Anda di halaman 1dari 3

Penerapan Activity Based-Costing

Berikut ini adalah contoh penerapannya pada perusahaan manufaktur : Industrial Air Conditioner

AIRCO Ltd of Johanneburg dan Cape Town, Afrika Selatan adalah peruhaan manufaktur dalam
industry Air Conditioning. Rentang banyaknya produk dari 5 sampai 20 ton. Setiap unit memiliki
lebih dari 200 bagian, termasuk tangki penampungan, pengontrol elektronik, lembaran logam,
koil pendingin, kabel, dan bahan isolasi.hampir 90% dari pekerja perusahaan manufaktur ini
bekerja secara per jam, dan perusahaan mengoperasikan 2 shift. Di bawah ini adalah cost dari
overhead resource AIRCO.

Maka, dapat dihitung Machine Activity Cost sebagai berikut :

= 20% of the computer and software costs + 100% of energy costs + 15% of
miscellaneous expense + 100% of maintenance expense + 100% of depreciation expense
+ 12% of office and utilities expense

= (0,2 x $731,405) + $170,600 + (0,15 x $65,480) + $60,000 + $48,200 + (0,12x$4,355)

= $435,425
Kemudian, berikut ini adalah tabel mengenai AIRCO Resource Consumption Cost Pools
berdasarkan aktivitas, Activity Cos Drivers, dan Activity Based Rates.

Berikut ini tabel AIRCO : Overhead Allocation and Product Profitability under ABC Costing

Lalu, dibawah ini adalah tabel AIRCO : Overhead Allocation and Product Profitability under
Volume-Based Costing
Kemudian, pada tabel ini menunjukkan perbandingan dari Profit Margins menggunakan
Volume-Based dan ABC Costing.

Jadi, dapat dilihat dari tabel di atas menunjukkan bahwa metode ABC costing dan
Volume based-costing menunjukkan hasil yang berbeda, khususnya pada produk 6 ton dan 12,5
ton. Maka dari itu, model 12,5 ton secara signifikan biayanya lebih tinggi dengan metode ABC
cost dibandingkan volume based-cost. Begitu pula dengan model 6 ton, menunjukkan biaya lebih
besar dengan menggunakan ABC Costing dibandingkan Volume based-costing karena
penggunaan setup time dan layanan customer service yang relative tinggi.

Anda mungkin juga menyukai