Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

PELAKSANAAN PELATIHAN DOKTER KECIL


DI SD NEGRI 3 PADANGSAMBIAN KELOD
WILAYAH KERJA PUSKESMAS II DENPASAR BARAT

OLEH
KELOMPOK III DAN IV
PSSKPN A ANGKATAN 2014

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019
I. Nama Kegiatan
Pelatihan Dokter Kecil di SDN 3 Padangsambian Klod
II. Latar Belakang
Kebutuhan mendasar seorang anak didik salah satunya adalah
terpenuhinya kesehatan baik rohani maupun jasmani. Kesehatan merupakan
salah satu bentuk karunia tuhan yang wajib dijaga dan dimaknai, kewajiban
untuk mengupayakan hidup yang sehat dalam kehidupan sehari-hari baik
kesehatan diri maupun kesehatan lingkungan merupakan tanggung jawab
bersama (Embayanti, 2014). Kesehatan dapat diperoleh dari faktor internal,
berawal dari kebiasaan individu memelihara kesehatan setiap hari, dengan
individu melakukan kebiasaan kegiatan aktifitas kesehatan yang tinggi, maka
akan tinggi pula derajat kesehatannya. Tidak hanya faktor eksternal dari
sekolah, tetapi adanya pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan yang
optimal, dapat membantu individu dalam belajar baik terbentuknya
konsentrasi, terhindar dari penyakit sebagai motivasi melaksanakan aktifitas
sehari-hari (Depkes RI, 2011).
Sekolah merupakan suatu wadah untuk melaksanakan proses belajar
mengajar. Untuk meningkatkan kualitas manusia indonesia seutuhnya dengan
upaya pendidikan dan kesehatan dijadikan promosi kesehatan sekolah yang
dapat meningkatkan derajat kesehatan warga sekolahnya, atas dasar itulah
pendidikan kesehatan wajib ditanamkan sejak dini (Istiyawan, 2012). Sekolah
dasar merupakan waktu yang tepat untuk menanamkan budaya hidup sehat.
Usia sekolah dasar merupakan usia yang tepat bagi seorang guru untuk
menanamkan kebiasaan hidup sehat. Kebiasaan tersebut dilatih dengan
mengoptimalkan program UKS (Mendikbud, 2012).
Keberadaan usaha kesehatan sekolah (UKS), merupakan program
pemerintah yang wajib ada dan dilaksanakan di sekolah dalam pelayanan
kesehatan, pendidikan kesehatan atau kebiasaan hidup sehat di sekolah
diterapkan di lingkungan sekitar. Mengenai pembinaan UKS, dikatakan
tercapai secara optimal jika program TRIAS UKS berjalan baik dan
berkelanjutan (Tim Esensi, 2012). Salah satu program UKS yang dibentuk
untuk sarana pendidikan kesehatan dalam rangka mewujudkan perilaku hidup
sehat adalah program dokter kecil. Dokter kecil adalah peserta didik yang ikut
melaksanakan sebagian usaha pelayanan kesehatan serta berperan aktif dalam
kegiatan kesehatan yang diselenggarakan (Mendikbud, 2012). Oleh sebab itu
peran dan pelaksanaan program dokter kecil sangat penting karena dengan
adanya program dokter kecil ini kegiatan UKS menjadi lebih hidup dan
partisipasi peserta didik dalam kegiatan UKS meningkat.
Berdasarkan wawancara dengan pembina UKS di SDN 3
Padangsambian Klod di sekolah tersebut mengungkapkan bahwa program
kesehatan bagi anak usia sekolah melalui kegiatan UKS di sekolah-sekolah
masih cukup memprihatinkan. Peran aktif siswa dalam hal kesadaran tentang
kesehatan masih relatif rendah, kurangnya rasa tanggung jawab untuk
menjaga kebersihan lingkungan sekolah, kesadaran untuk menjaga kebersihan
diri, Sementara itu pembelajaran kesehatan para siswa di beberapa sekolah
melalui kegiatan UKS dan pelajaran jasmani kesehatan (penjaskes) masih
belum sesuai harapan.
Pentingnya keberadaan dokter kecil tersebut maka peneliti mempunyai
gagasan untuk melakukan kegiatan pelatihan dokter kecil di SDN 3
Padangsambian Klod. Dengan adanya pelatihan dapat mengevaluasi
pelaksanaan program dokter kecil di SDN 3 Padangsambian Klod. Usaha
menanamkan budaya hidup sehat sejak usia dini melalui peran dokter kecil
memerlukan kerjasama dengan puskesmas mengenai proses pelayanan
kesehatan, dan hanya dilaksanakan dalam proses imunisasi terhadap peserta
didik tiap tahunnya.
III. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan pelatihan selama 90 menit, diharapkan dokter
kecil dapat mengerti tentang tugas dan kegiatan mengenai pelaksanaan
pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K), gizi, cara mengukur tinggi
badan dan berat badan serta menghitung IMT.
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang dokter kecil diharapan dokter kecil
memahami tentang :
1) Pengertian dokter kecil
2) Tugas dan kewajiban dokter kecil
3) Kegiatan dokter kecil
4) Pelaksanaan P3K
5) Gizi
6) Pengukuran berat badan dan tinggi badan
7) Penghitungan IMT
IV. Waktu dan Tempat
Penyuluhan akan dilaksanakan pada
Hari/Tanggal : 28 Maret 2019
Pukul : 07.30 WITA
Tempat : SDN 3 Padangsambian Klod
V. Sasaran
Seluruh dokter kecil SDN 3 Padangsambian Klod
VI. Media dan Peralatan
Media : Power Point
Alat peraga
VII. Pengorganisasian Acara
a. Ketua : Bernadetta Diana Ariputra
b. Sekretaris : A. A Ayu Intan Murti Ningrum
Luh Made Indah Kusuma Dewi
c. Bendahara : Putu Rhisa Mahasari
Putu Ayu Sri Padmayani
d. MC : Desak Made Widyawati
e. Moderator : Putu Riskia Narayani
f. Penyaji : Putu Nia Puspayanti
g. Notulen : Luh Gede Mas Kurnia Wijayanthi
h. Fasilitator : Ni Made Dety Astrini
Luh Anggariasih
i. Dokumentasi : Gede Dharmasaka
j. Konsumsi : I. G. A. Ayu Diah Sri Utami
Ida Ayu Dwi Wahyuni
k. Perlengkapan : I Made Cahyadi Agastiya
I Made Aditya Widyantara

Denah tempat pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pelatihan :

P
a
p
a
n

t
u
l
i
s

Keterangan :
: Penyaji : MC : Fasilitator

: Moderator : Siswa : Notulen


VIII. Proses Kegiatan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 5 menit Pembukaan :  Menjawab salam
1. Mengucapkan salam.  Memperhatikan
2. Memperkenalkan diri. dan menjawab
3. Menyampaikan tujuan dan pertanyaan
topik dilaksanakannya
penyuluhan.
4. Kontrak waktu.
5. Menggali pengetahuan
sasaran.
2 80 Pelaksanaan/penyampaian materi :  Mendengarkan
menit 1. Menjelaskan tentang konsep  Mengajukan
dokter kecil (pengertian, pertanyaan seputar
tujuan, kegiatan) materi
2. Menjelaskan tentang konsep
P3K (definisi, tujuan,
pedoman)
3. Menjelaskan tentang konsep
gizi seimbang (pengertian,
tiga prinsip gizi seimbang,
memilih pangan jajanan anak
sekolahan, jenis-jenis pangan
jajanan anak sekolah (PJAS),
pangan jajanan yang sesuai
untuk anak sekolah)
4. Mendemonstrasikan cara
pengukuran BB, TB, serta
menghitung IMT
3 5 menit Penutup :  Menjawab salam
1. Membuka waktu untuk  Menjawab salam
diskusi
2. Mengevaluasi materi yang
disampaikan
3. Menjelaskan hasil evaluasi
4. Memberikan umpan balik
5. Mengucapkan salam penutup

IX. Kriteria Evaluasi


1. Evaluasi Struktur :
a. Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan
b. Peran tugas mahasiswa sesuai perencanaan
c. Minimal 70% dokter kecil hadir mengikuti acara penyuluhan dan
pelatihan
2. Evaluasi Proses :
a. Peserta penyuluhan dan pelatihan berperan aktif selama kegiatan
berlangsung
b. 95% dokter kecil hadir mengikuti acara penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
a. Peserta doter kecil mengerti dan memahami penjelasan yang diberikan
oleh mahasiswa mengenai kegiatan dokter kecil dan dapat
mempraktekkannya.
Materi (terlampir)
1. Pengertian Dokter Kecil
Menurut Buku Pelatihan Dokter Kecil (2013:1), Dokter kecil adalah anak
didik yang dipilih guru guna ikut melaksanakan sebagian usaha pelayanan
kesehatan terhadap diri sendiri, keluarga, teman murid pada khususnya.
Sedangkan menurut Tim Esensi (2012:12) dokter kecil adalah peserta
didik (siswa sekolah) yang memenuhi kriteria dan telah di latih untuk ikut
melaksanakan sebagai usaha pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
terhadap diri sendiri, teman, keluarga, dan lingkunganya.
2. Tugas dan Kewajiban Dokter Kecil
Pada buku pedoman, pelatihan, modul dan materi dokter kecil(2012: 3),
disebutkan bahwa tugas dan kewajiban dokter kecil yaitu, selalu bersikap
dan berperilaku sehat sehingga dapat menjadi contoh bagi teman-temanya,
dapat menggerakan sesame teman untuk bersama-sama menjalankan
usaha kesehatan terhadap dirinya masing-masing, berusaha bagi
tercapainya kesehatan lingkungan yang baik di sekolah dan dirumah,
membantu guru dan petugas pada waktu pelaksanaan pelayanan kesehatan
di sekolah, berperan aktif pada kegiatan-kegiatan dalam rangka upaya
peningkatan kesehatan disekolah, missal: pekan kebersihan, pekan gizi,
pekan pembinaan berat badan dan tinggi badna, pemeriksaan kesehatan
gigi, pekan kesehatan mata, dll.
3. Kegiatan Dokter Kecil
Menurut buku Pelatihan Dokter Kecil (2013), kegiatan dokter kecil
meliputi;
1) Menggerakan teman untuk saling mengadakan
a. Pengamatan kebersihan dan kesehatan pribadi
b. Penimbangan dan pengukuran tinggi badan
c. Penelitian penglihatan
d. Pemeriksaan kesehatan gigi
2) Pengenalan dini penyakit
3) Pengobatan sederhana
4) Pengamatan kebersihan warung dan kebun sekolah
5) Pengamatan hygiene dan sanitasi rumah dan sekolah
6) Penjagaan kesehatan terhadap kecelakaan
7) Pencatatan dan pelaporan
8) Rujukan
Sedangkan dari buku pedoman, pelatihan, modul dan materi dokter
kecil (2012), ada kegiatan- kegiatan yang harus dicatat oleh dokter
kecil dan dimasukan ke dalam buku laporan dokter kecil yaitu:
1) Kegiatan yang ada di sekolah, di rumah dan di masyarakat. Hasil
penimbangan berat badan dan tinggi badan
2) Hasil pengamatan ketajaman penglihatan
3) Jenis pertolongan pertama yang diberikan
4) Hasil pengamatan pengguntingan kuku
5) Hasil pengamatan sarang nyamuk
6) Anjuran-anjuran yang di berikan kepada teman, saudara di rumah,
misalnya: Menggunting kuku secara rutin, Melihat televisi tidak
terlalu dekat (minimal 3 meter), Tidur tidak terlalu larut malam,
Jangan membaca sambil tiduran, Sikap duduk yang baik pada
waktu membaca dan menulis, dan Membuang sampah pada
tempatnya,
4. Pelaksanaan P3K
a. Pengertian P3K
P3K adalah memberikan pertolongan pertama pada korban kecelakaan
dengan cepat dan tepat sebelum korban dibawa ke puskesmas atau
rumah sakit (Mendikbud, 2012).
b. Tujuan P3K
1) Mencegah cidera bertambah parah
2) Menunjang upaya penyembuhan
c. Pedoman yang harus dipegang oleh pelaku P3K
P : penolong mengamankan diri sendiri terlebih dahulu sebelum
bertindak
A : Amankan korban dari gangguan di tempat kejadian sehingga
bebas dari bahaya
T : tanda pempat kejadian
d. Penanganan luka berdarah
1) Berikan tekanan pada luka dengan benda apapun yang tersedia
untuk menghentikan atau memperlambat aliran darah. Tekanan
dapat menggunakan tangan kita sendiri atau meminta korban untuk
menekan dengan keras sementara itu kita mencari suatu benda
seperti kaus, handuk, potongan kain untuk membantu menekan
aliran darah. Jika balutan telah basah oleh darah jangan diganti
atau dilepas tetepi tambahkan lebih banyak lagi handuk, kaus atau
potongan kain lalu berikan tekanan yang lebih dan suruh pergi
keklinik untuk mendapatkan pengobatan.
2) Jaga dan tahan tekanan pada luka sampai bantuan tiba

5. Konsep Gizi Seimbang (Jajanan Sehat)


a. Pengertian gizi seimbang
Gizi seimbang merupakan susunan makanan sehari-hari yang
mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh, dengan memerhatikan prinsip keanekaragaman atau
variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan dan berat badan (BB) ideal
(Badan POM, 2012). Secara umum komposisi makanan yang
seimbang adalah bila komposisi energi dari karbohidrat 50-65%,
protein 10-20%, dan lemak 20-30%. Konsumsi gula sebaiknya dibatasi
sampai 5% dari jumlah kecukupan energi atau sekitar 3-4 sendok
makan setiap hari (Sartika, 2013).
b. Tiga prinsip gizi seimbang
Prinsip gizi seimbang yakni konsumsi makanan sehari-hari harus
mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah (porsi) yang sesuai
dengan kebutuhan setiap orang atau kelompok umur. Konsumsi
makanan dengan pola ini harus memperhatikan empat prinsip dasar
menurut Sartika (2013c); Kementerian Kesehatan RI, (2013a); Sarah
dkk, (2013), yaitu:
1) Makan yang beraneka ragam
Makan yang beraneka ragam sangat diperlukan karena tidak ada 1
(satu) jenis makanan pun yang mengandung semua zat gizi yang
dibutuhkan tubuh. Prinsipnya, setiap makanan yang dihidangkan
dari makan pagi, siang dan malam serta makan selingan harus
terdiri atas makanan pokok, lauk-pauk, sayur dan buah.
Berikut beberapa contoh makanan yang beraneka ragam
a) Air putih sangat penting, sedikitnya 8 gelas sehari
b) Nasi, jagung, ubi jalar, ubi kayu, dan lain-lain sama baiknya
sebagai sumber karbohidrat (sumber energi)
c) Bayam, sawi, tomat, wortel, dan lain-lain sama pentingnya
sebagai sumber vitamin dan mineral
d) Pisang, papaya, nanas, semangka, apel, dan lain-lain sama
pentingnya sebagai sumber vitamin dan mineral
e) Daging, ikan, ayam, tempe, kacang-kacangan, dan lain-lain
sama pentingnya sebagai sumber protein
f) Susu merupakan sumber kalsium dan protein. Segelas susu
dapat diganti dengan sebutir telur atau sepotong daging
g) Gula, garam beryodium dan minyak semua penting tetapi
hanya diperlukan sedikit.
2) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Perlunya perilaku hidup bersih agar terhindar dari serangan kuman
penyebab penyakit infeksi. Penyakit infeksi dapat mengganggu
keadaan gizi seseorang. Pola makan gizi seimbang tidak akan
berguna jika tidak diikuti dengan penerapan perilaku hidup bersih,
seperti mencuci tangan menggunakan sabun sebelum makan dan
sesudah buang air, menutup makanan dan minuman, mandi
sedikitnya 2 kali sekali, menggosok gigi setidaknya saat bangun
tidur dan sebelum tidur, potong dan bersihkan kuku secara teratur,
mencuci buah dan sayur yang akan dimakan, minum air matang,
dan buang sampah ditempat tertutup.
3) Memantau Berat Badan
Perlunya memantau berat badan ideal adalah untuk mengetahui
apakah seseorang mempunyai berat badan ideal atau tidak
berdasarkan umur, jenis kelamin dan tinggi badannya dan untuk
mengetahui apakah terjadi penurunan atau kenaikan berat badan.
Berat badan yang tidak ideal dapat mengakibatkan berat badan
kurang/ kurang gizi dan berat badan berlebih/ kegemukan. Berat
badan kurang/ kurang gizi disebabkan karena tidak mengikuti pola
gizi seimbang, terutama makan kurang dari kebutuhan yang
seharusnya. Kurang gizi dapat menimbulkan, antara lain : mudah
sakit, pertumbuhan terhambat, kecerdasan terganggu, konsentrasi
terganggu, mudah mengantuk, dan sering tidak masuk sekolah.
Berat badan berlebih/ kegemukan disebabkan oleh karena tidak
mengikuti pola gizi seimbang, antara lain : makan berlebihan,
terlalu banyak makan dan minum yang manis, terlalu banyak
makan makanan berlemak, tidak olahraga, dan kurang akitivitas
fisik. Kegemukan dapat menimbulkan, antara lain : mudah sakit,
mudah lelah dan mudah mengantuk. Dalam jangka panjang dapat
meningkatkan risiko terjadinya penyakit darah tinggi, jantung,
diabetes dan lain-lain.
c. Memilih pangan jajanan anak sekolahan
Pada anak sekolah sarapan tetap menjadi prioritas dalam asupan gizi
anak sekolah. Jika, anak sekolah belum tercukupi kebutuhan gizi dari
sarapan maka PJAS menjadi salah satu alternatif untuk memenuhi
kebutuhan gizi tersebut. Sarapan merupakan bagian dari perilaku
untuk mewujudkan gizi seimbang yang penting bagi hidup sehat, aktif,
dan cerdas. Berbagai kajian membuktikan bahwa gizi yang cukup dari
sarapan membekali tubuh untuk berpikir, beraktivitas fisik secara
optimal setelah bangun pagi. Bagi anak sekolah, sarapan terbukti dapat
meningkatkan kemampuan belajar dan stamina anak. Sarapan atau
makan pagi yaitu makanan yang dimakan pada pagi hari sebelum
beraktifitas, yang terdiri dari makanan pokok dan lauk pauk atau
makanan kudapan (Sartika, 2013b; Sartika, 2013c)..
A. Manfaat Sarapan di pagi hari
a) Menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk
meningkatkan kadar gula darah. Glukosa darah adalah satu-
satunya penyalur energi bagi otak untuk bekerja optimal. Bila
glukosa darah anak rendah, terutama bila sampai dibawah 70
mg/dl (hipoglikemia), maka akan terjadi penurunan
konsentrasi belajar atau daya ingat, tubuh melemah, pusing
dan gemetar. Dengan demikian, dapat menurunkan gairah
belajar, kecepatan reaksi, serta kesulitan dalam menerima
pelajaran dengan baik.
b) Memberikan konstribusi penting beberapa zat gizi yang
diperlukan tubuh, seperti protein, lemak, vitamin, dan
menirel. Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat juga untuk
berfungsinya proses fisiologis dalam tubuh.
c) Mengurangi kemungkinan jajan di sekolah dan mengurangi
risiko asupan bahan berbahaya seperti formalin, boraks,
rhodamin B, dan sebagainya (Briawan, dkk, 2012)
B. Dampak Tidak Sarapan di pagi hari
a) Sulit berkonsentrasi terhadap pelajaan di sekolah hingga
menurunkan prestasi belajar
b) Tubuh lemah dan lesu karena tidak ada masukan energi dari
makanan ke dalam tubuh
c) Siklus kelaparan sepanjang hari
d) Sering pingsan
e) Tekanan darah rendah dan pusing
f) Sering mengemil (Briawan, dkk, 2012)
d. Jenis-jenis pangan jajanan anak sekolah (PJAS)
Makanan selingan dapat berfungsi sebagai asupan gizi anak sekolah,
menjaga kadar gula darah agar anak sekolah tetap berkonsentrasi,
untuk mempertahankan aktivitas fisik anak sekolah. Makanan selingan
dapat berupa bekal dari rumah atau berupa Pangan Jajanan Anak
Sekolah (PJAS). Jenis pangan jajanan anak sekolah dibedakan menjadi
4 jenis menurut Badan POM (2012); Kementerian Kesehatan RI
(2013), yaitu :
a) Makanan utama/sepinggan
Kelompok makanan utama atau dikenal dengan istilah “jajanan
berat”. Jajanan ini bersifat mengenyangkan. Contohnya : mie
ayam, bakso, bubur ayam, nasi goreng, gado-gado, soto, lontong
isi sayuran atau daging, dan lain-lain.
b) Camilan/snack
Camilan merupakan makanan yang biasa dikonsumsi diluar
makanan utama. Camilan dibedakan menjadi 2 jenis yaitu camilan
basah dan camilan kering. Camilan basah contohnya : gorengan,
lemper, kue lapis, donat, dan jelly. Sedangkan camilan kering
contohnya : brondong jagung, keripik, biskuit, kue kering, dan
permen.
c) Minuman
Minuman dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu minuman yang
disajikan dalam gelas dan minuman yang disajikan dalam
kemasan. Contoh minuman yang disajikan dalam gelas antara lain
: air putih, es teh manis, es jeruk dan berbagai macam minuman
campur (es cendol, es campur, es buah, es doger, jus buah, es
krim). Sedangkan minuman yang disajikan dalam kemasan
contohnya : minuman ringan dalam kemasan (minuman soda, teh,
sari buah, susu, yoghurt).
d) Jajanan Buah
Buah yang biasa menjadi jajanan anak sekolah yaitu buah yang
masih utuh atau buah yang sudah dikupas dan dipotong. Buah
utuh contonya : buah manggis, buah jeruk. Sedangkan buah
potong contohnya : pepaya, nanas, melon, semangka, dan lain-
lain.
e. Pangan jajanan yang sesuai untuk anak sekolah
PJAS yang sesuai adalah PJAS yang aman, bermutu, dan bergizi serta
disukai oleh anak. Berikut beberapa tips memilih PJAS yang sesuai
menurut Sartika (2013b); Kementerian Kesehatan RI, (2013a):
a) Kenali dan pilih pangan yang aman
Pangan yang aman adalah pangan yang bebas dari bahaya
biologis, kimia dan benda lain. Pilih pangan yang bersih, yang
telah dimasak, tidak bau tengik, tidak berbau asam. Sebaiknya
membeli pangan di tempat yang bersih dan dari penjual yang sehat
dan bersih. Pilih pangan yang dipajang, disimpan dan disajikan
dengan baik.
b) Jaga kebersihan
Kita harus mencuci tangan sebelum makan karena mungkin
tangan kita tercemar kuman atau bahan berbahaya. Mencuci
tangan dan peralatan yang paling baik menggunakan sabun dan air
yang mengalir.
c) Baca label dengan seksama
Pada label bagian yang diperhatikan adalah nama jenis produk,
tanggal kedaluwarsa produk, komposisi dan informasi nilai gizi
(bila ada). Bila pangan dalam kemasan dan berlabel, pilih yang
memiliki nomor pendaftaran (P-IRT/MD/ML). Jika, pangan tidak
berlabel (seperti lemper, lontong, donat, dll) maka pilih yang
kemasannya dalam kondisi baik.
d) Konsumsi air yang cukup
Dapat bersumber terutama dari air minum, dan sisanya dapat
dipenuhi dari minuman olahan (sirup, jus, susu), makanan (kuah
sayur, sop) dan buah. Konsumsi minuman olahraga (sport
drink/minuman isotonik) hanya untuk anak sekolah yang
berolahraga lebih dari 1 jam.

e) Perhatikan warna, rasa dan aroma


Hindari makanan dan minuman yang berwarna mencolok, rasa
yang terlalu asin, manis, asam, dan atau aroma yang tengik.
f) Batasi minuman yang berwarna dan beraroma
Minuman berwarna dan beraroma contohnya minuman ringan,
minuman berperisa
g) Batasi konsumsi pangan cepat saji (fast food)
Konsumsi fast food yang berlebihan dan terlalu sering merupakan
pencetus terjadinya kegemukan dan obesitas. Pangan cepat saji
antara lain kentang goreng, burger, ayam goreng tepung, pizza.
Biasanya makanan ini tinggi garam dan lemak serta rendah serat.
h) Batasi makanan ringan
Makanan ini umumnya rendah serat dan mengandung
garam/natrium yang tinggi dan mempunyai nilai gizi yang rendah.
Contoh makanan ringan seperti keripik kentang.
i) Perbanyak konsumsi makanan berserat
Makanan berserat bersumber dari sayur dan buah. Menu makanan
tradisional yang tinggi serat seperti rujak, gado-gado, karedok,
urap dan pecel.
j) Bagi anak gemuk/obesitas batasi konsumsi pangan yang
mengandung gula, garam dan lemak
Sebaiknya asupan gula, garam dan lemak sehari tidak lebih dari 4
sendok makan gula, 1 sendok teh garam, dan 5 sendok makan
lemak/minyak.
f. Peran Guru
Peran guru tidak lepas dari kebijakan kepala sekolah. Kepala sekolah
harus memiliki komitmen yang tinggi untuk melaksanakan manajemen
pemenuhan gizi seimbang anak sekolah. Kepala sekolah harus
membentuk Tim Keamanan Pangan (TKP) Sekolah untuk memastikan
kantin sekolah dalam penyediaan PJAS yang sesuai. Kepala sekolah
hendaknya memonitor kemajuan kegiatan TKP dalam pelaksanaan
pemenuhan gizi seimbang pada siswa sekolah tersebut bersama dengan
komite sekolah, guru, orang tua, siswa, pengelola kantin dan/atau
penjaja. Peran TKP diantaranya :
1. Melakukan pendataan penjaja PJAS mengenai nama pedagang,
jenis PJAS yang dijual, pemberian nomor.
2. Mensosialisasikan Keamanan Pangan bagi komunitas sekolah
3. Menyelenggarakan kegiatan yang berhubungan dengan upaya
peningkatan Keamanan Pangan termasuk penerapan
praktekpraktek Keamanan Pangan sekolah
4. Memantau penerapan cara penanganan, pengolahan dan penyajian
pangan yang baik di kantin sekolah
5. Memastikan upaya perbaikan terus dilakukan oleh kantin sekolah
termasuk menjamin agar pengelola kantin menggunakan peralatan
pengolah atau penyajian pangan yang baik dan bersih.
Sosialisasi mengenai keamanan pangan dan asupan gizi seimbang
yang dibutuhkan oleh anak sekolah dapat dilakukan sebagai upaya
promotif untuk meningkatkan status gizi anak sekolah. Peran guru di
sekolah sangat dibutuhkan guna memberikan pendidikan dasar dan
pengawasan secara aktif mengenai pangan atau jajanan yang baik
dikonsumsi dan tidak baik untuk dikonsumsi, melalui :
1. Melakukan pengawasan terhadap penyediaan PJAS dilingkungan
sekolah baik di kantin sekolah maupun diluar sekolah dengan
memeperhatikan jenis pangan yang dijual serta kebersihan tempat
penyedia PJAS dan penjajanya.
2. Memberikan edukasi bagi pengelola kantin dan penjaja PJAS
mengenai PJAS yang sesuai
3. Melakukan monitoring berat badan anak sekolah setiap 6 bulan
sekali. Bila ditemukan status gizi lebih atau kurang maka
sebaiknya dikomunikasikan dengan orang tua.
4. Mengkomunikasikan kepada orang tua tentang prinsip-prinsip
pencapaian gizi seimbang pada anak sekolah, antara lain melalui
penyuluhan/diskusi khususnya pentingnya sarapan, membawa
bekal dan cara memilih PJAS yang sesuai.
5. Memotivasi anak sekolah seperti mengajak makan siang bersama,
membawa bekal bersama, memberikan contoh anak sekolah untuk
tidak jajan, dll.
6. Memberikan kesempatan kepada anak sekolah yang belum sempat
sarapan untuk sarapan terlebih dahulu sebelum pelajaran di mulai.
7. Memonitor anak sekolah apakah membawa bekal ke sekolah atau
tidak. Jika mereka tidak membawa bekal ke sekolah, guru dapat
menyurati orang tuanya supaya menyediakan bekal pangan
anaknya dari rumah.
8. Memberikan pengertian dan pengetahuan kepada siswa mengenai
cara memilih jajanan yang sehat serta dampak negatif yang akan
timbul apabila jajan sembarangan.
g. Peran Pengelola Kantin
Pengelola kantin dan/atau penjaja PJAS harus melaksanakan ketentuan
yang telah ditetapkan oleh TKP Sekolah, antara lain :
1. Memperhatikan kebersihan peralatan pengolah atau penyajian
pangan (Higiene dan Sanitasi).
2. Wajib menyediakan/menjual PJAS yang sesuai.
3. Memonitor seluruh kegiatan dalam rangka penyediaan PJAS yang
sesuai (mulai dari pemilihan dan penyediaan bahan baku, proses
pengolahan, hingga penyajian).
4. Memperhatikan kebersihan fasilitas dan tempat penjualan untuk
mencegah kontaminasi silang pada produk serta memeperhatikan
cara pengolahan pangan yang baik.
5. Memperhatikan kebersihan dan kesehatan penjamah PJAS
6. Sebaiknya memberikan informasi perkiraan jumlah kalori untuk
setiap Pangan Siap Saji
DAFTAR PUSTAKA

Agus Istiyawan, (2012). Survei Pelaksanaan UKS di Sekolah Dasar Se-Dabin 1


Kecamatan Grabag kabupaten Magelang. Skripsi.Universitas Negeri
Yogyakarta.
Ari, D. (2012). Pelatihan, Modul dan Materi Dokter Kecil. Purwokerto: Mahasiswa
KKN UMP.
Badan POM. (2012). Booklet 5 Kunci Keamanan Pangan untuk Anak Sekolah.
Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan, Deputi Bidang Pengawasan
Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya. Jakarta.

Briawan, dkk. (2012). Naskah Akademik Pekan Sarapan Nasional (PESAN). Pergizi
Pangan, Persagi, PDGMI, PDGKI. Jakarta.

Depkes RI. (2011). Pedoman Pelatihan Dokter Kecil. Jakarta : Kementrian Kesehatan
RI
Embayanti, N. (2012). Pelaksanaan Program Dokter Kecil Dalam Usaha kesehatan
Sekolah (Uks) Di Sekolah DasarSe-Kecamatan BambanglipuroKabupaten
Bantul Tahun 2014. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Kementerian Kesehatan RI. (2013a). Naskah Akademik Angka Kecukupan Gizi
2012. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak,
Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. (2013b). Naskah Akademik Pedoman Gizi Seimbang


2013. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak,
Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.

Mendikbud. (2012). Pedoman Pelaksanaan UKS di Sekolah. Jakarta: Kementrian


Pendidikan dan Kebudayaan.
Sarah, dkk. (2013). Hasil Penelitian Penggunaan Gadget, Aktivitas Fisik, Asupan,
dan Kaitannya dengan Overweight pada Siswa SD Marsudirini Matraman,
Jakarta Timur. Program Studi Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UI.
Jakarta.

Sartika, R.A.D. (2013a). Kumpulan Modul Konsumsi Serat Siswa Sekolah Dasar
(SD/MI). Departeman Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, UI, Jakarta.

Sartika, R.A.D. (2013b). Kumpulan Modul Sarapan Pagi Siswa Sekolah Dasar
(SD/MI). Departeman Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, UI. Jakarta.

Sartika, R.A.D. (2013c). Modul Perencanaan Menu Sarapan Bagi Orang Tua Siswa
(SD). Departeman Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, UI, Jakarta.

Tanziha, I dan Prasojo, G. (2012). Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah


dalam Upaya Perbaikan Gizi dan Kesehatan. Kerjasama Nurani Dunia dan
Departemen Gizi Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia, IPB. Bogor.

Tim Esensi, (2012). Mengenal UKS. Erlangga: PT Gelora Aksara Pratama.

Anda mungkin juga menyukai