Anda di halaman 1dari 68

MAKALAH

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


TERHADAP PENYAKIT DIABETES MELLITUS

NAMA KELOMPOK:

1. PUTU APRILIA PRATAMA


2. NI NYOMAN CAHAYU HARTA NINGRUM
3. KADEK DIAN SRI WIDNYANI
4. PUTU ITA WIJAYANTI
5. PUTU JEMMY KHERISNA SARI
6. KADEK DEWI MULYAWATI
7. NI LUH GEDE MELDA ROSITA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

S1 ILMU KEPERAWATAN

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Proses penuaan pasti terjadi baik perempuan maupun laki-laki, juga pada semua makhluk
hidup. Hingga kini belum ditemukannya cara untuk mencegah proses penuaan. Penyebab
penuaan adalah mulai berkurangnya proses pertumbuhan,pembelahan sel, dan berkurangnya
proses metabolisme tubuh. Akibatnya, terjadi gangguan terhadap kulit, selaput lendir, tulang,
sistem pembuluh darah, aliran darah,metabolisme vitamin, dan fungsi otak. Masalah kesehatan
yang berhubungan dengan gangguan sistem endokrin terjadi sepanjang siklus kehidupan. Sistem
endokrin penting untuk mempertahankan dan mengatur fungsi vital tubuh, misalnya stress,
tumbuh kembang, homeostasis,reproduksi, dan metabolisme energi. Salah satu penyakit yang
terdapat pada sistem endokrin yaitu diabetes militus.

Diabetes melitus (DM) merupakan keadaan yang sering kali dikaitkan dengan
meningkatnya risiko kesakitan dan kematian. Lanjut usia(lansia) yang menderita DM seringkali
juga mengalami penyakit lainnya,ketidak mampuan fisik, gangguan psikososial dan fungsi
kognisi, serta meningkatnya pelayanan kedokteran. Pada akhirnya, komplikasi yang terjadi akan
mempengaruhi kualitas hidup lansia. Prevalensi DM sebesar 15,8% didapatkan pada kelompok
usia 60-70 tahun dan lansia wanita memiliki prevalensi lebih tinggi dari lansia pria. Rata-rata
skor domain kondisi lingkungan lebih tinggi pada lansia yang tidak menderita DM dan rata-rata
skor kesehatan fisik lebih tinggi pada lansia yang menderita obesitas. Semakin besar indeks
massa tubuh maka skor domain kesehatan fisik akan semakin meningkat secara drastis.
Ketertarikan kami mengangkat judul makalah ini khususnya pada diabetes militus yaitu karena
kebanyakan di rumah sakit ditemui orang yang menderita DM adalah lansia dan kita sebagai
perawat dapat melakukan tindakan keperawatan dalam mengatasi penyakit DM pada lansia. Dan
juga mengetahui komplikasi DM pada lansia.
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang dimaksud dengan diabetes mellitus ?


2. Bagaimanakah etiologi dari diabetes mellitus ?
3. Bagaimanakah patofisiologi dari diabetes mellitus ?
4. Bagaimanakah WOC dari diabetes mellitus ?
5. Bagaimanakah manifestasi klinis dari diabetes mellitus ?
6. Apasajakah komplikasi yang bisa terjadi pada diabetes mellitus ?
7. Apasajakah kriteria diagnosis diabetes mellitus ?
8. Bagaimanakah penatalaksanaan penyakit diabetes mellitus ?
9. Bagaimanakah asuhan keperawatan untuk penyakit diabetes mellitus ?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui definisi dari diabetes mellitus


2. Untuk mengetahui etiologi dari diabetes mellitus
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari diabetes mellitus
4. Untuk mengetahui bagimana WOC dari diabetes mellitus
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari diabetes mellitus
6. Untuk mengetahui komplikasi yang terjadi pada diabetes mellitus
7. Untuk mengetahui bagaimana kriteria diagnosis pada diabetes mellitus
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit diabetes mellitus
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan untuk penyakit diabetes mellitus

1.4 MANFAAT

1. Agar mahasiswa mengetahui definisi dari diabetes mellitus


2. Agar mahasiswa mengetahui etiologi dari diabetes mellitus
3. Agar mahasiswa mengetahui patofisiologi dari diabetes mellitus
4. Agar mahasiswa mengetahui bagimana WOC dari diabetes mellitus
5. Agar mahasiswa mengetahui manifestasi klinis dari diabetes mellitus
6. Agar mahasiswa mengetahui komplikasi yang terjadi pada diabetes mellitus
7. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana kriteria diagnosis pada diabetes mellitus
8. Agar mahasiswa mengetahui penatalaksanaan penyakit diabetes mellitus
9. Agar mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan untuk penyakit diabetes mellitus
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 TINJAUAN TEORITIS MEDIS

2.1.1 Definisi

Diabetes militus merupakan kelaianan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah
tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi. Pada DM
kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pangkreas dapat
menghentikan sama sekali produksi insulin. Keadaan ini menimbulkan hiperglikemia yang dapat
mengakibatkan komplikasi metabolic akut seperti diabetes ketoasidosis dan sindrom
hiperglikemik hyperosmolar nonketotik (HHNK). Hiperglekemia jangka panjang dapat ikut
menyebabkan komplikasi mikrovaskuler yang kronis (penyakit ginjal dan mata) serta komplikasi
neuropatik (penyakit pada syaraf) , DM juga disertai dengan peningkatan insiden penyakit makro
vaskuler yang mencangkup infarkmiokard, stroke, dan penyakit vaskuler perifer.

Klien yang mendapatkan tindakan amputasi organ tubuhnya, merupakan salah satu
bentuk masalah yang tersendiri yang juga menjadi objek penyelenggaraan asuhan keperawatan.
Keperawatan secara holistic akan memandang masalah yang di hadapi klien berbagai aspek
hidup yaitu biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Masalah yang dihadapi klien yang
mengalami amputasi tidak hanya upaya memenuhi kebutuhan fisik semata, tetapi lebih dari itu
perawat. Berusaha mempertahankan integritas diri klien secara utuh, sehingga tidak
menimbulkan komplikasi fisik selama kegiatan intra operative, gangguan mental, dan akhirnya
klien mampu mencapai kesehatan yang optimal dalam pengertian klien produktif bagi diri,
keluarga dan masyarakat.

Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memsiahkan bagian tubuh sebagain atau
seluruh bagian ekstreminitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi
pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstriminitas sudah tidak mungkin
untuk diperbaiki dengan menggunakan teknik lain sehingga kondisi organ dapat menyebabkan
keselamatan tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi insfeksi.

2.1.2 Etiologi

DM mempunyai etiologi yang heterogen ,dimana berbagai lesi dapat menyebabkan


insufesinesi insulin, tetapi determinan genetic biasanya memegang peranan penting pada
mayorits DM, faktor lain yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu:

1. Kelainan sel beta pangkreas, berkisar dari hilang sel beta sampai kegagalan sel beta
melepas insulin.
2. Faktor-faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta ,antara lain agen yang dapat
menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang di proses
secara berlebihan , obesitas dan kehamilan.
3. Gangguan system imunitas. System ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang
disertai pembentukan sel-sel antibody anti pankreatik dan mengakibatkan kerusakan
sel-sel penghasil insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan terhadap
insulin terhadap kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membrane sel yang
responser terhadap insulin.
Menurut Hanifah (2005) Diabetes Militus dapat disebabkan karena:
1. Usia ( > 45tahun )
2. Obesitas (BB >120% BB ideal atau IMT > 25kg/M3)
3. Hipertensi (TD > 140/90 mmHg)
4. Riwayat keluarga DM
5. Riwayat melahirkan dengan bayi BB >4000 gr
6. Riwayat DM pada kehamilan (DM Gestasional)
7. PJK, TBC, Hipertiroidisme
8. Kadar lipid (kolestrol HDL < 35 mg/dl atau trigliserida>200 mg/dl
Penyebab utama pada era globalisasi ini adanya perubahan gaya hidup (pola
makan dan kurang aktivitas ), stress, kelainan genetic, usia yang semakin tua
dengan fungsi organ dalam tubuh sudah tidak dapat bekerja semaksimal
mungkin. Sedangkan indikasi tindakan amputasi dapat dilakukan pada
kondisi:
1. Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin diperbaiki
2. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki
3. Gangguan vaskuler atau sirkulasi pada ekstrimitas yang berat
4. Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebarke organ tubuh
lainnya
5. Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara
koservatif
6. Deformatis organ

Berdasarkan pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi:

1. Amputasi selektif atau terencana


Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat
penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi
dilakukan sebagai salah satu tindakan alternative terakhir.
2. Amputasi akibat trauma
Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak
direncanakan. Kegiatan tim kesehatan dalam memperbaiki kondisi amputasi
serta memperbaiki kondisi umum klien.
3. Amputasi darurat
Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya
merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma
dengan patah tulang multiple dan kerusakan / kehilangan kulit yang luas.
Jenis amputasi yang dikenal adalah:
1. Amputasi terbuka
Amputasi terbuka dilakukan pada infeksi yang berat dimana pemotongan
pada tulang dan otot pada tingkat yang sama
2. Amputasi tertutup
Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan
dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan
memotong kurang lebih 5cm dibawah potongan otot dan tulang.
Setelah dilakukan tindakan pemotongan, maka kegiatan selanjutnya
meliputi perawatan luka, operasi ,atau mencegah terjadinya infeksi ,
menjaga kekuatan otot atau mencegah kontraktur, mempertahankan intake
dan persiapan untuk penggunaan protese (mungkin)

Berdasarkan pada gambaran prosedur tindakan pada klien yang mengalami amputasi
maka perawat memberikan asuhan keperawat pada klien sesuai dengan kompetensinya.

2.1.3 Patofisiologi

Sebagian besar gambaran patologi dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek
utama akibat kurangnya insulin berikut:

1. Berkurangnya pemakaian glukosa sel-sel tubuh yang mengakibatkan naiknya kosentras


iglukosa darah setinggi 300-1200 mg/dl

2. Peningakatan mobilitas lemak dari daerah penyimpanan lemak yang mengakibatkan


terjadinya metabolism lemak yang abnormal disertai dengan endepan kolestrol pada dinding
pembuluh darah

3. Berkurangnya protein pada jaringan tubuh. Klien yang mengalami defisiensi insulin
tidak dapat mempertahankan kada rglukosa plasma puasa yang normal atau tolerans isesudah
makan. Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi ambang ginjal normal ( kosentrasi glukosa
darah sebesar 160-280mg/100ml), akan timbul glikosuria karena tubulus-tubulus renalis tidak
akan menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotic
yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida ,potassium ,danposfat. Adanya
poliuri menyebabkan dehidrasi dan polidifsi, akibat glukosa yang keluar bersama urin maka
klien akan mengalami keseimbangan protein negative dan berat badan menurun serta cenderung
terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah asthenia atau kekurangan energy sehingga klien menjadi
lelah dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga
berkurangnya kerbohidrat untuk energy. Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan
aterosklerosis, penebalan membrane basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan
memudahkan terjadinya gangren .

Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM akibat hiperglikemia,
yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi.

1. Teori sorbitol

Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel dan


jaringan tertentu dan dapat menstransport glukosa tanpa insulin. Glukosa yang berlebihan ini
tidak akan termetabolisme habis secara normal melalui glikosis ,tetapi sebagian dengan
perantaraan enzim aldose reduktaserakan diubah menjadi sorbitol. Sorbitol akan tertumpuk
dalam sel/ jaringan tersebut menyebabkan kerusakan dan perubahan fungsi.

2. Teori glikosilas

Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi pada semua


protein, terutama yang mengandung senyawa lisin. Terjadinya proses glikosilasi pada protein
membrane basal dapat menjelaksan semua komplikasi baik makro mau pun mikro vaskuler.

Terjadinya kaki diabetes (KD) sendiri disebabkan oleh faktor-faktor disebutkan dalam
etiologi. Faktor utama yang berperan timbulnya KD adalah engiopati, neuropati dan infeksi.
Neuropati merupakan faktor penting untuk terjadinya KD. Adanya neuropati perifer akan
menyebabkan terjadinya gangguan sensorik maupun motorik. Gangguan sensorik akan
menyebabkan hilang atau menurutnya sensasi neyri pada kaki sehingga akan mengalami trauma
tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya atrofi otot kaki, sehingga merubah titik tumpu yang
menyebabkan ulsetrasi pada kaki klien. Angiopati akan menyebabkan terganggunya aliran darah
ke kaki. Apabila sumbatan terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan
merasa sakit tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Manifestasi gangguan pembuluh
darah yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin,nyeri kaki di malam hari , denyut arteri
hilang ,kaki menjadi pucat bila di naikkan. Adanya angiopati tersebut akan penyebabkan
terjadinya penurun asupan nutrisi , oksigen (zat asam) serta antibiotika sehingga menyebabkan
luka sulit sembuh (Levin,1993). Infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai KD
akibatnya berkurangnya aliran darah atau neuropati , sehingga faktor aneopati dan infeksi
berpengaruh terhadap penyembuhan atau pengobatan dari KD.

Jenis-jenis Diabetes

Tipe I : Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)

Kurang lebih 5% sampai 10 % penderita diabetic adalah tipe I ,sel-sel dari pangkreas
yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh autoimun. Diperlukan suntikan insulin
untuk mengontrol kadar gula darah. Awetannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30
tahun .

Tipe II : Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)

Kurang lebih 90% sampai 95% penderita diabetic adalah tipe II. Kondisi ini diakibatkan
oleh penurunan sesitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah
pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah dengan diet dan olahraga , jika kenaikan kadar
glukosa darah menetap , suplemen dengan preparat hipoglikemia (suntikan insulin di butuhkan ,
jika preparat oral tidak dapat mengontrol hiperglikemia ) , terjadi paling sering pada mereka
yang berusia lebih kurang dari 30 tahun dan mereka yang obesitas.

2.1.4 WOC

DM Tipe II
DM Tipe I

Insulin tidak dapat Secresi


Resistensi
dihasilkan insulin
insulin

Hiperglikemia Insulin masih


Penurunan
reaksi insulin dpt m’proses
Hiperglikemia
postprandial
Pengambilan insulin Ketoasidosis
dijaringan Diabetic tdk
terjadi
Produksi ginjal
tidak maksimal

Sel-sel beta
Glukosuria prosess

Deuresis Osmotik Kadar glukosa

Kurang
Urinasi pengetahuan
Poliuria n
Gangguan Sensorik Motorik
Pola tidur
Cemas
Dehidrasi Sensasi nyeri Otot kaki
pd kaki menjadi atropi
Kerusakan
Haus
/Polidipsi
integritas kulit
kulit Adanya ulkus Merubah titik
tumpu timbul
ulserasi
Selera Anoreksia
makan/polifagia
Aliran
Kelelahan & Timbulnya darah
Kelemahan angiopati
tergngg
u
Asupannutrisi,O2
,Antibiotik t’ganggu

Resiko Tindakan Luka sulit


infeksi amputasi sembuh

2.1.5 Manifestasi Klinis

Dari sudut klien DM sendiri , hal yang sering menyebabkan pasien datang berobat ke
dokter dan kemudian d diangnosis sebagai DM dengan keluhan :
1. Kelainan kulit : gatal-gatal dan bisul
2. Kelainan ginekolosis : keputihan
3. Kesemutan , rasa baal
4. Kelemahan tubuh
5. Luka atau bisul yang tidak kunjung sembuh
6. Infeksi saluran kemih

Kelainan kulit berupa gatal , biasanya terjadi biasanya terjadi di daerah genetalia ataupun
daerah lipatan kulit lain seperti di ketiak dan di bawah payudara , biasanya timbul akibat jamur ,
sring pula d keluhkan timbulnya bisul bisul atau luka yang lama tidak sembuh. Pada wanita
keputihan merupakan salah satu keluhan yang sering menyebabkan pasien datang ke dokter ahli
kebidanan. Jamur terutama kandida merupakan penyebab tersering dari keluhan klien.

Rasa baal kesemutan akibat sudah terjadinya neorupati , juga merupakan keluhan pasien,
di samping keluhan lemah dan mudah merasa lelah. Pada klien laki laki mungkin keluhan
impotensi yang menyebabkan klien datang kedokter. Keluhan lain mata kabur yang di sebabkan
katarak ataupun gangguan repraksi akibat perubahan – perubahan pada lansia oleh hiperglikemia
. Mungkin pula keluhan tersebut di sebabkan kalainan pada corpus vitreum . Diplopia binocular
akibat kelumpuhan smentara otot bola mata dapat mula merupakan salah satu sebab klien
berobat ke dokter mata .

Diabetes mungkin pula di temukan pada paien yang berobat untuk infeksi saluran kemih
dan untuk tubercolosis paru. Jika pada klien kemudian ditanyakan dengan teliti mengenai gejala
dan tanda DM, pada umumnya juga akan ditemukan tanda gejala DM, yaitu poliuria akibat
dieresis osmotic,polidipsia,polifagia dan berat badan menurun .

2.1.6 Komplikasi DM

Komplikasi diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi akut dan kronis. Yang termasuk
dalam komplikasi akut adalah hipoglikemia, diabetes ketoasidosis (DKA), dan hyperglycemic
hyperosmolar nonketocic coma (HHNC). Yang termasuk dalam komplikasi kronis adalah
retinopati diabetic, nefropati diabetic, neuropati, dislipidemia, dan hipertensi.
a. Komplikasi akut

1) Diabetes ketoasidosis

Diabetes ketoasidosis adalah akibat yang berat dari deficit insulin yang berat pada
jaringan adipose, otot skeletal, dan hepar. Jaringan tersebut termasuk sangat sensitive terhadap
kekurangan insulin. DKA dapat dicetuskan oleh infeksi ( penyakit)

b. Komplikasi kronis

1) Retinopati diabetic

Lesi paling awal yang timbul adalah mikroaneurism pada pembuluh retina. Terdapat pula
bagian iskemik, yaitu retina akibat berkurangnya aliran darah retina. Respon terhadap iskemik
retina ini adalah pembentukan pembuluh darah baru, tetapi pembuluh darah tersebut sangat
rapuh sehingga mudah pecah dan dapat mengakibatkan perdarahan vitreous. Perdarahan ini bisa
mengakibatkan ablasio retina atau berulang yang mengakibatkan kebutaan permanen.

2) Nefropati diabetic

Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic adalah glomerulosklerosis yang nodular yang
tersebar dikedua ginjal yang disebut sindrom Kommelstiel-Wilson. Glomeruloskleriosis nodular
dikaitkan dengan proteinuria, edema dan hipertensi. Lesi sindrom Kommelstiel-Wilson
ditemukan hanya pada DM.

3) Neuropati

Neuropati diabetic terjadi pada 60 – 70% individu DM. neuropati diabetic yang paling
sering ditemukan adalah neuropati perifer dan autonomic.

4) Displidemia

Lima puluh persen individu dengan DM mengalami dislipidemia.

5) Hipertensi

Hipertensi pada pasien dengan DM tipe 1 menunjukkan penyakit ginjal,


mikroalbuminuria, atau proteinuria. Pada pasien dengan DM tipe 2, hipertensi bisa menjadi
hipertensi esensial. Hipertensi harus secepat mungkin diketahuin dan ditangani karena bisa
memperberat retinopati, nepropati, dan penyakit makrovaskular.

6) Kaki diabetic

Ada tiga factor yang berperan dalam kaki diabetic yaitu neuropati, iskemia, dan sepsis.
Biasanya amputasi harus dilakukan. Hilanggnya sensori pada kaki mengakibatkan trauma dan
potensial untuk ulkus. Perubahan mikrovaskuler dan makrovaskuler dapat mengakibatkan
iskemia jaringan dan sepsis. Neuropati, iskemia, dan sepsis bisa menyebabkan gangrene dan
amputasi.

7) Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di bawah 60 mg/dl, yang
merupakan komplikasi potensial terapi insulin atau obat hipoglikemik oral. Penyebab
hipoglikemia pada pasien sedang menerima pengobatan insulin eksogen atau hipoglikemik oral.

2.1.7 Kriteria Diagnosis

1) Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL (11.1 mmol/L)


Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
memperhatikan waktu makan terakhir atau
2) Gejala klasik DM + Kadar glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL (7.0 mmol/L)
Puasa diartikan pasien tak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam atau
3) Kadar glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200mg/dL (11.1 mmol/L)
TTGO dilakukan dengan standard WHO, menggunakan beban glukosa yang setara
dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.

2.1.8 Penatalaksanaan

Dalam jangka pendek penatalaksanaan DM bertujuan untuk menghilangkan keluhan


atau gejala sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk mencegah komplikasi.

Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara menormalkan kadar glukosa. Penatalaksanaan

pada diabetes melitus yaitu :

a. Perencanaan makan

Pada diet DM harus memperhatikan jumlah kalori, jadwal makan, dan jenis makan

yang harus dihindari adalah gula. Menurut Tjokro Prawiro (1999), penentuan gizi

penderita dilakukan dengan menghitung prosentase Relatif Body Weigth dan

dibedakan menjadi:

- Kurus : berat badan relatif : <90%

- Normal : berat badan relatif : 90-110%

- Gemuk : berat badan relatif : >110 %

- Obesitas : berat badan relatif : >120 %

 Obesitas ringan 120 – 130 %

 Obesitas sedang 130 – 140 %

 Obesitas berat 140 – 200 %

 Obesitas morbid > 200 %

Apabila sudah diketahui relatif body weigthnya maka jumlah kalori yang diperlukan

sehari-hari untuk penderita DM adalah sebagai berikut :

- Kurus : BB x 40-60 kalori / hari

- Normal ; BB x 30 kalori / hari

- Gemuk : BB x 20 kalori / hari


- Obesitas : BB x 10-15 kalori / hari

b. Latihan jasmani

Dianjurkan latihan jasmani secar teratur 3 -4 x tiap minggu selama ½ jam. Latihan

dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki, joging, lari, renang, bersepeda dan

mendayung. Tujuan latihan fisik bagi penderita DM :

- Insulin dapat lebih efektif

- Menambah reseptor insulin

- Menekankenaikan berat badan

- Menurunkan kolesterol trigliseriid dalam darah

- Meningkatkan aliran darah

c. Terapi Obat (jika diperlukan)

 Obat Hipoglikemik Oral (OHO)


a) Golongan sulfonilurea seringkali dapat menurunkan kadar gula darah secara
adekuat pada penderita diabetes tipe II, tetapi tidak efektif pada diabetes tipe I.
Contohnya adalah glipizid, gliburid, tolbutamid dan klorpropamid. Obat ini
menurunkan kadar gula darah dengan cara merangsang pelepasan insulin oleh pankreas
dan meningkatkan efektivitasnya.
b) Obat lainnya, yaitu metformin, tidak mempengaruhi pelepasan insulin tetapi
meningkatkan respon tubuh terhadap insulinnya sendiri. Akarbos bekerja dengan cara
menunda penyerapan glukosa di dalam usus.
c) Obat hipoglikemik per-oral biasanya diberikan pada penderita diabetes tipe II jika diet
dan oleh raga gagal menurunkan kadar gula darah dengan cukup.Obat ini kadang bisa
diberikan hanya satu kali (pagi hari), meskipun beberapa penderita memerlukan 2-3 kali
pemberian.
d) Jika obat hipoglikemik per-oral tidak dapat mengontrol kadar gula darah dengan baik,
mungkin perlu diberikan suntikan insulin.
 Terapi Sulih Insulin

Pada diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat menghasilkan insulin sehingga harus diberikan
insulin pengganti. Pemberian insulin hanya dapat dilakukan melalui suntikan, insulin
dihancurkan di dalam lambung sehingga tidak dapat diberikan per- oral (ditelan).

Bentuk insulin yang baru (semprot hidung) sedang dalam penelitian. Pada saat ini,
bentuk insulin yang baru ini belum dapat bekerja dengan baik karena laju
penyerapannya yang berbeda menimbulkan masalah dalam penentuan dosisnya. Insulin
disuntikkan dibawah kulit ke dalam lapisan lemak, biasanya di lengan, paha atau dinding perut.
Digunakan jarum yang sangat kecil agar tidak terasa terlalu nyeri.

Insulin terdapat dalam 3 bentuk dasar, masing-masing memiliki kecepatan dan lama kerja
yang berbeda:

1) Insulin kerja cepat.

Contohnya adalah insulin reguler, yang bekerja paling cepat dan paling sebentar. Insulin
ini seringkali mulai menurunkan kadar gula dalam waktu 20 menit, mencapai
puncaknya dalam waktu 2-4 jam dan bekerja selama 6-8 jam. Insulin kerja cepat seringkali
digunakan oleh penderita yang menjalani beberapa kali suntikan setiap harinya dan disutikkan
15-20 menit sebelum makan.

2) Insulin kerja sedang.

Contohnya adalah insulin suspensi seng atau suspensi insulin isofan. Mulai
bekerja dalam waktu 1-3 jam, mencapai puncak maksimun dalam waktu 6-10 jam dan bekerja
selama 18-26 jam. Insulin ini bisa disuntikkan pada pagi hari untuk memenuhi kebutuhan selama
sehari dan dapat disuntikkan pada malam hari untuk memenuhi kebutuhan sepanjang malam.

3) Insulin kerja lambat.

Contohnya adalah insulin suspensi seng yang telah dikembangkan. Efeknya baru
timbul setelah 6 jam dan bekerja selama 28-36 jam. Sediaan insulin stabil dalam suhu ruangan
selama berbulan-bulan sehingga bisa dibawa kemana-mana. Pemilihan insulin yang akan
digunakan tergantung kepada:
 Keinginan penderita untuk mengontrol diabetesnya
 Keinginan penderita untuk memantau kadar gula darah dan menyesuaikan
dosisnya
 Aktivitas harian penderita
 Kecekatan penderita dalam mempelajari dan memahami penyakitnya
 Kestabilan kadar gula darah sepanjang hari dan dari hari ke hari

Sediaan yang paling mudah digunakan adalah suntikan sehari sekali dari insulin kerja
sedang. Tetapi sediaan ini memberikan kontrol gula darah yang paling minimal.
Kontrol yang lebih ketat bisa diperoleh dengan menggabungkan 2 jenis insulin, yaitu insulin
kerja cepat dan insulin kerja sedang. Suntikan kedua diberikan pada saat makan malam atau
ketika hendak tidur malam.

Kontrol yang paling ketat diperoleh dengan menyuntikkan insulin kerja cepat dan insulin
kerja sedang pada pagi dan malam hari disertai suntikan insulin kerja cepat tambahan pada siang
hari.

Beberapa penderita usia lanjut memerlukan sejumlah insulin yang sama setiap
harinya; penderita lainnya perlu menyesuaikan dosis insulinnya tergantung kepada makanan,
olah raga dan pola kadar gula darahnya. Kebutuhan akan insulin bervariasi sesuai dengan
perubahan dalam makanan dan olah raga.

Beberapa penderita mengalami resistensi terhadap insulin. Insulin tidak


sepenuhnya sama dengan insulin yang dihasilkan oleh tubuh, karena itu tubuh bisa membentuk
antibodi terhadap insulin pengganti. Antibodi ini mempengaruhi aktivitas insulin sehingga
penderita dengan resistansi terhadap insulin harus meningkatkan dosisnya.

2.2 ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK TERHADAP PASIEN DM

1. Pengkajian

a. Data Subyektif
1) Identitas

DM pada pasien usia lanjut umumnya terjadi pada usia > 60 tahun dan umumnya adalah
DM tipe II ( non insulin dependen ) atau tipe DMTTI.

2) Keluhan utama

DM pada usila mungkin cukup sukar karena sering tidak khas dan asimtomatik ( contohnya ;
kelemahan, kelelahan, BB menurun, terjadi infeksi minor, kebingungan akut, atau depresi ).

3) Riwayat Penyakit Sekarang

Pada umumnya pasien datang ke RS dengan keluhan gangguan penglihatan karena katarak,
rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot ( neuropati perifer ) dan luka pada tungkai
yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?

5) Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya

Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis
apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien
untuk menanggulangi penyakitnya.

6) Pola pemenuhan kebutuhan sehari – hari

a) Aktivitas/ Istirahat : Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot
menurun.
b) Sirkulasi : Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada
ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan
darah
c) Integritas Ego : Stress, ansietas
d) Eliminasi : Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
e) Makanan / Cairan : noreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan,
haus, penggunaan diuretik.
f) Neurosensori :Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,
gangguan penglihatan.
g) Nyeri / Kenyamanan : Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
h) Pernapasan : Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
i) Keamanan : Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

b. Data obyektif

Pemeriksaan fisik pada Lansia

1) Sel ( perubahan sel )

Sel menjadi lebih sedikit, jumlah dan ukurannya menjadi lebih besar, berkurangnya
jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intrasel.

2) Sistem integumen

Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kering dan pucat dan terdapat bintik
– bintik hitam akibat menurunnya aliran darah kekulit dan menurunnya sel – sel yang
memproduksi pigmen, kuku pada jari tengah dan kaki menjadi tebal dan rapuh. Pada orang
berusia 60 tahun rambut wajah meningkat, rambut menipis / botak dan warna rambut kelabu,
kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.

3) Sistem Muskuler

Kecepatan dan kekuatan kontraksi otot skeletal berkurang pengecilan otot karena
menurunnya serabut otot. Pada otot polos tidak begitu berpengaruh.

4) Sistem pendengaran
Presbiakusis ( menurunnya pendengaran pada lansia ) membran timpani menjadi altrofi
menyebabkan austosklerosis, penumpukan serumen sehingga mengeras karena meningkatnya
keratin.

5) Sistem Penglihatan

Karena berbentuk speris, sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap
sinar, lensa menjadi keruh, meningkatnya ambang penglihatan ( daya adaptasi terhadap
kegegelapan lebih lambat, susah melihat gelap ). Hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang
pandang karena berkurangnya luas pandangan. Menurunnya daya membedakan warna hijau atau
biru pada skala.

6) Sistem Pernafasan

Otot – otot penafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktivitas
sillia, paru kurang elastis, alveoli kurang melebar biasanya dan jumlah berkurang. Oksigen pada
arteri menurun menjadi 75 mmHg. Karbon oksida pada arteri tidak berganti – kemampuan batuk
berkurang.

7) Sistem Kardiovaskuler

Katub jantung menebal dan menjadi kaku. Kemampuan jantung memompa darah
menurun 1 % pertahun. Kehilangan obstisitas pembuluh darah, tekanan darah meningkat akibat
meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

8) Sistem Gastointestinal

Kehilangan gigi, indra pengecap menurun, esofagus melebar, rasa lapar menurun, asam
lambung menurun waktu pengosongan lambung, peristaltik lemah sehingga sering terjadi
konstipasi, hati makin mengecil.

9)Sistem Perkemihan
Ginjal mengecil, nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, laju
filtrasi glumesulus menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang sehingga kurang mampu
memekatkan urine, Dj urin menurun, proteinuria bertambah, ambang ginjal terhadap glukosa
meningkat, kapasitas kandung kemih menurun ( zoome ) karena otot – otot yang lemah,
frekwensi berkemih meningkat, kandung kemih sulit dikosongkan, pada orang terjadi
peningkatan retensi urin dan pembesaran prostat (75 % usia diatas 60 tahun).

10) Sistem Reproduksi

Selaput lendir vagina menurun / kering, menciutnya ovarium dan uterus, atrofi payu
darah testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara berangsur – angsur,
dorongan sek menetap sampai usia diatas 70 tahun asal kondisi kesehatan baik.

11) Sistem Endokrin

Produksi semua hormon menurun, fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah,
berkurangnya ACTH, TSH, FSH, dan LH, menurunnya aktivitas tiroid sehingga laju
metabolisme tubuh ( BMR ) menurun, menurunnya produk aldusteran, menurunnya sekresi,
hormon godad, progesteron, estrogen, testosteron.

12) Sistem Sensori

Reaksi menjadi lambat kurang sensitif terhadap sentuhan (berat otak menurun sekitar 10
– 20 % )

2. Diagnosa Keperawatan

a) Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan


metabolisme protein, lemak.
b) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan osmotik diuresis ditandai dengan tugor
kulit menurun dan membran mukasa kering.
c) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati
perifer) ditandai dengan gangren pada extremitas.
d) Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik yang kurang.
e) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan glukosa darah yang tinggi.
f) Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan penglihatan.

3. Intervensi keperawatan

Hari &Tanggal pengkajian : Senin, 23 Januari 2017

A. IDENTITAS UMUM

Identitas Klien

Nama : Tn. S

Umur : 70 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Status : Menikah

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan : SD

Alamat : RT 03 RW 02 Candirejo

Pekerjaan/Riwayat pekerjaan : Pedagang

Diagnosa Medis/masalah KDM : Diabetes Mellitus

Identitas Penanggungjawab

Nama : Ny. T

Umur : 53 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : RT 03 RW 02 Candirejo

Hub dengan klien : Anak kandung

B. KELUHAN UTAMA
Klien mengeluh kedua kakinya terasa kesemutan namun tidak mati rasa.

C. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

Klien mengatakan sudah lama mengalami keluhan seperti yang dirasakan saat
ini yaitusejak 3 bulan yang lalu. Klien mengatakan sudah minum obat untuk DM dan kolesterol
namun tidak rutin. Klien rutin datang ke Posbindu setiap satu bulan sekali. Kontrol terakhir hasil
GDS = 251 mg/dl, kolesterol = 386 mg/dl. Obat yang diminum Metformin 500 mg 3x1,
Simvastatin 10 mg 1x1. Klien mengatakan masih suka makan gorengan dan makanan bersantan
dan minum yang manis. Klien mengatakan sejak 3 bulan yang lalu mempunyai keluhan cepat
merasa lelah saat beraktivitas.

D. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU

Klien mengatakan mengetahui menderita penyakit DM dan kolesterol tinggi sejak 5


tahun yang lalu. Selama 5 tahun klien tidak rutin minum obat untuk DM dan kolesterol, klien
juga tidak mengatur pola makannya, klien masih mengkonsumsi banyak gula dan makanan
berminyak. Klien pernah menjalani operasi hernia pada tahun 2011.

E. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Anak klien mengatakan tidak mengetahui riwayat kesehatan anggota keluarga terdahulu,
namun anak-anak klien belum ada yang menderita penyakit DM maupun kolesterol tinggi.

F. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP

Tn. S tinggal dirumah bersama dengan istrinya. Rumah anak-anak Tn. S bersebelahan
dengan rumah Tn. S. Lingkungan tempat tinggal Tn. S bersih, jalan rata namun agak licin karena
berlumut, tidak ada sampah berserakan, kamar tidur klien tampak rapi, lantai rumahdari keramik,
lantai kamar mandi agak licin dan tidak ada pegangan dinding, penerangan di rumah Tn. S cukup
terang pada siang karena terdapat jendela dan ventilasi yang dibuka setiap pagi dan pada malam
hari lampu penerangan cukup terang namun penerangan di kamar mandi agak redup.

G. RIWAYAT REKREASI
Klien mengatakan tidak pernah berpergian jauh. Sehari-hari klien menghabiskan waktu di
dalam rumah, klien mengisi waktu luang dengan membaca majalah.

H. SUMBER/SISTEM PENDUKUNG YANG DIGUNAKAN

1.Sumber Pendapatan :

Selama ini, biaya kehidupan Tn. S tercukupi oleh anak-anak Tn. S, makan dan keperluan
sehari-hari Tn. S disediakan oleh anak-anak Tn.S.

2. Sumber Support Sosial :

Ny. S mendapat dukungan sosial dari istri, anak, menantu, cucu dan cicit yang tinggal
saling berdekatan dengan rumah Tn. S. Tn. S juga mendapat dukungan dari teman-teman lansia
di lingkungannya yang rutin bertemu saat datang di Posbindu.

I. DESKRIPSI HARI KHUSUS

Tn. S mengatakan hari khusus bagi dirinya adalah hari Idul Fitri karena pada hari itu
semua keluarganya berkumpul dan merayakan hari itu bersama-sama.

J. TINJAUAN PER SISTEM

1 Keadaan Umum : Baik

a Tekanan darah : 130/80 mmHg

b Nadi : 82 x/menit

c RR : 23 x/menit

d Suhu : 36,5 C

2 Kulit dan kuku

Inspeksi

a Warna kulit : Coklat

Warna kuku tampak kecoklatan,


tampak menebal dan
mengeras

b Lesi : tidak ada lesi

c Pigmentasi berlebih : tidak ada pigmentasi


berlebih

d Jaringan parut : tidak ada jaringan parut

e Distribusi rambut : rambut tipis, beruban

f Kebersihan kuku : kuku terpotong pendek,


rapi dan bersih

g Kelainan pada kuku : tidak ada kelainan pada


kuku

h Bulla (lepuh) : tidak terdapat bulla


(lepuh)

i Ulkus : tidak terdapat ulkus

Palpasi

a Tekstur : tekstur kulit keriput

b Turgor : turgor kulit kering,


akral dingin

c Pitting edema : tidak terdapat pitting


edema

d Capilarry refill time : 4 detik

3 Kepala

Inspeksi

a Bentuk kepala : Bentuk kepala


mesocepal

b Kebersihan : Bersih, tidak ada


ketombe dan kotoran

c Warna rambut : Putih beruban

d Kulit kepala : Bersih, tidak terdapat


ketombe, tidak terdapat
lesi.

e Distribusi rambut : Merata

f Kerontokan rambut : Tidak ada

g Benjolan di kepala : Tidak ada benjolan di


kepala

h Temuan/keluhan lain : Tidak ada

Palpasi

a Nyeri kepala : Tidak ada nyeri kepala

b Temuan/keluhan lain : Tidak ada

4 Mata

Inspeksi

a Ptosis : Ya, ada penurunan


kelopak mata bagian
atas.

b Iris : Warna kecoklatan

c Konjungtiva : Konjungtiva tidak


anemis

d Sklera : Sklera tidak ikterik

e Kornea : Kornea jernih

f Pupil : Isokor

g Peradangan : Tidak ada peradangan

h Katarak : Tidak ada katarak

j Gerak bola mata : Gerakan bola mata


simetris

k Alat bantu penglihatan : Klien menggunakan


kaca mata baca
Palpasi

a Kelopak mata : Tidak terdapat nyeri


tekan pada kelopak
mata, tidak terdapat
kantung mata

5 Telinga

Inspeksi

a Bentuk telinga : Bentuk telinga simetris

b Lesi : Tidak terdapat lesi

c Peradangan : Tidak tampak adanya


peradangan pada
telinga

d Kebersihan telinga luar : Telinga luar tampak


bersih

e Kebersihan lubang : Tampak adanya sedikit


telinga serumen pada kedua
telinga

f Membran timpani : Membran timpani utuh

g Fungsi pendengaran : Fungsi pendengaran


mulai menurun, klien
sudah tidak mampu
mendengar suara yang
pelan

Palpasi

a Daun telinga : Tidak terdapat benjolan


dan tidak ada nyeri
tekan pada daun telinga

6 Hidung dan sinus

Inspeksi

a Bentuk : Bentuk hidung simetris


b Peradangan : Tidak tampak adanya
peradangan pada
hidung

c Penciuman : Fungsi penciuman baik,


klien dapat
membedakan bau

Palpasi

a Sinusitis : Tidak tampak adanya


sinusitis

b Temuan / keluhan : Tidak terdapat nyeri


lainnya tekan pada hidung

7 Mulut dan tenggorokan

Inspeksi

b Mukosa : Mukosa bibir lembab

c Bibir pecah-pecah : Tidak ada

d Kebersihan gigi : Gigi tampak bersih

e Gigi berlubang : Tidak ada

f Gusi berdarah : Tidak ada perdarahan


pada gusi

g Kebersihan lidah : Lidah tampak kotor

h Pembesaran tonsil : Tidak tampak adanya


pembesaran tonsil

i Temuan yang lain : Tidak ada stomatitis,


tidak ada kesulitan
menelan makanan,
namun klien
mempunyai kesulitan
untuk mengunyah
makanan karena sudah
banyak gigi yang
tanggal

8 Leher

Inspeksi kesimetrisan leher : Leher tampak simetris

Palpasi

a Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran


kelenjar limfe

b Pembesaran kelenjar : Tidak ada pembesaran


tyroid kelenjar tiroid

9 Dada dan tulang belakang

Inspeksi

a Bentuk dada : Bentuk dada simetris

b Kelainan bentuk dada : Tidak ada kelainan


bentuk dada

c Kelainan tulang : Tidak terdapat kelainan


belakang tulang belakang

10 Pernafasan

Inspeksi

a Pengembangan dada : Pengembangan dada


simetris

b Pernafasan : Irama nafas teratur

c Retraksi interkosta : Tidak ada retraksi


interkosta

d Nafas cuping hidung : Tidak ada pernafasan


cuping hidung

Palpasi

a Taktil fremitus : Taktil fremitus kanan =


taktil fremitus kiri

b Pengembangan dada : Pengembangan dada


simetris

Perkusi : Perkusi sonor

Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler

a Suara tambahan : Tidak ada suara nafas


tambahan seperti
wheezing, ronchi dan
krekles

b Temuan / keluhan : Tidak teraba massa dan


lainnya nyeri tekan pada area
dada

11 Kardiovaskuler

Inspeksi : Ictus cordis tampak

Palpasi : Ictus cordis teraba


pada ICV midclavicula
sinistra

a Iktus kordis : Tidak tampak

b Nadi radialis : 82 x/menit teraba


teratur

Perkusi : Redup

Auskultasi

a Bunyi jantung : Bunyi jantung I, dan II


murni. Tidak terdengar
suara tambahan

12 Gastrointestinal

Inspeksi : Bentuk abdomen datar

Auskultasi : Peristaltik
usus 10 x/menit

Perkusi : Timpani

Palpasi : Tidak teraba massa,


tidak terdapat nyeri
tekan pada abdomen.

14 Perkemihan

a Warna urin : Warna urin kuning

b Jumlah urin : ± 1500 cc/hari

c Nyeri saat BAK : Tidak nyeri saat BAK

d Hematuria : Tidak ada hematuria

e Rasa terbakar saat : Tidak ada rasa terbakar


BAK saat BAK

f Perasaan tidak lampias : Tidak ada


(anyang-anyangan)

g Mengompol : Tidak ada

h Tidak bisa BAK : Tidak ada

15 Muskuloskeletal

Inspeksi

a Lesi kulit : Tidak ada

b Tremor : Ada

Klien jarang memakai


alas kaki

Palpasi

a Tonus otot ekstremitas : Baik


atas

b Tonus otot ekstremitas : Baik


bawah

c Kekuatan ekstremitas : Kuat (skor 5)


atas

d Kekuatan ekstremitas : Kuat (skor 5)


bawah
e Rentang gerak : Klien mampu bergerak
dengan bebas

f Edema kaki : Tidak terdapat edema

g Refleks Bisep : Kanan (+) Kiri (+)

h Refleks Trisep : Kanan (+) Kiri (+)

j Refleks patella : Kanan (+) Kiri (+)

j Refleks Achilles : Kanan (+) Kiri (+)

k Deformitas sendi : Tidak ada

l Nyeri ekstremitas : Kesemutan pada kedua


kaki

16 SSP (N I – XII)

a Olfaktori : Fungsi penciuman baik.


Klien masih dapat
membedakan bau

b Optikus : Fungsi penglihatan


sudah berkurang. Klien
tidak mampu lagi
melihat jarak jauh
dengan jelas, klien
menggunakan alat
bantu kaca mata untuk
membaca

c Okulomotorius : Gerakan bola mata


simetris

d Throklear : Klien mampu


menggerakan bola mata
ke atas dan ke bawah

e Trigeminus : Klien
mampu mengunyah

f Abdusen : Baik
g Facialis : Bentuk bibir simetris

h Auditori : Fungsi
pendengaran sudah
mulai menurun

i Glosofaringeal : Klien mampu


merasakan sensasi rasa
pada lidah

j Vagus : Klien mampu menelan


makanan

k Aksesorius : Klien mampu menoleh


ke kiri dan ke kanan,
klien mampu
mengangkat kedua
bahu dengan simetris

l Hipoglosus : Pengucapan kata masih


jelas, tidak ada pelo

17 Sistem Endokrin

a Pembesaran tiroid : Tidak ada pembesaran


tiroid

b Riwayat penyakit : Terdapat riwayat


metabolic penyakit metabolik
seperti DM

18 Genetalia dan anal

a Kebersihan : Bersih

b Haemoroid : Tidak ada haemoroid

c Kesan (bau) : Tidak ada bau pesing


atau bau tidak enak

K. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL, EKONOMI DAN SPIRITUAL

1 Psikososial
Hubungan dengan : Klien mampu berinteraksi
orang lain dengan baik
dengan istri, anak, menantu
,cucu, cicitdan orang-orang
lain di sekitarnya.

Kebiasaan lansia : Tn. S berinteraksi dengan


berinteraksi dengan teman lansia saat datang di
teman Posbindu.

Stabilitas emosi : Tn. S selalu tenang dan


tidak pernah marah-marah.

Harapan klien : Klien mengatakan ingin


tubuhnya sehat.

Frekuensi kunjungan : Keempat anak Tn. S tinggal


keluarga berdekatan dengan rumah
Tn.S, hanya 1 anak Tn. S
yang tinggal di luar kota dan
mengunjungi Tn. S 3 bulan
sekali.

Pertengkaran dengan : Klien mengatakan tidak ada


teman pertengkaran dengan teman-
temannya

Curiga dengan teman : Tidak ada

2 Sosial Ekonomi

Pekerjaan : Klien Tn. S sudah tidak


bekerja lagi, dulu Tn. S
bekerja sebagai pedagang.

Penghasilan : Saat ini biaya kehidupan Tn.


S dipenuhi oleh anak-anak
Tn.S

Asuransi : Klien Tn. S memiliki


kesehatan/jaminan jaminan kesehatan (BPJS).
pelayanan kesehatan

Jumlah keluarga : Klien memiliki 5 orang


anak,5 orang
menantu, 12 cucu dan 3 cicit

3 Identifikasi masalah emosional

Pertanyaan tahap 1 :

Mengalami kesulitan : Klien tidak mengatakan


tidur? mengalami kesulitan
tidur.Klien dapat tidur pada
siang hari dan pada malam
hari tidak sering terbangun.

Merasa gelisah? : Klien mengatakan tidak


mempunyai perasaan
gelisah.

Sering murung dan : Klien mengatakan tidak


menangis sendiri? pernah merasa murung dan
menangis.
Klien mengatakan selalu
bahagia dan bersyukut.

Sering khawatir? : Klien mengatakan kawatir


bila badan tidak sehat.

L. PENGKAJIAN FUNGSIONAL KLIEN

Indeks KATZ

Klien Tn. S termasuk dalam kategori mandiri dalam makan, kontinensia (BAB dan BAK),
menggunakan pakaian, mandi, pergi ke toilet dan berpindah.

Barthel Indeks

No Kriteria Skor Keterangan

1. Makan 10 Frekuensi 3 x sehari

5 : bantuan Jumlah 1 piring/sekali


makan
10 : mandiri
Jenis nasi, sayur, lauk
No Kriteria Skor Keterangan

2. Minum 10 Frekuensi 5 x sehari

5 : bantuan Jumlah ± 1000 cc

10 : mandiri Jenis air putih

3. Berpindah dari kursi roda ke 15


tempat tidur/sebaliknya

10 : bantuan

15 : mandiri

4. Personal toilet (cuci muka, 5 Frekuensi 1 x


menyisir rambut, gosok gigi) sehari pada sore hari

0 : bantuan

5 : mandiri

5. Keluar masuk toilet (mencuci 10


pakaian, menyeka tubuh dan
menyiram)

5 : bantuan

10 : mandiri

6. Mandi 15

5 : bantuan

15 : mandiri

7. Jalan di permukaan datar 5

0 : bantuan

5 : mandiri

8. Naik turun tangga 10

5 : bantuan

10 : mandiri
No Kriteria Skor Keterangan

9. Mengenakan pakaian 10

5 : bantuan

10 : mandiri

10. Kontrol Bowel (BAB) 10 Frekuensi 2 hari sekali

5 : bantuan Konsistensi lunak

10 : mandiri

11. Kontrol Bladder (BAK) 10 Frekuensi 5-7 x/hari

5 : bantuan Warna kuning

10 : mandiri

12. Olahraga/latihan 10 Klien berolahraga jalan


kaki setiap pagi hari.
5 : bantuan

10 : mandiri

13. Rekreasi/pemanfaatan waktu 10 Frekuensi setiap hari


luang dengan membaca
majalah.
5 : bantuan

10 : mandiri

Keterangan :

130 : Mandiri

65-125 : Ketergantungan sebagian

60 : Ketergantungan total

Interpretasi hasil pemeriksaan : Klien Tn. S saat dilakukan pemeriksaan dengan Barthel
Indeks (instrument untuk mengukur kemandirian dalam hal perawatan diri dan mobilitas), Tn. S
memperoleh total skor 130 yang berarti Tn. S dalam kategorimandiri.
SKOR NORTON

Aspek yang Dikaji Score

Kondisi fisik umum :

Baik 4

Kesadaran

Komposmentis 4

Akivitas

Ambulan 4

Mobilitas

Bergerak bebas 4

Inkontinensia

Tidak ada 4

Total Score 20

Kategori skor :

16-20 : Kecil sekali/tak terjadi

12-15 :Kemungkinan kecil terjadi

<12 : Kemungkinan besar terjadi

Interpretasi/kesimpulan :

Klien Tn. S saat dilakukan pemeriksaan dengan Skala Norton, Tn. S memperoleh total
skor 20 yang berarti Tn. S dalam kategori resiko dekubitus kecil sekali/tak terjadi.

M. PENGKAJIAN STATUS MENTAL KLIEN

1. Identifikasi tingkat intelektual dengan SPMSQ (Short Portable Mental Status Quesioner)
No. Pertanyaan Benar Salah Ket.

1. Tanggal berapa hari ini? √ Klien


menjawabtanggal
23

2. Hari apa sekarang? √ Klien menjawab


hari ini hari Senin

3. Apa nama tempat ini? √ Klien menjawab ini


adalah rumahnya

4. Dimana alamat anda? √ Klien menjawab di


RT 3 RW 2
Candirejo

5. Berapa umur anda? √ Klien


menjawab87 tahun

6. Kapan anda lahir (minimal √ Klien


tahun lahir)? menjawab1930

7. Siapa presiden Indonesia √ Klien


sekarang? menjawabtidak

8. Siapa presiden Indonesia √ Klien


sebelumnya? menjawabtidak tahu

9. Siapa nama ibu anda? √ Klien


menjawabNasti

10. Berapa 20-3? Tetap √ Klien menjawab 20-


pengurangan 3 dari setiap 3 = 17
angka baru, semua secara
menurun berurutan. 17 -3 = 13

Jumlah

Interpretasi Hasil :

Salah 0-2 : Fungsi intelektual utuh

Salah 3-4 : Kerusakan intelektual ringan


Salah 5-7 : Kerusakan intelektual sedang

Salah 8-10 : Kerusakan intelektual berat

Interpretasi/kesimpulan :

Klien Tn. S saat dilakukan pemeriksaan dengan kuesioner SPMSQ, Tn. S


menjawab 7 pertanyaan dengan benar dan menjawab 3 pertanyaan dengan salah. Berdasarkan
hasil pemeriksaan, Tn. S termasuk dalam kategorikerusakan intelektual ringan.

2. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE (Mini Mental
Status Exam)

Nilai Nilai
No Aspek kognitif Kriteria
maks klien

1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar

□ Tahun : 2017 (benar)

□ Musim : Hujan (benar)

□ Tanggal : 23 (benar)

□ Hari: Senin (benar)

□ Bulan : Januari(benar)

Orientasi 5 5 Dimana kita sekarang

□ Kabupaten Semarang(benar)

□ Kecamatan Ungaran(benar)

□ Kelurahan Candi (benar)

□ Dusun Siroto (benar)

□ RW 02 (benar)

2 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 obyek (oleh pemeriksa)


1 detik untuk mengatakan masing-
Nilai Nilai
No Aspek kognitif Kriteria
maks klien

masing obyek. Kemudian tanyakan


kepada klien ketiga obyek tadi
(untuk disebutkan)

□ Obyek 1 : Rumah Sakit(benar)

□ Obyek 2 : Kantor (benar)

□ Obyek 3 : Puskesmas (benar)

3 Perhatian dan 5 1 Minta klien untuk memulai dari


kalkulasi angka 100 kemudian dikurangi 7
sampai 5 kali

100 - 7 = 93

93 - 7 = 87

4 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi


ketiga obyek pada no 2 tadi, bila
benar 1 point untuk masing-masing
obyek

□ Obyek 1 : Rumah Sakit(benar)

□ Obyek 2 : Kantor (benar)

□ Obyek 3 : Puskesmas (benar)

5 Bahasa 9 5 Tunjukkan pada klien suatu benda


dan tanyakan namanya pada klien

□ Mengetahui nama
: kertas(benar)

Minta pada klien untuk mengulang


kata berikut “tak ada jika, dan,
atau, tetapi”. Bila benar, nilai 1
Nilai Nilai
No Aspek kognitif Kriteria
maks klien

poin.

□ Tak ada jika (salah)

□ Dan (salah)

□ Atau (salah)

□ Tetapi (salah)

Minta klien untuk mengikuti


perintah berikut yang terdiri dari 3
langkah : “Ambil kertas di tangan
anda. Lipat dua dan taruh di lantai”

□ Ambil kertas (benar)

□ Lipat dua (benar)

□ Taruh di lantai (benar)

Perintahkan pada klien untuk hal


berikut Tutup mata anda

□ Aktifitas sesuai perintahTutup


mata anda (benar)

Total nilai 22

>23 : Aspek kognitif dari fungsi mental baik

18-22 : Kerusakan aspek fungsi mental ringan

≤ 17 : Terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat

Interpretasi hasil :
Klien Tn. S saat dilakukan pemeriksaan dengan kuesioner MMSE, Tn.S memperoleh total skor
sebanyak 22, Tn. S termasuk dalam kategori kerusakan aspek fungsi mental ringan

3. Skala depresi

Jawaban yang
No Pertanyaan
sesuai

Apakah anda sebenarnya puas


1 TIDAK ya
dengan kehidupan anda

Apakah anda telah meninggalkan


2 banyak kegiatan dan Tidak YA
minat/kesenangan anda?

Apakah anda merasa kehidupan


3 Tidak YA
anda kosong?

Apakah anda merasa sering


4 Tidak YA
bosan?

Apakah anda mempunyai


5 TIDAK -
semangat yang baik setiap saat?

Apakah anda merasa takut


6 sesuatu yang buruk akan terjadi - YA
pada anda?

Apakah anda merasa bahagia


7 untuk sebagian besar hidup TIDAK ya
anda?

Apakah anda merasa sering tidak


8 Tidak YA
berdaya?

Apakah anda lebih sering di


rumah daripada pergi keluar dan
9 - YA
mengerjakan sesuatu hal yang
baru?

10 Apakah anda merasa mempunyai Tidak YA


banyak masalah dengan daya
Jawaban yang
No Pertanyaan
sesuai

ingat anda dibandingkan


kebanyakan orang?

Apakah anda pikir bahwa hidup


11 TIDAK ya
anda sekarang menyenangkan?

Apakah anda merasa tidak


12 berharga seperti perasaan anda Tidak YA
saat ini?

Apakah anda merasa penuh


13 TIDAK -
semangat?

Apakah anda merasa bahwa


14 Tidak YA
keadaan anda tidak ada harapan?

Apakah anda pikir bahwa orang


15 lain lebih baik keadaannya dari - YA
pada anda?

Total score 5

*) Setiap jawaban yang sesuai mempunyai skor 1

Keterangan :

Score 5 -9 : Kemungkinan depresi

Score 10 atau lebih : Depresi

Interpretasi/kesimpulan :

Klien Tn. S saat dilakukan pemeriksaan dengan kuesioner Skala Depresi,Tn.S memperoleh total
skor sejumlah 5 sehingga Tn. S dapat dikategorikan dalam kategori kemungkinan depresi.

N. PENGKAJIAN PERILAKU TERHADAP KESEHATAN

Kebiasaan merokok : Tn. S pernah merokok,


nemun sejak 3 tahun
yang lalu Tn. S sudah
berhenti merokok

Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

1 Kebutuhan nutrisi

Frekuensi makan : 3 x sehari, teratur

Jumlah makanan yang : 1 porsi habis


dihabiskan

Snack : Kadang-kadang

2 Pemenuhan cairan

Frekuensi minum : 6 gelas

Jenis minuman : Air putih, susu, kopi

3 Pola kebiasaan tidur

Jumlah waktu tidur : 8 jam

Gangguan tidur : Tidak ada. Tn.S dapat


tidur nyenyak pada
malam hari dan dapat
tidur siang

Penggunaan waktu : Membaca majalah


luang

4 Pola eliminasi BAB

Frekuensi BAB : 1 hari sekali

Konsistensi : Lembek

Gangguan BAB : Tidak ada gangguan


dalam BAB

5 Pola eliminasi BAK

Frekuensi : 6-7 kali/hari

Warna urin : Kuning jernih


Gangguan BAK : Tidak ada gangguan
dalam BAK

6 Pola aktifitas

Kegiatan produktif yg : Tidak ada. Tn. S hanya


dilakukan menghabiskan waktu
dirumah

7 Pola pemenuhan
personal hygiene

Mandi : 1x sehari pada oagi hari

Memakai sabun : Ya

Sikat gigi : 2x sehari pagi dan sore

Menggunakan pasta : Ya
gigi

Berganti pakaian bersih 1x sehari pagi setelah


mandi

O. PROGRAM TERAPI

No Nama obat Dosis

1 Metformin 500 mg 3x1

2 Simvastatin 10 mg 1x1

P. ANALISA DATA

Hari/ Data Etiologi Problem


Tgl/ Jam

Senin DS : Hiperglikemi Ketidak-


(DM) efektifan
23/01/17 - Klien
13.00 mengeluhkedua kakinya perfusi
terasa kesemutan namun jaringan
tidak mati rasa. perifer

- Klien mengatakan (00204)


sudah lamamengalami
keluhankesemutan seperti
yang dirasakan saat
ini yaitu sejak 3
bulan yang lalu.
Komplikasi
DO : vaskuler

- CRT 4 detik.

- Turgor
kulitkering, akral dingin Mikro
vaskuler

Neuropati

Parestesia

Senin DS : Hiperglikemi Keletihan


(DM)
23/01/17 - Klien mengatakan (00090)
sejak 3 bulan yang lalu
13.05 mempunyai keluhan
cepat merasa lelah saat
beraktivitas.

DO :

- Indeks
KATZKlien Tn.
Stermasuk dalam Glukosa
kategori mandiri dalam intrasel
makan, kontinensia menurun
(BAB dan BAK),
menggunakan pakaian,
mandi,pergi ke toilet dan Proses
berpindah. pembentukan
- TD : 130/80 ATP/energi
mmHg terganggu

- Nadi : 82 x/menit

- RR : 23 x/menit

Kelesuan
fisiologis

Keletihan

Senin DS: Hiperglikemi Resiko


(DM) Cedera
23/01/17 - Klien
mengatakanfungsi (00035)
13.10 penglihatannyasudah
berkurang, sudah tidak
mampu lagi melihat jarak
jauh dengan jelas, dan
menggunakan alat bantu
kaca mata untuk
membaca.

- Klien mengeluh
kakinya kesemutan tapi Komplikasi
tidak mati rasa. vaskuler

- Klien mengatakan
jarang memakai alas
kaki. Mikro
vaskuler
DO :
- Lingkungan tempat
Retinopati
tinggal Tn. S bersih, jalan
rata namun agak licin
karena berlumut, tidak
adasampah berserakan,
kamar tidur klien tampak Penglihatan
rapi, lantai rumah dari tidak jelas
keramik, lantai kamar
mandi agak licin dan
tidak ada pegangan Gangguan
dinding, penerangan di sensasi
rumah Tn. S cukup
terang pada siang karena
terdapat jendela dan
ventilasi yang dibuka
setiap pagi dan pada
malam hari lampu
penerangan cukup terang
namun penerangan di
kamar mandi agak redup.

- Klien mampu
bergerak dengan bebas.

- Ada tremor.

- Barthel Indeks Tn.S


memperoleh total skor
130 yang berarti Tn. S
dalam kategori mandiri.

Senin DS : Ketidak-
Kurangnya
efektifan
23/01/17 - Klien mengatakan informasi
manajemen
masih suka tentang
13.10 kesehatan
makangorengan dan penyakit
makanan bersantan dan (00078)
minum yang manis.

- Klien mengatakan
mengetahui menderita Kurang
penyakit DM dan pengetahuan
kolesterol tinggi sejak 5 tentang
tahun yang lalu. Selama program
5 tahun klien tidak rutin terapeutik
minum obat untuk DM
dan kolesterol, klien juga
tidak mengatur pola
makannya, klien masih
mengkonsumsi banyak
gula dan makanan
berminyak.

DO :

- GDS = 251 mg/dl,


kolesterol = 386 mg/dl.

- Terdapat parestesia
dan retinopati diabetik.

- SPMSQ : Tn. S
termasuk dalam
kategori kerusakan
intelektual ringan.

- MMSE : Tn. S
termasuk dalam
kategori kerusakan aspek
fungsi mental ringan.

- Skala Depresi : Tn.


S dapat dikategorikan
dalam
kategorikemungkinan
depresi.

Q. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan diabetes melitus (00204).


2. Keletihan berhubungan dengan kelesuan fisiologis (00090).

3. Resiko cedera berhubungan dengan gangguan sensasi (00035).

4. Ketidakefektifan manajemen kesehatan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang


program terapeutik (00078).

S. INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Hari/Tgl/Jam Diagnosa Tujuan/Kriteria Hasil Rencana Ttd


Keperawatan Keperawatan

1. Senin Ketidakefektifan Domain II : Domain II : Novias


perfusi jaringan Kesehatan Fisiologi Fisiologis
23/01/17 berhubungan Kompleks
dengan diabetes Kelas : Jantung Paru
13.15 Kelas :
melitus (00204). Outcomes : Perfusi Manajemen
Jaringan Perifer Perfusi Jaringan
(0407)
Intervensi :
Indikator : Pencegahan
a. Pengisian Sirkulasi (4070)
kapiler jari (4 - 5) a. Lakukan
b. Suhu kulit penilaian sirkulasi
ujung kaki dan perifer (nadi
tangan perifer) secara
komprehensif.
(3 - 4)
b. Monitor
c. Parestesia (3 panas, kemerahan,
- 4) nyeri, parestesia
pada ekstremitas.

c. Ajarkan
klien cara
perawatan kaki
dan kuku.

d. Ajarkan
senam kaki
diabetik.

e. Anjurkan
klien
menggunakan
pelembab pada
kulit kaki yang
kering.

2. Senin Keletihan Domain I : Fungsi Domain I : Novias


berhubungan Kesehatan Fisiologis Dasar
23/01/17 dengan kelesuan
fisiologis Kelas : Pemeliharaan Kelas :
13.20 Energi Manajemen
(00090).
Aktivitas dan
Outcomes : Tingkat Latihan
Kelelahan (0007)
Outcomes :
Indikator : Manajemen
a. Kelelahan (3 Energi (0180)
- 4) a. Diskusikan
b. Kelesuan (3 - dengan klien jenis
4) dan banyaknya
aktivitas yang bisa
c. Tingkat stres dilakukan.
(3 - 4)
b. Anjurkan
klien menjaga
asupan nutrisi
adekuat.

c. Monitor
sistem
kardiorespirasi
klien (TD, nadi,
RR).

d. Lakukan
ROM aktif/pasif
untuk mengurangi
ketegangan otot.
e. Anjurkan
tidur siang.

3. Senin Resiko cedera Domain IV : Domain IV : Novias


berhubungan Pengetahuan tentang Keamanan
23/01/17 dengan Kesehatan &
gangguan Perilaku Kelas :
13.25 Manajemen
sensasi (00035).
Kelas : Pengetahuan Risiko
tentang Kesehatan
Outcomes :
Outcomes : Pencegahan Jatuh
Pengetahuan (6490)
Pencegahan Jatuh
(1828) a. Anjurkan
keluarga klien
Indikator : menyediakan
pencahayaan yang
a. Alas kaki cukup terang.
yang tepat (2 - 4)
b. Anjurkan
b. Penggunaan klien
pencahayaan menggunakan alas
lingkungan yang kaki yang aman.
benar (2 - 4)
c. Anjurkan
c. Strategi untuk klien menghindari
menjaga permukaan permukaan lantai
lantai tetap aman (2 - yang licin.
4)
d. Ajarkan
d. Kondisi klien untuk
kronis yang memodifikasi
meningkatkan risiko gaya berjalan
jatuh (2 - 4) (terutama
kecepatan dan
pergerakan).

4. Senin Ketidakefektifan Domain IV : Domain III : Novias


manajemen Pengetahuan tentang Perilaku
23/01/17 kesehatan Kesehatan &
berhubungan Perilaku Kelas : Pendidikan
13.25 Pasien
dengan kurang
pengetahuan Kelas : Manajemen Outcomes :
tentang program Kesehatan Pengajaran :
terapeutik Proses Penyakit
(00078). Outcomes : (5602)
Manajemen Diri :
Diabetes (1619) a. Kaji
tingkat
Indikator : pengetahuan klien
a. Melakukan tentang proses
tindakan pencegahan penyakit.
dengan perawatan b. Berikan
kaki (1 - 4) penyuluhan
b. Menjalani tentang penyakit
aturan pengobatan klien (Diabetes
sesuai resep (2 - 4) Mellitus).

c. Memantau c. Jelaskan
glukosa darah (3 - 5) tentang program
terapi.
d. Mengikuti diet
yang d. Diskusikan
direkomendasikan (2 tentang perubahan
- 4) gaya hidup.

e. Berpartisipasi e. Ajarkan
dalam olahraga yang teknik relaksasi
direkomendasikan (1 otot progresif.
– 4)

f. Melakukan
kebiasaan hidup
secara rutin (2 - 4)

T. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No. Tanggal Implementasi Respon TTD


DX
1. Selasa 1. Mengajarkan senam kaki S : Tn. S mengatakan sudah Novias
diabetik. memahami langkah-langkah
24/01/17 senam kaki diabetik dan akan
09.30 rutin mempraktekkan senam.

O : Tn. S mampu
mempraktekkan senam kaki
diabetik.

1. Selasa 2. Mengajarkan klien cara S : Tn. S mengatakan sudah Novias


perawatan kaki dan kuku. memahami cara merawat kaki
24/01/17 dan kuku, dan akan
10.00 mempraktekkannya.

O : Tn. S mampu
menyebutkan kembali cara
merawat kaki dan kuku.

1. Selasa 3. Menganjurkan klien S : Tn. S mengatakan akan Novias


menggunakan pelembab menggunakan lotion pada kulit
24/01/17 pada kulit kaki yang kering. kakinya.
10.30 O : Tn. S mengoleskan lotion
pada kulit kaki dan kulit yang
kering.

2. Rabu 4. Berdiskusi dengan klien S : Tn. S mengatakan aktivitas Novias


jenis dan banyaknya yang bisa dilakukan hanya
25/01/17 aktivitas yang bisa kebutuhan dasar seperti ke
09.00 dilakukan. kamar mandi dan makan, dan
mengisi waktu luang dengan
membaca majalah.

O : Tn. S mampu memilih dan


membatasi aktivitas fisiknya.

2. Rabu 5. Melatih ROM aktif S : Tn. S mengatakan otot- Novias


untuk mengurangi ototnya terasa lemas setelah
25/01/17 ketegangan otot. dilatih.
09.15 O : Tn. S mampu mengikuti
gerakan dengan benar.

2. Rabu 6. Menganjurkan klien S : Tn. S mengatakan akan Novias


menjaga asupan nutrisi tetap makan 3 kali sehari dan
25/01/17 adekuat dan menganjurkan tidur siang jika bisa.
09.45 untuk tidur siang.
O : Tn. S tampak segar.

1. Rabu 7. Monitoring panas, S : Tn. S mengatakan Novias


kemerahan, nyeri, kesemutan sudah berkurang
25/01/17 parestesia pada ekstremitas, dan sudah berlatih senam kaki.
10.00 pengisian kapiler perifer.
O : Tidak ada kemerahan pada
ekstremitas. CRT 3 detik.

2. Rabu 8. Monitoring sistem S : Tn. S mengatakan sudah Novias


kardiorespirasi klien (TD, membatasi aktivitasnya.
25/01/17 nadi, RR).
O : TD = 130/80 mmHg, Nadi
10.00 = 85 x/menit, RR = 22
x/menit.

3. Kamis 9. Menganjurkan klien S : Tn. S mengatakan akan Novias


menyediakan pencahayaan mengganti lampu dirumahnya
26/01/17 yang cukup terang. dengan lampi yang lebih
13.00 terang.

O : Penerangan rumah Tn. S


redup.

3. Kamis 10. Menganjurkan klien S : Tn. S mengatakan akan Novias


menggunakan alas kaki memakai alas kaki yang aman.
26/01/17 yang aman.
O : Tn. S memakai alas kaki
13.10 yang aman.

3. Kamis 11. Menganjurkan klien S : Tn. S mengatakan akan Novias


menghindari permukaan berhati-hati bila berjalan di
26/01/17 lantai yang licin. permukaan lantai yang licin.
13.15 O : Lantai dikamar mandi Tn.
S licin.
3. Kamis 12. Mengajarkan klien S : Tn. S mengatakan akan Novias
untuk memodifikasi gaya berjalan pelan-pelan.
26/01/17 berjalan.
O : Tn. S tampak
13.20 mempraktekkan gaya berjalan
yang pelan-pelan.

4. Kamis 13. Memberikan S : Tn. S mengatakan sudah Novias


penyuluhan tentang lima memahami tentang lima pilar
26/01/17 pilar Diabetes Mellitus. Diabetes Mellitus.
13.20 O : Tn. S mampu
menyebutkan lima pilar DM :
obat, diet, edukasi, latihan fisik
dan monitor kadar gula darah.

2,3. Kamis 14. Monitoring sistem S : Tn. S mengatakan sudah Novias


kardiorespirasi klien (TD, rutin senam kaki sehingga
26/01/17 nadi, RR), parestesia, kesemutan sudah mulai
13.30 kemerahan ekstremitas. berkurang.

O : TD = 120/80 mmHg, Nadi


= 80 x/menit, RR = 20
x/menit, tidak tampak adanya
kemerahan pada ekstremitas.

4. Jumat 15. Mengajarkan teknik S : Tn. S mengatakan otot Novias


relaksasi otot progresif. tubuhnya terasa rileks.
27/01/17
O : Tn. S mampu mengikuti
09.00 teknik relaksasi otot progresif
seperti yang diajarkan.

U. EVALUASI KEPERAWATAN

Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi TTD

Rabu Ketidakefektifan S: Novias


perfusi jaringan
25/01/17 berhubungan dengan - Tn. S mengatakan sudah memahami
diabetes melitus langkah-langkah senam kaki diabetik dan
12.00 sudah rutin mempraktekkan senam.
(00204). - Tn. S mengatakan sudah memahami
cara merawat kaki dan kuku, dan sudah
mempraktekkannya.

- Tn. S mengatakan akan menggunakan


lotion pada kulit kakinya.

- Tn. S mengatakan kesemutan sudah


berkurang dan sudah berlatih senam
kaki.

O:

- Tn. S mampu mempraktekkan senam


kaki diabetik.

- Tn. S mampu menyebutkan kembali


cara merawat kaki dan kuku.

- Tn. S mengoleskan lotion pada kulit


kaki dan kulit yang kering.

- Tidak ada kemerahan pada ekstremitas.

- CRT 3 detik.

A : Masalah ketidakefektifan perfusi


jaringan teratasi.

P:

- Motivasi klien untuk mempertahankan


senam kaki secara rutin.

- Motivasi klien untuk rutin melakukan


perawatan kaki dan kuku secara rutin.

Rabu Keletihan berhubungan S : Novias


dengan kelesuan
25/01/17 fisiologis (00090). - Tn. S mengatakan aktivitas yang bisa
dilakukan hanya kebutuhan dasar seperti
12.15 ke kamar mandi dan makan, dan mengisi
waktu luang dengan membaca majalah.

- Tn. S mengatakan otot-ototnya terasa


lemas setelah dilatih ROM.

-Tn. S mengatakan mempertahankan


asupan nutrisi dan tidur siang jika bisa.

O:

- Tn. S mampu memilih dan membatasi


aktivitas fisiknya

- Tn. S mampu mengikuti gerakan ROM


dengan benar.

- Tn. S tampak segar.

- TD = 130/80 mmHg, Nadi = 85


x/menit, RR = 22 x/menit

A : Masalah keletihan teratasi.

P:

- motivasi klien untuk mempertahankan


jenis aktivitas yang bisa dilakukan.

- Monitor sistem kardiorespirasi klien.

Jumat Resiko cedera S: Novias


berhubungan dengan
27/01/17 gangguan sensasi - Tn. S mengatakan sudah mengganti
(00035). lampu rumah dengan yang lebih terang
11.15 dan sudah berhati-hati saat berjalan.

O:

- Penerangan rumah Tn. S sudah cukup


terang.

- Gaya berjalan Tn. S pelan dan berhati-


hati.

- Tn. S memakai alas kaki yang nyaman


dan aman.

- TD = 120/80 mmHg, Nadi = 80


x/menit, RR = 20 x/menit, tidak tampak
adanya kemerahan pada ekstremitas.

A : Masalah resiko cedera teratasi.

P:

- Motivasi klien untuk mempertahankan


gaya berjalan yang pelan dan berhati-
hati.

Jumat Ketidakefektifan S:
manajemen kesehatan
27/01/17 berhubungan dengan - Tn. S mengatakan sudah memahami
kurang pengetahuan tentang lima pilar Diabetes Mellitus dan
11.15 akan mempraktekkan kelima pilar
tentang program
terapeutik (00078). tersebut.

- Tn. S mengatakan otot tubuhnya terasa


rileks setelah diajarkan teknik relaksasi.

O:

- Tn. S mampu menyebutkan lima pilar


DM : obat, diet, edukasi, latihan fisik dan
monitor kadar gula darah.

- Tn. S mampu mengikuti teknik


relaksasi otot progresif seperti yang
diajarkan.

A : Masalah ketidakefektifan manajemen


kesehatan teratasi.

P:

- Monitor perubahan gaya hidup klien.


BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Diabetes militus merupakan kelaianan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia. . Pada DM kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap
insulin dapat menurun atau pangkreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin.

DM mempunyai etiologi yang heterogen ,dimana berbagai lesi dapat menyebabkan


insufesinesi insulin, tetapi determinan genetic biasanya memegang peranan penting pada
mayorits DM.

Jenis-jenis Diabetes :

Tipe I : Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)

Tipe II : Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)

Manifestasi Klinis .Dari sudut klien DM sendiri , hal yang sering menyebabkan pasien
datang berobat ke dokter dan kemudian d diangnosis sebagai DM dengan keluhan :

1. Kelainan kulit : gatal-gatal dan bisul


2. Kelainan ginekolosis : keputihan
3. Kesemutan , rasa baal
4. Kelemahan tubuh
5. Luka atau bisul yang tidak kunjung sembuh
6. Infeksi saluran kemih

Komplikasi diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi akut dan kronis. Yang termasuk dalam
komplikasi akut adalah hipoglikemia, diabetes ketoasidosis (DKA), dan hyperglycemic
hyperosmolar nonketocic coma (HHNC). Yang termasuk dalam komplikasi kronis adalah
retinopati diabetic, nefropati diabetic, neuropati, dislipidemia, dan hipertensi.
Kriteria Diagnosis :

1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL (11.1 mmol/L)


Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
memperhatikan waktu makan terakhir atau
2. Gejala klasik DM + Kadar glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL (7.0 mmol/L)
Puasa diartikan pasien tak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam atau
3. Kadar glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200mg/dL (11.1 mmol/L)
TTGO dilakukan dengan standard WHO, menggunakan beban glukosa yang setara
dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.

Penatalaksanaan :

Dalam jangka pendek penatalaksanaan DM bertujuan untuk menghilangkan keluhan

atau gejala sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk mencegah komplikasi.

3.2 SARAN

Adapun saran bagi pembaca dari makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Selalu berhati – hatilah dalam menjaga pola hidup. Sering berolah raga dan istirahat yang
cukup
2. Jaga pola makan anda. Jangan terlalu sering mengkonsumsi makanan atau minuman yang
terlalu manis. Karena itu dapat menyebabkan kadar gula melonjak tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

https://seputarsehat.com/asuhan-keperawatan-gerontik-diabetes-melitus/ (Diakses pada tanggal


9 september 2018)
https://www.vivodiagnostic.com/artikel-kesehatan/diabetes-mellitus/210-kriteria-diagnosis-
diabetes (diakses pada tanggal 10 september 2018)
https://seruji.co.id/iptek/kesehatan/komplikasi-diabetes-melitus-dari-yang-ringan-sampai-berat/
(diakses pada tanggal 10 september 2018)
https://www.scribd.com/doc/111548464/Asuhan-Keperawatan-Gerontik-Diabetes-Melitus
(diakses pada tanggal 13 september 2018)
https://dokumen.tips/documents/askep-gerontik-dan-lp-dm.html (diakses pada tanggal 13
september 2018)
FORMAT PENILAIAN MAKALAH ILMIAH MAHASISWA

A. IDENTITAS
1. Kelompok : VII (Tujuh)
2. Jumlah Anggota Kelompok : 7 Orang
B. PENILAIAN

Aspek yang dinilai Skor Ket.


Tata Tulisan 4 >80 % sesuai kaedah penulisan
3 60-79% sesuai kaedah penulisan
2 50-59% sesuai kaedah penulisan
1 <50% sesuai kaedah penulisan
Daftar pustaka 4 Minimal 4 sumber
3 Minimal 3 sumber
2 Minimal 3 sumber
1 Minimal 1 sumber
Isi tulisan 4 >80 % sesuai topik
3 60-79% sesuai topik
2 50-59% sesuai topik
1 <50% sesuai topik
Etika penulisan 4 Tidak ada kemiripan dengan kelompok lain (
(plagiarism) original)
3 10-30% ada kemiripan dengan kelompok lain
2 31-60% ada kemiripan dengan kelompok lain
1 61-100% ada kemiripan dengan kelompok lain
Total nilai

Catatan :
Nilai batas lulus adalah 3,00
1. Bila nilai makalah dibawah 3,00 maka tugas akan dikembalikan untuk diperbaiki sampai
mendapat nilai minimal 3,00.
2. Bila nilai etika penulisan 0 maka makalah harus diulang (termasuk kelompok yang sama)
FORMAT PENILAIAN PRESENTASI KELOMPOK

A. IDENTITAS
1. Nama kelompok : VII (tujuh)
2. Jumlah Anggota Kelompok : 7 Orang

B. PENILAIAN

Aspek yang dinilai Skor Ket.


Kejelasan 4 >80 %
mengemukakan 3 60-79 %
intisari dari tulisan 2 50-59 %
1 <50 %
Kelancaran dalam 4 >80 %
penyajian, media 3 60-79 %
penyajian 2 50-59 %
1 <50 %
Kemampuan dalam 4 >80 %
mengemukakan 3 60-79 %
argumentasi 2 50-59 %
1 <50 %
Total nilai

Catatan :
1.Nilai batas lulus adalah 3,00
2.Bila nilai presentasi dibawah 3,00 maka harus mengulang presentasi sampai mendapatkan nilai
minimal 3,00.
FORMAT PENILAIAN PRESENTASI
PERSEORANGAN MAHASISWA

Kelompok : VII (tujuh)

Anggota kelompok : 7 Orang

No Nama mahasiswa kehadiran Keaktifan partisipasi sikap


1 Putu Aprilia Pratama
2 Kadek Dian Sri Widnyani
3 Ni Putu Jemmy Kherisna S
4 Ni Nyoman Cahayu Harta
5 Kadek Dewi Mulyawati
6 Ni Luh Gede Meldarosita
7 Putu Ita Wijayanti

Keterangan :
1. Kehadiran diisi dengan tanda tangan
2. Keaktifan mahasiswa dalam bertanya atau menjawab pertanyaan
3. Partisipasi mahasiswa mengikuti presentasi sampai selesai
4. Sikap selama presentasi
5. Rentang nilai 1,0 – 4,0 ( kecuali kehadiran )

Anda mungkin juga menyukai