Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Zakat merupakan alat bantu sosial mandiri yang menjadi kewajiban moral

bagi orang kaya untuk membantu mereka yang miskin dan terabaikan yang tak

mampu menolong dirinya sendiri meskipun dengan semua skema jaminan sosial

yang ada, sehingga kemelaratan dan kemiskinan dapat terhapuskan dari masyarakat

Muslim (Eko, 2005 : 33)

Zakat merupakan penopang dan tambahan meringankan beban pemerintah

dalam menciptakan pemerataan dan pengurangan kemiskinan. Demikian pula zakat

tidak menghalangi negara untuk mengadopsi ukuran-ukuran fiskal dan skema-

skema redistribusi pendapatan serta perluasan lapangan pekerjaan dan peluang

penciptaan lapangan kerja sendiri melalui modal ringan dari zakat itu sendiri (Eko,

2005 : 34)

Menurut bapak Dr.H. Sabara K. Ngou,M.Pd.I selaku Sekretaris BAZNAS

Provinsi Gorontalo dikutip dari situs resmi BAZNAS Provinsi Gorontalo

mengatakan bahwa Provinsi Gorontalo ternyata memiliki potensi zakat yang sangat

luar biasa. Dengan jumlah penduduk sekitar 1,2 juta jiwa, 96 persen adalah muslim,

potensi zakat yang bisa dikelola di daerah ini bisa mencapai Rp. 39 Milyar pertahun.

Khusus untuk wilayah kota Gorontalo hasil dari realisasi potensi zakat pada

kenyataannya tidak sesuai dengan yang diharapkan, dimana jumlah realisasi dana

zakat terlihat kurang maksimal sehingga zakat yang terkumpul hanya berkitar
sekitar Rp 803,470,305 dari rencana sebelumnya yaitu Rp 1,951,500,000 seperti

yang terlihat pada table berikut ini:

Tabel 1.1

Rencana dan Realisasi Penerimaan Zakat


Realisasi Capaian
Keterangan Rencana (Rp)
(Rp) (%)
Penerimaan dana zakat 1,880,000,000 784,850,265 41.75%
Penerimaan dana zakat maal perorangan
1,450,000,000 773,423,265 53.34%
Penerimaan dana zakat maal badan
15,000,000 - 0.00%
Penerimaan dana zakat fitrah
415,000,000 11,427,000 2.75%
Penerimaan dana infak/sedekah
71,500,000 18,620,040 26.04%
Penerimaan dana infak/sedekah tidak
terikat 71,500,000 18,620,040 26.04%
Penerimaan dana infak/sedekah terikat
1,880,000,000 - -
Penerimaan dana corporate social
responsibility - - -
Penerimaan dan sosial keagamaan lainnya - - -
Total penerimaan 1,951,500,000 803,470,305 4117.19%
(Sumber Data: Baznas Kota Gorontalo 2018)

Selain itu adanya kasus korupsi dana zakat meembuat pengeloaan dana

zakat menjadi terhambat. Pasalnya dana zakat yang seharusnya menjadi sarana

untuk mengurangi tingkat kemiskinan di masyarakat menjadi terhambat.

Maka dari fenomena tersebut salah satu solusi yang diberikan adalah

perlunya menerapkan pengandalian internal (Internal control) khususnya dalam

pengeloaan dana zakat di kota Gorontalo juga mengimplementasikan Teknologi

Informasi (TI) guna memaksimalkan potensi zakat di kota Gorontalo.

2
Berdasarkan uraian latar belakang dan fenomena di atas, penulis tertarik

untuk melakukan suatu kajian ilmiah dengan formulasi judul “Pengaruh

Penerapan Pengendaian Intern Dan Teknologi Informasi Terhadap kinerja

Pengelolaan Dana Zakat Pada BAZNAS Kota Gorontalo”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam

penelitian adalah apakah penerapan pengandalian intern dan pemanfaatan teknologi

informasi berpengaruh terhadap pengelolaan dana zakat pada BAZNAS kota

Gorontalo?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi yang

diperlukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penerapan pengendalian intern

dan teknologi informasi terhadap pengelolaan dana zakat pada Baznas kota

Gorontalo.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Diharapkan penelitian ini dapat memberi sumbangan pemikiran atas

pengembangan ilmu, khususnya menyangkut pengendalian intern dan

sistem teknologi informasi.

b. Sebagai bahan acuan/referensi bagi penelitian sejenis atau yang

berhubungan dengan masalah penelitian ini.

3
1.4.2 Manfaat Praktis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi

BAZNAS kota Gorontalo dalam melahirkan kebijakan strategis khususnya di

bidang pengendalian intern, teknologi informasi dan pengelolaan dana zakat

4
BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Teoritis

2.1.1 Zakat

Menurut SAK Syariah No 109 tentang akuntansi Zakat Infak dan Shadaqah

(ZIS), Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh muzaki dengan ketentuan

syariah untuk dikeluarkan kepada yang berhak menerimanya (mustahik). Mustahik

adalah orang atau entitas yag berhak menerima zakat. Mustahik terdiri dari fakir,

miskin, riqab, orang yang telilit utang (gharim), mualaf, fisabilillah, orang yang

dalam perjalanan (ibnu sabil) dan amil.

Kata zakat berasal dari kata zaka yang merupakan isim masdar, yang secara

etimologis mempunyai beberapa arti yaitu suci, tumbuh, berkah, terpuji,21 dan

berkembang. Adapun secara terminologis zakat adalah sejumlah harta tertentu yang

diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak (Mardani, 2011).

Menurut Undang-Undang No. 38 Tahun 1998 tentang pengelolaan zakat yang

dikutip dari Mardani (2011), pengertian zakat adalah harta yang wajib disisihkan

oleh seorang Muslim atau badan yang dimiliki oleh orang Muslim sesuai ketentuan

agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.

2.1.2 Pengendalian Intern

Pengendalian internal adalah proses yang dirancang untuk memberikan

jaminan tercapainya tujuan yang berkaitan dengan efektivitas dan efsiensi operasi,
reliabilitas pelaporan keuangan, dan ketaatan pada peraturan hukum yang berlaku.

Pemahaman yang baik terhadap pengendalian internal sangat diperlukan baik oleh

manajer, user sistem akuntansi, perancang sistem akuntansi, maupun evaluator

sistem akuntansi (Tata, 2004).

Menurut Committee of Sponsoring Organization (COSO) dalam Bambang

(1999) Pengendalian intern adalah suatu proses, yang dipengaruhi oleh aturan

direksi, manajemen, personalia lainnya, yang disusun untuk memberi jaminan yang

berhubungan dengan pencapaian tujuan berikut ini:

a) Dapat dipercayainya laporan keuangan.

b) Kesesuaian dengan undang-undang yang ditetapkan dan aturan.

c) Efektivitas dan efisiensi operasi (kegiatan).

Pengertian di atas mengandung arti sebagai berikut:

1) Pengendalian intern adalah suatu proses. Artinya menjadi alat mencapai

tujuan vang terdiri dari rangkaian tindakan dan menyatu dalam infrastruktur

lembaga/perusahaan.

2) Pengendalian intern dipengaruhi orang. Hal ini tak hanya menyangkut

pedoman kebijakan dan fmmulir tetapi orang orang pada setiap level

organisasi. termasuk dewan direksi, manajemen, dan lainnya.

3) Pengendalian intern dapat diharapkan memberi jaminan yang beralasan

(rationale), bukan jaminan mutlak (absolute), karena ada batasan-batasan

yang melekat pada sistem pengendaiian intern dan perlunya cost dan

benefitnya adanya pengendalian.

6
4) Pengendalian menjadikan pengo gerak pencapaian tujuan daiam

(overlapping) laporan keuangan kesesuaian dan operasi.

Dalam Bambang (1999) COSO membagi beberapa komponen pengendalian intern

diantaranya adalah:

1. Lingkungan Pengendalian Intern

Lingkungan pengendalian mempengaruhi organisasi dalam kesadaran

Pengendalian orang-orangnya. merupakan dasar untuk semua komponen

pengendalian dan yang berhubungan. organisasi formal dan rencana Operasi, job

deskripsi dan kebijakan yang ada. Pengendalian intern, menetapkan disiplin dan

struktur. Perilaku manajemen akan mempengaruhi efektivitas pengendalian.

Lingkungan pengendalian terdiri dari tindakan, kebijakan, dan prosedur yang

merefleksikan perilaku keseluruhan manajemen puncak, direktur, pemilik.

2. Pertimbangan Risiko

Pertimbangan risiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi,

analisis, risiko atasan manajemen atas penyiapan laporan keuangan, yang disajikan

secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum. Contohnya. jika

perusahaan menjual produk pada harga di bawah harga pokok persediaan, karena

perubahan teknologi yang cepat. perlu pengendalian yang memadai mengatasi

risiko overstating persediaan. Manajemen memilih risiko guna meminimumkan

kesalahan dan ketidakberesan. Auditor memilih risiko guna penentuan

pengumpulan bukti pemeriksaan.

3. Kegiatan Pengendalian

7
Kegiatan pengendalian adalah kebijakan dan prosedur sebagai tambahan .

yang termasuk dalam 4 komponen. membantu tindakan-tindakan seperlunya yang

mengarahkan risiko dalam pencapaian tujuan organisasi. Ada banyak contoh-

contoh kegiatan pengendalian dalam organisasi:

a) Pemisahan tugas yang layak.

b) Otorisasi yang layak.

c) Dokumen dan catatan yang layak.

d) Pengendalian flsik.

e) Pengecekan (pemeriksaan) secara bebas.

4. Komunikasi dan Informasi

Sistem informasi yang relevan untuk tujuan pelaporan keuangan. yang

meliputi sistem akuntansi, terdiri dari metode dan catatan yang dapat

mcngidentiflkasi. menyatukan. analisa, klasifnkasi, mencatat dan melaporkan

transaksi organisasi/lembaga dan menjaga akuntabilitasnya. jumlah aktiva dihitung.

Informasi akuntansi dan sistem komunikasi mempunyai subkomponen, seperti

penjualan, retur penjualan. penagihan. akuisisi dan sebagainya: ‘

5. Monitoring

Monitoring adalah proses penilaian performan, kualitas struktur

pengendalian intern dalam suatu waktu. Kegiatan monitoring melalui kegiatan yang

berjalan. Misal. masalah-masalah dengan struktur pengendalian intern dapat datang

dari manajemen karena adanya keluhan dari pelanggan tentang mbayaran, atau dari

nformasi dari bagian operasi

8
AICPA dalam zaki (1993 : 47) mendefinisikan pengendalian intern meliputi

struktur organisasi dan semua cara-cara serta alat-alat yang dikoordinasikan yang

digunakan di dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik

perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi, memajukan

efisiensi di dalam usaha, dan membantu mendorong dipatuhinya kebijaksanaan

manajemen yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

Sistem pengendalian intenal terdiri atas kebijakan dan prosedur yang

dirancang untuk memberikan kepastian yang layak bagi manajemen bahwa

perusahaan telah mencapai tujuan dan sasarannya. Manajemen memiliki tiga tujuan

umum dalam merancang sistem pengendalian internal yang efektif, yaitu keandalan

pelaporan keuangan, efisiensi dan efektivitas operasi, serta ketaatan pada hukum

dan peraturan (Jeni dan Evi, 2018) .

2.1.3 Teknologi Informasi

Sistem teknologi informasi memberikan lima peran utama di dalam

organisasi, yaitu untuk menimgkatkan (1) efisiensi, (2) efektivitas, (3) komunikasi,

(4) kolaborasi dan (5) kompetitif. Pada awalnya, sistem teknologi informasi

digunakan untuk pengolahan transaksi (TPS). Tujuan dari TPS adalah

menggantikan pengolahan transaksi oleh manusia dengan teknologi informasi yang

berorientasi ke TPS saja lebih berperan untuk meningkatkan efisiensi (Jogiyanto,

2008).

2.1.4 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu berkaitan dengan pengaruh penngendalian

intern juga pemanfaatan teknologi informasi pada pengelolaan zakat menjadi

9
referensi dalam penelitian ini. Diantaranya adalah dilakukan oleh Jeni Rahman dan

Evi Martaseli (2018) dengan judul penelitian pengaruh pengendalian internal

terhadap pengelolaan dan pendistribusian zakat pada badan amil zakat nasional

kota dan kabupaten sukabumi menunjukkan hasil bahwa Pengendalian Internal

berpengaruh positif terhadap pengelolaan zakat, artinya semakin baik penerapan

pengendalian internal yang dijalankan maka semakin baik pula pengelolaan zakat

yang dijalankan oleh BAZNAS.

Sejalan dengan hal itu, penelitian dari Agustina dan Khalisah dengan judul

Pengendalian Internal Pada Badan Amil Zakat Nasional Kota Bekasi menunjukkan

hasil bahwa indikator sistem pengendalian yang dikemukakan COSO yaitu

lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan

komunikasi, pemantauan pada BAZNAS Kota Bekasi dikategorikan sangat

memadai.

Tidak jauh berbeda dengan peneltian sebelumnya, penelitian yang

dilakukan oleh Siti dan Siska (2015) dengan judul Analisis pengendalian intern

COSO Pada pengelolaan dana zakat, infaq dan Shadaqah (ZIS) juga menunjukkan

hasil bahwa pengendalian internal atas aktivitas pengelolaan dana yang ada pada

Yayasan Dana Sosial Al-Falah cabang Jember memiliki beberapa kelemahan,

namun secara keseluruhan pengendalian sudah berjalan dengan efektif.

2.1.5 Hipotesis Penelitian

H1 : diduga pengendalian intern berpengaruh terhadap pengelolaan zakat pada

BAZNAS kota Gorontalo.

10
H2 : diduga teknologi informasi berpengaruh terhadap pengelolaan zakat pada

BAZNAS Kota Gorontalo.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada lembaga BAZNAS kota Gorontalo dengan

pertimbangan sebagai berikut:

a. Lokasi tersebut dapat memberikan keterangan yang lengkaptentang masalah

yang diteliti.

b. Data yang diperlukan cukup memadai.

c. Lokasi tersebut mudah dijangkau dari segi waktu, biaya, dan tenaga cukup

menunjang bagi penulis.

3.2 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kuantitif yang

bermaksud untuk menganalisis pengaruh antara satu variabel dengan variabel

lainnya dengan pengujian hipotesis. Dimana dalam penelitian ini ingin mengetahui

atau menguji apakah pengendalian intern dan teknologi informasi berpengaruh

terhadap pengelolaan zakat. Penelitian ini menggunakan variabel yang terdiri dari

Pengendalian Intern (X1), Teknologi Informasi (X2) dan pengelolaan zakat yang

didesain dalam penelitian sebagaimana terdapat pada gambar berikut ini.

Pengendalian Intern (X1)

Pengelolaan zakat

11
Teknologi Informasi (X2)

Gambar 3.1 DesainPenelitian

3.3 Operasional Variabel

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017: 61). Yang menjadi populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat kota Gorontalo yang beragama

islam.

3.4.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2017) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak

mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi. Penggunaan sampel karena

dikarenakan banyaknya data, tenaga dan waktu. Teknik Sampel dalam penelitian

ini yaitu . Teknik merupakan pengambilan sampel dimana semua

3.5 Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu sumber peneltian

yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui perantara berupa dokumen, berita

atau arsip.

3.6 Metode Pengumpulan Data

12
Teknik pegumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data

kepustakaan yang berhubungan dengan penelitian. Serta mencar data dari BPS

untuk jumlah dan persentasi penduduk miskin di kota Gorontalo serta mencarinya

dengan mengumpulkan berita yang ada di Harian Gorontalo.

3.7 Analisis Data

3.7.1 Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas

dengan variabel terikat adalah analisis regresi linier berganda. Model regresi linier

berganda adalah model regresi yang digunakan untuk membuat hubungan antara

satu variabel terikat dengan beberapa variabel bebas. Sugiyono (2017), digunakan

alat analisis regresi berganda sebagai berikut:

3.7.2 Uji Asumsi Klasik

Untuk memperoleh nilai pengukuran yang biasa dari persamaan regresi

ganda mak perlu diadakan uji asumsi klasik, yang meliputi: uji normalitas, dan uji

multikolinieritas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi,

variabel devendent, indevendent atau keduanya memiliki distribusi normal

ataukah tidak. Deteksi normalitas dapat diketahui dengan melihat penyebaran data

titik-titik pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan untuk

pengujian Normal Probability Plot tersebut adalah:

a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,

maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

13
b. Jika data menyebar jauh dan' garis regresi diagonal dan atau/ tidak mengikuti

arah garis diagonal, maka model tegresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Uji Normalitas dapat pula dilakukan dengan Uji Kolmogorov-Smirnov. Hipotesis

yang dapat dibuat adalah:

Ho : variabel residual berdistribusi normal

Ha : variabel residual tidak berdistn'busi normal

Pengambilan keputusannya yakni Jika probabilitas lebih besar dari 0,05 maka

Ho diterima. Jika probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak.

2 Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan salah satu pelanggaran kondisi ideal yang disebabkan

adanya hubungan linear diantara variabel regresor. Multikolinearitas bisa dideteksi

dengan melihat nilai R2, dimana nilai R2 tinggi sedangkan tidak ada satupun

koefisien regresi (secara parsial) yang signifikan. Selain itu multikolinearitas dapat

juga dideteksi dengan menggunakan indikator Variance Inflation Factor (VIF) yang

dirumuskan

3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi merupakan pengujian yang dilakukan untuk menguji ada

tidaknya pengaruh antara variabel pengganggu dalam masing-masing variabel

bebas. Dalam pengujian ada tidaknya autokorelasi sering digunakan tes Durbin

Watson.

14
4. Uji Heberoskedastisitas

Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat jarak kuadrat titik-titik sebaran

terhadap garis regresi. Uji Heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat grafik plot

antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID), ada

tidaknya Heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola

tertentu pada grafik scatter plot antara ZPRED dan SRESID dimana sumbu Y

adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual. Dasar analisisnya

adalah sebagai berikut:

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titk yang ada membentuk pola tertentu yang

teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka mengindikasikan

telah terjadi Heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titk-titik yang menyebar diatas dan dibawah

angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas.

Cara mengetahui ada atau tidaknya gejala heterokedastisitas, maka

dilakukan dengan meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen.

Pengujian ini dikenal dengan uji Glejser (Widan'ono, 2013).

Dasar analisis yang digunakan adalah jika hasil regresi menunjukan variabel

independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada

15
indikasi terjadi heterokedastisitas, dan demikian pula sebaliknya. Penentuan

Hipotesisnya yakni:

Ho : Secara keseluruhan variabel bebas dalam model tidak menyebabkan

gejala heterokedastisitas

H1 : Secara keseluruhan variabel bebas dalam model menyebabkan gejala

heterokedastisitas Tingkat kepercayaan yang akan digunakan dalam penelitian

ini adalah sebesar 95% atau dengan kata lain tingkat signfnkansinya (alpha)

sebesar 5%. Dalam melakukan uji kebaikan model digunakan uji Glejser.

Penentuan kriteria uji yakni jika hasil regresi menunjukan variabel independen

signifikan mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi

heterokedastisitas, dan demikian pula sebaliknya.

3.8 Hipotesis Statistik dan Pengujian Hipotesis

Model analisis ini digunakan karena penelitian ini dirancang untuk meneliti

variabeI-variabel yang berpengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

3.8.1 Hipotesis Statistik

Secara statistik hipotesis diartikan sebagai pernyataan mengenai keadaan populasi

(parameter) yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari

sampel penelitian (Sugiyono, 2015).

1. Hipotesis Statistik Pengujian Parsial

16
Pengujian parsial merupakan pengujian untuk mengetahui pengaruh dari masing-

masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Berikut ini hipotesis dari pengujian

parsial:

H01 : β = 0: Diduga tidak terdapat pengaruh dari pengendalian intern terhadap

pengelolaan zakat pada BAZNAS kota Gorontalo

H01 : β ≠ 0: Diduga terdapat pengaruh dari teknologi informasi terhadap

pengelolaan zakat pada BAZNAS kota Gorontalo

H02 : β = 0: Diduga tidak terdapat pengaruh dari pengendalian intern terhadap

pengelolaan zakat pada BAZNAS kota Gorontalo

H02 : β ≠ 0: Diduga terdapat pengaruh dari teknologi informasi terhadap

pengelolaan zakat pada BAZNAS kota Gorontalo

2. Hipotesis Statistik Pengujian Simultan

Pengujian simultan merupakan pengujian untuk mengetahui pengaruh dari

keseluruhan variabel bebas terhadap variabel terikat.

Berikut ini hipotesis dari pengujian simultan:

H03 : β = 0: Diduga tidak terdapat pengaruh dari pengendalian intern dan teknologi

informasi terhadap pengelolaan zakat pada BAZNAS kota Gorontalo

H03 : β ≠ 0 Diduga terdapat pengaruh dari pengaruh dari pengendalian intern dan

teknologi informasi terhadap pengelolaan zakat pada BAZNAS kota

Gorontalo

3.8.2 Pengujian Hipotesis

17
Pengujian hipotesis merupakan tahapan-tahapan dalam menguji kebenaran

dugaan atau hipotesis dalam penelitian. Berikut ini uji yang dilakukan dalam

pengujian hipotesis penelitian:

1. Uji t (Uji regresi secara parsial)

Uji t digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh masing-masing

variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Kriteria pengambilan keputusan

dalam melakukan penerimaan dan penolakan setiap hipotesis dapat dilakukan

dengan dua cara yaitu:

a) Dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel untuk masing-masing

koefisien regresi. Jika nilai thitung ≥ ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima

artinya signifikan. Jika nilai thitung ≤ ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak

artinya tidak signiflkan.

b) Cara yang kedua selain dengan kriteria perbandingan thitung dengan ttabel, yaitu

dengan menggunakan kriteria nilai pvalue (kekuatan koeflsien regresi dalam

menolak H0). Jika pvalue < 0,05 maka H0 ditolak dan apabila Pvalue > 0,05 maka

H0 diterima.

2. Uji F (Pengujian Secara Simultan)

Uji F dilakukan untuk melihat apakah semua variabel-variabel independen

yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap

variabel dependen. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adaIah apakah semua

parameter dalam model sama dengan nol, atau:

18
H0 : p1= 0

Artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara bersam-sama dari seluruh

variabel independen terhadap variabel dependen. Hipotesis anematif (H1) bila

semua parameter secara simuttan tidak sama dengan nol, atau

H1 : p 1 ≠ 0

Artinya ada pengaruh yang signinkan secara bersama-sama dan'seluruh

variabel independen terhadap variabel dependen.

Kriteria pengambilan keputusan dalam melakukan penerimaan dan

penolakan setiap hipotesis dapat dilakukan dengan dua mra yaitu:

a) Dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel untuk masing-masing

koefisien regresi. Jika nilai Fhitung ≥ Ftabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima

artinya signifikan. Jika nilai Fhitung ≤ Ftabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak

artinya tidak signifikan.

b) Cara yang kedua selain dengan kriteria perbandingan thitung dengan ttabel yaitu

dengan menggunakan kriteria nilai pvalue (kekuatan koensien regresi dalam

menolak H0). Jika Pvalue.< 0,05 maka Ho ditolak dan apabila Pvalue < 0,05 maka

H0 diterima.

3. Pengujian Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Pengujian Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa

iauh kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen. Nilai Kd adalah

antara 0 dan 1. Nilai R yang kecil berarti kemampuan vanabel-variabel independen

dalam menerangkan variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati 1

19
berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan

untuk memprediksi variasi variabel independen.

Setiap tambahan satu variabel independen maka R pasti akan meningkat

walaupun belum tentu variabel yang ditambahkan berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, digunakan nilai adjusted R2, karena

nilai adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen

ditambahkan ke dalam model.

20
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, L & Khalisah, V.(2018). Pengendalian Internal Pada Badan Amil Zakat

Nasional Kota Bekasi. Jurnal Mahasiswa Bina Insani. Vol 2 No 2. 182-

191.

Bambang, H. (1999). Sistem Pengendalian Intern Dalam Hubungannya Dengan

Manajemen dan Audit. Yogyakarta.

https://gorontalo.kemenag.go.id/berita/375573/potensi-zakat-gorontalo-ternyata-

milyaran diakses pada tanggal 26 oktober 2018

IAI (2017). Standar Akuntansi Keuangan Syariah. Jakarta : Grha Akuntan

Jeni, R & Evi, M ; .(2018). Pengaruh Pengendalian Internal Terhadap Pengelolaan

dan Pendistribusian Zakat Pada Badan Amil Zakat Nasional Kota dan

Kabupaten Sukabumi. Jurnal Ilmiah Ilmu Ekonomi. Vol 6 Edisi 12. 176-

185.

Siti Maria, W; & Siska Putri, I. (2015). Analisis Pengendalian Intern COSO Pada

Pengelolaan Dana Zakat, Infaq Dan Shadaqah (ZIS). Analisa Journal of

Social Science and Religion. Volume 22 No. 02. 227-238.

Tata,S .(2004). Sistem Informasi Akuntansi. Yogyakarta : Andi Offset

Zaki, B. (1994). Sistem Informasi Akuntansi. Yogyakarta : BPFF

21
22

Anda mungkin juga menyukai