Anda di halaman 1dari 12

PROFESI INTERNAL AUDITOR

Sejalan dengan konsep era globalisasi, maka sebagai konsekuensinya makin banyak
masalah yang harus dihadapi oleh suatu perusahaan dalam persaingan usaha yang semakin
kompetitif dan kompleks tersebut. Keadaan ini menuntut para pimpinan atau manajemen
perusahaan untuk dapat mengelola perusahaannya secara lebih efektif dan efisien untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini membuat pimpinan tidak dapat lagi secara
langsung mengawasi aktivitas perusahaan sehingga harus mendelegasikan sebagian tugas,
wewenang, dan tanggung jawab yang dipikulnya kepada pihak lain, yaitu auditor internal. Lebih
lanjut pimpinan/manajemen dituntut untuk menerapkan pengendalian intern yang tentunya akan
sangat berguna untuk mengamankan aset perusahaan. Variabel yang mempengaruhi efektivitas
pengendalian intern adalah kualitas jasa auditor internal. Hal ini diperkuat oleh pernyataan
Mulyadi (1992) bahwa tugas seorang auditor internal adalah “menyelidiki dan menilai
pengendalian intern dan efisiensi pelaksanaan fungsi berbagai unit organisasi”.
Dalam proses pelaksanaan pemeriksaan intHall (1968, dalam Kalbers dan Fogarty, 1995)
mengklasifikasikan lima elemen profesionalisme individual yaitu (1) Meyakini pekerjaan mereka
mempunyai kepentingan, (2) Berkomitmen ke jasa barang publik, (3) Kebutuhan otonomi pada
persyaratan pekerjaan, (4) Mendukung regulasi mandiri untuk pekerjaan mereka, (5) Afiliasi
dengan anggota profesinya. Konsep profesionalisme Hall banyak digunakan oleh para peneliti,
diantaranya Morrow dan Goetz (1988) menguji profesionalisme para akuntan publik, Goetz,
Morrow dan Mc Elroy (1991) mengukur profesionalisme para akuntan publik dengan variabel
yang dikembangkan, serta Kalbers dan Fogarty (1995) yang menggunakan pandangan
profesionalisme yang lebih kompleks. Ketiga penelitian tersebut menunjukkan bukti empiris
hubungan variable anteseden (pengalaman) auditor internal dengan profesionalisme, juga dengan
variable konsekuensinya.
Menurut Ratliff. Profesionalisme dapat dilihat dan ditingkatkan dari tiga tingkatan yaitu:
a) Profesi internal audit secara umum. Pada tingkat ini, IIA (The Institute of Internal Auditors) telah
mengambil empat langkah penting dalam meningkatkan profesionalisme internal auditornya di
seluruh dunia. IIA telah memuat:
1) Pertanyaan tanggung jawab internal auditing. Pertama kali dibuat tahun 1977 dan terus menerus
mengalami perubahan terakhir tahun 1990. Pernyataan ini sebagai dasar umum mengenai
bagaimana anggaran dasar departemen internal auditing seharusnya dibuat, yang secara formal
mencakup peran dari otoritas organisasi mereka. Pernyataan ini mencakup 3 topik:
· Tujuan dan ruang lingkup internal auditing
· Tanggung jawab dan otoritas yang diberikan kepada fungsi internal auditing
· Independensi dari fungsi
2) Standar praktik profesional internal auditing. Dipublikasikan oleh IIA tahun 1978. Standar
terbagi atas 5 bagian umum yang mencakup berbagai aspek auditing dalam sebuah organisasi:
· Independensi
· Kemampuan profesional
· Lingkup kerja
· Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan
· Manajemen bagian internal auditing
Standar tersebut bersifat minimum dan dapat diterapkan secara luas diberbagai jenis
perusahaan yang memiliki departemen internal audit.
3) Kode etik, Berisi kriteria perilaku profesionali dan penghargaan bahwa anggaran IIA
melaksanakan standar kompetensi moralitas dan kehormatan
4) Program sertifikasi, Pada tahun 1974, IIA mulai mensertifikasi internal auditor yang memenuhi
kriteria tertentu, program sertifikasi ini memberikan standar profesionalisme diantara mereka yang
mengaku internal auditor yang profesional
b) Departemen Internal Audit. Standar profesional internal audit mencakup dan mendiskusikan 3
cara yanng penting dalam meningkatkan profesionalisme:
1) Staffing yang baik
2) Memiliki pengetahuan, keterampilan, dan disiplin yang diperlukan
3) Pengawasan pekerjaan audit yang baik
Empat pengukuran yang berhubungan dengan departemen internal audit adalah sebagai
berikuut:
1) Membuat anggaran yang baik. Standar mengatakan bahwa anggaran dasar seharusnya dalam
bentuk tertulis dan disetujui oleh manajemen dan dewan komisaris dan mencakup tujuan, otorisasi,
dan tanggung jawab departemen internal audit dalam organisasi. Isi dari anggaran dasar ini
seharusnya memasukkan topik-topik sebagai berikut:
· Pendirian fungsi internal audit
· Sasaran atau tujuan fungsi audit
· Otoritas yang diberikan kepada departemen internal audit
· Ruang lingkup kerja yang diotorisasikan kepada departemen internal audit
· Status organisasi departemen
· Standar kinerja yang dapat diterima bagi departemen
· Hubungan departemen secara administratif maupun pelaporan
· Tanggun jawab bagi penindaklanjutan temuan audit
· Persetujuan anggaran dasar oleh manajemen eksekutif dan komite audit
Pembuatan anggaran dasar dengan baik dapat meningkatkan dan memelihara tingkat
harapan integritas profesional dan kinerja yang tinggi dalam departemen. Hal tersebut juga dapat
meningkatkan status fungsi internal audit.
2) Menerapkan standar professional. Menurut ratiff (1996:75) standar yang dikeluarkan oleh IIA
merupakan suatu anjuran yang kuat namun tidak luas diterima, bahkan diakui juga bahwa dengan
menerapkan standar-standar ini profesionalisme auditor yang berada dalam departemen internal
audit dapat ditingkatkan.
3) Memelihara auditor inti yang professional. Dalam prakteknya dibeberapa perusahaan,
menggunakan departemen internal audit sebagai sekolah pelatihan manajemen, diamana beberapa
calon manajer dilatih dalam beberapa waktu (6 bulan – 3 tahun), untuk kemudian menempati
kedudukan manajemen ditempat lain dalam organisasi. Kadang-kadang ditemukan staf auditor
terdiri dari calon-calon manajer tersebut. Hal ini tentu saja dapat merusak kualitas dan
profesionalisme fungsi audit itu sendiri, maka kalaupun ada jumlahnya harus dibatasi.
4) Membuka kesempatan pelatihan yang baik. Pengembangan yang profesional, merupakan
tanggung jawab setiap internal auditor yang dapat didukung perusahaan dengan
menyelenggarakan program pelatihan di dalam perusahaan atau dengan mengirim anggota staf ke
program pelatihan di luar atau seminar-seminar.
c) Praktisi secara individual
Standar profesionalisme internal audit merinci 6 hal dimana internal auditor secara individu
dapat mengembangkan profesionalisme mereka, yaitu:
1) Kepatuhan pada kode etik
2) Mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan disiplin penting bagi kinerja internal audit
3) Mengembangkan keterampilan hubungan antara manusia dan komunikasi
4) Kelanjutan pendidikan dan karier mereka
5) Melakukan tugasnya secara profesional
6) Mengikuti program sertifikasi

Dua hal lain yang penting adalah penampilan profesional dan cara pembawaan diri yang
baik. Menurut Hall pada buku kerangan kalbers dan forgarty, 5 elemen profesionalisme yaitu:
1) Dedikasi terhadap profesi (Dedication to proffesion)
Seorang internal auditor yang profesional seharusnya memiliki dedikasi terhadap profesi yang
tinggi, ia akan senang dan terdorong melihat dedikasi dan idealisme teman seprofesinya dan
antusias, memiliki komitmen terhadap profesinya.
2) Tanggung jawab social (Social obligation)
Seorang internal auditor yang profesional memiliki kesadaran akan tanggung jawab sosial yang
tinggi, bahwa profesinya sangat penting bagi tanggung jawab sosial yang tinggi, bahwa profesinya
menuntut kekhususan sehingga segala keputusan mengenai profesinya tidak dapat dibuat oleh
sembarang pihak.
3) Tuntutan ekonomi (Demand for autonomy)
Seorang internal auditor yang profesional akan selalu mendambakan otonomi yang sebesar-
besarnya guna memberikan pelayanan yang lebih baik dan lebih independen terhadap
organisasinya dan memiliki kesadaran penuh bahwa profesinya tidak dapat dibuat oleh sembarang
pihak.
4) Percaya pada pengaturan sendiri (Believe in self regulation)
Seorang internal auditor yang profesionalismenya dari kesungguhan bahwa sebagai suatu profesi
internal audit memiliki standar yang penting untuk diterapkan dan menyadari bahwa standar
tersebut merupakan ukuran minimum yang dapat berlaku didalam organisasi manapun juga dan
penegakkan standar perlu dilakukan dan dijadikan suatu tolak ukur agar profesionalisme internal
auditor dapat lebih diandalkan.
5) Perkumpulan profesi (profesional Community Affiliation)
Seorang internal auditor yang profesional harus menyadari penuh pentingnya untuk menambah
ilmu, pengetahuan, serta informasi mengenai hal-hal yang berkenan dengan profesinya dan akan
berusaha mendapatkannya melalui buku-buku, jurnal-jurnal, atau berpartisipasi dalam seminar-
seminar dan pertemuan-pertemuan dengan rekan seprofesi dari perusahaan lain dan mendukung
penuh kumpulan profesi yang ada.
2. Kualitas Profesional Audit Internal
Profesi audit internal mengalami perkembangan cukup berarti pada awal abad 21, sejak
munculnya kasus Enron & Worldcom yang menghebohkan kalangan dunia usaha. Meskipun
reputasi audit internal sempat terpuruk oleh berbagai kasus kolapsnya beberapa perusahaan
tersebut yang melibatkan peran auditor, namun profesi auditor internal ternyata semakin hari
semakin dihargai dalam organisasi. Saat ini profesi auditor internal turut berperan dalam
implementasi Good Corporate Governance (GCG) di perusahaan maupun Good Government
Governance (GGG) di pemerintahan. Good governance merupakan pengambilan keputusan dalam
pengelolaan sumber daya melalui proses yang dapat dipertanggungjawabkan, transparan,
akuntabel, dan efektif dalam pelayanan publik. Jadi, menurutnya ada beberapa karakteristik pada
tata kelola yang baik. Di antaranya ialah fokus pada tujuan organisasi dan manfaatnya bagi
masyarakat; pelaksanaan secara efektif dengan tupoksi yang jelas; mempromosikan nilai-nilai
untuk seluruh organisasi dan menunjukkan nilai-nilai good governance melalui perilaku;
mengambil keputusan yang transparan dan mengelola resiko; mengembangkan kapasitas dan
kapabilitas lembaga agar efektif; dan mempertimbangkan seluruh stakeholder dan menyusun
pertanggungjawaban yang realistis.
Kesesuaian dengan standar profesi, Hiro Tugiman (1997:29) berpendapat bahwa: “para
pemeriksa internal harus mematuhi standar profesional dalam melakukan pemeriksaan”. Kode etik
menetapkan standar profesi dan menetapkan dasar bagi pelaksanaanya. Kode etik menghendaki
standar yang tinggi bagi kejujuran, sikap objektif, ketekunan, dan loyalitas, yang harus dipenuhi
oleh internal auditor.
Pendidikan berkelanjutan, Hiro Tugiman (1977:31) berpendapat bahwa: “para pemeriksa
internal harus meningkatkan kemampuan teknisnya melalui pendidikan yang berkelanjutan”.
Para auditor berkewajiban meneruskan pendidikannya dengan tujuan meningkatkan
keahliannya. Mereka harus berusaha memperoleh informasi tentang kemajuan dan perkembangan
baru dalam standar, prosedur, dan teknik-teknik audit. Pendidikan lebih lanjut dapat diperoleh
melalui keanggotaan dan berpartisipasi dalam perkumpulan profesi, kehadiran dalam berbagai
konfrensi, seminar, kursus yang diadakan oleh suatu universitas, program pelatihan yang
dilaksanakan oleh organisasi (in-house training programs) dan berpartisipasi dalam proyek
penelitian. Pendidikan berkelanjutan juga bertujuan untuk memperoleh sertifikat qualified internal
auditor (QIA).
Ketelitian profesional, Hiro Tugiman (1977:31) berpendapat bahwa”pemeriksa internal
harus melaksanakan ketelitian profesional yang sepantasnya dalam melakukan pemeriksaan”.
a) Ketelitian profesional sepantasnya menghendaki penerapan ketelitian dan kecakapan yang secara
patut diduga akan dilakukan oleh seorang auditor yang bijaksana dan kompeten, dalam keadaan
yang sama atau mirip. Karenanya, ketelitian profesional haruslah sesuai dengan tingkat kesulitan
audit yang sedang dilaksanakan. Dalam menerapkan ketelitian profesional yang sepantasnya,
internal auditor harus mewaspadai berbagai kemungkinan terjadinya pelanggaran yang dilakukan
dengan sengaja, kesalahan atau error, kelalaianm ketidakefektivan, pemborosan, ketidakefisienan,
dan konflik kepentingan. Mereka harus mengidentifikasi kontrol yang lemah dan
merekomendasikan perbaikan untuk menciptakan kesesuaian dengan berbagai prosedur dan
praktek yang sehat.
b) Ketelitian yang selayaknya menghendaki suatu ketelitian yang kompoten bukanlah pelaksanaan
yang harus sempurna, tanpa ada kesalahan, atau hasilnya luar bisa. Ketelitian yang selayaknya
mewajibkan internal auditor melakukan pengujian dan melakukan verifikasi terhadap suatu
lingkup yang pantas dan tidak harus melakukan audit secara mendetail atau terperinci terhadap
seluruh transaksi. Karenanya, auditor tidaj dapat memberikan jaminan mutlak bahwa didalam
organisasi tidak terdapat suatu ketidaksesuaian atau ketidakberesan. Walau demikian,
kemungkinan terjadinya ketidakberesan atau ketidaksesuaian secara material haruslah
dipertimbangkan atau diperhatikan pada saat internal auditor melaksanakan tugas audit.
c) Apabila internal auditor mencurigai atau menduga telah terjadi pelanggaran, pejabat yang
berwenang di dalam organisasi haruslah diberitahu. Auditor dapat merekomendasikan apakah
perlu melakukan penyelidikan atas keadaan tersebut. Kemudian, auditor harus mereview atau
meninjau untuk meyakinkan apakah tanggung jawab bagian internal audit telah dipenuhi.
d) Melaksanakan kegiatan profesional yang selayaknya berarti menggunakan kecakapan dan
penilaian audit yang pantas pada saat melakukan pemeriksaan.
e) Ketelitian profesional yang selayaknya mencakup mengadakan evaluasi atas standar pekerjaan
atau operasi yang telah ditetapkan dan menentukan apakah standar tersebut diterima dan dapat
dipenuhi. Apabila suatu standar dianggap samar atau tidak jelas, harus segera dilakukan penafsiran
oleh pihak yang berwenang. Apabila berwenang menafsirkan atau menentukan standar pekerjaan
atau operasi, internal auditor harus membuat kesepakatan dengan pihak yang diperiksa tentang
standar yang akan dipergunakan untuk mengukur pelaksanaan operasi atau pekerjaan.
Katalog kriteria berikut ini sering digunakan untuk menilai kualitas profesional suatu
jabatan :
a) Pelayanan kepada publik.
b) Pelatihan khusus berjangka panjang.
c) Menaati kode etik.
d) Menjadi anggota asosiasi dan menghadiri pertemuan-pertemuan.
e) Publikasi Jurnal yang bertujuan untuk meningkatkan keahlian praktik.
f) Menguji pengetahuan para kandidat auditor bersertifikat.
g) Lisensi oleh negara atau sertifikat oleh dewan.

3. Peranan GAO (General Accounting office)


Beberapa organisasi audit internal mengharuskan semua anggota memiliki sertifikat atau
bekerja untuk memperoleh sertifikat. Undang-undang audit yang seragam disusun untuk negara
oleh U.S. General Accounting office (GAO) mensyaratkan auditor pemerintah memiliki gelar CPA
atau CIA.
Jadi, banyak kriteria sebuah profesi yang melekat pada audit internal: memiliki dasar ilmu
yang jelas, program sertifikasi, program pengembangan profesional berkelanjutan, adanya kode
etik, pernyataan tanggung jawab, seperangkat, standar, jurnal profesi, dan jumlah literatur yang
semakin meningkat.
4. Peran Bagian Audit Internal
Auditor internal bisa sangat membantu manajemen dengan mengevaluasi sistem kontrol
dan menunjukkan kelemahan-kelemahan dalam kontrol internal. Tetapi harus diingat bahwa
auditor internal membantu manajemen, bukan berperan sebagai manajer itu sendiri. Perbedaan ini
memunculkan keberatan mengenai kontrol akuntansi internal sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang Amerika serikat dan kanada.
Bukti ketaatan terhadap undang-undang ini terletak pada pendokumentasian yang layak.
Jika sistem kontrol didokumentasikan dengan baik, suatu organisasi dapat lebih siap mematuhi
peraturan-peraturan yang relevan. Dokumentasi yang layak adalah ibarat persediaan audit internal
dalam berdagang. Oleh karena itu, manajemen akan cenderung meminta auditor internal untuk,
“mendokumentasikan sistem kontrol akuntansi internal kita sehingga kita dapat membuktikan ke
pemerintah bahwa kita telah mematuhi hukum.” Hal tersebut merupakan jebakan, dan auditor
internal harus menghindarinya. Ketaatan terhadap undang-undang per definisi adalah masalah
hukum dan bukan masalah audit. Auditor internal tidak ditugaskan untuk memberitahu badan
pengatur, “kami mematuhi hukum.” Hal tersebut merupakan fungsi manajemen dengan saran dan
nasihat dari bagian hukumnya. Auditor internal dapat mengevaluasi sistem kontrol dan
dokumentasi pendukung seperti halnya mengevaluasi aktivitas lainnya di organisasi tetapi mereka
tidak bertanggung jawab untuk memberikan pendapat tentang ketaatan terhadap hukum.
Undang-undang ini berlaku di Amerika serikat dan kanada. Tetapi auditor internal di
negara-negara lain, meskipun mungkin tidak diwajibkan, tetap bertanggung jawab untuk
mengevaluasi kontrol akuntansi internal dan memberi tahu kelemahan-kelemahan yang ada ke
manajemen.
Dalam mengevaluasi baik kontrol akuntansi internal maupun internal lainnya, auditor
internal harus mengingat bahwa kontrol harus dirancang untuk mencapai tujuan manajemen.
5. Peran Internal Audit Dalam Pengungkapan Temuan Audit
Peran internal auditor adalah untuk memastikan apakah temuan audit itu memang ada atau
tidak, untuk menilai atau mengevaluasi suatu aktivitas dalam hal mengungkapkan temuan audit
berdasarkan kriteria yang tepat untuk merekomendasikan suatu rangkaian tindakan kepada pihak
manajemen. Peran internal auditor harus dijalankan dengan posisi yang independen agar kualitas
pelayanannya dapat memuaskan pihak pemakai informasi yang diberikan.
Kegiatan internal audit tidak dapat meniadakan semua kemungkinan terjadinya kesalahan
atau penyelewengan, akan tetapi diadakan untuk menekankan batas-batas biaya yang layak
walaupun kesalahan dan penyelewengan terjadi, hal ini dapat diatasi dengan cepat.
Dengan demikian kualitas, internal auditor dalam hal mengungkapkan temuan audit
bukanlah aktivitas yang dapat merugikan perusahaan yang disini berkaitan dengan sistem internal
controlnya, melainkan dengan terungkapnya temuan audit, internal auditor dapat memberikan
masukan-masukan berupa nasehat, saran, dan evaluasi terhadap pihak manajemen, karena semua
tindak lanjut atas hasil penemuan dari internal auditor habya pihak manajemenlah yang berhak
menindaklanjuti sepenuhnya.
6. Sikap Profesionalisme Internal Auditor Terhadap Peranan Internal Auditor Dalam
Pengungkapan Temuan Audit
Seorang internal auditor yanng profesional akan selalu berusaha untuk mencapai hasil
terbaik dalam segala hal yang ia kerjakan. Prinsip-prinsip yang menjadi pedoman internal auditor
dalam melakukan pengungkapan adalah sebagai berikut:
a) Pusatkan perhatian pada berbagai perbaikan atau kemajuan operasional yang telah dicapai dan
berikan pengungkapan yang terperinci, terutama sekali kepada audite dan pihak lain yang secara
langsung berkepentingan terhadap tindakan korektif.
b) Berbagai jaminan yang diberikan kepada manajemen yang memiliki tingkatan yang lebih tinggi
daripada auditee terutama sekali harus didasarkan pada kondisi yang diharapkan dari area yang
ditinjau apabila tindakan korektif akan dilaksanakan. Dengan mengasumsikan bahwa tindakan
korektif akan dilaksanakan, hindari pengungkapan berbagai temuan audit yang akan merugikan
auditee.
c) Bila dukungan manajemen senior terhadap fungsi audit tergantung pada sikap ditunjukkan oleh
manajemen pada tingkatan yang lebih rendah, internal auditor harus menghindari keterlibatan
dalam pengevaluasian pelaksanaan kegiatan manajerial karena akan menyebabkan auditee
menunjukkan sikap defensif.
d) Pengungkapan yang dilakukan kepada manajemen senior dan dewan komisaris harus dibatasi
sehingga hanya meliputi gambaran tentang program audit dan berbagai hasil umum yang telah
dicapai.
e) Jangan pernah mengungkapkan berbagai temuan audit secara terinci agar internal auditor
mendapat nilai dengan mengorbankan auditee dan manajemen operasional. Bila pengungkapan
terpaksa harus dilakukan, internal auditor harus berusaha untuk menampilkan hasil-hasil audit
sebagai hasil yang dicapai oleh manajemen dan internal auditor secara bersama-sama.
f) Secara umum, internal auditor harus berusaha menangani masalah pengungkapan sedemikian
rupa dengan tujuan meningkatkan dukungan terhadap fungsi internal audit dari semua tingkatan
di organisasi.
g) Internal auditor harus mempertahankan dan meningkatkan kepercayaan yang telah diberikan
oleh auditee dan manajemen operasional kepada dirinya.
7. Lembaga Profesi Internal Audit
a) Nasional.
1) Forum Komunikasi Satuan Pengawasan Intern (FK SPI). Forum ini awalnya bernama FKSPI
BUMN/BUMD karena anggotanya para auditor internal yang bekerja pada Satuan Pengawasan
Intern (SPI) di BUMN/BUMD. Sehubungan dengan keanggotaan yang terbuka bagi auditor intern
yang bekerja di sektor perusahaan swasta, multi nasional maupun asing maka berubah menjadi FK
SPI.
2) Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII). Organisasi ini menghimpun para auditor
internal yang telah memiliki gelar Qualified Internal Auditor (QIA).
3) Asosiasi Auditor Internal (AAI) Anggota AAI tersebar di seluruh Indonesia baik yang berasal
dari BUMN/BUMD/Swasta.
b) Internasional
Organisasi profesi yang menghimpun para auditor internal se dunia adalah The Institute of
Internal Auditor (IIA). Masing-masing Negara memiliki perwakilan IIA yang beranggotakan
pemegang gelar Certified Internal Auditor (CIA), Indonesia juga memiliki yaitu IIA Indonesia
Chapter. Setiap tahun IIA mengadakan konferensi internasional yang dihadiri oleh para auditor
internal seluruh dunia.
HUBUNGAN DENGAN EKSTERNAL AUDITOR
Ada beberapa hal yang terkait dengan audit eksternal dan audit internal. Di dalam hal ini
ada beberapa poin yang membedakan antara audit eksternal dan audit internal. Perbedaan itu
adalah dari sisi : 1) Output atau keluaran dimana output utama dari audit eksternal adalah opini
sedangkan output utama dari audit internal adalah rekomendasi. Kemudian dari sisi 2)
Independensi, dimana audit eksternal harus independen terhadap manajemen sedangkan audit
internal tidak independen terhadap manajemen namun harus independen terhadap aktivitas yang
diaudit. Poin selanjutnya adalah 3) Klien dari audit eksternal yang merupakan pemegang saham,
komisaris dan pihak terkait diluar perusahaan sedangkan klien dari audit internal adalah
manajemen sendiri. Dan yang terakhir adalah 4) pelaporan dimana audit eksternal melaporkan
hasil audit pada stakeholder perusahaan sedangkan audit internal melaporkan hasil audit pada
direksi.
Pembahasan selanjutnya yang dibahas adalah tentang manfaat adanya audit internal bagi
auditor eksternal yang berupa independensi atau obyektivitas yang lebih baik dibandingkan dengan
manajemen langsung, pemahaman mendalam yang dimiliki oleh auditor internal atas kegiatan
operasional perusahaan, dan juga kesamaan profesi yang dimiliki auditor eksternal dengan auditor
internal sehingga akan memudahkan komunikasi diantara keduanya.
Walaupun terdapat banyak kegunaan auditor internal bagi auditor eksternal, di dalam
prakteknya belum tentu ada kerja sama yang erat diantara keduanya. ada beberapa hal yang
menentukan terjalinnya kerja sama yang padu antara auditor eksternal dan auditor internal yaitu:
• Tingkat pemahaman auditor eksternal atas status auditor internal
• Adanya peraturan dan standar yang mendasarinya. Di dalam standar audit di Indonesia kerja
sama antara auditor eksternal dan auditor internal dimungkinkan dengan beberapa persyaratan
berupa; kompetensi auditor internal, pemberian tujuan audit kepada auditor internal oleh auditor
eksternal di awal proses audit, dan pelaporan langsung kepada auditor eksternal.
• Tingkat perbedaan cakupan kegiatan audit internal dengan cakupan audit eksternal.
• Obyektivitas auditor internal di mata auditor eksternal.
Yang juga ditekankan oleh pembicara di bagian ini adalah pengujian ulang hasil audit internal oleh
auditor eksternal serta upaya melibatkan audit internal di dalam review atas audit eksternal sebagai
upaya menjembatani hubungan antara kedua auditor.
Fungsi dari komite audit di dalam hal ini sesuai dengan apa yang dilakukan oleh pembicara
di Bank BNI adalah sebagai penghubung dan pendorong kerja sama yang harmonis antara auditor
eksternal dengan auditor internal. Namun demikian keputusan untuk melibatkan auditor internal
atau tidak sepenuhnya adalah kebijaksanaan dari auditor eksternal karena resiko yang dihadapi
oleh auditor eksternal tersebut.
Bambang Soembodo mempertanyakan tentang standar profesionalisme dan kode etik yang
harus dimiliki oleh seorang auditor internal sehingga efektif di dalam menjalankan tugasnya.
Dalam tanggapannya pembicara menyatakan bahwa secara profesi Institute of Internal Audit (IIA)
telah merumuskan standar profesionalisme dan kode etik seorang internal auditor secara umum
namun sifatnya hanya rekomendatif. Di dalam hal ini Forum Leader Subarto Zaini menambahkan
bahwa kode etik profesi memang tidak bersifat mengikat secara formal akan tetapi apabila
seseorang adalah profesional sejati maka kode etik itu mengikatnya secara moral.
“Proses Audit Eksternal dan Standar Akuntansi Keuangan”
Dani Soedarsono – Anggota Komite Audit PT. Semen Gresik Tbk. Bahasan tentang proses audit
eksternal ini melalui paparan yang santai dan sederhana dengan banyak mengemukakan tentang
pengalaman pribadi pembicara sebagai auditor eksternal baik dalam pemerintahan (BPKP)
maupun di dalam dunia bisnis (KAP).
Proses audit eksternal perusahaan yang dimulai dari penunjukkan, negosiasi antara auditor
eksternal dengan perusahaan, penentuan kontrak kerja, pelaksanaan, hingga pelaporan yang
semuanya sudah terdapat di dalam standar akuntansi keuangan di Indonesia. Dalam hal ini komite
audit sangat berkepentingan untuk turut serta di dalam tahapan – tahapan audit eksternal tersebut
tentunya dalam kapasitas sebagai pemberi informasi audit yang relevan bagi dewan komisaris.
Resiko yang harus dihadapi oleh perusahaan apabila terjadi kesalahan dalam proses audit
eksternal misalnya di dalam kasus Telkom yang tersandung peraturan pasar modal AS tentang
kualifikasi auditor eksternal yang digunakan. Beberapa kasus besar di luar negeri juga bisa
dijadikan pelajaran bagi perusahaan untuk lebih berhati – hati di dalam melakukan kegiatan audit
eksternal.
Sumber :
http://bp-creator.com/hubungan-auditor-internal-dan-auditor-eksternal/
http://atchokers.blogspot.co.id/2013/04/profesi-auditor-internal.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai