Abstarct
Bab 1
Pendahuluan
1.1.Latar Belakang
Bandara Internasional Soekarno Hatta yang berdiri diatas lahan 18 km2
merupakan Bandara kebanggan Bangsa Indonesia. Bandara Internasional
SoekarnoHatta memiliki 2 landasan pararel yang dipisahkan oleh taxiway
sepanjang 2,4 km. Bandara Internasional Soekarno Hatta terletak di Cengkareng,
Tangerang, Banten. Gambar 1.1 memperlihatkan tampak atas layout Bandara
Internasional Soekarno Hatta dari citra satelit.
pekerjaan. Ketepatan waktu pekerjaan menjadi hal yang harus dikontrol oleh
kontraktor karena waktu pekerjaan hanya 7 jam efektif.
Pekerjaan overlay runway memiliki target kemajuan sebesar 100 m tiap
harinya. Metode konstruksi dan alat berat yang digunakan harus mempunyai
produktivitas yang tinggi. Metode konstruksi yang digunakan harus dievaluasi jika
pekerjaan mengalami kemunduran. Selain mengevaluasi produktivitas, hambatan
yang terjadi saat pekerjaan juga dievaluasi.
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui kesesuaian metode pelaksanaan overlay runway.
2. Menganilisis produktifitas pelaksanaan pekerjaan overlay runway.
3. Mengetahui kendala yang terjadi saat pelaksanaan pekerjaan
4. Mengetahui kesesuaian Hot Mix Asphalt dengan spesifikasi dan kontrak.
1.4.Batasan Penelitian
4. Data hsil uji core drill dan hasil volume pekerjaan merupakan data minggu
ke 79 – 81.
1.5.Manfaat Penelitian
1. Memberikan wawasan baru tentang metode konstruksi overlay runway.
2. Dapat dijadikan tolak ukur bagi PT. Angkasa Pura tentang keefektivitasan
pekerjaan oleh kontraktor
3. Membuat kontraktor berkembang lebih baik lagi.
Bab 2
Tinjauan Pustaka
2.1 Overlay Runway
Overlay runway merupakan kegiatan melapis ulang permukaan perkerasan
dengan tujuan memperkuat daya dukung perkerasan. Pekerjaan overlay runway
sudah umum dilakukan pada bandar udara yang membutuhkan kapasitas yang lebih
besar. Kegiatan overlay dapat dilakukan pada runway yang sedang bekerja maupun
tidak. Tantangan yang terjadi pada overlay runway yang sedang bekerja adalah
waktu pengerjaan konstruksi runway.
Hachiya, dkk (2012) membahas pelaksanaan overlay runway selama
semalam .Pekerjaan overlay dilaksanakan harus memperhatikan kelayakan hasil
overlay yang harus dibebani oleh pesawat yang memiliki beban besar. Perkerasan
harus mampu menahan beban tanpa mengalami kerusakan setelah dilaksanakan
overlay. Hachiya, dkk (2012) meninjau Bandar Udara Fukuoka yang terletak di
Jepang. Bandar Udara Fukuoka merupakan salah satu bandar udara tersibuk di
Jepang yang melayani 140.000 penerbangan per tahun. Pekerjaan overlay
dilaksanakan pada rentan tahun 2000 sampai 2002. Kondisi bandara yang sibuk
mengakibatkan kegiatan overlay mengambil waktu dari pukul 23.00 sampai 06.00.
Berdasarkan Hachiya, dkk (2012) pekerjaan overlay runway yang dituntut
cepat membutuhkan bahan dan metode pelaksanaan yang aman dan aman. Strategi
yang digunakan dalam pelaksanaan overlay runway Bandar Udara Fukuoka sebagai
berikut:
1. Area yang dikerjakan pada rentan tahun 2000 hingga 2002 dilakukan pengikisan
sebesar 150 mm dan dilapis ulang kembali. Area yang terdapat air di bawah
lapisannya dikikis sedalam 50 mm dan dilapis ulang.
2. Adequate breathability digunakan pada wearing course untuk mencegah
terjadinya blistering. Pelaksanaan pekerjaan harus memiliki air void ratio
sebesar 4,5 %. Wearing course didesain memiliki ketebalan 80 mm untuk
mencegah pergeseran antara wearing dan binder course. Ketebalan 80 mm
dianggap memiliki kekuatan untuk mencegah gaya geser yang diakibatkan
beban horizontal pesawat.
6
2.4 Pemadatan
Pemadatan merupakan penggunaan gaya untuk mengurangi volume udara
dalam bahan. Tujuan dilaksanakan pemadatan adalah membuat perkerasan yang
stabil dan kuat. Hainin, dkk (2016) meneliti tentang kepadatan HMA saat
dilaksanakan pemadatan dengan beberapa jenis rollers dan perbedaan ketebalan.
Penelitian ini menggunakan steel drum compactor berbeban 11 Ton dan pneumatic
tire roller berbeban 15 Ton. Kedua alat pemadat tersebut akan memadatkan pada 7
10
lokasi yang setiap lokasinya memiliki panjang 40 m dan lebar 3,5 m. Setiap lokasi
memiliki spesifikasi campuran aspal yang berbeda.
Penelitian oleh Hainin, dkk (2016) menghasilkan kesimpulan bahwa :
1. Kepadatan maksimum didapatkan dengan menyesuaikan gradasi agregat dan
kondisi pemadatan. Setiap gradasi memiliki kebutuhan gaya pemadatan berbeda.
2. Suhu mempengaruhi hubungan rasio t/NMAS dan kepadatan saat pemadatan
perkerasan.
3. Pemadatan menggunakan roller dapat menyebabkan kerusakan apabila suhu
perkerasan di bawah 80℃.
4. Kemudahan pekerjaan dan pemadatan akan meningkat apabila tebal perkerasan
meningkat.
5. Ketebalan perkerasan berhubungan dengan kecepatan penurunan suhu. Semakin
tebal perkerasan maka kecepatan penurunan suhu rendah.
Zhang, dkk (2017) mengatakan bahwa salah satu pengujian kerataan hasil
pemadatan diuji dengan uji masa jenis dan rongga udara. Kerataan pemadatan
sangat penting karena kerataan dapat mencegah segregasi gradasi, segregasi suhu,
dan pemadatan yang jelek. Penelitian yang dilakukan oleh Zhang, dkk (2017)
bertujuan untuk mencari cara mendeteksi kerataan hasil pemadatan.
Material yang digunakan untuk penelitian adalah campuran aspal AC-13 dan
AC-20 dengan perbedaan gradasai. Campuran aspal dipadatkan dengan kondisi
suhu berbeda dan wheel roller. Percobaan ini akan menghasilkan indeks kepadatan
yang berupa Sr, SR, k, dan h. Keempat indeks tersebut dapat mencerminkan kerataan
hasil pemadatan. Hasil dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Parameter pemadatan yang berubah akan memberikan perubahan hasil pada
kepadatan. Parameter tersebut seperti suhu dan jumlah lintasan.
2. Kualitas kerataan distribusi kepadatan dapat dicari dengan standar deviasi dari
indeks Sr dan SR. Konsistensi kerataan distribusi kepadatan dapat dilihat dari
statistik pada indeks k dan h.
3. Kepadatan dibagi menjadi 3 berdasar rongga udara, yaitu kepatan tinggi, sedang,
dan rendah.
11
Bab 3
Landasan Teori
3.1 Job Mix Formula
Job mix formula merupakan perencanaan campuran aspal (Hot Mix Asphalt).
Hot Mix Asphalt (HMA) terdiri dari 2 bahan, yaitu agregat dan bitumen. Job mix
formula dilakukan di laboratorium, menggunakan 3 metode (Engineering, 2013).
Hasil yang didapat dari job mix formula.
b. Hveem Method
Hvvem method dikembangkan oleh F.N. Hveem. Indikator pengujian
campuran aspal yang digunakan oleh Hvvem method sama dengan indikator yang
digunakan dalam Marshall mix design. Tahap yang digunakan untuk menentukan
campuran aspal sebagai berikut : 1) stabilitas merupakan hal yang utama dalam
penentuan permukaan agregat, 2) kadar aspal ditentukan oleh luas permukaan,
tekstur, dan porositas dari agregat dan kekerasan aspal , 3) jika dibutuhkan, rongga
udara berjumlah 4 persen untuk menghindari bleeding. Hveem method
menggunakan kneading compaction (ASTM D1561) dalam percobaan mix design.
c. Superpave Method
Superpave method merupakan metode campuran aspal yang paling baru.
Superpave method dikembangkan sekitar tahun 1990 oleh Strategic Highway
Research Program (SHRP). Superpave method tetap memperhitungkan desain
volume dan uji performa.
Volume mix design memiliki tahap sebagai berikut : (a) pemilihan bahan, (b)
pemilihan struktur agregat, (c) pemilihan kadar aspal, dan (d) ketahanan air.
a. Dense Grade
Gradasi yang memiliki kepadatan yang maksimal. Gradasi agregat ini
memiliki kurva yang hamper 45 derajat. Komposisi yang dihasilkan oleh gradasi
ini membuat kepadatan maksimal.
13
b. Open-Graded
Gradasi agregat memiliki sifat seragam, sehingga gradasi ini akan
mencipatkan rongga jika digunakan. Kegunaan gradasi ini adalah pembuatan lapis
drainase.
c. Gap-Graded
Gap-graded memiliki fungsi yang sama dengan dense graded, yaitu
menciptakan kepadatan maksimum. Gap-graded memiliki agregat yang lolos pada
saringan tengah sangat sedikit, sehingga agregat kecil akan mengisi rongga yang
disediakan agregat besar. Praktik gradasi ini akan lebih ekonomis, tetapi dapat
menyebabkan mesin mudah macet karena agregat halus terlalu banyak.
lokasi pengahamparan, dan peralatan yang digunakan. Poin – poin berikut akan
menjelaskan keempat faktor tersebut.