SUNRISE (2)
Halaman Judul i
Lembar Pengesahan ii
Daftar Isi iii
Abstrak v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 3
1.4 Manfaat 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Beton 4
2.2. Beton Ringan Non Struktural 4
2.3. Abu Terbang (Fly Ash) 6
2.4. Batu Apung (Pumice Stone) 8
2.5. Bahan Inovasi Styrofoam 8
2.6. Coating 9
2.7. Kuat Tekan Beton 9
BAB III METODE PERENCANAAN
3.1. Metode Pembuatan 11
3.2. Pemilihan Bahan 12
3.3. Pengujian & Coating 12
3.4. Persiapan Material 12
3.5. Mix Design dan Benda Uji 13
3.6. Pembuatan Benda Uji 13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Uji Material 14
4.1.1. Uji Material Semen 14
4.1.2. Uji Material Pasir 15
4.1.3. Uji Material Kerikil 16
4.2. Inovasi Bahan 17
3
4.2.1. Styrofoam 17
4.2.2. Fly Ash 18
4.3. Perhitungan Mix Design 19
4
Pengaruh Substitusi Agregat Kasar Batu Apung dan Inovasi Limbah
Styrofoam dalam Campuran Beton Ringan Non - Struktural
Kata Kunci : Batu Apung, Styrofoam, Fly Ash, Berat jenis Beton, Beton ringan,
Metode DOE, kuat tekan.
5
BAB I
PENDAHULUAN
6
Pertumbuhan angka penduduk juga menyebabkan konsumsi pangan
masyarakat meningkat. Berbagai macam jenis sampah dari limbah domestik
pun meningkat. Limbah-limbah tersebut ada yang dapat dengan mudah
terurai dan ada yang sulit terurai. Salah satu limbah yang sulit terurai adalah
limbah styrofoam. Styrofoam dikenal sebagai salah satu dari busa polystyrene
yang dipadatkan dan biasa digunakan untuk wadah pembungkus makanan
yang dianggap lebih tahan lama dan membungkus barang elektronik.
Cara yang dipilih dalam pembuatan beton ini adalah memproses dan
memanfaatkannya sebagai agregat untuk membuat beton ringan non-
struktural, karena sesuai prinsip bahwa fungsi agregat adalah pengisi di dalam
campuran beton. Dalam jangka panjang, mengolah dan menggunakan
styrofoam bekas sebagai agregat beton ringan non-struktural, dapat berarti
ikut melestarikan batuan alam karena mengurangi kebutuhan untuk
menambang agregat alami yaitu batu dan pasir. (Giok Swan, 2014)
Hal ini menunjukkan bahwa limbah styrofoam dapat dimanfaatkan secara
optimal sebagai inovasi pada beton, sehingga lebih berdaya guna dan ramah
lingkungan. Hasil studi menunjukkan bahwa, limbah industri untuk bahan
campuran beton ternyata mampu meningkatkan daya kuat tekan dan
mengurangi biaya produksi beton (Simanjuntak,2000).
Pada saat ini telah dikembangkan beton ringan yang dibuat dari
campuran air, semen, pasir, dan styrofoam atau yang dikenal dengan gabus
putih. Beton yang dibuat dengan penambahan styrofoam dapat disebut beton-
styrofoam (styrofoam concrete) yang disingkat Styrocon (Ida Bagus Dharma
Giri, 2008). Penggunaan styrofoam dalam beton ringan dapat dianggap
sebagai rongga udara, namun styrofoam memiliki butiran yang kedap air.
Beton dengan styrofoam berat satuannya dapat dibuat hingga jauh lebih kecil
dibandingkan dengan beton normal.
7
1.2.2 Bagaimana hubungan antara persentase penambahan butiran styrofoam
dalam campuran beton terhadap berat jenis beton?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengaruh subtitusi bahan styrofoam dalam campuran
beton ringan non - struktural.
1.3.2 Mengetahui hubungan antara berat jenis beton dengan persentase
penambahan butiran styrofoam.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi pemerintah, dapat memberikan masukan dalam penanganan
limbah memanfaatkan styrofoam untuk mereduksi jumlah limbah
1.4.2 Bagi masyarakat, dapat memberi informasi mengenai pemanfaatan
styrofoam dalam pembuatan beton ringan sehingga masyarakat dapat
memanfaatkan limbah styrofoam dengan bijak.
1.4.3 Bagi akademisi, dapat memberikan informasi dan motivasi untuk
mengembangkan riset yang ada mengenai limbah terutama styrofoam
dalam pembuatan beton ringan yang memenuhi persyaratan.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Beton
Tri Mulyono (2005) dalam bukunya menjelaskan bahwa beton
merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan semen
hidrolik (portland cement), agregat kasar, agregat halus, air, dan bahan
tambah (admixture atau additive). Menurut SNI-03-2847-2002, pengertian
beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik lainnya,
agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang
membentuk masa padat. Beton disusun dari agregat kasar dan agregat halus.
Agregat halus yang digunakan biasanya adalah pasir alam maupun pasir yang
dihasilkan oleh industri pemecah batu, sedangkan agregat kasar yang dipakai
biasanya berupa batu alam maupun batuan yang dihasilkan oleh industri
pemecah batu.
Beton merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat
halus (pasir), agregat kasar (kerikil), air dengan tambahan adanya rongga-
rongga udara. Campuran bahan-bahan pembentuk beton harus ditetapkan
sedimikian rupa, sehingga menghasilkan beton basah yang mudah dikerjakan,
memenuhi kekuatan tekan rencana setelah mengeras dan cukup ekonomis
(Sutikno, 2003:1).
Beton normal dengan kualitas yang baik yaitu beton yang mampu
menahan kuat desak/hancur yang diberi beban berupa tekanan dengan
dipengaruhi oleh bahan-bahan pembentuk, kemudahan pengerjaan
(workability), faktor air semen (F.a.s) dan zat tambahan (admixture) bila
diperlukan (Alam, dkk).
9
kg/m3. Penggunaan beton ringan, dibandingkan beton umum lainnya
dikarenakan peninjauan dari sisi struktur akan lebih ringan, sehingga beban
konstruksi lebih ringan, dan dari sisi ekonomis akan meminimalkan biaya
produksi. Berdasarkan cara mendapatkan beton ringan menurut
Tjokrodimuljo (1996), beton ringan dapat dibedakan menjadi 3 jenis dasar
sebagai berikut:
1. Beton agregat ringan.
2. Beton busa.
3. Beton tanpa agregat halus (non pasir).
3
Berat jenis agregat ringan sekitar 1900 kg/m atau berdasarkan
3
kepentingan penggunaan strukturnya berkisar antara 1440 – 1850 kg/m ,
dengan kekuatan tekan umur 28 hari lebih besar dari 17.2 Mpa (Tri Mulyono,
2005). Menurut Tjokrodimuljo (2003), beton ringan adalah beton yang
mempunyai berat jenis beton antara 1000-2000 kg/m3. Berdasarkan berat
jenis dan pemakaiannya beton dapat dikelompokkan menjadi empat
kelompok seperti yang ditunjukan dalam Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Jenis-jenis Beton Berdasarkan Berat Jenis dan Pemakaiannya
Jenis-jenis Beton
Berdasarkan Berat Jenis Berat Jenis Beton
Pemakaian
dan Pemakaiannya Jenis (kg/m3)
Beton
Beton sangat ringan < 1000 Non struktur
Beton ringan 1000-2000 Struktur ringan
Beton normal 2300-2500 Struktur
Beton berat > 3000 Perisai sinar X
Sumber: Tjokrodimuljo, K (2003)
10
Tabel 1.2 Jenis-jenis Beton Ringan Berdasarkan Kuat Tekan, Berat Beton,
dan Agregat Penyusunnya.
Beton Ringan
Konstruksi Beton Kuat
Berat Isi Jenis Agregat Ringan
Ringan Tekan
3
(kg/m )
(MPa)
Struktural Agregat yang dibuat
• Minimum 17,24 1400 melalui proses pemanasan
• Maksimum 41,36 1850 batu serpih, batu apung,
batu sabak, terak besi atau
abu terbang;
Struktural ringan
Agregat mangan alami
• Minimum
seperti scoria atau batu
• Maksimum 6,89 800
apung
17,24 1400
Struktur sangat
ringan, sebagai 800 Pendit atau vermikulit
isolasi, maksimum
Sumber : SK SNI 03-3449-2002
11
dalam uap yang kemudian diuji pada umur 3, 7, 14 ,dan 28 hari menunjukkan
kuat tekannya meningkat. Tetapi sampai umur 28 hari belum ada yang sama
atau melebihi kuat tekan beton tanpa menggunakan fly ash.
Menurut ACI Committee 226, dijelaskan bahwa abu terbang (fly ash)
mempunyai butiran yang halus, yaitu lolos ayakan No. 325 (45 mili micron)
5-27 %. Fly ash umumnya berbetnuk bola padat atau berongga. Abu terbang
memiliki densitas 2,23 gr/cm3, dengan kadar air sekitar 4%. Fly ash memiliki
specific gravity antara 2,15-2,6 dan berwarna abu-abu kehitaman. Ukuran
partikel abu terbang hasil pembakaran batubara bituminous lebih kecil dari
0,075 mm. Fly ash memiliki luas area spesificnya 170-1000 m2/kg. Ukuran
partikel rata-rata abu terbang batu bara jenis sub bituminous 0,01
mm – 0,015 mm, luas permukaannya 1-2 m2/g, bentuk partikel mostly
spherical, yaitu sebagian besar berbentuk bola, sehingga menghasilkan
kelecakan yang lebih baik (Nugroho, P dan Antoni, 2007). Berdasarkan ACI
(Manual of concrete Practice 1993 Part I 226.3R-3), Fly ash dapat dibedakan
menjadi 3 jenis:
2.3.1.1. Kelas C
Fly ash yang mengandung CaO di atas 10% yang dihasilkan dari
pembakaran lignite atau sub-bitumen batubara (batubara muda).
Untuk fly ash tipe C, kadar SiO2 + Al2O3 + Fe2O3 > 50%. Kadar
CaO mencapai 10 %. Dalam campuran beton, jumlahan fly ash
yang digunakan sebanyak 15%-35% dari berat silinder.
2.3.2. Kelas F
Fly ash tipe F mengandung CaO lebih kecil dari 10% yang
dihasilkan dari pembakaran anthracite atau bitumen batubara. Fly
ash tipe F mempunyai kadar SiO2 + Al2O3 + Fe2O3 > 70%. Kadar
CaO fly ash tipe F kurang dari 5 %. Dalam campuran beton,
jumlahan fly ash yang digunakan sebanyak 15%-25% dari berat
silinder.
2.3.3. Kelas N
Pozzolan alam atau hasil pembakaran yang dapat digolongkan
antara lain tanah diatomic, opaline chertz, shales, tuff, dan abu
12
vulkanik, baik yang diproses melalui pembakaran atau tidak
melalui proses pembakaran.
13
bentuk plastik yang cukup regas. Polystyrene merupakan bahan yang baik
ditinjau dari segi mekanis maupun suhu namun bersifat agak rapuh dan lunak
o
pada suhu di bawah 100 C (Billmeyer, 1984). Polystyrene memiliki berat
sampai 1050 kg per 1 m3, kuat tarik sampai 40 MN/m2, modulus lentur
sampai 3 GN/m2, modulus geser sampai 0.990 GN/m2 dan angka poisson
0.330 (Crawford, 1998).
2.6. Coating
Coating merupakan perbaikan permukaan batu apung dengan
menggunakan pasta semen. Bahan coating menggunakan air dan semen
dengan perbandingan 1:1 dari berat semen. Bahan coating kemudian
dicampur dengan batu apung kurang lebih selama 3 menit. Hasil campuran
tersebut dikeringkan di suhu kamar selama kurang lebih 3 minggu agar semen
tersebut mengeras sehingga tidak mempengaruhi faktor air semen. Pengujian
absorpsi dilakukan untuk mengetahui perubahan permukaan berpori batu
apung sebelum dan sesudah coating. Hasi pengujian absorpsi sebelum coating
sebesar 36,07% dan sesudah coating sebesar 11,85%.
14
f’c: P ( N ) ...................................................................................(1)
A mm2
15
BAB III
METODE PERENCANAAN
Mulai
Persiapan Material
Mix Design
(Desain Campuran)
Benda Uji
Silinder 15/30
16
3.2. Pemilihan Bahan
Pada tahap ini dilakukan pemilihan bahan yang akan digunakan dalam
pembuatan beton seperti biasa yaitu Semen OPC (Ordinary Portland
Cement), Pasir lumajang, Kerikil pecah ukuran 20mm, dan Air.
Namun pemilihan bahan yang dipilih juga harus memperhatikan
pemanfaatan material lokal. Material lokal substitusi tersebut adalah dengan
penambahan Batu Apung, Abu terbang (fly ash) dan Styrofoam.
Batu Apung = Sebagai bahan substitusi kerikil, karena memiliki
kesamaan karakteristik fisik bahan yang keras dan mempunyai kelebihan
berat jenis lebih ringan daripada kerikil. Potensi ketersediaan batu apung,
mampu dimanfaatkan secara optimal.
Styrofoam dipilih sebagai bahan substitusi sebagian kerikil karena
Styrofoam ini memiliki berat jenis yang lebih ringan dibandingkan dengan
3
kerikil demi untuk mencapai beton ringan dengan berat jenis < 1900 gr/cm .
Abu terbang (fly ash) digunakan sebagai bahan tambahan dari semen
karena berfungsi sebagai perekat sama halnya dengan semen dengan
kandungan CaO, SiO2 , Al2O3 , Fe2O3 yang hampir sama dengan semen
serta butiran fly ash yang lebih kecil dibandingkan dengan semen dapat
membantu menutupi lubang / pori-pori pada kerikil dan dapat meningkatkan
kuat tekan beton.
17
a. Semen OPC (Ordinary Portland Cement)
b. Pasir lumajang
c. Kerikil ukuran maksimum 20mm.
d. Air
e. Batu Apung
f. Styrofoam butir
g. Abu terbang (fly ash)
a. Ayakan pasir
b. Cawan
c. Kerucut Terpancung
d. Cetok
e. Timbangan
f. Pemadat
g. Gelas ukur
h. Selang
i. Mesin aduk
j. Cetakan silinder 15/30
18
Bab IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
19
4.1.2 Uji Material Pasir
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui berat jenis kering
permukaan jenuh dan penyerapan pasir yang akan digunakan. Berat
jenis ini nantinya akan mempengaruhi berat volume mix design beton
yang akan dibuat. Pengujian dilakukan menggunakan tiga sampel
pasir dengan berat masing-masing sampel 250 gr. Tabel 4.2 Pengujian Berat
Jenis Pasir
Pengujian Rata-
No. Uraian Satuan
I II III Rata
1. Berat Pasir SSD (A) Gram 250 250 250 250
Berat picnometer + air
2. Gram 344 354 360 353
suling (B)
Berat picnometer + air
3. Gram 503 508 515 304
+ pasir (C)
3
Berat Jenis = A/(B+A-C) gr/cm 2,75 2,60 2,63 2,66
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, bahwa berat jenis pasir
3
yang digunakan dalam material beton adalah sebesar 2,662 gr/cm .
Berat jenis pasir yang memenuhi standar adalah 2,0 – 3,0
3
gram/cm . Maka berat jenis pasir telah memenuhi standar yang
ditentukan, karena hasil uji berada di antara berat yang menjadi syarat
berat jenis pasir.
Tabel 4.3 Pengujian Penyerapan Pasir
Pengujian Rata-
No. Uraian Satuan
I II III Rata
1. Berat Pasir SSD (A) Gram 250 250 250 250
Berat pasir kering oven
2. Gram 248 247 245 247
(B)
3
Penyerapan = A-B/B x 100% gr/cm 0,81% 1,21% 2,04% 1,35%
20
Penyerapan pasir yang memenuhi standar adalah < 5%. Maka
penyerapan pasir telah memenuhi standar yang ditentukan, karena
hasil uji berada dibawah dari presentasi syarat penyerapan pasir.
21
Penyerapan kerikil yang memenuhi standar adalah 1% - 5%.
Maka penyerapan pasir telah memenuhi standar yang ditentukan,
karena hasil uji berada diantara dari presentasi syarat penyerapan
kerikil.
4.2.1 Styrofoam
(Erni Setyowati, 2014), Bahan dasar styrofoam berasal plastik
stirena co-polymer or stirena polpy. Penggunaan styrofoam sendiri
sering digunakan sebagai bungkus makanan cepat saji, pembungkus
barang elektronik, dll. Namun penggunaan styrofoam ini memiliki
dampak yang buruk bagi pengguna maupun untuk lingkungan kita.
Diantaranya dampak untuk kesehatan, dikarenakan adanya kandungan
bakteri dan virus dalam styrofoam tersebut. Selain itu, dampak bagi
lingkungan yakni menimbulkan polusi di udara dan berdampak pada
lapisan ozon yang menghasilkan global warming.
Sehingga dengan adanya penambahan styrofoam dalam
pembuatan beton ringan, akan meminimumkan berat beton tersebut.
Selain itu penggunaan styrofoam tersebut akan mengurangi dampak
yang akan ditimbulkan bagi tubuh dan lingkungan kita. Berikut tabel
4.5 penurunan berat beton, apabila ditambahkan per 8 % styrofoam.
Penambahan Styrofoam (%) Rata-rata berat per unit (kg/m3)
0 2170,139
10 2044,594
20 1996,871
30 1864,319
40 1854,874
(Sumber data : Eni Setyowati, 2014)
22
4.2.2 Fly ash
Fly ash merupakan material yang berbentuk butiran halus ringan,
bundar, tidak poros, mempunyai kadar kadar bahan semen yang tinggi
dan mempunyai sifat pozzolanik (dapat beraksi dengan kapur bebas
yang dilepaskan semen saat proses hidrasi dan membentuk senyawa
yang bersifat mengikat pada temperatur normal dengan adanya air).
Penambahan fly ash pada beton, memiliki beberapa kelebihan yakni :
memperbaiki kinerja workbility, mengurangi biaya pekerjaan beton,
mepertinggi kekuatan tekan beton, mengurangi porositas dan daya
serap air dalam beton. (Cain, 1994: 500-508). Berikut tabel hasil
pengujian kuat kuat tekan beton kubus pengganti semen dengan fly
ash 20 %.
Kuat Tekan
Setelah
Luas Beban Umur Dikonversikan
Berat fc’
tampang max max ke-28 hari
(gr) (Mpa)
2 2
(cm ) (cm ) (hari) fc’ Rata-
fc’
rata
(Mpa)
(Mpa)
7395 225 365 7 16,22 24,95
7345 225 370 7 16,44 25,28 26,54
7392 225 430 7 19,11 29,39
7555 225 520 14 23,11 26,25
7614 225 545 14 24,22 27,51 27,60
7661 225 575 14 25,56 29,04
7675 225 650 21 28,89 30,42
7681 225 670 21 29,78 31,36 30,58
7693 225 640 21 28,44 29,95
7690 225 785 28 34,89 34,05
7687 225 760 28 33,78 32,97 33,91
7670 225 800 28 35,56 34,70
23
(Sumber : Mardiono, Pengaruh Pemanfaatan Abu Terbang/ fly ash
dalam beton mutu tinggi)
24
Berat jenis gabungan
18 (0,85 + 1,81) = 2,66
agregat
3
19 Berat jenis beton 1763,40 kg/m
Kadar Agregat
3
20 1163,40 kg/m
gabungan
3
21 Kadar Agregat halus 645,60 kg/m
3
22 Kadar agregat kasar 517,80 kg/m
Semen Pasir Kerikil Air
Banyak bahan tiap 1
225
3
m campuran 375 kg 645,60 kg 517,80 kg
liter
Berat jenis Relatif Agregat Gabungan
= 49 % x 1300
= 637 kg
Kadar Agregat Kasar
= 51 % x 1300
= 663 kg
Jumlah air dalam Agregat Halus
Absorbsi agregat halus (A) = 0,5 %
Kadar air agregat halus (KA) = 1,85 %
( )
= - 8,60 kg
25
Jumlah Air dalam Agregat Kasar
Absorbsi agregat kasar (A)
= 8,1 %
Kadar air Agregat Kasar (KA)
= 30 %
Jumlah Air dalam Agregat Kasar = ( )
= ( – )
= - 145,197 kg
3 3
Berat Jenis Total = 1763,40 kg/m < 1900 kg/m .................. (Ok)
26
4.3.3 Subtitusi Material Dalam Mix Design Beton Ringan
Dalam perencanaan beton inovasi ini direncanakan dengan mereduksi
semen dengan fly ash sebesar 20% dan mensubstitusi agregat kasar
dengan batu apung sebesar 80% serta styrofoam sebesar 8%. Semen
yang dibutuhkan sebagai berikut :
3
Fly ash = 375 kg x 20% = 75 kg/m
3
Semen = 375 -75 = 300 kg/m
3
Styrofoam = 517,80 x 8% = 41,42 kg/m
3
Kerikil = 517,80 – 51,78 = 62,14 kg/m
27
Air = 1,19 ltr x 30% = 0,36 liter
Jadi komposisi tiap material
Batu Apung = 2,07 kg + 0,62 kg = 2,69 kg
Styrofoam 8 % = 0,22 kg + 0,07 kg = 0,29 kg
Fly ash 20 % = 0,40 kg + 0,12 kg = 0,52 kg
Semen = 1,50 kg + 0,45 kg = 1,95 kg
Pasir = 3,42 kg + 1,03 kg = 4,45 kg
Kerikil = 0,33 kg + 0,10 kg = 0,43 kg
Air = 1,19 ltr + 0,36 ltr = 1,55 ltr
Penggunaan mix design dari beton ringan ini ditujukan untuk
pembangunan gedung bertingkat. Seperti dalam pembangunan
dinding dan plat pondasi.
3
4.4 Perbandingan RAB/ m
4.4.1 Rencana Anggaran Biaya Material
3
Perhitungan biaya material m adalah sebagai berikut :
Harga
No Bahan Satuan Satuan Jumlah Total
(Rp)
Semen Gresik 50
1. Kg 1300 375 kg Rp487.500,00
kg
2. Pasir Lumajang Kg 400 645,60 kg Rp258.240,00
3. Kerikil Kg 175 517,80 kg Rp90.615,00
4. Air Liter 5 225 liter Rp1.125,00
Total Rp837.480,00
3
Didapatkan harga per m beton normal sebesar Rp. 837.480,00
28
50 kg
2. Pasir Lumajang Kg 400 645,60 kg Rp 258.240,00
3. Kerikil Kg 175 62,14 kg Rp 10.874,50
4. Fly ash Kg 400 75,00 kg Rp 30.000,00
5. Air Liter 5 225 liter Rp 1.125,00
6. Styrofoam butir Kg 0 41,42 kg Rp 0,00
7. Batu Apung Kg 5000 2,07 kg Rp 10.350,00
Total Rp 700.589,50
3
Didapatkan harga per m beton ringan dengan inovasi sebesar Rp.
700.589,00.
3
Dari hasil RAB per m diatas dapat disimpulkan bahwa beton
harga beton inovasi bahan lebih murah Rp. 136.890,50. Sehingga
dengan harga yang lebih murah dapat dipertimbangkan untuk
pembuatan beton ringan.
29
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang penulis lakukan dapat disimpulkan
5.2. Saran
Diharapkan adanya penelitian lanjutan mengenai subtitusi bahan batu
apung, styrofoam dan fly ash dalam pembuatan beton ringan, sehingga dapat
dijadikan sebagai salah satu alternatif pembuatan pada beton ringan non
struktural dan ramah lingkungan.
30
DAFTAR PUSTAKA
Swan, Cecilia Lauw Giok dan Buen Sian. 2014. Penelitian Beton Ringan
Non-Struktural dengan Agregat Styrofoam Bekas. Research Report –
Engineering Science. Volume 1. Diakses dari
http://journal.unpar.ac.id/index.php/rekayasa/article/view/771/755 pada
25 September 2016.
31
Tripriyo AB, Dionisius., I Gusti Putu Raka., dan Tavio. 2010. Beton Agregat
Ringan dengan Substitusi Parsial Batu Apung sebagai Agregat Kasar.
Digital Library Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Diakses dari
http://digilib.its.ac.id/ITS-Article-3400011000179/136.coarse-agregat
pada 25 September 2016.
32