Orang utan, baik itu yang hidup di pulau Sumatera atau Kalimantan juga
termasuk spesies yang sangat terancam punah. Menurut laporan IUCN,
selama 75 tahun terakhir populasi orang utan Sumatera telah mengalami
penurunan sebanyak 80%. Dalam kurun waktu 1998 dan 1999, laju
kehilangan tersebut dilaporkan mencapai sekitar 1000 orang utan per
tahun. Sementara itu, pada tahun 2004, ilmuwan memperkirakan bahwa
total populasi orangutan di Pulau Borneo, baik di wilayah Indonesia
maupun Malaysia terdapat sekitar 54 ribu individu. Kebalikan dari
orangutan Borneo, orang utan Sumatera mempunyai kantung pipi yang
panjang pada orang utan jantan.
2. Harimau Sumatera
Mungkin saat ini jumlah populasi Harimau Sumatera tak lebih dari 300
ekor saja, sehingga menurut WWF spesies yang merupakan satu dari
enam sub-spesies harimau yang masih bertahan hidup hingga saat ini
dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis atau hewan langka yang
terancam punah (critically endangered). Warna kulit harimau Sumatera
merupakan yang paling gelap dari seluruh harimau, mulai dari kuning
kemerah-merahan hingga oranye tua. Tubuhnya juga relatif paling kecil
dibandingkan semua sub-spesies harimau yang hidup saat ini. Semakin
sempitnya luas habitat karena aktivitas pembukaan lahan, membuat
mereka semakin terancam punah.
3. Komodo
Jalak Bali ditemukan pertama kali pada tahun 1910. Nama ilmiah Jalak
Bali dinamakan menurut pakar hewan berkebangsaan Inggris, Walter
Rothschild, sebagai orang pertama yang mendeskripsikan spesies ini ke
dunia pengetahuan pada tahun 1912. Jalak Bali hanya ditemukan di
hutan bagian barat Pulau Bali. Burung ini juga merupakan satu-satunya
spesies endemik Bali dan pada tahun 1991 dinobatkan sebagai lambang
fauna Provinsi Bali. Keberadaan hewan endemik ini dilindungi undang-
undang. Untuk mencegah terjadi ancaman kepunahan yang makin erius,
sebagian besar kebun binatang di seluruh dunia menjalankan program
penangkaran jalak Bali (Leucopsar rothschildi).
5. Badak Jawa dan Sumatera
Mungkin saat ini jumlah populasi Harimau Sumatera tak lebih dari 300
ekor saja, sehingga menurut WWF spesies yang merupakan satu dari
enam sub-spesies harimau yang masih bertahan hidup hingga saat ini
dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis atau hewan langka yang
terancam punah (critically endangered). Warna kulit harimau Sumatera
merupakan yang paling gelap dari seluruh harimau, mulai dari kuning
kemerah-merahan hingga oranye tua. Tubuhnya juga relatif paling kecil
dibandingkan semua sub-spesies harimau yang hidup saat ini. Semakin
sempitnya luas habitat karena aktivitas pembukaan lahan, membuat
mereka semakin terancam punah.
7. Kanguru Pohon Wondiwoi
Kera Hitam Sulawesi atau dalam bahasa ilmiah disebut Macaca nigra atau
sering juga disebut monyet berjambul merupakan salah satu dari sekian
jenis perimata yang keberadaannya mulai langka dan terancam
mengalami kepunahan. Kera Hitam Sulawesi merupakan satwa endemik
pulau Sulawesi, tepatnya di daerah provinsi Sulawesi Utara. Ciri utama
yang pada monyet ini adalah jambul di atas kepalanya. Dalam bahasa
Inggris primata langka ini disebut dengan beberapa nama diantaranya
Celebes Crested Macaque, Celebes Black ape, Celebes Black Macaque,
Crested Black Macaque, Gorontalo Macaque, dan Sulawesi Macaque.
Sementara itu, kera ini oleh masyarakat setempat biasa dipanggil
dengan Yaki, Bolai, Dihe. Dalam bahasa latin (ilmiah) Kera Hitam
Sulawesi dinamai Macaca nigra yang bersinonim dengan Macaca lembicus
(Miller, 1931) Macaca malayanus (Desmoulins, 1824). Kera hitam
sulawesi ini semakin hari keberadaannya semakin langka dan terancam
punah. Bahkan oleh IUCN Redlist digolongkan dalam status konservasi
Critically Endangered (Krisis).
10. Pesut Mahakam
Celepuk siau (Otus siaoensis) adalah salah satu burung langka yang
masuk dalam kategori terancam punah di dunia. Burung celepuk siau
merupakan burung endemik yang hanya terdapat di sebuah pulau kecil
bernama “Siau” di Kabupaten Sangihe, Propinsi Sulawesi Utara. Sesuai
dengan namanya, Celepuk siau merupakan anggota burung hantu (ordo
Strigiformes) yang dalam bahasa Inggris biasa disebut sebagai Siau
Scops-owl. Sedangkan dalam nama ilmiah (latin) celepuk ini diberi nama
Otus siaoensis. Populasi burung endemik ini tidak diketahui dengan pasti,
namun berdasarkan persebarannya yang hanya terbatas di pulau dan
penampakan langsung yang jarang sekali, celepuk siau dikategorikan oleh
IUCN Redlist dalam status konservasi Kritis (Critically Endangered) sejak
tahun 2000. CITES juga memasukkan celepuk ini dalam Apendix II sejak
1998.
24. Katak Merah atau Katak Api
Rusa Bawean yang dalam bahasa Latinnya Axis kuhlii merupakan hewan
endemik yang hidup di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa
Timur. Jenis rusa ini merupakan rusa yang populasinya semakin langka
dan terancam kepunahan. Rusa Bawean merupakan hewan langka yang
hidup nokturnal, lebih sering aktif di sepanjang malam. Menyukai habitat
di semak-semak pada hutan sekunder yang berada pada ketinggian
hingga 500 mdpl. Rusa Bawean memiliki tubuh yang relatif lebih kecil
dibandingkan rusa jenis lainnya. Rusa Bawean mempunyai tinggi tubuh
antara 60-70 cm dan panjang tubuh antara 105-115 cm. Rusa ini
mempunyai bobot antara 15-25 kg untuk rusa betina dan 19-30 kg untuk
rusa jantan. Selain itu, ciri lain dari rusa ini adalah memiliki ekor
sepanjang 20 cm yang berwarna coklat dan keputihan pada lipatan ekor
bagian dalam. Rusa ini mempunyai kecepatan berlari yang sangat cepat
dan cerdik.
27. Kodok Sumatera
Merak hijau atau bahasa Latinnya Pavo muticus merupakan salah satu
burung dari tiga spesies merak. Seperti burung-burung lainnya yang
ditemukan di suku Phasianidae, merak hijau mempunyai bulu yang indah.
Bulu-bulunya berwarna hijau keemasan. Burung betina berukuran lebih
kecil dari burung jantan. Bulu-bulunya kurang mengkilap, berwarna hijau
keabu-abuan dan tanpa dihiasi bulu penutup ekor. Burung jantan dewasa
berukuran sangat besar, panjangnya dapat mencapai 300 cm, dengan
penutup ekor yang sangat panjang. Di atas kepalanya terdapat jambul
tegak. Merak hijau terdapat di kepulauan Jawa dan statusnya dilindungi
oleh undang-undang karena sebagai hewan langka.
Pristis microdon
Hiu Gergaji atau bahasa ilmiahnya Pristis microdon adalah spesies ikan
yang hidup di lautan Indo-Pacific serta dapat juga hidup di sungai untuk
melakukan siklus hidupnya. Pada musim hujan antara bulan Desember-
Maret, ikan ini akan hidup di sungai air tawar. Sedangkan ketika
memasuki musim kering (Mei-Oktober), ikan hiu sentani akan lebih suka
tinggal di muara atau teluk yang menyerupai habitat air laut. Selain di
Australia, ikan ini juga menyebar ke Kalimantan, Papua, Vietnam, India,
Madagascar dan Afrika timur. Di Indonesia sendiri ikan hiu gergaji (Pristis
microdon) ini menjadi salah satu hewan endemik yang terdapat di Danau
Sentani, Papua. Jumlahnya yang menyusut membuat spesies ini masuk
dalam satwa yang patut dilestarikan.