Anda di halaman 1dari 4

Nama : Afifatus Sholikhah

NIM :1414163116

Kelas : Biologi C/V

PERKEMBANGAN PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT DI BERBAGAI DAERAH

A. Objek Dan Masalah Yang Diteliti


Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tumbuhan tropis golongan
palma yang termasuk tanaman tahunan. Industri minyak sawit merupakan kontributor penting
dalam produksi di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cerah. Industri ini
juga berkontribusi dalam pembangunan daerah, sebagai sumber daya penting untuk
pengentasan kemiskinan melalui budidaya pertanian dan pemprosesan selanjutnya.
Perkembangan industri kelapa sawit di Indonesia mengalami kemajuan yang pesat,
terutama peningkatan luas lahan dan produksi kelapa sawit. Perkembangan luas perkebunan
kelapa sawit di Indonesia selama sepuluh tahun terakhir meningkat dari 2.2 juta ha pada tahun
1997 menjadi 4.1 juta ha pada tahun 2007 atau meningkat 7.5%/tahun (Yohansyah, 2014).
Daerah pantai barat Aceh merupakan daerah yang sudah sangat lama mengenal
tanaman kelapa sawit. Daerah ini meliputi Kabupaten Aceh Jaya, Aeh Barat, Nagan Raya dan
Aceh Barat Daya yang merupakan sentral produksi kelapa sawit di Aceh dan saat ini memiliki
perkebunan kelapa sawit rakyat dan perusahaan perkebunan seluas 158.824 Ha atau 44,36 %
dari luas perkebunan kelapa sawit yang ada di Aceh (Nasution, dkk. 2015).
Kelapa sawit adalah salah satu tanaman ekonomi penting di daerah tropis (Adeniyiet
al., 2014). Ini adalah yang paling penting sumber minyak dan menghasilkan lebih banyak
minyak per hektar dari salah satu tanaman penghasil minyak. Produk utama dari kelapa sawit
adalah minyak kelapa sawit (dari mesocarp) dan minyak inti sawit yang diperoleh dari biji
(benih). Minyak sawit mengandung karoten, prekursor vitamin A. Minyak dan inti sawit
kelapa sawit menyediakan bahan baku dalam pembuatan sabun dan deterjen, margarin, lilin,
kembang gula, resin epoxy, perdagangan bakery, pelumas, minyak rambut dan kosmetik.
Kegunaan lain termasuk bungkil inti sawit yang diperoleh dari hancuran palm kernel untuk
mengekstrak minyak. Ini berfungsi sebagai aditif dalam pembuatan pakan ternak
Perkembangan kawasan di wilayah Sub DAS Landak, DAS Kapuas yang cukup pesat
diikuti oleh semakin menyusutnya areal hutan yang ada. Berkurangnya areal hutan akibat
pembukaan lahan untuk kelapa sawit yang menyerap banyak air disekitar untuk pertumbuhan
tanaman kelapa sawit mempengaruhi keseimbangan air di Sub DAS Landak, (Taufiq, dkk.
2013)
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi produktivitas
kelapa sawit, meliputi faktor umur tanaman, tenaga kerja panen, curah hujan,dan hari hujan.

B. Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi produktivitas kelapa sawit, meliputi faktor
umur tanaman, tenaga kerja panen.
2. ntuk mengetahui pengaruh curah hujan dan hari hujan serta hubungan korelasi kedunya
terhadap produksi kelapa sawit pada tanaman berumur 12, 15 dan 18 tahun.
3. untuk mengetahui pengaruh pengurangan debit aliran sungai akibat penanaman tanaman
kelapa sawit.

C. Metode Penelitian
1. Penelitian di Aceh menggunakan metode analisis dan pengujian hipotesis.
2. Penelitian di Riau menggunakan metode analisis regresi linear berganda
3. Metode analisis regresi linear berganda dan analisis korelasi
4. Metode perhitungan evapotranspirasi dengan Penman-Monteith, analisis ketersediaan air
dengan
5. Model NRECA, analisis neraca air dengan Model Thornthwaite dan Mather, serta estimasi
debit sungai dengan Model F.J. Mock

D. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diasumsikan bahwa tidak terjadi
penambahan luas tanaman kelapa sawit sejak tahun 2014, maka secara umum pola produksi
kelapa sawit di pantai barat Aceh akan mencapai puncak tahun 2022 dan setelah itu pola
produksi akan turun mengikuti penambahan umur tanaman. Oleh karena itu pelaku agribisnis
kelapa sawit perlu melakukan berbagai antisipasi dalam menghadapi penurunan tersebut.
Selain itu, diketahui bahwa umur tanaman, tenaga kerja panen, curah hujan, dan hari hujan
berpengaruh nyata terhadap produktivitas kelapa sawit dengan nilai koefisien determinasi
sebesar 79.8%.
Produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor
lingkungan, faktor genetik, dan teknik budidaya tanaman. Faktor lingkungan (enforce) yang
mempengaruhi produktivitas kelapa sawit meliputi faktor abiotik (curah hujan, hari hujan,
tanah, topografi) dan faktor biotik (gulma, hama, jumlah populasi tanaman/ha). Faktor genetik
(innate) meliputi varietas bibit yang digunakan dan umur tanaman kelapa sawit. Faktor teknik
budidaya (induce) meliputi pemupukan, konservasi tanah dan air, pengendalian gulma, hama,
dan penyakit tanaman, serta kegiatan pemeliharaan lainnya. Faktor-faktor tersebut saling
berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain (Yohansyah, 2014).
Variabel curah hujan dan hari hujan berpengaruh tidak nyata pada alpha 5% (Sig > α
0.05) terhadap peningkatan produksi TBS pada umur 12, 15, dan 18 tahun. Hal ini
dikarenakan curah hujan yang tidak merata sepanjang tahun dan kurang optimal untuk
pertumbuhan dan produksi TBS. Dari hasil uji asumsi klasik yang dilakukan untuk
mengetahui apakah persamaan regresi berganda layak atau tidak untuk digunakan
disimpulkan bahwa persamaan regresi pada tanaman kelapa sawit berumur 12, 15, dan 18
tahun telah memenuhi syarat. Hasil korelasi pada tanaman berumur 12, 15, dan 18 tahun
dengan analisis dua arah pada taraf uji 1% menunjukkan variabel curah hujan dan hari hujan
memiliki hubungan yang kuat, nyata dan (positif) searah. Nilai korelasi curah hujan dan hari
hujan secara berturut ialah 0.895; 0.887; dan 0.911 dengan nilai signifikansi < α 0.01. Selain
itu, berdasarkan hasil studi dapat diketahui bahwa prosentase pengaruh pengurangan debit
akibat penanaman tanaman kelapa sawit berkisar antara 30% hingga 40%.

E. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai produktivitas kelapa sawit,
dapat disimpulkan, bahwa :
1. Tidak terjadi peningkatan luas areal tanaman, pola produksi TBS kelapa sawit di
pantai barat Aceh akan meningkat sampai tahun 2022 dan produksi menurun
mengikuti pertambahan umur tanaman.
2. Umur tanaman, tenaga kerja panen, curah hujan, dan hari hujan berpengaruh nyata
terhadap produktivitas kelapa sawit dengan nilai koefisien determinasi sebesar 79.8%.
Sisanya sebesar 20.2% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam
model. Nilai koefisien determinasi terkoreksi (R2adj) sebesar 78.6%.
3. Curah
hujan dan hari hujan berpengaruh tidak nyata
terhadap peningkatan produksi TBS pada
tanaman kelapa sawit berumur 12, 15, dan 18
tahun di PTPN II Unit Sawit Seberang-
Babalan Kecamatan Sawit Seberang
Kabupaten Langkat. Hasil uji asumsi klasik
yang dilakukan untuk mengetahui apakah
persamaan regresi berganda layak atau tidak
untuk digunakan menunjukkan bahwa
persamaan regresi pada tanaman kelapa sawit
berumur 12, 15, dan 18 tahun telah memenuhi
syarat. Hasil uji korelasi antara variabel
produksi TBS, curah hujan dan hari hujan
pada tanaman kelapa sawit berumur 12, 15
dan 18 tahun memiliki hubungan yang kuat,
nyata dan searah (positif) serta saling terkait
terhadap pencapaian produksi TBS.

Anda mungkin juga menyukai