Anda di halaman 1dari 14

PENGAUDITAN I

SAP I

OLEH:

Kelompok 3
1. Gintar Gimbara (1607531073) (11)
2. Koming Ayu Triana Dewi (1607531115) (17)
3. Ni Kadek Sridara Agustiara (1607531142) (26)

AKUNTANSI REGULER

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2018
A. PENGAUDITAN DAN PROFESI AKUNTAN PUBLIK
a. Pengertian Auditing
Menurut ASOBAC (A Statement of Basic Auditing Concepts) Auditing adalah proses
sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai
asersi- asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat
kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan criteria yang telah ditentukan dan
menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.
Menurut Arens et al. (2010:4) auditing kegiatan mengumpulkan dan mengevaluasi dari
bukti-bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian
antara informasi dengan kriteria yang telah ditetapkan. Proses audit harus dilakukan oleh
orang yang kompeten dan independent.
Sedangkan menurut Mulyadi (2002:9) auditing adalah suatu proses sistematik untuk
memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan- pernyataan
tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat
kesesuaian antara pernyataan pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan,
serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
Agoes (2012:4) berpendapat bahwa auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan
secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang
telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran
laporan keuangan tersebut.
Menurut R.K Mautz, Husain A sharaf (1993) mendefinisikan auditing sebagai
rangkaian praktek dan prosedur, metode dan teknik, suatu cara yang hanya sedikit butuh
penjelasan, diskripsi, rekonsiliasi dan argumen yang biasanya menggumpal sebagai teori.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan auditing adalah proses
yang sistematis, yang merupakan rangkaian langkah atau prosedur yang logis, berkerangka
dan terorganisasi dalam memeriksa dasar – dasar pernyataan, mengevaluasinya secara
bijaksana, secara independen, untuk menyatakan pendapatnya mengenai kesesuaian
pernyataan tersebut dengan kriteria yang sudah ditetapkan dan menyampaikan hasilnya
kepada pihak pihak yang berkepentingan
b. Tujuan Audit
Ikatan Akuntan Indonesia (2001) menyatakan dalam Standar Profesional Akuntan
Publik SA Seksi 110, PSA No. 02 tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor
independen umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam hal
semua yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai
dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan auditor merupakan
sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskan,
untuk menyatakan tidak memberikan pendapat, ia harus menyatakan apakah auditnya
telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia. Standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia mengharuskan
auditor menyatakan apakah menurut pendapatnya, laporan keuangan disajikan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, dan jika ada, menunjukan
adanya ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan
keuangan periode berjalan dibandingkan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam
periode sebelumnya.

c. Tipe – Tipe Audit


 Audit operasional (operational audit)
Audit ini meliputi penghimpunan dan pengevaluasian bukti mengenai kegiatan
operasional organisasi dalam hubungannya dengan tujuan pencapaian efesiensi,
efektivitas, maupun kehematan ekonomis operasional. Audit ini sering disebut
juga audit menejemen atau audit kinerja.
 Audit kepatuhan (compliance audit)
Audit ini mencakup penghimpunan dan pengevaluasian bukti dengan tujuan
untuk menentukan apakah kegiatan financial maupun operasional tertentu dari
suatu entitas sesuai kondisi-kondisi, aturan-aturan dan regulasi yang telah
ditentukan. Kreteria yang telah ditentukan itu berasal dari berbagai sumber
seperti manajemen, kreditor, maupun lembaga pemerintah.
 Audit laporan keuangan (financial statement audit)
Audit ini mencakup penghimpunan dan pengevaluasian bukti mengenai laporan
keuangan suatu entitas dengan tujuan untuk memberikan pendapat apakah
laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan kreteria yang
ditetapkan, yaitu PABU.

d. Klasifikasi Audit
 Pemeriksaan Eksternal ( External Auditing )
Pemeriksa eksternal adalah suatu kontrol sosial yang memberikan jasa
kebutuhan akan informasu untuk pihak luar dari suatu organisasi yang diperiksa.
Pemeriksanya adalah pihak luar perusahaan yang independen terhadap
perusahaan.
 Pemeriksaan Internal ( Internal Auditing )
Pemeriksaan internal adalah suatu control organisasi yang mengukur dan
mengevaluasi efektifitas organisasi. Pemeriksanya adalah karyawan organisasi
itu sendiri dan dibayar oleh organisasi itu pula.
 Pemeriksaan Sektor Publik (Public Sector Auditing)
Pemeriksaan sektor publik adalah suatu kontrol atas organisasi pemerintah yang
memberikan jasanya kepada masyarakat. Pemeriksanya adalah berasal dari
pemerintah (Akuntan Pemerintah )

e. Tipe atau Jenis Auditor


 Auditor Publik atau Pemeriksa Independen
Akuntan Publik atau pemeriksa independen adalah akuntan yang menjual jasa
professionalnya kepada masyarakat/klien, terutama untuk jenis pemeriksaan
laporan keuangan.
 Auditor Intern atau Pemeriksa Intern
Akuntan Intern adalah pegawai dari perusahaan yang diperiksa. Tugas pokok
akuntan intern adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan manajemen teras telah dipatuhi, menentukan baik tidaknya penjagaan
terhadap kekayaan perusahaan.
 Auditor Pemerintah
Akuntan Pemerintan adalah akuntan yang bekerja pada pemerintah, baik
pemerintah lokal maupun pusat.

f. Profesi Akuntan Publik


Akuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh ijin dari menteri keuangan
untuk memberikan jasa akuntn public di Indonesia. Ketentuan mengenai akuntan publik di
Indonesia diatur dalam UU RI No. 5 Tahun 2011.
Profesi akuntan publik menghasilkan berbagai jasa bagi masyarakat, yaitu jasa
assurance, jasa atestasi, dan jasa non-assurance.
 Jasa assurance
Jasa profesional independen yang meningkatkan mutu informasi bagi pengambil
keputusan.
 Jasa atestasi
Suatu pernyataan pendapat, pertimbangan orang yang independen dan kompeten
tentang apakah asersi suatu entitas sesuai dalam semua hal yang material, dengan
kriteria yang telah ditetapkan. Jasa atestasi terdiri dari audit, pemeriksaan
(examination), review, dan prosedur yang disepakati (agreed upon procedure).
 Jasa non-assurance atau non-atestasi
Jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang di dalamnya ia tidak memberikan
suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan temuan, atau bentuk lain keyakinan.
Contoh jasa non-assurance yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik adalah jasa
kompilasi, jasa perpajakan, jasa konsultasi.
Menurut aturan, izin untuk berpraktek sebagai akuntan public dapat diberikan kepada
mereka yang telah bersertifikat akuntan public (BAP). Untuk memperoleh sertifikat
tersebut, maka para akuntan harus mengikuti ujian sertifikasi akuntan public (USAP) yang
diselengarakan oleh IAI dau kali dalam setahun dengan materi ujian:
a) Teori dan praktek akuntansi
b) Auditing dan jasa prosfesional akuntan public
c) Akuntan manajemen dan manajemen keuangan
d) Sistem informasi akuntansi
e) Perpajakan dan hukum komersial.

B. HUBUNGAN AUDIT DENGAN DISIPLIN ILMU YANG LAINNYA


Auditing, suatu disiplin ilmu yang terkait tetapi terpisah dari akuntansi. Auditing
adalah suatu proses dimana pemeriksa independen memeriksa laporan keuangan suatu
organisasi untuk memberikan suatu pendapat atau opini, yang masuk akal tapi tidak dijamin
sepenuhnya mengenai kewajaran dan kesesuiannya dengan prinsip akuntansi yang
berterima umum. Berdasarkan pernyataan mengenai definisi auditing, dapat kita hubungkan
antara akuntansi dan auditing. Dua ilmu ini saling terkait satu sama lain, Secara umum
hubungan antara auditing dan accounting dapat dijelaskan sebagai berikut, Accounting
adalah suatu proses menghasilkan data dan informasi dalam bentuk Financial Statement.
Sedangkan Auditing adalah suatu proses mengevaluasi informasi dan menghasilkan
kesimpulan (opini / rekomendasi) yang membandingkan antara fakta dan kriteria. Tahapan
dalam audit terjadi setelah tahapan akuntansi selesai dilaksanakan, karena dalam
melakukan audit di perlukan Laporan Keuangan yang merupakan hasil akhir dari proses
akuntansi. Proses Akuntansi bersifat konstruktif, diawali dengan mengumpulkan bukti
pembukuan (bukti – bukti transaksi), bukti pembukuan dicatat dalam bentuk Special
Journal (Jurnal Penjualan, Jurnal Pembelian, Jurnal Penerimaan Kas, dan Jurnal
Pengeluaran Kas).
Setelah semua transaksi dicatat pada masing – masing kolom Special Journal, Tiap
– tiap jurnal dicatat dalam General Ledger, dan dilakukan penyesuaian pada transaksi yang
memerlukan penyesuaian. Melalui transaksi yang telah disesuaikan dapat diperoleh Trial
Balance yang terdiri atas Aktiva dan Passiva dari suatu perusahaan. Tahap selanjutnya
adalah pembuatan Worksheet, kemudian diperoleh Financial Statement (Laporan
Keuangan) yang akan menjadi bahan bukti untuk melakukan audit. Financial Statement
yang dihasilkan dari proses akuntansi, akan mengalami tahap audit. Audit terhadap Laporan
Keuangan diperlukan karena,
a. Ada potensi konflik antara penyedia informasi dengan pengguna informasi,
b. Informasi mempunyai konsekuensi ekonomi yang sangat penting bagi business
maker,
c. Keahlian sering menghendaki informasi disajikan dan diverifikasi,
d. User sering tercegah mempunyai hubungan langsung dengan informasi. Dalam
melakukan audit harus sesuai dengan Standar Auditing yang telah ditetapkan
seperti standar umum, kerja lapangan dan standar pelaporan.

C. PERKEMBANGAN AUDIT
a. Sejarah fungsi pengauditan
Pengauditan telah mulai dilakukan sejak abad ke-15. Tahun kelahiran
pengauditan laporan keuangan secara pasti tidak diketahui, tetapi dari berbagai
sumber dapat diketahui bahwa pada sekitar awal abad ke-15 jasa auditor telah mulai
digunakan di Inggris. Meskipun pengauditan telah lahir sejak beberapa abad yang
lalu, namun perkembangan yang pesat baru terjadi pada abad ini.

b. Pengauditan Independen Sebelum Tahun 1900


Kelahiran fungsi pengauditan di Amerika Utara berasal dari inggris.
Akuntansi sebagai profesi diperkenalkan di bagian benua ini oleh Inggris pada
paruh kedua abad ke-19. Para akuntan di Amerika Utara mengadopsi bentuk laporan
dan prosedur audit sebagaimana yang berlaku di Inggris. Perusahaan-perusahaan
publik di Inggris pada wakti itu harus tunduk pada undang-undang yang
disebut Companiest Act. Menurut undang-undang tersebut, semua perusahaan
publik harus diaudit. Ketika fungsi audit mulai diekspor ke Amerika Serikat, bentuk
pelaporan model Inggris turut diadopsi pula meskipun peraturan yang berlaku di
Amerika Serikat tidak sama dengan yang berlaku di Inggris. Sebagaimana
disebutkan diatas, di Inggris semua perusahaan publik harus diaudit, sedangkan di
Amerika Serikat pada waktu itu tidak wajib diaudit. Keharusan untuk diaudit datang
dari badan yang mengatur pasar modal yang disebut Securities and Exchange
Commission (SEC), serta dari pengakuan umum mengenai manfaat pendapat
auditor atas laporan keuangan.
Tidak hanya peraturan undang-undang yang mengharuskan audit atas
laporan yag diberikan kepada para pemegang saham, menyebabkan audit pada abad
kesembilan belas menjadi beraneka ragam, kadang-kadang hanya meliputi neraca
saja, tapi ada pula yang berupa audit atas semua rekening yang ada pada perusahaan
dan dilakukan secara menyeluruh dan mendalam. Auditor biasanya mendapat
penugasan dari manajemen atau dari dewan komisaris perusahaan, dan laporan hasil
audit biasanya dialamatkan kepada pihak intern perusahaan, bukan kepada
pemegang saham. Pemberian laporan kepada para pemegang saham pada waktu itu
tidak biasa dilakukan. Para manajer perusahaan hanya menginginkan untuk
mendapat jaminan dari auditor bahwa kecurangan dan kekeliruan dalam pencatatan
tidak terjadi.

c. Perkembangan di Abad Ke-20


Memasuki abad ke-20, revolusi industri kira-kira telah berusia 50 tahun dan
selama masa itu jumlah perusahaan industri telah berkembang dengan pesat. Jumlah
pemegang saham juga semakin bertambah dan mereka sudah mulai menerima
laporan auditor. Kebanyakan pemegang saham baru ini tidak memahami makna
pekerjaan seorang auditor, dan kesalahpahaman melanda banyak pihak termasuk
para pimpinan perusahaan dan bankir. Pada umumnya mereka beranggapan bahwa
pendapat auditor adalah jaminan keakuratan laporan keuangan.
Profesi akuntansi di Amerika berkembang dengan pesat setelah berakhirnya
perang dunia I. Sementara itu kesalahpahaman tentang fungsi pendapat auditor
masih terus berlangsung, sehingga pada tahun 1917 Federal Reserve Board
menerbitkan Federal Reserve Buletin yang memuat cetak ulang suatu dokumen
yang disusun oleh American Institute Of Accountant (yang selanjutnya berubah
menjadi American Institute Of Certified Public Accountants atau AICPA pada
tahun 1957) yang berisi himbauan tentang perlunya akuntansi yang seragam, tetapi
tulisan tersebut sesungguhnya lebih banyak menguraikan tentang bagaimana
mengaudit neraca. Pernyataan teknis ini merupakan pernyataan pertama yang
dikeluarkan oleh profesi akuntansi di Amerika Serikat dari sekian banyak
pernyataan yang dikeluarkan selama abad kedua puluh.
Pada awalnya, para akuntan publik menyusun laporan tanpa mengikuti
pedoman resmi. Akan tetapi pada 50 tahun terakhir, profesi dengan cepat
mengembangkan redaksi laporan yang umum digunakan melalui AICPA. Redaksi
atau susunan kalimat laporan yang umum saat ini telah makin diperbaharui sehingga
pembuatan laporan hasil audit tidak lagi merupakan pekerjaan mengarang kalimat
dalam laporan, melainkan merupakan proses pengambilan keputusan. Alternatif
bentuk tipe laporan yang dapat dipilih auditor tidak banyak, dan sekali auditor
memilih jenis pendapat yang diberikan dalam situasi tertentu, auditor tinggal
memilih jenis laporan yang telah dirancang untuk menyatakan pendapat tersebut.

d. Perkembangan Pengauditan di Indonesia


Profesi akuntansi di Indonesia masih tergolong muda. Pada masa
penjajahan Belanda, jumlah perusahaan di Indonesia belum begitu banyak, sehingga
akuntansi dengan sendirinya hampir tidak dikenal. Perusahaan-perusahaan milik
Belanda yang beroperasi di Indonesia pada waktu itu, mengikuti model pembukuan
seperti yang berlaku di negaranya. Situasi seperti itu berlangsung hingga Indonesia
merdeka. Akuntansi baru mulai dikenal di Indonesia setelah tahun lima puluahn,
yaitu ketika semakin banyak perusahaan didirikan dan akuntansi sistem Amerika
mulai dikenal, terutama melalui pendidikan di perguruan tinggi.
Tonggak penting perkembangan akuntansi di Indonesia terjadi pada tahun
1973, yaitu ketika Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menetaplan Prinsip-prinsip
Akuntansi Indonesia dan Norma Pemeriksaan Akuntan (NPA). Prinsip akuntansi
dan norma tersebut hamper sepenuhnya mengadopsi prinsip akuntansi dan standar
audit yang berlaku di Amerika Serikat. Penetapan pronsip akuntansi dan norma
pemeriksaan di Indonesia terutama dipicu oleh lahirnya pasar modal yang
mensyaratkan perusahaan yang akan menjual sahamnya di pasar modal untuk
memiliki laporan keuangan yang telah diaudit. Selain itu perkembangan terjadi
dalam dunia perbankan sejak tahun 1988 semakin menuntut dilakukannya audit atas
laporan keuangan bagi perusahaan-perusahaan yang akan mengajukan permohonan
kredit ke bank. Pada tahun 1955 lahir Undang-undang Perseroan Terbatas yang
mewajibkan suatu perseroan terbatas untuk menyusun laporan keuangan dan jika
p[erseroan merupakan perusahaan public, maka laporan keuangannya wajib diaudit
oleh akuntan public. Pada tahun yang sama lahir pula Undang-undang Pasar Modal
yang semakin meningkat peran akuntansi dan pengauditan, khususnya bagi
perusahaan-perusahaan yang sahamnya dijual di pasar modal (perusahaan public).
Pada than 1994 IAI melakukan penyusunan ulang prinsip akuntansi dan
standar audit yang disebut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan Standar
Professional Akuntan Publik (SPAP). Sejalan dengan itu Dewan Standar Akuntansi
yang dibentuk oleh IAI secara terus menerus menerbitkan Pernyatan Standar
Akuntansi Keuangan (SPAP) yang hingga saat ini telah mencapai 56 buah.
Seperti terjadi di Amerika Seratus tahun lalu, fungsi pengauditan di
Indonesia memasuki abad 21 ini masih belum dipahami masyarakat.Banyak
kesalah- pahaman terjadi atas laporan auditor, karena fungsi audit tidak dipahami
benar. Situasi demikian Nampak sekali ketika berbagai kasus terkenal seperti kasus
Bank Summa, skandal Bank Bali yang diaudit oleh Pricewaterhouse Coopers, dan
sejumlah kasus lainnya, dikomentari berbagai fihak. Kebanyakan komentar tersebut
mencerminkan kesalahpahaman masyarakat, tidak saja mengnai makna pendapat
auditor atas laporan keuangan yang diperiksanya, tetapi juga mengenai perbedaan
antara berbagai jenis audit yang bisa dilakukan seorang auditor.

D. PERAN AUDIT DIDALAM SUATU NEGARA


a. Peran Audit dalam Instansi Pemerintahan
Setiap akhir tahun anggaran, Pemerintah Pusat wajib menyampaikan Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai
bentuk pertanggungjawaban publik. Setelah pemerintah menyampaikan laporan keuangan,
maka BPK akan melakukan kegiatan audit sebagai salah satu bentuk evaluasi dan
pengawasan terhadap kinerja dan akuntabilitas pemerintah. Hasil audit BPK yang berupa
opini, temuan, dan rekomendasi tindak lanjut temuan kemudian diberikan kepada
pemerintah sebagai bahan perbaikan dan penyempurnaan pelaksanaan kegiatan tahun-tahun
anggaran selanjutnya. Hasil audit tersebut juga akan menjadi bahan informasi bagi
masyarakat untuk melakukan penilaian terhadap kinerja pemerintahan selama ini sehingga
dapat menentukan pilihan politik mereka di masa yang akan datang.
Adapun peran audit tersebut adalah sebagai berikut :
Pertama, peranan auditor pada tahap perencanaan. Dalam tahap ini seluruh
kebijakan publik yang telah disusun pemerintah perlu direview secara independen oleh
auditor untuk mendapatkan gambaran yang lebih objektif mengenai kebijakan publik yang
akan diambil oleh pemerintah. Dalam tahap perencanaan, kegiatan auditor yang dapat
dilakukan ada dua macam yaitu:
a) analisis proposal anggaran yang disampaikan oleh pemerintah dan
b) review terhadap proposal kebijakan yang disusun oleh pemerintah.
Kedua, kegiatan auditor ini ditujukan untuk menghasilkan saran, pandangan,
ataupun alternatif kebijakan yang mungkin dapat digunakan oleh pemerintah sebagai bahan
untuk memperbaiki perencanaan yang telah disusun. Dengan adanya peranan auditor dalam
perencanaan maka pemerintah dapat menghindari permasalahan yang terjadi dalam
perencanaan antara lain yaitu:
a) kebijakan yang menguntungkan pihak tertentu (preferred policies) dan
b) data yang bias. Peranan auditor dalam tahap ini hanya sebatas pada review dan
asistensi saja.
Oleh karena perlu diingat bahwa auditor tidak berhak mengajukan usulan kebijakan
secara resmi kepada institusi legislatif sehingga pengambil keputusan tetap berada di
tangan pemerintah.
Kedua, peranan auditor pada tahap pelaksanaan. Fungsi auditor dalam tahap ini
difokuskan untuk mengawasi proses pelaksanaan kebijakan dan anggaran yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah dan legislatif. Dalam proses pelaksanaan anggaran, proses
eksekusi kegiatan dan administrasi keuangan negara menjadi fokus utama dalam
pengawasan yang dilakukan oleh auditor. Dalam hal ini auditor intern pemerintah yang ada
di dalam setiap Kementerian/Lembaga memiliki peranan yang cukup penting mengingat
mereka merupakan institusi pengawasan yang terintegrasi dengan executing agency.
Kegiatan utama yang dilakukan oleh auditor dalam tahap pelaksanaan anggaran adalah:
a) Asistensi dan konsultasi pengelolaan kegiatan baik dari administratif
maupun substantif dan
b) Monitoring dan evaluasi kegiatan secara integral. Kedua macam kegiatan ini
ditujukan agar pengelolaan kegiatan tetap berjalan pada koridor perencanaan
yang telah ditetapkan.
Selain itu kegiatan auditor tersebut ditujukan juga untuk mengatasi permasalahan
yang timbul dalam kegiatan. Dengan adanya monitoring dan evaluasi yang terintegrasi
dengan kegiatan maka executing agency dapat segera melakukan tindakan korektif
sehingga output dan tujuan dari pelaksanaan kegiatan tetap dapat dicapai.
Ketiga, peranan auditor pada tahap pertanggungjawaban. Dalam tahapan
pertanggungjawaban peranan auditor sebenarnya saat ini sudah dijalankan sepenuhnya oleh
institusi pengawasan dan pemerikasaan yang telah ada. Dalam tahap pertanggungjawaban
auditor berperan untuk melakukan post audit atas implementasi kegiatan dan pengelolaan
keuangan negara dalam satu tahun anggaran. Kegiatan post audit yang dilakukan oleh
auditor ditujukan untuk memberikan opini atas kinerja dan laporan keuangan yang telah
disusun oleh pemerintah. Hasil dari pemeriksaaan kemudian dipublikasikan kepada
masyarakat sebagai bentuk akuntabilitas pemerintah dalam menjalankan pemerintahan
negara.

b. Peran Audit pada Instansi Swasta


Auditing dilaksanakan dalam rangka membandingkan kesesuaian antara kebijakan
yang berlaku dalam suatu entitas swasta terhadap pelaksanaan yang sebenarnya terjadi
untuk melihat efektifitas dan efisiensi entitas.
Auditor dapat memberikan penilaian yang objektif dan relavan baik atas pelaporan
keuangan, operasional, dan kepatuhan atas prosedur yang berlaku yang dilaksankan oleh
pihak manajemen (audit), karena posisinya yang independen dan memiliki kompetisi yang
cukup, tidak perlu terbebani dengan aktivitas yang tidak dia lakukan ( aktivitas yang
diaudit),
Auditing adalah hilir dari serangkaian proses yang dilaksanakan, sehingga audit
yang baik dapat menjamin entitas tersebut mampu sustainable. Menginformasikan keadaan
yang sebenarnya mengenai besaran untung atau rugi, posisi yang harus diperbaiki, dan yang
mengalami kemajuan, dapat dijadikan acuan bagi entitas tersebut untuk bertindak
restropektif, memprioritaskan aktivitas yang dianggap perlu, dan mengestimasi aktivitas
strategis. Pada akhirnya hasil dari audit akan menjadi acuan bagi pengguna laporan
keuangan entitas swasta dalam menjalankan usahanya, menilai kinerja perusahaan,
mempengaruhi keputusan investasi, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kegiatan
perekonomian secara keseluruhan.

DAFTAR PUSTAKA
Arens, Alvin A; Randal J. Elder, Mark S. Beasley dan Amir Abadi Yusuf,2009, Auditing
and Assurance Services, An Integrated Approach, An Indonesian Adaption,
Prentice Hall International Edition Inc., Englewood Cliffs, New Jersey.

Jusup, Al. Haryono (2001). Pengauditan. Buku 1. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE
YKPN

Mulyadi, 2002, Auditing, Buku 1, Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai