KEPERAWATAN JIWA I
“KECEMASAN”
Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
atas berkat rahmat, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
berjudul “Kecemasan”.
Dalam penyusunan makalah ini kami banyak sekali mendapat bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak. Dan pada kesempatan kali ini, kami menghaturkan
terima kasih yang tulus kepada Dosen Pengampu, teman-teman dan semua pihak
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karenanya penulis memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini masih
banyak kekurangan. Tak lupa, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi perbaikan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini bisa memberikan manfaat serta menambah
pengetahuan dan wawasan, baik penulis pada khususnya, serta bagi para pembaca
sekalian pada umumnya. Amin.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Definisi 3
B. Etiologi 3
C. Tingkatan Kecemasan 6
D. Jenis-Jenis Kecemasan 8
E. Tanda dan Gejala Kecemasan 9
F. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang 10
G. Penatalaksanaan Kecemasan 10
H. Mekanisme Koping 12
I. Pohon Masalah 13
J. Asuhan Keperawatan 13
BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecemasan atau ansietas merupakan salah satu bentuk emosi individu
yang berkaitan dengan adanya rasa terancam oleh sesuatu, biasanya dengan
objek ancaman yang begitu tidak begitu jelas. Kecemasan dengan intensitas
nilai ancaman yang wajar dapat dianggap memiliki nilai positif sebagai
motivasi, tetapi apabila intensitasnya begitu kuat dan bersifat negatif justru
akan menimbulkan kerugian dan dapat mengganggu terhadap keadaan fisik
dan psikis individu yang bersangkutan.
Kecemasan dapat dialami oleh siapapun dan dimanapun serta kapan pun
tergantung dari faktor pencetus dari kecemasan tersebut. Kecemasan bisa
terjadi mulai dari anak-anak, remaja, dewasa hingga lansia. Dalam jurnal
Annisa, Dona Fitri & Ifdil. “Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut
Usia (Lansia).” Konselor. Volume 5. Number 2. June 2016. Indonesia
sebagai negara berkembang memiliki jumlah penduduk dengan usia 60 tahun
ke atas sekitar 8,90% dari jumlah penduduk di Indonesia. Dengan semakin
meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia, akan menimbulkan
berbagai persoalan dan permasalahan yang akan muncul baik fisik maupun
psikologis, yaitu kecemasan.
Pola dan sikap hidup, merasa kesepian, perasaan tidak berharga, emosi
yang meningkat pada lanjut usia, serta ketidakmampuan dalam menyesuaikan
tugas perkembangan lanjut usia merupakan penyebab kecemasan pada lansia
khusunya yang bertempat tinggal di Panti Jompo. Fakta membuktikan bahwa
di seluruh lapisan dunia kecemasan paling banyak terjadi setiap harinya. Hal
ini disebabkan semakin kongkretnya masalah yang terjadi saat ini.
Di negara maju, gangguan jiwa berupa ansietas atau kecemasan
menempati posisi pertama dibandingkan dengan kasus lain. Oleh karena itu
sebagai seorang perawat, kita harus benar-benar kritis dalam menghadapi
kasus kecemasan yang terjadi.
1
Masalah gangguan jiwa yang menyebabkan menurunnya kesehatan
mental ini ternyata terjadi hampir di seluruh negara di dunia. WHO (World
Health Organization) badan dunia PBB yang menangani masalah kesehatan
dunia, memandang serius masalah kesehatan mental dengan menjadikan isu
global WHO. WHO mengangkat beberapa jenis gangguan jiwa seperti
schizoprenia, alzheimer, epilepsy, keterbelakangan mental dan
ketergantungan alkohol sebagai isu yang perlu mendapatkan perhatian.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi kecemasan?
2. Apa etiologi kecemasan?
3. Apa tingkatan kecemasan?
4. Apa saja jenis-jenis kecemasan?
5. Apa saja tanda dan gejala kecemasan?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostik / penunjang kecemasan?
7. Bagaimana penatalaksanaan kecemasan?
8. Bagaimana mekanisme koping kecemasan?
9. Bagaimana pohon masalah kecemasan?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada kecemasan?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami definisi kecemasan
2. Mengetahui etiologi kecemasan
3. Mengetahui tingkatan kecemasan
4. Mengetahui jenis-jenis kecemasan
5. Mengetahui tanda dan gejala kecemasan
6. Mengetahui pemeriksaan diagnostik / penunjang kecemasan
7. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan kecemasan
8. Memahami mekanisme koping kecemasan
9. Mengetahui dan memahami pohon masalah kecemasan
10. Memahami asuhan keperawatan pada kecemasan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Cemas (ansietas) adalah sebuah emosi dan penglaman subjektif dri
seseorang. Pengertian lain cemas adalah suatu keadaan yang membuat
seseorng tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Jdi, cemas
berkaitan dengan persaan tidak pasti dan tidak berdaya. (Kususmawati, 2010).
Menurut Lynn S. Bickley (2009) “kecemasan merupakan reaksi yang
sering terjadi pada keadaan sakit, pengobatan dan sistem perawatan kesehatan
itu sendiri, bagi sebagian klien kecemasan merupakan saringan terhadap
persepsi dan reaksi mereka, bagi sebagian lainnya kecemasan dapat menjadi
bagian dari sakit yang dideritanya”.
Menurut Lazarus (1969) dalam Muhammad Baitul Alim (2011)
“kecemasan adalah suatu respon dari pengalaman yang dirasa tidak
menyenangkan dan diikuti perasaan gelisah, khawatir dan takut”.
Syamsu Yusuf (2009: 43) mengemukakan anxiety (cemas) merupakan
ketidakberdayaan neurotik, rasa tidak aman, tidak matang dan
kekurangmampuan dalam menghadapi tuntutan realitas (lingkungan),
kesulitan dan tekanan kehidupan sehari-hari.
Sarlito Wirawan Sarwono (2012: 251) menjelaskan kecemasan
merupakan takut yang tidak jelas objeknya dan tidak jelas pula alasannya.
Dari berbagai pengertian kecemasana (anxiety) yang telah dipaparkan di
atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah kondisi emosi dengan
timbulnya rasa tidak nyaman pada diri seseorang, dan merupakan pengalaman
yang samar-samar disertai dengan perasaan yang tidak berdaya serta tidak
menentu yang disebabkan oleh suatu hal yang belum jelas.
B. Etiologi
Menurut Sylvia D. Elvira ( 2008 : 11 ) Ada beberapa faktor yang
menyebabkan kecemasan. Antara lain faktor Organ Biologi dan Faktor
3
Psikoedukatif. Faktor organ biologi adalah ketidakseimbangan zat kimia pada
otak yang disebut neurotransmitter yang disebabkan karena kurangnya
oksigen. Faktor psikoedukatif adalah factor-faktor psikologi yang
berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian seseorang, baik hal yang
menentramkan, menyenangkan dan menyedihkan.
1. Faktor Predisposisi
a. Teori psikoanalitik
Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud, kecemasan timbul
karena konflik antara elemen kepribadian yaitu id(insting) dan super
ego (nurani ). Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif
seseorang sedang superego mencerminkan hati nurani seseorang dan
dikendalikan norma budayanya. Ego berfungsi menengahi tuntutan
dari dua elememen yang bertentangan dan fungsi kecemasan adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Teori interpersonal
Menurut teori ini kecemasan timbul dari perasan takut terhadap tidak
adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan Juga
berhubungan dengan perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan
kelemahan spesifik.
c. Teori behavior
Kecemasan merupakan produk frustrasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
d. Teori perspektif keluarga
Kecemasan dapat timbul karena pola interaksi yang tidak adaptif
dalam keluarga.
e. Teori perspektif biologi
Fungsi biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor
khusus Benzodiapine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur
kecemasan. Penghambat asam amino butirik-gamma neuro regulator
(GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme
4
biologis berhubungan dengan kecemasan sebagaimana endomorfin.
Selain itu telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang
mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap kecemasan.
Kecemasan dapat disertai gangguan fisik dan menurunkan kapasitas
seseorang untuk mengatasi stressor.
1. Faktor presipitasi
5
C. Tingkatan Kecemasan
6
Mulyadi dan Vandri Kallo. “HUBUNGAN WAKTU TUNGGU
DENGAN KECEMASAN PASIEN DI UNIT GAWAT DARURAT
RSU GMIM.” e-journal Keperawatan ( e-Kp ) Volume 5, nomor 1,
Februari 2017. Terdapat hubunganyang signifikan antara waktu
tunggudengan kecemasan pasien di UGD. Kecemasan pasien di UGD
sebagian besar memiliki kecemasan sedang.
a. Respon Fisiologis
Sering nafas pendek, nadi ekstra sistolik dan tekanan darah naik,
mulut kering, anoreksia, diare atau konstipasi, gelisah.
b. Respon Kognitif
Lapang persepsi menyempit, rangsang luar tidak mampu diterima,
dan berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya.
c. Respon Perilaku dan Emosi
Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan), berbicara banyak dan
lebih cepat, dan perasaan tidak nyaman.
2. Kecemasan Berat
Pada kecemasan berat lahan persepsi menjadi sempit. Individu
cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal yang
lain. Individu tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak
pengarahan/tuntutan. Contoh: individu yang mengalami kehilangan harta
benda dan orang yang dicintai karena bencana alam, individu dalam
penyanderaan.
a. Respon Fisiologis
Sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringant dan
sakit kepala, penglihatan kabur.
b. Respon Kognitif
Lapang persepsi sangat menyempit dan tidak mampu menyelesaikan
masalah.
c. Respon Prilaku
Perasaan ancaman meningkat, verbalisasi cepat dan blocking.
7
3. Panik
Pada tingkat ini persepsi sudah terganggu sehingga individu sudah
tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa
walaupun sudah diberi pengarahan/tuntunan. Contoh: individu dengan
kepribadian pecah/despersonalisasi (Suliswati, 2005).
a. Respon Fisiologis
Nafas pendek, rasa tercekik, sakit dada, pucat, hipotensi, dan
rendahnya koordanasi motorik.
b. Respon Kognitif
Lapang persepsi terhadap lingkungan mengalami distorsi, tidak
dapat berfikir logis, dan kemampuan mengalami distorsi.
c. Respon Prilaku
Agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak-teriak, bocking,
presepsi kacau, kecemasan yang timbul dapat diidentifikasi melalui
respon yang dapat berupa respon fisik, emosional dan kognitif atau
intelektual.
D. Jenis-Jenis Kecemasan
Sedangkan menurut Freud (dalam Feist & Feist, 2012: 38) membedakan
kecemasan dalam tiga jenis, yaitu :
1. Kecemasan neurosis
Kecemasan neurosis adalah rasa cemas akibat bahaya yang tidak
diketahui. Perasaan itu berada pada ego, tetapi muncul dari dorongan id.
Kecemasan neurosis bukanlah ketakutan terhadap insting-insting itu
sendiri, namun ketakutan terhadap hukuman yang mungkin terjadi jika
suatu insting dipuaskan.
2. Kecemasan moral
Kecemasan ini berakar dari konflik antara ego dan superego.
Kecemasan ini dapat muncul karena kegagalan bersikap konsisten
dengan apa yang mereka yakini benar secara moral. Kecemasan moral
merupakan rasa takut terhadap suara hati. Kecemasan moral juga
8
memiliki dasar dalam realitas, di masa lampau sang pribadi pernah
mendapat hukuman karena melanggar norma moral dan dapat dihukum
kembali.
3. Kecemasan realistik
Kecemasan realistik merupakan perasaan yang tidak menyenangkan
dan tidak spesifik yang mencakup kemungkinan bahaya itu sendiri.
Kecemasan realistik merupakan rasa takut akan adanya bahaya-bahaya
nyata yang berasal dari dunia luar.
9
2. Respons Kognitif
Lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima rangsang luar
dan berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya.
3. Respons Perilaku
Gerakan tersentak-sentak, bicara berlebihan dan cepat, perasaan tidak
aman.
4. Respons Emosi
Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, sukacita
berlebihan, ketidakberdayaan meningkat secara menetap,
ketidakpastian, kekhawatiran meningkat, fokus pada diri sendiri,
perasaan tidak adekuat, ketakutan, distressed, khawatir, prihatin.
b. Uji psikologis
G. Penatalaksanaan Kecemasan
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap
pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat
holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik,
psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan makanan yang berigizi dan seimbang
b. Tidur yang cukup
c. Olahraga yang teratur
d. Tidak merokok dan tidak minum minuman keras
10
2. Terapi Psikofarmaka
Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas
(anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam,
buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
3. Terapi Somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan
atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan
keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang
ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan
dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan
diberi keyakinan serta percaya diri.
11
5. Terapi Psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya
dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai
problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial.
H. Mekanisme Koping
Adaptif (ansietas ringan) dan maladaptif (ansietas sedang, berat dan
panik). Menurut Stuart (2007). Ketika mengalami ansietas individu
menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya dan
ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab
utama terjadinya perilaku patologis. Ansietas tingkat ringan sering
ditanggulangi tanpa yang serius. Tingkat ansietas sedang dan berat
menimbulkan 2 jenis mekanisme koping :
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realitis tuntutan
situasi stress.
12
I. Pohon Masalah
J. Asuhan Keperawatan
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kecemasan adalah kondisi emosi dengan timbulnya rasa tidak nyaman
pada diri seseorang, dan merupakan pengalaman yang samar-samar disertai
dengan perasaan yang tidak berdaya serta tidak menentu yang disebabkan
oleh suatu hal yang belum jelas. Kecemasan disebabkan oleh 2 faktor yaitu
faktor predisposisi dan faktor presipitasi. Ketika mengalami ansietas individu
menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba mengatasi ansietas
tersebut.
B. Saran
1. Untuk Keluarga
Apabila sudah mengetahui dan memahami tentang kecemasan pada
pasien, maka sebagai orang terdekat dengan pasien harus memberikan
support dan dorongan yang efektif kepada pasien agar tidak terjadi hal-
hal yang tidak diinginkan.
2. Untuk Perawat
Bagi seorang perawat sebaiknya harus memahami dan mengerti tentang
konsep kecemasan agar dapat menerapkan dan memberikan pelayanan
yang efektif kepada pasien dan keluarga yang mengalami kecemasan.
3. Untuk Rumah Sakit
Bagi rumah sakit hendaknya mendekorasi ruangan rumah sakit dengan
seindah mungkin agar pasien tidak merasa cemas, takut dan gelisah
berada dirumah sakit serta agar pasien merasa nyaman berada dirumah
sakit sehingga hal yang tidak diinginkan tidak terjadi.
14
DAFTAR PUSTAKA
15