dipuaskan.
2. Kecemasan moral
Kecemasan ini berakar dari konflik antara ego dan superego.
Kecemasan ini dapat muncul karena kegagalan bersikap konsisten
dengan apa yang mereka yakini benar secara moral. Kecemasan moral
merupakan rasa takut terhadap suara hati. Kecemasan moral juga

8
memiliki dasar dalam realitas, di masa lampau sang pribadi pernah
mendapat hukuman karena melanggar norma moral dan dapat dihukum
kembali.
3. Kecemasan realistik
Kecemasan realistik merupakan perasaan yang tidak menyenangkan
dan tidak spesifik yang mencakup kemungkinan bahaya itu sendiri.
Kecemasan realistik merupakan rasa takut akan adanya bahaya-bahaya
nyata yang berasal dari dunia luar.

E. Tanda Dan Gejala Kecemasan


1. Respons Fisik
a. Kardiovaskular :
Palpitasi, jantung bedebar, tekanan darah meninggi dan denyut nadi
cepat.
a. Pernafasan :
Napas cepat, napas pendek, tekanan pada dada, napas dangkal,
pembengkakan pada tenggorokan dan terengah-engah.
b. Neuromuskular :

Refleks meningkat, insomnia, tremor, gelisah, wajah tegang,


kelemahan umum, kaki goyah dan gerakan yang janggal.
c. Gastrointestinal :

Anoreksia, diare/konstipasi, mual dan rasa tidak nyaman pada


abdomen.
d. Traktur Urinarius :

Sering berkemih dan tidak dapat menahan kencing.


e. Kulit :

Wajah kemerahan, berkeringat, gatal dan rasa panas pada kulit.

9
2. Respons Kognitif
Lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima rangsang luar
dan berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya.
3. Respons Perilaku
Gerakan tersentak-sentak, bicara berlebihan dan cepat, perasaan tidak
aman.
4. Respons Emosi
Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, sukacita
berlebihan, ketidakberdayaan meningkat secara menetap,
ketidakpastian, kekhawatiran meningkat, fokus pada diri sendiri,
perasaan tidak adekuat, ketakutan, distressed, khawatir, prihatin.

F. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang


Pemeriksaan diagnostik / penunjang ansietas yaitu :

a. Pemerikasaan laboratorium, pada pemeriksaan laboratorium didapatkan


peningkatan fungsi adrenal, peningkatan glukosa dan menurunnya fungsi
paratiroid, tingkat oksigen dan kalsium.

b. Uji psikologis

G. Penatalaksanaan Kecemasan
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap
pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat
holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik,
psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan makanan yang berigizi dan seimbang
b. Tidur yang cukup
c. Olahraga yang teratur
d. Tidak merokok dan tidak minum minuman keras

10
2. Terapi Psikofarmaka
Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas
(anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam,
buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
3. Terapi Somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan
atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan
keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang
ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan
dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan
diberi keyakinan serta percaya diri.

b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi


bila dinilai bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.

c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali


(re-konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat
stressor.

d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu


kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya
ingat.

e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan


proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa
seseorang tidak mampu menghadapi stressor psikososial sehingga
mengalami kecemasan.

f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan,


agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor
keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.

11
5. Terapi Psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya
dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai
problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial.

H. Mekanisme Koping
Adaptif (ansietas ringan) dan maladaptif (ansietas sedang, berat dan
panik). Menurut Stuart (2007). Ketika mengalami ansietas individu
menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya dan
ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab
utama terjadinya perilaku patologis. Ansietas tingkat ringan sering
ditanggulangi tanpa yang serius. Tingkat ansietas sedang dan berat
menimbulkan 2 jenis mekanisme koping :
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realitis tuntutan
situasi stress.

b. Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan dan


sedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan
penipuan diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan
respon maladaptif terhadap stress.

12
I. Pohon Masalah

J. Asuhan Keperawatan

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kecemasan adalah kondisi emosi dengan timbulnya rasa tidak nyaman
pada diri seseorang, dan merupakan pengalaman yang samar-samar disertai
dengan perasaan yang tidak berdaya serta tidak menentu yang disebabkan
oleh suatu hal yang belum jelas. Kecemasan disebabkan oleh 2 faktor yaitu
faktor predisposisi dan faktor presipitasi. Ketika mengalami ansietas individu
menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba mengatasi ansietas
tersebut.

B. Saran
1. Untuk Keluarga
Apabila sudah mengetahui dan memahami tentang kecemasan pada
pasien, maka sebagai orang terdekat dengan pasien harus memberikan
support dan dorongan yang efektif kepada pasien agar tidak terjadi hal-
hal yang tidak diinginkan.
2. Untuk Perawat
Bagi seorang perawat sebaiknya harus memahami dan mengerti tentang
konsep kecemasan agar dapat menerapkan dan memberikan pelayanan
yang efektif kepada pasien dan keluarga yang mengalami kecemasan.
3. Untuk Rumah Sakit
Bagi rumah sakit hendaknya mendekorasi ruangan rumah sakit dengan
seindah mungkin agar pasien tidak merasa cemas, takut dan gelisah
berada dirumah sakit serta agar pasien merasa nyaman berada dirumah
sakit sehingga hal yang tidak diinginkan tidak terjadi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Kusumawati F dan Hartono Y. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta :


Salemba Medika.
Bickley, Lynn S. 2009. Buku Ajar Pemeriksaan Fisik Dan Riwayat
Kesehatan.Edisi 8. Jakarta : EGC.
Yusuf Syamsu, 2009. Psikologi Perkembangan anak & Remaja, Bandung; Remaja
Rosdakarya.
Baitul Alim, Muhammad. (2011). Definisi Kecemasan, Apa itu Kecemasan ?
Sarlito Wirawan Sarwono. 2012. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit
FK UI. Jakarta, 2013
Stuart, G.W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Stuart and sundeen, 2002. Buku saku keperawatan jiwa ( terjemahan ). Edisi 9
EGC. Jakarta
Feist, Jess dan Feist, Gregory J. 2012. Teori Kepribadian, Theories of Personality
Buku 1 Edisi7 . Jakarta: Salemba Humanika.
Hawari, Dadang. 2008. Menajemen Stres Cemas Dan Depresi. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
Tambengi, Henny, Mulyadi dan Vandri Kallo. “HUBUNGAN WAKTU
TUNGGU DENGAN KECEMASAN PASIEN DI UNIT GAWAT
DARURAT RSU GMIM.” e-journal Keperawatan ( e-Kp ) Volume 5,
nomor 1, Februari 2017.
Annisa, Dona Fitri & Ifdil. “Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut Usia
(Lansia).” Konselor. Volume 5. Number 2. June 2016.

15

Anda mungkin juga menyukai