Anda di halaman 1dari 2

Nama : Dwi Gita Safitri R.

Massa
Nim : 921416069
Kelas : B Akuntansi
Mata Kuliah : Etika Bisnis (Olah Rasa)

Perspektif Etika Dalam Pemasaran

Ketika membaca judul olah rasa kali ini, seketika saya teringat tentang
salah satu “masalah” yang sedang hangat diperbincangkan dalam forum-forum
kecantikan, tentang seorang beauty vlogger yang sudah mempunyai banyak
pengikut melakukan collab dengan salah satu brand kecantikan yang sedang naik
daun di Indonesia.

Pada awalnya tidak terjadi masalah apa-apa, tetapi ketika produk yang di
tunggu-tunggu tersebut beredar di pasaran sepertinya apa yang di harapkan tidak
sesuai dengan apa yang di dapatkan. Tidak sedikit respon negatif dari para beauty
vlogger lainnya, dimana mereka merasa “tertipu” dengan apa yang mereka
dapatkan tersebut. Bagaimana tidak? Dari iklan yang di lakukan oleh Tasya
Farasya (Beauty vlogger yang melakukan collab dengan Focallure) di akun
YouTube Channelnya, sekilas terlihat bahwa Eyeshadow hasil collabnya dengan
Focallure terlihat bagus tapi kenyataannya ketika beredar di pasaran tidak seperti
itu.

Warna-warna yang ditawarkan oleh Eyeshadow yang diberi nama “The


Needs” tersebut dinilai tidak mengalami peningkatan dari segi warna maupun
kualitasnya dengan seri-seri sebelumnya, sekilas perbedaannya seperti hanya
penambahan nama sang Beauty Vlogger saja. Ditambah cara penggunaannya yang
harus di mix membuat beberapa orang menilai hal tersebut sangatlah merepotkan,
hal lainnya yang mendukung komentar negatif dari produk ini adalah harganya
yang tergolong mahal untuk eyeshadow sekelas Focallure.

Dari sini, bisa dilihat bahwa tidak adanya tanggung jawab produsen
terhadap kualitas produk yang ditawarkan oleh mereka, dari segi harga juga
tergolong sangat mahal ditambah tidak adanya peningkatan kualitas seperti yang
dijanjikan sebelumnya, sehingga para konsumen merasa tertipu dengan apa yang
dilakukan tersebut.
Nama : Dwi Gita Safitri R. Massa
Nim : 921416069
Kelas : B Akuntansi
Mata Kuliah : Etika Bisnis (Olah Batin)

Perspektif Etika Dalam Pemasaran

Salah satu hal dalam pemasaran yang kiranya pada zaman sekarang ini
sulit untuk kita dapatkan adalah jujur dan terpercaya. Dimana hal-hal seperti
kebohongan kecil dianggap bukan lagi sebagai masalah, apalagi dalam periklanan
yang dimaksudkan untuk menarik perhatian pembeli.

Tanpa kita sadari, kebiasaan-kebiasaan berbohong kecil seperti ini lama


kelamaan malah mendorong kita untuk berbuat hal yang lebih besar untuk bisa
mencapai tujuan dari pemasaran yang kita inginkan tersebut.

Seperti kasus yang saya bahas di Olah Rasa sebelumnya, pembeli tidak
akan merasa tertipu apabila penjual tidak terlalu menjanjikan hal-hal yang
sebenarnya tidak perlu untuk dijanjikan. Ditambah setelah di protespun penjual
tidak merasa bersalah ataupun mempunyai itikad baik untuk minta maaf tetapi
malah memprovokasi penggemar untuk menyerang mereka yang memberikan
komentar negatif terhadap produknya.

Dari sinilah kepercayaan lama-kelamaan mulai hilang dan akhirnya


membuat para pembeli kapok untuk membeli produk-produk yang ditawarkan
oleh mereka, citra baik yyang selama ini dibangun seketika bisa hilang karena hal-
hal seperti ini.

Dalam prinsip pemasaran dalam perspektif Islam, jujur dalam mengukur


kualitas dan kuantitas barang sangat dianjurkan, hal kecil yang sangat
berpengaruh. Jangan sampai demi tergiur untuk mendapatkan untung yang banyak
kita sampai rela berbohong dan kehilangan kepercayaan dari orang-orang disekitar
kita. Ketika kebohongan itu terungkap pun kita tidak seharusnya berbalik marah
dan membuat kondisi menjadi tidak terkendali lagi.

Anda mungkin juga menyukai