Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

A
DENGAN DIAGNOSA MEDIS ( CHRONIC KIDNEY DISEASE ) DI
RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN BULELENG
PADA TANGGAL 25 MARET 2019

Oleh :
KADEK DIAN SRI WIDNYANI
17089014025

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2019
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A DENGAN DIAGNOSA MEDIS
( CHRONIC KIDNEY DISEASE ) DI RUANG FLAMBOYAN RSUD
KABUPATEN BULELENG PADA TANGGAL 25 MARET 2019

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan
sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan
glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas & Levin,2010). CKD atau gagal ginjal
kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan
fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana
kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan
keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009)
CKD ( Chronic Kidney Disease ) atau disebut dengan gagal ginjal kronik
merupakan gagal ginjal yang progresif dan lambat biasanya berlangsung
beberapa tahun ( Price, 1992 : 812). Gagal ginjal secara bertahap CKD
didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal melakukan penurunan fungsi
kemampuan tubuh gagal ginjal dalam mempertahankan metabolisme, cairan dan
keseimbangan elektrolit.
2. Epidemiologi
Di Amerika Serikat, data tahun 1995-1999 menyatakan insidens penyakit
ginjal kronikdiperkirakan 100 kasus perjuta penduduk pertahun, dan angka ini
meningkat sekitar 8%setiap tahunnya. Di Malaysia, dengan populasi 18 juta
diperkirakan terdapat 1800 kasus baru gagal ginjal pertahunnya.
Di negara-negara berkembang lainnya, insiden inidiperkirakan sekitar 40-60
kasus perjuta penduduk pertahun.
Beberapa faktor berpengaruh terhadap tingkat insidensi dan prevaluasi yang
beragam, faktor seperti distribusi penyakit gagal ginjal yang mendasari dan kualitas
pelayanan medis yang bersedia untuk pasien. CKD preterminal memili pengaruh
signifikasi terhadap hasil ahkir pasien. Tingkat insidensi dan prevalensi CKD secara
umum lebih besar pad anak laki-laki dibanding anak perempuan, untuk ras tingkat
insidensi ESRD pada anak-anak berkulit hitam di America Utara adalah dua sampai
tiga kali lebih besar dibandingkan angka berkulit putih tampak memperdulikan jenis
kelamin.
3. Etiologi
Diabetes dan hipertensi baru-baru ini telah menjadi etiologi tersering terhadap
proporsi GGK di US yakni sebesar 34% dan 21% . Sedangkan glomerulonefritis
menjadi yang ketiga dengan 17%. Infeksi nefritis tubulointerstitial (pielonefritis
kronik atau nefropati refluks) dan penyakit ginjal polikistik masing-masing 3,4%.
Penyebab yang tidak sering terjadi yakni uropati obstruktif , lupus eritomatosus dan
lainnya sebesar 21 %. (US Renal System, 2000 dalam Price & Wilson, 2006).
Penyebab gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Indonesia tahun 2000
menunjukkan glomerulonefritis menjadi etiologi dengan prosentase tertinggi dengan
46,39%, disusul dengan diabetes melitus dengan 18,65%, obstruksi dan infeksi
dengan 12,85%, hipertensi dengan 8,46%, dan sebab lain dengan 13,65% (Sudoyo,
2006).
Penyebab tersering terjadinya CKD adalah diabetes dan tekanan darah tinggi,
yaitu sekitar dua pertiga dari seluruh kasus ( National Kidney Foundation 2018 ).
Keadaan lain yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal diantaranya adalah penyakit
peradangan seperti glomerulonefritis penyakit ginjal polikistik, malformasi saat
perkembangan janin dala, rahim ibu, lupus obstruksi akibat batu ginjal, tumor atau
pembesaran kelenjar prostat dan infeksi saluran kemih yang berulang (wilson, 2015).
Adapun penyakit CKD diantaranya yaitu :
a. Infeksi seperti pielomefritis kronik dan refluk nefrofati
b. Penyakit peradangan seperti glomerulonefritis
c. Penyakit vaskuler hipertensif seperti nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis malign, stenosis arteria renalis.
d. Gangguan jaringan ikat seperti lupus eritematosis sistemik.
4. Patofisiologi
Patofisiologi CKD pada awalnya dilihat dari penyakit yang mendasari namun
perkembangan proses selanjutnya kurang lebih sama. Penyakit ini menyebabkan
berkurangnya masa ginjal. Sebagai upaya kompesnsi, terjadilah hipertroti struktural
dan fungsional nefron yang masih tersisa yang di perantarai oleh molekul rasoaktif
seperti sitokin dan growth factor. Akibatnya terjadi hiperfiltrasi yang diikuti
peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Pada adaptasi ini
berlangsung singkat, sehingga akibatnya terjadi suatu proses maladaptasi berupa
sklerosis nefron yng masih tersisa. Sklerosis nefron ini diikuti dengan penurunan
fungsi nefron progresif, walaupun penyakit yang mendasarinya sudah tidak aktif lagi.
(suwitra, 2009)
Ketidakseimbangan nutrisi dan cairan terjadi karena ketidakmampuan ginjal
untuk memikat urine. Hiperkalemia karena kerusakan reabsorbsi bikrbonat dan
produksi amonia. Demineralisasi tulang dan gangguan pertumbuhan terjadi akibat
sekresi hormon peuzitiroid, peningkatan tospat plasma (penurunan kalsium serum,
asidosis) menyebabkan pelepasan kalsium usus anemia terjadi terjadi kerena
gangguan pruksi sel darah merah penurunan rentang hidup sel darah merah,
peningkatan kecendrungan perdarahan (akibat kerusakan fungsi trombosit) perubahan
pertumbuhan berhubungan dengan perubahan nutrisi dan berbagai proses biokimia.
(Chirs tauto dkk, 2014)
WOC
Diabetes Melitus Glomerulonetritis Kronis Zat Toksit

Gula Darah Reaksi Antigen.Antibodi Tertimbun


ginjal

Ginjal Tidak dapat Kerusakan Parah Glomerulus


Menyerap

GFR menurun

Ginjal Kehilangan Fungsi CKD

Sekresi Protein Terganggu

Sindrom Urenia

Prepospatemia Payah jantung


Gangguan Retensi Na
Keseimbangan asam dan
Pruritus basa
COP turun
Beban Jantung

Produksi asam naik


Gangguan Aliran darah
Integritas Hipertrofi Ventrikel ke ginjal turun
kiri
Kulit Asam lambung naik

Tekanan Vena RAA turun


Nausea Romitus
pulmonalis

Iratasi lambung Refensi Na


Edema Paru + H2O naik
Infeksi

Kelebihan
Gastritis Pola nafas tidak efektif
volume
cairan
Mual Muntah

Gangguan Nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh
5. Klasifikasi
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju
Filtration Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m2
dengan rumus Kockroft – Gault sebagai berikut :
Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2)

1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90

2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau ringan 60-89

3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau sedang 30-59

4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau berat 15-29

5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis

Sumber : Sudoyo,2006 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : FKUI

6. Gejala Klinis
Setiap sistem tubuh pada ginjal kronis dipengaruhi oleh kondisi anemia.
Maka pasien akan menunjukkan sejumblah tanda gejala , usia pasien dan kondisi
yang mendasari. Tanda dan gejala pasien gagal ginjal kronis adalah sebagai
berikut :
a. Manifestasi Kardiovaskuler
b. Manifestasi Dermatoligi
c. Manifestasi Gastrointeslina
d. Manifestasi Pulmoner
e. Manifestasi Peurologi

 Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :


 Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin serum
normal dan penderita asimptomatik.
 Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak,
Blood Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
 Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia.

 K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari


tingkat penurunan LFG :
 Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan
LFG yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2
 Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-
89 mL/menit/1,73 m2
 Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2
 Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29mL/menit/1,73m2
 Stadium5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2 atau gagal
ginjal terminal.

Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance


Creatinin Test ) dapat digunakan dengan rumus :
Clearance creatinin ( ml/ menit ) = (( 140-umur ) x berat badan ( kg )) / ( 72 x
creatini serum )
Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85. (Corwin, 1994)
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum dan TTV
Keadaan umum: klien lemah dan terlihat sakit berat
Tingkat kesadaran: menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana dapat
mempengaruhi system saraf pusat
TTV: sering didapatkan adanya perubahan RR meningkat, tekanan darah
terjadi perubahan dari hipertensi ringan sampai berat.
b. Sistem pernapasan
Klien bernapas dengan bau uremia didapatkan adanya pernapasa kusmaul.
Pola napas cepat dan dalam merupakan upaya untuk melakukan
pembuangan karbon dioksida yang menumpuk di sirkulasi.
c. Sitem hematologi
Pada kondisi uremia berat tindakan auskultasi akan menemukan adanya
friction rub yang merupakan tanda khas efusi pericardial. Didapatkan
tanda dan gejala gagal jantung kongestif. TD meningkat, akral dingin,
CRT > 3 detik, palpitasi, nyeri dada dan sesak napas, gangguan irama
jantung, edem penurunan perfusi perifer sekunder dari penurunan curah
jantung akibat hiperkalemi, dan gangguan kondisi elektrikal otot ventrikel.
Pada sistem hematologi sering didapatkan adanya anemia. Anemia sebagai
akibat dari penurunan produksi eritropoitin, lesi gastrointestinal uremik,
penurunan usia sel darah merah, dan kehilangan darah, biasanya dari
saluran GI, kecenderungan mengalami perdarahan sekunder dari
trombositopenia.
d. Sistem neuromuskuler
Didapatkan penurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral, seperti
perubahan proses berfikir dan disorientasi. Klien sering didapatkan adanya
kejang, adanya neuropati perifer, burning feet syndrome, retless leg
syndrome, kram otot, dan nyeri otot.
e. Sistem kardiovaskuler
Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau peningkatan aktivitas
system rennin angiostensin aldosteron. Nyeri dada dan sesak napas akibat
perikarditis, efusi pericardial, penyakit jantung koroner akibat
aterosklerosis yang timbul dini, dan gagal jantung akibat penimbunan
cairan dan hipertensi.
f. Sistem Endokrin
Gangguan seksual : libido, fertilisasi dan ereksi menurun pada laki-laki
akibat produksi testosterone dan spermatogenesis yang menurun. Sebab
lain juga dihubungkan dengan metabolic tertentu. Pada wanita timbul
gangguan menstruasi, gangguan ovulasi sampaiamenorea.
Gangguan metabolism glukosa, resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Pada gagal ginjal yang lanjut (klirens kreatinin < 15 ml/menit)
terjadi penuruna klirens metabolic insulin menyebabkan waktu paruh
hormon aktif memanjang. Keadaan ini dapat menyebabkan kebutuhan
obat penurunan glukosa darah akan berkurang. Gangguan metabolic
lemak, dan gangguan metabolism vitamin D.
g. Sistem Perkemihan
Penurunan urine output < 400 ml/ hari sampai anuri, terjadi penurunan
libido berat
h. Sistem pencernaan
Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia, dan diare sekunder dari
bau mulut ammonia, peradangan mukosa mulut, dan ulkus saluran cerna
sehingga sering di dapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.
i. Sistem Muskuloskeletal
Di dapatkan adanya nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki
(memburuk saat malam hari), kulit gatal, ada/ berulangnya infeksi,
pruritus, demam ( sepsis, dehidrasi ), petekie, area ekimosis pada kulit,
fraktur tulang, deposit fosfat kalsium pada kulit jaringan lunak dan sendi,
keterbatasan gerak sendi. Didapatkan adanya kelemahan fisik secara
umum sekunder dari anemia dan penurunan perfusi perifer dari hipertensi.
8. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang
Pemeriksaan penunjang lain selain pemeriksaan lab ialah
pemeriksaandiagnostik. Pemeriksaan diagnostik pada klien CKD menurut
Doenges,Moorhouse, dan Mur (2010) terdiri dari:
1. CT scan merupakan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan sinarX-
Ray lalu dilihat melalui komputer untuk menghasilkan gambaran ginjalyang
lebih detail. CT scan berfungsi untuk melihat gangguan pada pembuluh darah
ginjal dan adanya massa pada ginjal
2. USG Renal merupakan tindakan yang dilakukan dengan gelombang
suara berfrekuensi tinggi dan divisiualisasikan melalui gambar di komputer.Pe
meriksaan ini bertujuan untuk melihat apakah ada hiperfiltrasi padaginjal,
obstruksi pada sistem perkemihan, atau ada massa
3. X-Ray abdomen menunjukkan gambaran tentang ginjal, ureter, dankandung
kemih. Pemeriksaan ini berfungsi untuk melihat ukuran danstruktur organ
4. VCUG (Voiding Cystourethogram) merupakan pemeriksaan X Ray
yangspesifik dimana pemeriksaannya dilakukan saat kandung kemih terisi
dansaat kosong. Hal ini bertujuan untuk melihat ukuran kandung kemih
danapakah terjadi retensi akibat obstruktif
5. Renal biopsy tindakan mengambil jaringan untuk dibawa ke laboratoriumagar
diidentifikasi. Indikasi dari tindakan ini ialah adanya kerusakan padaginjal,
ditemukannya proteinuria
9. Diagnosis
Diagnosis ditetapkan setelah mengetahui gejala, riwayat penyakit penderita
dan keluarga, serta melakukan pemeriksaan fisik. Untuk memastikan kondisi ginjal
penderita, dokter perlu melakukan beberapa tes untuk menilai fungsi ginjal dan
mendeteksi kerusakan ginjal. Tes tersebut meliputi:
 Tes darah. Tes ini untuk mengetahui kerja ginjal dengan melihat kadar
limbah dalam darah, seperti kreatinin dan ureum.
 Tes urine. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi tidak normal
yang mengindikasikan kerusakan ginjal. Dalam tes ini, kadar albumin dan
kreatinin dalam urine diperiksa, begitu juga keberadaan protein atau darah
dalam urine.
 Pemindaian. Pemindaian ini bertujuan melihat struktur dan ukuran ginjal,
dan dapat dilakukan dengan USG, MRI, dan CT scan.
 Biopsi ginjal. Biopsi dilakukan dengan mengambil sampel kecil dari jaringan
ginjal, yang selanjutnya dianalisis di laboratorium untuk menentukan
penyebab kerusakan ginjal.
Setelah hasil tes menunjukkan indikasi gagal ginjal, dokter perlu mengetahui
fungsi ginjal yang masih tersisa dan stadium gagal ginjal yang dialami penderita
melalui pemeriksaan laju filtrasi glomerulus atau LFG.
Pemeriksaan LFG atau eGFR mengukur penyaringan limbah dalam darah
oleh ginjal berdasarkan kadar kreatinin dalam darah, usia ukuran tubuh, dan jenis
kelamin. Tes LFG ini dibutuhkan guna menentukan langkah pengobatan yang
sesuai. Berdasarkan pemeriksaan LFG, maka stadium gagal ginjal dapat terbagi
menjadi:
 Stadium 1, nilai LFG di atas 90.
 Stadium 2, nilai LFG 60 hingga 89.
 Stadium 3, nilai LFG 30 hingga 59.
 Stadium 4, nilai LFG 15 hingga 29.
 Stadium 5, nilai LFG di bawah 15.
Pada orang dewasa, nilai LFG normal berada di atas 90, meski seiring
penambahan usia, nilai tesebut dapat berkurang walaupun tanpa penyakit ginjal. Nilai
rata-rata LFG berdasarkan usia adalah:
 Usia 20-29, nilai LFG rata-rata 116.
 Usia 30-39, nilai LFG rata-rata 107
 USia 40-49, nilai LFG rata-rata 99
 Usia 50-59, nilai LFG rata-rata 85.
 Usia diatas 70 tahun, nilai LFG rata-rata 75.
Selain nilai rata-rata LFG, tes untuk melihat kadar albumin dalam darah
maupun urine juga akan dilakukan guna menentukan tingkat keparahan penyakit
GGK. Seseorang dinyatakan mengalami gagal ginjal kronis jika selama 3 bulan, nillai
rata-rata LFG di bawah 60 dengan ditandai kadar protein (albumin) yang tinggi dalam
urine.
Hasil LFG dari waktu ke waktu dapat naik atau turun. Perubahan nilai LFG
yang begitu besar dapat membuat stadium penderita bertambah atau menurun. Namun
yang terpenting, nilai rata-rata LFG tidak menunjukkan hasil yang semakin menurun.
10. Therapy /Tindakan Penanganan
Tujuan utama penatalaksanaan pasien GGK adalah untuk
mempertahankan fungsi ginjal yang tersisa dan homeostasis tubuh selama
mungkin serta mencegah atau mengobati komplikasi (Smeltzer, 2001;
Rubenstain dkk, 2007). Terapi konservatif tidak dapat mengobati GGK
namun dapat memperlambat progres dari penyakit ini karena yang
dibutuhkan adalah terapi penggantian ginjal baik dengan dialisis atau
transplantasi ginjal.
Lima sasaran dalam manajemen medis GGK meliputi :
1. Untuk memelihara fungsi renal dan menunda dialisis dengan cara
mengontrol proses penyakit melalui kontrol tekanan darah (diet, kontrol
berat badan dan obat-obatan) dan mengurangi intake protein
(pembatasan protein, menjaga intake protein sehari-hari dengan nilai
biologik tinggi < 50 gr), dan katabolisme (menyediakan kalori
nonprotein yang adekuat untuk mencegah atau mengurangi katabolisme)
2. Mengurangi manifestasi ekstra renal seperti pruritus , neurologik,
perubahan hematologi, penyakit kardiovaskuler;
3. Meningkatkan kimiawi tubuh melalui dialisis, obat-obatan dan diet;
4. Mempromosikan kualitas hidup pasien dan anggota keluarga (Black &
Hawks, 2005).
5. Penatalaksanaan konservatif dihentikan bila pasien sudah memerlukan
dialisi tetap atau transplantasi. Pada tahap ini biasanya GFR sekitar 5-10
ml/mnt. Dialisis juga diiperlukan bila :
 Asidosis metabolik yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
 Hiperkalemia yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
 Overload cairan (edema paru)
 Ensefalopati uremic, penurunan kesadaran
 Efusi perikardial
 Sindrom uremia ( mual,muntah, anoreksia, neuropati) yang memburuk.
Menurut Sunarya, penatalaksanaan dari CKD berdasarkan derajat LFG nya,
yaitu:
11. Komplikasi
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan
mengalami beberapa komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Smeltzer
dan Bare (2001) serta Suwitra (2006) antara lain adalah :
1. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme,
dan masukan diit berlebih.
2. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi
produk sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin
angiotensin aldosteron.
4. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar
kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan
peningkatan kadar alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion
anorganik.
6. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
7. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
8. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
9. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Data umum
 Identitas pasien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin,
tempat tanggal lahir, no RM
 Identitas penanggung jawab yang meliputi nama, hubungan
dengan pasien, umur, alamat, dan telp/no.HP
b. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan saat ini :
 Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien)
 Alasan berobat (hal/kejadian apa yang menyebabkan pasien
berobat kerumah sakit)
 Riwayat penyakit (Tanya pada pasien atau keluarga pasien
apakah memiliki riwayat penyakit sebelumnya)
b. Riwayat kesehatan dahulu
 Penyakit yang pernah dialami
 Riwayat perawatan (apakah pernah melakukan perawatan atau
mendapat perawatan di rumah sakit atau tidak pernah)
 Riwayat operasi (apakah pernah mengalami operasi)
 Riwayat pengobatan (apakah pernah melakukan pengobatan)
 Kecelakaan yang pernah dialami (apakah pernah mengalami
kecelakaan)
 Riwayat alergi (tanyakan pada pasien apakah memiliki alergi
terhadap makanan atau obat)
c. Riwayat psikologi dan spiritual
1. Riwayat psikologi meliputi : tempat tinggal, lingkungan
rumah, hubungan antara anggota keluarga, dan pengasuh
anak.
2. Riwayat spiritual meli[puti : support system, kegiatan
keagamaan.
3. Riwayat hospittalisasi : pemahaman keluarga tentang
sakit dan rawat inap rumah sakit.
d. Pola fungsi kesehatan (11 pola fungsi Gordon) :
- Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
- Pola nutrisi metaboliik
- Pola eliminasi
- Pola aktivitas dan latihan
- Pola ttidur dan istirahat
- Pola kognitif/perseptual
- Pola persepsi diri atau konsep diri
- Pola seksual dan reproduksi
- Pola peran hubungan
- Pola managemen koping stress
- Pola keyakinan/nilai
e. Pemeriksaan fisik (keadaan umum pasien, kesadaran, ekspresi
wajah, kebersihan secara umum, TTV, head to toe)
f. Pemeriksaan diagnostic, penatalaksanaan medis

2. Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hambatan
upaya nafas (nyeri,sesak nafas,kelemahan otot)
2. Gangguan Nutrisi kurang dari kelebihan tubuh berhubungan
pengkajian asam lambung ditandai dengan mual dan muntah.
3. Gangguan volume cairan lebih dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan refensi Na dan air ditandai dengan edema.
4. Gangguan integritas kulit berhubunga dengan urineria dan
pengeluaran cairan dan elektrolit berlebihan ditandai dengan
gatal-gatal.

3. Rencana Asuhan Keperawatan


NO DIAGNOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC) RASIONAL
1. Ketidak efektifan NOC :Respiratori O:monitor resprirasi -agar tidak terjadi
pola nafas b/d Status: airway dan status O2 hipoksia
hambatan upaya patency N: berikan posisi yang -untuk mengurangi
nafas Tujuan: nyaman / semi terjadinya sesak
Setelah dilakukan powler - untuk meningkatkan
tindakan selama …x E:anjurkan pasien ventilasi alveoli
24 jam diharapkan : tehnik nafas dalam -untuk ketepatan
1. mampu bernafas C:berkolaborasi dalam pengobatan.
dengan normal dengan tenaga medis
Frekuensi
penafasan rentang
normal .

2. Gangguan nutrisi NOC:Nutritional O:kaji adanya alergi - mengetahui apakah


kurang dari status adequacy of makanan pasien alergi
kebutuhan tubuh nutria. N:monitor mual dan makannan atau tidak
b/d peningkatan Tujuan: muntah - mengurangi
asam lambung Setelah dilakukan E:informasikan kekurangan njutrisi
ditandai dengan tindakan keluarga dan pasien -untuk mengetahui
mual dan muntah keperawatan selama tentang manfaat pentingnya nutrisi
…x 24 jam nutrisi -diet yang tepat dalam
diharapkan nutrisi. C:kolaborasi dengan memenuhi nutrisi
Kriteria hasil: ahli gizi dalam pasien
1. tidak mual dan menentukan diet
muntah nutrisi yang tepat.
makan
meningkat
2. nafsu makan
meningkat
3. Gangguan NOC: Elektrolit and O:monitor balance - mengetahui
volume cairan acedbase balance cairan 24 jam keseimbangan cairan
tubuh lebih dari tujuan: N:memberi posisi masuk dan keluar.
kebutuhan tubuh Setelah dilakukan yang nyaman - memenuhi kebutuhan
b/d refensi Na asuhan keperawatan E:memantau rasa nyaman pasien
dan air ditandai ….x 24 jam masuknya - mengontrol cairan
dengan edema. kelebihan volume cairan/makana yang masuk
cairan teratasi C:kolaborasi - membantu
dengan kriteria hasil: pemberian obat pengeluaran cairan
1. elektrolit dalam deuretik berlebih dalam tubuh
batas normal
2. intake dan output
seimbang
O:monitor kulit - adanya kemerahan
4. Gangguan NOC:Tissue adanya kemerahan dan gatal pada kulit.
integritas kulit integritiskin N:jaga kebersihan - kulit yang basah
b/d uremia di danmuccos kulit agar tetap dapat menyebabkan
tandai dengan membran tujuan . kering dan sehat. gatal pada kulit dan
gatal –gatal dan Setelah dilakukan E:anjurkan pasien kulit menjadi lembab
turgor kulit tindakan untuk kompres - menghilangkan
menurun. keperawatan selama lembab dan dingin ketidak nyamanan
….x 24 jam untuk
diharapkan keruskan menghilangkan
integritas kulit tekanan garukan
pasien berkurang pada pasien
dengan kriteria hasil: preretus
1. integritas kulit C:kolaborasi dalam
bisa menjaga kebersihan
dipertahankan dan menggunakan
2. tidak ada luka / krim
lesi.

3. Implementasi
Dalam tahap ini dilaksanakan tindakan keperawatan yang disesuaikan
dengan intervensi atau perencanaan yang dibuat.

4. Evaluasi
Evalusai dibuat dengan melihat perkembangan pasien dan menggunakan
evaluasi sumatif (SOAP)
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/28066546/LAPORAN_PENDAHULUAN_CKD_C
HRONIC_KIDNEY_DISEASE_GAGAL_GINJAL_KRONIK (Diakses pada
tanggal 25 Maret 2019 pada pukul 15.30)
https://www.academia.edu/6418985/LAPORAN_PENDAHULUAN_CKD(Dia
kses pada tanggal 25 Maret 2019 pada pukul 15.50)
https://www.alodokter.com/gagal-ginjal-kronis/diagnosis (Diakses pada tanggal
25 Maret 2019 pada pukul 16.00)
Herdman Heather dan Kamitsuru shigemi,2015.Diagnosa Keperawatan.edisi
jilid ke 10.Jakarta.EGC

Anda mungkin juga menyukai